Anda di halaman 1dari 5

Judul Konsep Riba Dalam Al Quran dan Literatur Fikih

Nama Judul Al-Iqtishad


Volume dan Halaman Vol. III, No. 2
Tahun 2011
Penulis Mujar Ibnu Syarif
Reviewer Riswan
Tanggal Reviewer 13 April 2021
Latar Belakang Dalam Alquran, riba disebut delapan kali dalam empat
surah yang berbeda, yakni satu kali dalam ayat 39 surah al-
Rûm, satu kali dalam ayat 161 surah al- Nisâ’, satu kali
dalam ayat 130 surah Âli ‘Imrân, tiga kali dalam ayat 275
surah al- Baqarah, satu kali dalam ayat 276 surah al-
Baqarah, dan satu kali dalam ayat 278 surah al-Baqarah.
Keempat surah tersebut secara kronologis menggambarkan
empat tahapan pengharaman riba dalam Alquran.
Tujuan Penilitian Mayoritas ahli tafsir (jumhûr al-mufassirîn) berpendapat
bahwa yang dimaksud dengan riba adalah suatu bentuk
pemberian (al-‘athiyyah) yang disampaikan seseorang
kepada orang lain, bukan dengan tujuan untuk menggapai
rida Allah Swt., tetapi hanya sekadar untuk mendapatkan
imbalan duniawi semata. Alquran ternyata tidak secara
eksplisit menyebut tentang keharaman riba. Karena itu,
para ulama berbeda pendapat mengenai apa sesungguhnya
yang dimaksud dengan riba pada ayat Alquran. Sebagian
ulama menyatakan yang dimaksud dengan riba pada ayat
Alquran tersebut adalah riba yang diharamkan, yakni riba
nasî’ah. Dalam artikel ini dikaji konsep riba tersebut
berdasarkan pada penelusuran literatur fikih.
Permasalahan Menurut jumhûr fukaha, riba itu terbagi dalam dua
kategori, yakni riba nasî‘ah dan riba fadhl. Sementara
menurut Mazhab Syâfi‘î, riba dibedakan menjadi tiga
macam, yakni riba nasî’ah, riba fadhl, dan riba yad.
Jumhûr fukaha, memasukkan riba yad ini ke dalam
kategori riba nasî’ah. Riba tetap haram hukumnya, baik
dalam kadar yang sedikit saja, maupun dalam kadar yang
berlipat ganda. Sebab, meskipun ditetapkan dalam kadar
yang sedikit saja, secara na-tural, seiring bertambahnya
waktu, riba yang sedikit lama-kelamaan pasti akan berubah
menjadi berlipat ganda juga
Metodologi Penilitian Penelitian ini sangat urgen dalam rangka
mengimplementasikan konsep integrasi ilmu (positivistik)
dan agama (normatif), apalagi sejauh ini masih belum
banyak kajian integrasi bidang ilmu ekonomi secara
spesifik yang digali dari ayat-ayat Al-Quran dan hadits-
hadits Nabi saw. Penelitian ini dilakukan sekaligus dalam
rangka mengembangkan model pemahaman pesan/teks
agama dari sumber aslinya, yaitu ayat-ayat Al-Quran dan
Sunnah Nabi saw. dengan metode maudlu’i (tematik).
Dengan metode ini akan diperoleh pemahaman secara utuh
(komphrehensif) terkait pembahasan ilmu ekonomi dalam
perspektif ayat-ayat Al-Quran dan al-Sunnah.
Hasil Penilitian Pada tahap pertama, keharaman riba untuk pertama kalinya
secara implisit dijelaskan dalam ayat 39 surah al-Rûm yang
berbunyi sebagai berikut:

‫ٓا ٰاتَ ْيتُ ْم‬LL‫اس فَاَل يَرْ بُوْ ا ِع ْن َد هّٰللا ِ ۚ َو َم‬


ِ َّ‫ال الن‬ ِ ‫َو َمٓا ٰاتَ ْيتُ ْم ِّم ْن ِّربًا لِّيَرْ بُ َو ۠ا فِ ْٓي اَ ْم َو‬
ٰۤ ُ ‫هّٰللا‬
َ‫ك هُ ُم ْال ُمضْ ِعفُوْ ن‬
Lَ Lِ‫ول ِٕٕى‬ ‫ِّم ْن ز َٰكو ٍة تُ ِر ْي ُدوْ نَ َوجْ هَ ِ فَا‬

Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar


dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak
menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk
mencapai keridaan Allah, maka (yang berbuat
demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan
(pahalanya).‛ (Q.s. al-Rûm [30]: 39).

Pada tahap kedua, keharaman riba juga masih secara


implisit diterangkan dalam ayat 160 hingga 161 surah al-
Nisâ’ yang berbunyi sebagai berikut:

{‫ه ْم‬ َ ِ‫ت أُ ِحلَّتْ لَ ُه ْم َوب‬


ِ ‫ص ِّد‬ ٍ ‫فَبِظُ ْل ٍم ِمنَ الَّ ِذينَ هَادُوا َح َّر ْمنَا َعلَ ْي ِه ْم طَيِّبَا‬
‫) َوأَ ْخ ِذ ِه ُم ال ِّربَا َوقَ ْد نُ ُهوا َع ْنهُ َوأَ ْكلِ ِه ْم‬160( ‫سبِي ِل هَّللا ِ َكثِي ًرا‬
َ ْ‫عَن‬
)161( ‫س بِا ْلبَا ِط ِل َوأَ ْعتَ ْدنَا لِ ْل َكافِ ِرينَ ِم ْن ُه ْم َع َذابًا أَلِي ًما‬
ِ ‫}أَ ْم َوا َل النَّا‬
Maka disebabkan kelaliman orang-orang Yahudi,
Kami haramkan atas mereka (memakan makanan)
yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi
mereka, dan karena mereka banyak menghalangi
(manusia) dari jalan Allah. Dan disebabkan mereka
memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah
dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan
harta orang dengan jalan yang batil. Kami telah
menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara
mereka itu siksa yang pedih. (Q.s. al-Nisâ’ [4]: 160-
161).

Pada tahap ketiga, keharaman riba sudah mulai diterangkan


secara eksplisit dengan larangan memakan riba
sebagaimana tercantum dalam ayat 130 surah Âli ‘Imrân
yang berbunyi sebagai berikut:

‫ض َعفَةً ۖ َّواتَّقُوا هّٰللا َ لَ َعلَّ ُك ْم‬


ٰ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تَأْ ُكلُوا الرِّ ٰب ٓوا اَضْ َعافًا ُّم‬
َ‫تُ ْفلِحُوْ ۚن‬

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu


memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah
kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan. (Q.s. Âli ‘Imrân [3]: 130).

Pada tahap keempat, keharaman riba sudah dijelaskan


secara sangat eksplisit dengan adanya perintah
meninggalkan riba sebagaimana tercantum dala ayat 275-
280 surah al-Baqarah yang berbunyi sebagai berikut:

ُ‫الَّ ِذينَ يَأْ ُكلُونَ الرِّ بَا اَل يَقُو ُمونَ إِاَّل َك َما يَقُو ُم الَّ ِذي يَتَ َخبَّطُهُ ال َّش ْيطَان‬
َ ِ‫ِمنَ ْال َمسِّ ٰ َذل‬
‫ك بِأَنَّهُ ْم قَالُوا إِنَّ َما ْالبَ ْي ُع ِم ْث ُل ال ِّربَا َوأَ َح َّل هَّللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم‬
ِ ‫ى فَلَهُ َما َسلَفَ َوأَ ْم ُرهُ إِلَى هَّللا‬Lٰ َ‫الرِّ بَا فَ َم ْن َجا َءهُ َموْ ِعظَةٌ ِم ْن َربِّ ِه فَا ْنتَه‬
٢٧٥:‫﴿البقرة‬  َ‫ار هُ ْم فِيهَا خَالِ ُدون‬ ِ َّ‫ك أَصْ َحابُ الن‬ Lَ ِ‫﴾ َو َم ْن عَا َد فَأُو ٰلَئ‬
:‫﴿البقرة‬  ‫ار أَثِ ٍيم‬ ٍ َّ‫ت َوهَّللا ُ اَل يُ ِحبُّ ُك َّل َكف‬
ِ ‫ص َدقَا‬َّ ‫ق هَّللا ُ ال ِّربَا َويُرْ بِي ال‬ ُ ‫يَ ْم َح‬
٢٧٦﴾
َّ ‫ ال‬L‫ت َوأَقَا ُموا‬
‫صاَل ةَ َوآتَ ُوا ال َّز َكاةَ لَهُ ْم‬ ِ ‫إِ َّن الَّ ِذينَ آ َمنُوا َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا‬
٢٧٧:‫﴿البقرة‬  َ‫ف َعلَ ْي ِه ْم َواَل هُ ْم يَحْ زَ نُون‬ ٌ ْ‫﴾أَجْ ُرهُ ْم ِع ْن َد َربِّ ِه ْم َواَل خَ و‬
َ‫ َما بَقِ َي ِمنَ ال ِّربَا إِ ْن ُك ْنتُ ْم ُم ْؤ ِمنِين‬L‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو َذرُوا‬
٢٧٨:‫﴾﴿البقرة‬
َ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو َذرُوا َما بَقِ َي ِمنَ ال ِّربَا إِ ْن ُك ْنتُ ْم ُم ْؤ ِمنِين‬
٢٧٨:‫﴾﴿البقرة‬
ُ‫ب ِمنَ هَّللا ِ َو َرسُولِ ِه َوإِ ْن تُ ْبتُ ْم فَلَ ُك ْم ُر ُءوس‬ٍ ْ‫فَإِ ْن لَ ْم تَ ْف َعلُوا فَأْ َذنُوا بِ َحر‬
٢٧٩:‫﴿البقرة‬   َ‫ظلَ ُمون‬ ْ ُ‫َظلِ ُمونَ َواَل ت‬
ْ ‫﴾أَ ْم َوالِ ُك ْم اَل ت‬

َ ‫َوإِ ْن َكانَ ُذو ُعس َْر ٍة فَن َِظ َرةٌ إِلَ ٰى َم ْي َس َر ٍة َوأَ ْن ت‬
‫ َخ ْي ٌر لَ ُك ْم إِ ْن ُك ْنتُ ْم‬L‫َص َّدقُوا‬
٢٨۰:‫﴿البقرة‬   َ‫﴾تَ ْعلَ ُمون‬
ٍ ‫َواتَّقُوا يَوْ ًما تُرْ َجعُونَ فِي ِه إِلَى هَّللا ِ ثُ َّم تُ َوفَّ ٰى ُكلُّ نَ ْف‬
ْ َ‫س َما َك َسب‬
‫ت َوهُ ْم اَل‬
٢٨١:‫﴿البقرة‬   َ‫ُظلَ ُمون‬ ْ ‫﴾ي‬
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan
setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka
yang demikian itu, adalah disebabkan mereka. berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual-beli sama dengan riba,
padahal Allah telah menghalalkan jual-beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhent (dari
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya
dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Oran yang mengulangi (mengambil riba),
maka orang itu adalah penghuni penghuni neraka; mereka
kekal di dalamnya. Allah memusnahkan riba dan
menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap
orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.
Sesungguhnya orang-orang yan beriman, mengerjakan
amal saleh, mendirikan sembahyang dan menunaik zakat,
mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan tinggalkan sisi riba (yang belum
dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika
kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka
ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan
memerangimu. Dan jika kamu bertobat (dari pengambilan
riba), maka bagimu pokok hartamu, kamu tidak
menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. Dan jika (orang
berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh
sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian
atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu
mengetahui. (Q.s. al-Baqarah [2]: 275-280).

Menurut jumhûr fukaha, riba itu terbagi dalam dua


kategori, yakni riba nasî‘ah dan riba fadhl. Sementara
menurut Mazhab Syâfi‘î, riba dibedakan menjadi tiga
macam, yakni riba nasî’ah, riba fadhl, dan riba yad. Jumhûr
fukaha, memasukka riba yad ini ke dalam kategori riba
nasî’ah. Riba tetap haram hukumnya, baik dalam kadar
yang sedikit saja, maupun dalam kadar yang berlipat ganda.
Sebab, meskipun ditetapkan dalam kadar yang sedikit saja,
secara na-tural seiring bertambahnya waktu, riba yang
sedikit lama-kelamaan pasti akan beruba menjadi berlipat
ganda juga.

Kelebihan Kelebihan jurnal tersebut adalah materi yang dijelaskan


sangat akurat sehingga memudahkan pembaca untuk
memahami materi yang di jelaskan
Kekurangan Kekurangan yang terdapat pada jurnal ini adalah bagian
bagian dalam meriview jurnal tidak lengkap seperti yang
digunakan tujuan dan permasalahan

Anda mungkin juga menyukai