Anda di halaman 1dari 15

“Konsumsi”

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Hadis Ekonomi
Dosen pengampu : Masyhuri Rifa'i, M.Ag.

Oleh:
Riswan (19050102094)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
KENDARI
2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga saya dapat merampungkan penyusunan makalah
mata kuliah Hadist Ekonomi dengan judul " Konsumsi" tepat pada waktunya.
 
Penyusunan makalah semaksimal mungkin saya upayakan dan didukung
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk
itu tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu saya dalam merampungkan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena
itu, dengan lapang dada saya membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca
yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini


dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para
pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah
selanjutnya. 

Kendari, 22 Maret 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................2

BAB I.............................................................................................................................4

PENDAHULUAN.........................................................................................................4

A. Latar Belakang......................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.................................................................................................4

BAB II............................................................................................................................5

PEMBAHASAN............................................................................................................5

A. Konsumsi............................................................................................................5

BAB III........................................................................................................................14

PENUTUP....................................................................................................................14

Simpulan..................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai agama yang membawa rahmat bagi alam semesta, Islam telah
mengatur seluruh aspek kehidupan manusia termasuk dalam bidang ekonomi di
antaranya adalah distribusi dan konsumsi. Salah satu tujuannya adalah untuk
mewujudkan keadila baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun individu.
Konsumsi adalah sebuah kegitan yang penting, bahkan dianggap karena
paling penting. Alasan mengapa konsumsi dianggap paling penting adalah
kegiatan dimana untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, untuk bertahan
hidup. Begitu pula dengan distribusi, yang dimana tujuan distribusi salah satunya
adalah untuk mencegah kepemilikan harta hanya pada golongan tertentu saja.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan bagaimana konsep Hadis mengenai konsumsi?

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsumsi
1. Pengertian Konsumsi
Konsumi adalah suatu hal yang niscaya dalam kehidupan manusia,
karena ia membutuhkan berbagai konsumsi untuk dapat mempertahankan
hidupnya. Manusia harus makan untuk hidup, berpakaian untuk melindungi
tubuhnya dari berbagai iklim ekstrim, memiliki rumah untuk dapat berteduh,
beristirahat sekeluarga, serta menjaganya dari berbagai gangguan fatal.
Demikian juga manusia membutuhkan aneka peralatan untuk memudahkan
menjalani kehidupannya.1
Seiring dengan perkembangan zaman kebutuhan konsumsi semakin
lama semakin berkembang sejalan dengan pola dan gaya hidup manusia.
Semakin maju peradaban manusia, semakin tinggi pula kebutuhan mereka
pada barang-barang yang akan dikonsumsi dengan beragam jenisnya.2
Dalam ilmu ekonomi, konsumsi diartikan sebagai pemakaian barang
untuk mencukupi suatu kebutuhan secara langsung, atau penggunaan barang
dan jasa untuk memuaskan kebutuhan manusia (the use of goods and services
in the satisfaction of human wants). Sedangkan menurut Yusuf Qurdhawi
konsumsi adalah pemanfaatan hasil produksi yang halal dengan batas
kewajaran untuk menciptakan manusia hidup aman dan sejahtera.
Dengan demikian konsumsi itu bukan semata-mata makan dan minum
saja, akan tetapi konsumsi disini adalah juga mencakup segala hal pemakaian
dan pemanfaatan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Contoh kegiatan konsumsi seperti, membangun atau
membeli rumah, membeli mobil, emas, perak, perhiasan.3
2. Konsep Konsumsi dalam Perspektif Hadis Nabi

1 Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta: Prenadamedia
Group, 2016, hlm. 97
2 Dede Rodin, Tafsir Ayat Ekonomi, cet. ke-1, Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015, hlm.135
3 Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2016, hlm. 97-98

5
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam mengkonsumsi
dan pemenuhan kebutuhan kehidupan sehari-hari berbagai macam dan jenis
kebutuhan yang diperlukan manusia tersebut tanpa ada batasnya, Rasulullah
pun tidak pernah menisbikan adanya kemungkinan tersebut maka dari yang
harus memebatasi kebutuhan itu juga manusia sendiri, harus mampu
membatasi kebutuhan dari dirinya sendiri karena yang tau kebutuhan tersebut
adalah dirinya sendiri. Rasulullah bersabda:

ُ
‫ْمَْل‬89 ‫ْو كاَنَ لبِ ْ ِن آد َم َوا ِديا َ ِن ِمنْ َما ٍل لبَ ْت َغى َوا ِديا ً ثاَلثِا ً َو َل ي‬89َْ ‫ ل‬: ‫سل َّم‬
َ ‫صل َى هللاُ عَليَ ِْه َو‬ ُ ‫س قَا َل قَا َل َر‬
َ ِ‫س ْو ُل هللا‬ ٍ َ َ‫عَنْ أن‬

ْ ‫َُُخا ِرو ُم‬89 ‫ب هللاُ عَل َى َمنْ تا َ َب ) َر َواهُ ال ْب‬


(‫ِم‬8` ٌِ ‫سل‬ ُ ‫ْو‬8ُُْ َ‫اب َويت‬
ُ ‫َج ْوفَ اب ْنِآد َم إ ِّل الت َّر‬

”Dari Anas r.a, katanya, Rasulullah SAW bersabda, “Seandainya seorang


manusia mempunyai harta sebanyak dua lembah niscaya ia akan mencarinya
lembah yang ketiga dan tidak akan pernah mulut manusia itu kecuali dengan
tanah (kematian) dan Allah akan mengampuni orang yang bertobat.” (HR.
Bukhari dan Muslim)

Maka dari itu dalam hal konsumsi ada beberapa syarat dari Rasulullah
yang harus kita kita lakukan diantaranya adalah :

a. Dalam mengkonsumsi harus hati-hati dan sesuai kebutuhan


Rasulullah dalam hal konsumsi selalu berhati-hati dan membatasi
dirinya sesuai dengan kebutuhan dan tidak menuruti keinginan atau hawa
nafsunya itu. Beliau tidak akan makan kecuali jika sudah lapar dan
berhenti makan sebelum kenyang. Selain itu Rasulullah dalam memenuhi
kebutuhannyan tidak rakus, hal tersebut menjadi larangan menurut
Rasulullah dan menganjurkan untuk hemat dimana yang dijelaskan dalam
sebuah hadis, sebagaimana sabdanya:

) ‫ْرب َع ِة‬89َْ ‫كاَفِى ال‬89‫ ط َعَا ُم ا ْلثِ ْنيَ ْ ِن كاَفِى الثلَّث َِِة‬: ‫سل َّم‬
َ ‫لى هللاُ عَليَ ِْه َو‬
َ ‫ص‬ ُ ‫عَنْ أبَ ِْي ُه َري َْرةَ أنَهُّ قَال قَال َر‬
َ ِ‫س ْو ُل هللا‬
(‫ِم‬8` ٌِ ‫سل‬
ْ ‫َر َواهُ ُم‬

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah katanya, Rasulullah SAW bersabda,


“Makanan dua orang cukup untuk tiga orang, dan makanan tiga orang
cukup untuk empat orang.” (HR. Muslim)

b. Dalam mengkonsumsi tidak boleh bermewah-mewahan

6
Dalam hal konsumsi dianjurkan untuk sekadarnya saja jangan yang
bermewah-mewahan atau berlebihan dalam pemenuhan kehidupan, bukan
untuk pemuasan keinginan. Sikap sederhana itu terlihat ketika Nabi
melarang minum dengan gelas yang terbuat dari emas ataupun perak. Dua
barang tersebut tidak pantas jika digunakan dalam keperluan hidup
seharihari karena terkesan menunjukkan sikap sombong. Rasulullah
bersabda:

‫ض ٍة فَإنِ َّما‬ َ ‫ َم ْن‬: ‫سل َّم‬


ٍ ‫ٍَ ٍء ِمنْ ذ َه‬8ٍ‫ش ِر َب فِى إنَِا‬
ّ ِ‫ْوف‬89َْ ‫ب أ‬ َ ‫صل َى هللاُ عَليَ ِْه َو‬
َ ِ‫س ْو ُل هللا‬ 89َْ َ‫سل َمةَ ق‬
ُ ‫الْتقَال َر‬ َ ‫عَنْ أ ُّم‬

ْ ‫يج ْر ِج ُر فِ ْى بطَ ْن ِهنا َ ًرا ِمنْ َج َهن َّم ) َر َواهُ ُم‬


(‫ِم‬8` ٌِ ‫سل‬ َُ

“Dari Ummu Salamah, ia berkata “Rasulullah SAW bersabda, “Barang


siapa mminum dari tempat yang terbuat dari emas atau perak, maka
sesungguhnya ia memasukkan api neraka jahanam dalam perutnya.” (HR.
Muslim)

c. Dalam mengkonsumsi tidak boleh mencela barang yang dikonsumsi


Dalam mengkonsumsi sesuatu tidak boleh mencela barang yang
dikonsumsi, karena Rasulullah juga tidak pernah mencela barang yang
tidak beliau sukai, karna bagaimanapun barang tersebut adalah karunia
dari Allah yang harus disyukuri. Rasulullah jika menyukai makanan
tersebut maka akan dikonsumsi atau dimakan jika tidak beliau
meninggalkan makanan tersebut atau hanya diam tanpa mencela makanan
tersebut. Abu Hurairah pernah menceritakan perilaku konsumsi Nabi
tersebut yaitu sebagai berikut:

َُ89‫سل َّمط َعَا ًما قَطّ كاَنَ إ ِذاَ اشْت َهَى شَي ْئا ً أ َكلَُه‬
َ ‫صل َى هللاُ عَليَ ِْه َو‬
َ ِ‫س ْو ُل هللا‬ َ ‫عَنْ أبَ ِْي ُه َري َْرةَ قَال َما ع‬
ُ ‫َاب َر‬
َُ89‫كِر َههُ ت َرَكُه‬
َِ 89 ‫َوإ ْ ِن‬

(‫ِم‬8` ٌِ ‫سل‬
ْ ‫) َر َواهُ ُم‬

“Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rasulullah SAW tidak pernah sama


sekali mencela makanan. Jika menghendaki sesuatu, ia memakannya dan
jika tidak menyukainya, ia meninggalkannya.” ( HR. Muslim)

7
Dari pada mencela makanan atau minuman lebih baik
mensyukurinya. Rasulullah menganjurkan agar setiap orang bersyukur
kepada Allah atas segala nikmat termasuk makanan dan minuman. Karena
Allah sangat suka kepada orang yang bersyukur atas makanan dan
minuman yang dikonsumsi. Rasulullah bersabda:

َ‫أْنيأ َ ْك َُل ال َك ْلة‬


89َْ ‫َن ال َْعب ِْد‬ َ ‫ْر‬89َْ َ‫ إنِّاهللَّ لي‬: ‫سل َّم‬
ِ ‫ضى ع‬ َ ‫صل َى هللاُ عَليَ ِْه َو‬ ُ ‫بن َمال ٍِك قَال قَال َر‬
َ ِ‫س ْو ُل هللا‬ َِ 89 َ‫عَنْ أن‬
ِ ْ ‫ِس‬

َْ َ‫ش َر َب الش ّْربةَ ف‬


ْ ‫يح َمدهَُ عَليَ َْها ) َر َواهُ ُم‬
(‫ِم‬8` ٌِ ‫سل‬ َْ َ‫ف‬
َْ ‫ْو ي‬89َْ ‫يح َمد َُه َعليَ َْها أ‬

“Dari Anas ibn Malik, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda,


“Sesungguhnya Allah sangat suka kepada seseorang jika makan makanan
lalu ia memuji-Nya atas makanan itu atau minum minuman lalu ia
memuji-Nya atas minuman itu.” (HR. Muslim)

d. Dalam mengkonsumsi harus halal


Barang yang boleh dikonsumsi itu hanya barang yang halal saja.
Umat Islam harus menjalankan usaha-usaha yang halal, yaitu jauh dari
unsur perjudian dan penipuan. Dalam hal konsumsi misalnya Rasulullah
melarang minum segala minuman yang memabukkan karena hukumya
haram. Dalam suatu Hadis riwayat dari Abu Hurairah dinyatakan:

8
ْ‫عَن‬
) ‫كر فَ ُه َو َح َرا ٌم‬89َْ ‫ب أ‬
َ ‫ْس‬ َ ‫ ك ُّل‬: ‫سل َّم َع ِن ال ْبتِ ِ ْعفَقَا َل‬
ٍ ‫ثرا‬ َ ‫صل َى هللاُ عَليَ ِْه َو‬
َ ِ‫س ْو ُل هللا‬
ُ ‫ِل َر‬89 َِ ‫سئ‬ 89َْ َ‫ِشةَ ق‬
ُ ‫الْت‬ 89 َِ ‫عَائ‬
(‫ِم‬8` ٌِ ‫سل‬
ْ ‫َر َواهُ ُم‬
“Dari Aisyah ia berkata, Rasulullah SAW ditanya tentang minuman keras
yang terbuat dari madu lalu ia bersabda, “Tiap-tiap minuman yang
memabukkan adalah haram.” (HR. Muslim)

Selain khamar yang diharamkan, Rasulullah juga mengharamkan


bangkai dan babi beserta harga atau laba dan keuntungan dari ketiganya.
Rasulullah bersabda:

َ‫الخ ْم َر َوث َمن َهَا َو َح ّر َم ال َمْي ْتة‬


َْ ‫ إنِّ اللهَّ َح ّر َم‬:‫سل َّم قَال‬
َ ‫صل َى هللاُ عَليَ ِْه َو‬ ُ ‫عَنْ أبَ ِْي ُه َري َْرةَ أنَّ َر‬
َ ِ‫س ْو ُل هللا‬

(‫ْوداَ ُو َد‬8ُُْ َ‫َُ ) َر َواهُ اب‬89‫الخن ْ ِزي َْر َوث َمنُه‬


ِ ْ ‫َوث َمن َهَا َو َح ّر َم‬

“Dari Abu Hurairah bahwasannya Rasulullah SAW bersabda,


“Sesungguhnya Allah mengharamkan khamar dan harganya, bangkai dan
harganya, dan babi dan harganya.”(HR. Abu Dawud)

Adapaun barang yang termasuk barang haram adalah barang yang


mengandung unsur riba. Rasulullah melarang dan bahkan melaknat
orangorang yang terlibat dalam bisnis yang mengandung unsur riba baik
yang mengonsumsi, yang mewakili, yang menyaksikan, ataupun yang
mencatat keuangan dan aktivitas riba itu. Dalam sebuah Hadis riwayat
‘Abd. Allah ibn Mas’ud dijelaskan sebagai berikut:

‫سل َّم‬
َ ‫صل َى هللاُ عَليَ ِْه َو‬ ُ ‫ ل َعنَ َر‬: ‫س ُع ْو ٍد قَا َل‬
َ ِ‫س ْو ُل هللا‬ ْ ‫عَنْ عَب ِْد هللاِ ب ْ ِن َم‬
(‫ْوداَ ُو َد‬8ُُْ َ‫َُ ) َر َواهُ اب‬89‫َُ َوشَا ِهدهَُ َوكاَتبُِه‬89‫ِلال ّربا َ َو ُمؤْ كلُِه‬89 َِ ‫آك‬

“Dari ‘Abd Allah ibn Mas’ud ia berkata : Rasulullah SAW melaknat orang
yang makan riba, wakil (untuk mengurusnya), saksi (aktivitas bisnis riba),
dan pencatat (bisnis dan keuangan riba).” (HR. Abu Dawud)

e. Dalam mengkonsumsi harus memperhatikan etika


Dalam mengkonsumsi Rasulullah menganjurkan untuk
memperhatikan etika yaitu jika kita hendak makan maka menggunakan
tangan kanan bukan menggunakan tangan kiri. Rasulullah bersabda:

9
ْ‫عَن‬
‫ش َما ِل فَإنِّ الشّيطَاَنَ يأ َ ْك ُُل‬ َْ
ّ ‫ لتَأ كلُ ُواباِال‬: ‫سل َم‬
َ ‫صل َى هللاُ عَليَ ِْه َو‬
َ ِ‫س ْو ِل هللا‬
ُ ‫َجاب ٍِر عَنْ َر‬
‫`(ِم‬8ٌِ ‫سل‬ ْ ‫ش َما ِل ) َر َواهُ ُم‬
ّ ‫باِال‬

“Dari Jabir dari Rasulullah SAW, ia bersabda, “Janganlah kalian makan


dengan tangan kiri karena sesungguhnya setan itu makan dengan tangan
kiri.” (HR. Muslim)
ْ
َ َ‫ِمن ِه َوإ ِذا‬89َِ ِ‫ْل بي‬8ُُْ ‫ْمفَل ْيأ َ ك‬8ُ ُْ ‫ إ ِذاَ أ َكأََل َحد ُك‬:‫سل َم قَا َل‬
‫ش ِر َب‬ َ ‫صل َى هللاُ عَليَ ِْه َو‬ َ ِ‫س ْو َل هللا‬ ْ ْ‫عَن‬
ُ ‫ابنُ ُع َم َر أنَّ َر‬
َ‫ِمن ِه فَإنِّ الشّي ْطاَن‬89َِ ِ‫ش َر ْب بي‬ َْ ‫فَل ْي‬
‫(ِم‬8` ٌِ ‫سل‬
ْ ‫ش َمال ِه ) َر َواهُ ُم‬
ِ ‫بب‬ُ ‫ش َر‬ ِ ‫يأ َ ْك ُُل ب‬
َْ ‫ش َمال ِه َوي‬

“Dari Ibn Umar bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, “Jika salah


seorang diantara kalian makan, maka makanlah dengan tangan kanannya
jika minum, maka minumlah dengan tangan kanannya, karena
sesungguhnya setan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan
tangan kirinya.” (HR. Muslim)

Selain itu Rasulullah melarang kita berdiri disaat makan ataupun


minum, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Sa’id al-Khudri:

‫ِما‬8ًًِ ‫ب قَائ‬
ِ ‫َن الش ّْر‬
ِ ‫سل َم ن َهَى ع‬
َ ‫هللا َو‬
ُّ ‫س ْو َل‬
ُ ‫ى أنَّ َر‬ ُ ْ ‫س ِعي ٍْد‬
ّ ‫الخد ْ ِر‬ َ ‫عَنْ أبَ ِى‬
(‫ِم‬8` ٌِ ‫سل‬
ْ ‫) َر َواهُ ُم‬

“Dari Abu Sa’id al-Khudri bahwasannya Rasululllah SAW melarang minum


dengan berdiri.” (HR. Muslim)4

3. Prinsip-prinsip konsumsi dalam Islam


a. Prinsip Keadilan
Prinsip ini mengandung arti ganda mengenai mencari rezeki yang
halal dan tidak dilarang oleh syariat islam. Artinya sesuatu yang
dikonsumsi itu didapatkan secara halal dan tidak bertentangan dengan
hukum islam. Karena berkonsumsi tidak boleh menimbulkan kezaliman,
harus dalam koridor aturan atau hukum islam. Dalam islam ada ketentuan
benda yang boleh dikonsumsi dan tidak boleh dikonsumsi yaitu halal yang
boleh dikonsumsi sedangkan yang tidak boleh dikonsumsi adalah haram. ‫أ‬

4 Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi , cet. ke-2, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2016, hlm. 99-106

10
ْ‫عَن‬
‫الخ ْم َر َوث َمن َهَا َو َح ّر َم ال َمْي ْتةَ َوث َمن َهَا‬َْ ‫ إنِّ الل َّه َح ّر َم‬: ‫سل َّم قَال‬ ‫ه‬ ‫ي‬ ‫َل‬
‫ع‬ ‫هللا‬ ‫ى‬ ‫ل‬‫ص‬ ‫هللا‬ ‫ل‬‫و‬‫س‬ ‫ر‬ َ ‫ة‬‫ر‬ْ
َ َ ِّ َ ُّ َ َ ِّ َ ْ ُ َ َّ‫بَ ِْي ُ َ َ أن‬
‫و‬ ‫ي‬ ‫ر‬ ‫ه‬
‫ْوداَ ُو َد‬8ُُْ َ‫َُ ) َر َواهُ اب‬89‫ير ) َوث َمنُه‬ ِ ْ ‫َو َح ّر َم‬
َْ ‫الخن ْ ِز‬

“Dari Abu Hurairah bahwasannya Rasulullah SAW bersabda,


“Sesungguhnya Allah mengharamkan khamar dan harganya, bangkai dan
harganya, dan babi dan harganya.”(HR. Abu Dawud)

b. Prinsip Kebersihan
Dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi bahwa dalam mengonsumsi
sesuatu harus memilih barang yang baik dan cocok untuk dimakan, tidak
kotor, ataupun menjijikkan. Karena tidak semua barang konsumsi
diperkenankan untuk dimakan dan diminum. Hanya makanan dan
minuman yang halal, bersih, baik, dan bermanfaat yang boleh di konsumsi.
Rasulullah menganjurkan agar sebelum makananan yang di konsumsi
hendaklah dibersihkan terlebih dahulu dari segala bentuk kotoran,
sebagaimana sabdanya:

‫س ْح َماعَليَ َْها‬ َ ‫َِِد‬89 ‫ّ َمةُ ِمنْ ي‬8‫ إ ِذاَ َوقَ َعتِالل ّْْق‬: ‫سل َّم‬
َ ‫ْم‬89َْ ‫ْم فَل ْي‬8ُ ُْ ‫اح ِدك‬ َ ‫صل َى هللاُ عَليَ ِْه َو‬ ُ ‫عَنْ َجاب ٍِر قَا َل قَا َل َر‬
َ ِ‫س ْو ُل هللا‬
ُ‫ى َول ْيأ َ ْكلُ َْها ) َر َواه‬ َ ‫ِمنَ ال َذ‬
(َ‫اجه‬ ْ
َ ‫ابنُ َم‬

“Dari Jabir, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Jika segenggam


makanan ada di tangan salah seorang kalian, maka hendaklah ia
membersihkan kotoran yang ada di atasnya dan kemudian memakannya.”
(HR. Muslim)

c. Prinsip Kesederhanaan
Prinsip ini mengatur manusia agar dalam memenuhui kebutuhan
hidupnya tidak perlalu berlebihan, karena sikap berlebihan (israf) sangat
dibenci oleh Allah dan pangkal dari berbagai kerusakan di muka bumi.
Sikap yang berlebihan mengandung makna melebihi dari kebutuhan yang
wajar dan cenderung menuruti hawa nafsu. Karena perilaku yang
berlebihan sangat dilarang dalam islam.
d. Prinsip Kemurahan Hati

11
Prinsip ini mempunyai dua arti yaitu kemurahan Allah kepada
manusia dan kemurahan antar sesama manusia. Kemurahan Allah kepada
manusia yaitu bahwa Allah telah memberikan rahmat dan nikmat-Nya
melalui sifat Rahmn dan Rahim-Nya, sedangkan kemurahan hati antar
sesama manusia adalah menafkahkan sebagian hartanya untuk orang lain.
Menurut M. Abdul Mannan, makan makanan dan minum minuman yang
disediakan Allah karena kemurahan-Nya diperbolehkan, selama hal itu
halal dan dimaksudkan untuk kelangsungan hidup dan menjaga kesehatan
demi menunaikan perintah Allah sesuai dengan tuntunan-Nya, disertai
dengan perbuatan adil yang menjamin persesuain bagi semua perintahNya.
Di samping itu, Allah juga memerintahkan umat manusia agar
bermurah hati dengan menyisihkan sebagian hartanya untuk membantu
dan meringankan beban sesama manusia yang sedang diuji oleh Allah
dengan kekurangan harta.
e. Prinsip Moralitas
Seorang muslim dalam hal mengkonsumsi harus mempunyai
moralitas yang dikandung atau yang terdapat dalam islam sehingga tidak
semata-mata memenuhi segala kebutuhan. Allah memberikan nmakanan
dan minuman untuk berlangsungnya hidup umat manusia agar dapat
meningkatkan nila-nilai moral dan spiritual. Seorang Muslim diajarkan
untuk menyebut nama Allah sebelum makan ataupun minum dan
menyatakan terimakasih setelah makan. Rasulullah bersabda:

ِ ‫ يأ َ ْكلُُط َعَا ًما فِي‬: ‫سل َّم‬


89َْ ‫ستةِّ نفَ ٍر ِمنْ أ‬
‫ْص َحاب ِه فَ َجا َء‬ َ ‫هللا عَليَ ِْه َو‬
ُّ ‫صل ّى‬ 89َْ ‫عَنْ عَا ئثِةَ قَا‬
ُ ‫لْتكاَنَ َر‬
َ ِ‫س ْو ُل هللا‬
َُ89‫ابي فَأ َكلَُه‬
ِّ ‫ْع َر‬89َْ ‫أ‬

َ ‫ْمفَإ ِذاَ أ َك َل‬8ُ ُْ ‫س ِم هللاِّ ل َكفَاك‬


‫ْم‬8ُ ُْ ‫أحد ُك‬ ِْ ‫ْو كاَنَ قَا َل ب‬89َْ ‫ أ َما أنَهُّ ل‬: ‫سل َّم‬
َ ‫صل ّى هللاُّ عَليَ ِْه َو‬ ُ ‫ َمتيَ ْ ِن فَقَا َل َر‬8ُ‫بلِ ُْْق‬
َ ِّ‫س ْو ُل هللا‬
‫ط َعَا ًما‬

(َ‫اجه‬ ْ ُ‫آخ ِر ِه ) َر َواه‬


َ ‫ابنُ َم‬ ِْ ‫سمِ هللاِّ فِ ْي أ َّول ِه فَل ْيقَُ ْل ب‬
ِ ‫س ِم هللاِّ فِ ْي أ َّول ِه َو‬ ِْ ‫أْنيقَُ ْو َل ب‬
89َْ ‫ِس َي‬
89 َِ ‫إن ن‬ ِْ :‫فَل ْيقَُ ْل‬
ِ ْ َ‫بس ِم هللاِّ ف‬
“Dari Aisyah, katanya: Suatu ketika Rasulullah makan makanan bersama
enam kelompok sahabt-sahabatnya, lalu seorang Arab datang dan makan
dua suap, lalu Rasulullah bersabda, “Seandainya, ia mengucapkan
‘bismillah’ (dengan nama Allah), niscaya itu cukup bagi kalian, maka

12
apabila salah seorang di antara kalian makan makanan, maka katakanlah
‘bismillah’ dan jika lupa hendaklah ia katakan ‘bismillah fi awwalih’
(dengan nama Allah pada awalnya) atau ia katakan, ‘bismillah fi awwalih
wa akhirih’ (dengan nama Allah pada awal dan akhirnya).” (HR. Ibnu
Majah)5

BAB III
PENUTUP

5 Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2016, hlm. 113-125

13
Simpulan
Konsumsi diartikan sebagai pemakaian barang untuk mencukupi suatu
kebutuhan secara langsung, atau penggunaan barang dan jasa untuk memuaskan
kebutuhan manusia (the use of goods and services in the satisfaction of human
wants). Sedangkan menurut Yusuf Qurdhawi konsumsi adalah pemanfaatan hasil
produksi yang halal dengan batas kewajaran untuk menciptakan manusia hidup
aman dan sejahtera.

Konsumsi dalam persepektif hadis nabi ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan saat mengkonsumsi yaitu antara lain dalam mengkonsumsi harus
hati-hati dan sesuai kebutuhan, tidak boleh bermewah-mewah, tidak boleh
mencela barang yang dikonsumsi, halal, dan memperhatikan etika.

Adapun beberapa prinsip dalam konsumsi islam menurut M. Abdul


Mannan yaitu antara lain: prinsip keadilan, prinsip kebersihan, prinsip
kesederhanaan, prinsip kemurahan hati, dan prinsip moralitas.

14
DAFTAR PUSTAKA

Al-Albani, Syaikh Muhammad Nashiruddin, Shahih At-Targhib Wa At-Tarhib, terj.


Izzudin Karimi, Mustofa Aini, dan Kholid Samhudi, Jakarta: Pustaka Sahifa,
2007.

Diana, Ilfi Nur, Hadis-Hadis Ekonomi, Yogyakarta: Uin Malang Press (Anggota IKAPI),
2008.

Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015.

Rodin, Dede, Tafsir Ayat Ekonomi, Semarang: CV. Karya Abadi Jaya, 2015.

E-book: Al-Indunisi, Ahmad Nahrawi Abdus Salam, Ensiklopedia Imam Syafi’i, Jakarta
Utara: Hikmah, 2008.

E-book: Hadzami, M. Syafi’i, Taudhihul Adhillah: Penjelasan tentang Dalil-dalil


Muamalah (Muamalah, Nikah, Jinayah, Makanan/ Minman, dan Lain-lain),
Jakarta: Elex Media Komputindo, 2010.

E-book: Himawan, Candra dan Neti Suriana, Sedekah: Hidup Berkah Rezeki Melimpah,
Yogyakarta: Pustaka Albana (Anggota Ikapi), 2013.

E-book: Swara, Puspa dan Syamsul Rizal Hamid, 1500++ Hadis & Sunah Pilihan ,
Puspa Swara, 2017.

E-book: Tarmizi, Erwandi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, Jakarta: PT Erwandi


Tarmizi Konsultan, 2012.

Anda mungkin juga menyukai