Menurut Quraish Shihab, dalam Al-Quran, kata riba diulang sebanyak delapan kali yang
terdapat dalam empat surah, yakni al-Baqarah, Ali Imran, al-Nisa dan al-Rum.
1. QS Al-Rum [30]:39
هّٰللا ٰ اس فَاَل يَرْ بُوْ ا ِع ْن َد هّٰللا ِ ۚ َو َمٓا ٰاتَ ْيتُ ْم ِّم ْن
ِ َزَكو ۤ ٍة تُ ِر ْي ُدوْ نَ َوجْ ه ِ َو َمٓا ٰاتَ ْيتُ ْم ِّم ْن ِّربًا لِّيَرْ بُ َو ۠ا فِ ْٓي اَ ْم َو
ِ َّال الن
ٰ ُ فَا
َول ِٕىكَ هُ ُم ْال ُمضْ ِعفُوْ ن
Artinya, Dan, sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia menambah pada harta
manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa
zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat
demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)” (QS. Al-Rum [30]:39)
Dalam surah Al-Rum ayat 39, Allah SWT melarang umat Islam memberikan riba atau
uang tambahan kepada orang lain untuk menambah kekayaannya. Allah SWT menegaskan
bahwa riba tidak menambah apapun di sisi-Nya, bahkan dianggap sebagai perbuatan dosa dan
zalim. Sebaliknya, Allah SWT memerintahkan umat Islam untuk menunaikan zakat untuk
meraih ridha-Nya. Zakat merupakan salah satu kewajiban, dan memberikan zakat dengan niat
mencari keridhaan Allah akan memberikan pahala yang berlipat ganda. Oleh karena itu, surah
Al-Rum ayat 39 dapat dijadikan landasan hukum untuk memahami larangan riba dalam
Islam.
اس بِ ۡالبَا ِط ِل ؕ َواَ ۡعت َۡدنَـا لِ ۡل ٰـكفِ ِر ۡينَ ِم ۡنهُمۡ َع َذابًا اَ لِ ۡي ًما
ِ ََّّواَ ۡخ ِذ ِه ُم الر ِّٰبوا َوقَ ۡد نُه ُۡوا ع َۡنهُ َواَ ۡكلِـ ِهمۡ اَمۡ َوا َل الن
Artinya: dan karena mereka menjalankan riba, padahal sungguh mereka telah dilarang darinya,
dan karena mereka memakan harta orang dengan cara tidak sah (batil). Dan Kami sediakan untuk
orang-orang kafir di antara mereka azab yang pedih. QS. An-Nisa [4]:161
. QS. An-Nisa [4]:160-161 ini menceritakan tentang perilaku orang Yahudi yang
telah
diharamkan untuk memakan riba, namun mereka tetap memakannya. Lalu Allah swt
mengancam akan memberi balasan yang keras kepada orang Yahudi yang tetap
memakan riba. Ayat ini memang bukan merupakan dilalah keharaman riba bagi
kaum muslimin. Akan tetapi memberi gambaran yang buruk terhadap praktik riba.
ayat ini termasuk madaniyah yang di dalamnya telah menerangkan keharaman riba secara
jelas namun bersifat juz‟i. Secara umum, ayat ini menjadi perdebatan antara fukaha bahwa
apakah kriteria berlipat ganda merupakan syarat terjadinya riba, atau ini merupakan sifat
umum dari praktik pembungaan uang pada saat itu