Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
PENGANTAR EKONOMI SYARIAH
Dosen Pengampu:
Deni Maulana, SE.Sy., ME
Disusun oleh:
Dede Muslim Nurdin
NIM 0452201018
SALEH BUDIMAN
TASIKMALAYA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai bagian dari hukum Islam yang mana merupakan suatu prinsip yang sangat
besar dan terdapat pijakan berupa keadilan dalam memperhatikan kemaslahatan
manusia seluruhnya. Berdasarkan prinsip-prinsip agung yang diuraikan dalam makalah
ini, dapat diketahui bahwa muamalah dalam jual beli tidak dapat dikeluarkan dari
mubah kepada haram kecuali jika ada sesuatu yang diperingatkan, misalnya karena
menjurus kepada kedzaliman terhadap salah satu pihak, berupa riba, kedustaan,
penipuan, dengan berbagai ragamnya, ketidak tahuan dan pengecohan dengan segala
jenisnya. Semua itu adalah contoh kedzaliman terhadap salah satu pihak.
B. Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian Riba
2. Dapat memahami hukum Riba
3. Dapat mengetahui dalil & bukti larangan Riba
4. Dapat mengetahui jenis-jenis Riba & contohnya di kehidupan
5. Dapat memahami bunga Bank
6. Dapat memahami manfaat diharamkanya Riba
7. Dapat mengetahui sikap Menghindari Riba
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. RIBA
1. Pengertian Riba
Diantara akad jual beli yang dilarang dengan pelarangan yang kerasa antara lain
adalah Riba. Yang dalam hal ini Riba berarti = ) الزيادةkelebihan atau tambahan). secara
bahasa bermakna tambahan, tumbuh dan menjadi tinggi.
Sedangkan menurut terminologi syara’, Riba berarti: “Akad untuk satu ganti khusus
tanpa diketahui perbandingannya dalam penilaian syariat ketika berakad atau bersama
dengan mengakhirkan kedua ganti atau salah satunya.”1
Dengan demikian, Riba menurut istilah ahli fiqih adalah penambahan pada salah
satu dari dua ganti yang sejenis tanpa ada ganti dari tambahan ini. Tidak semua
tambahan dianggap riba, karena tambahan terkadang dihasilkan dalam sebuah
perdagangan dan tidak ada riba didalamnya hanya saja tambahan yang di istilahkan
dengan nama Riba dan Al-Qur’an datang menerangkan pengharamannya adalah
tambahan yang diambil sebagai ganti dari tempo.
Yang dalam hal ini ada juga yang mendefinisikan sebagai berikut:
2. Hukum Riba
3
Dalam agama samawi Riba diharamkan karena banyak kemudaratannya karena
Riba hanya menguntungkan satu pihak yaitu pihak pemberi pinjaman sedangkan
pihak penerima pinjaman akan rugi jika tidak bisa membayar hutangnya sebelum
jatuh tempo sebab hutangnya peminjam bertambah seiring waktu karena Riba yang
memberatkan itu.
Allah SWT akan memerangi orang-orang yang melakukan Riba dan mengancam
memasukkan orang tersebut kedalam neraka, dan mereka kekal di dalamnya sesuai
firmanNya di Al Quran & Rosullullah SAW juga melaknat orang yang memakan riba
dan sejenisnya karena merugikan orang lain.
4
a. Al-Qur’an
َد ٱِۖهَّلل َو َم ٓا َء اَتۡي ُتم ِّم ن َز َك ٰو ٖةXXَو َم ٓا َء اَتۡي ُتم ِّم ن ِّر ٗب ا ِّلَيۡر ُب َو ْا ِفٓي َأۡم َٰو ِل ٱلَّن اِس َفاَل َيۡر ُب وْا ِع ن
َٰٓل
٣٩ ُتِر يُد وَن َو ۡج َه ٱِهَّلل َفُأْو ِئَك ُهُم ٱۡل ُم ۡض ِع ُفوَن
Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta
manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan
berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang
berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)
(QS Ar Rum ayat 39)
١٦٠ َفِبُظۡل ٖم ِّم َن ٱَّلِذ يَن َهاُد وْا َح َّرۡم َنا َع َلۡي ِهۡم َطِّيَٰب ٍت ُأِح َّلۡت َلُهۡم َو ِبَص ِّد ِهۡم َعن َس ِبيِل ٱِهَّلل َك ِثيٗر ا
َو َأۡخ ِذِهُم ٱلِّر َبٰو ْا َو َقۡد ُنُهوْا َع ۡن ُه َو َأۡك ِلِهۡم َأۡم َٰو َل ٱلَّن اِس ِبٱۡل َٰب ِط ِۚل َو َأۡع َت ۡد َنا ِلۡل َٰك ِف ِر يَن ِم ۡن ُهۡم َع َذ اًبا
١٦١ َأِليٗم ا
ۖٗة
١٣٠ َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنوْا اَل َتۡأ ُك ُلوْا ٱلِّر َبٰٓوْا َأۡض َٰع ٗف ا ُّم َٰض َع َف َو ٱَّتُقوْا ٱَهَّلل َلَع َّلُك ۡم ُتۡف ِلُحوَن
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat
ganda] dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan
(QS Al Imraan ayat 130)
5
ٱَّلِذ يَن َيۡأ ُك ُلوَن ٱلِّر َبٰو ْا اَل َيُقوُم وَن ِإاَّل َك َم ا َيُقوُم ٱَّلِذ ي َيَتَخَّبُطُه ٱلَّش ۡي َٰط ُن ِم َن ٱۡل َم ِّۚس َٰذ ِل َك ِب َأَّنُهۡم
ة ِّم ن َّرِّبِهۦٞ َقاُلٓو ْا ِإَّنَم ا ٱۡل َبۡي ُع ِم ۡث ُل ٱلِّر َب ٰو ْۗا َو َأَح َّل ٱُهَّلل ٱۡل َبۡي َع َو َح َّر َم ٱلِّر َب ٰو ْۚا َفَم ن َج ٓاَء ۥُه َم ۡو ِع َظ
َٰٓل
٢٧٥ َفٱنَتَهٰى َفَل ۥُه َم ا َس َلَف َو َأۡم ُر ٓۥُه ِإَلى ٱِۖهَّلل َو َم ۡن َعاَد َفُأْو ِئَك َأۡص َٰح ُب ٱلَّناِۖر ُهۡم ِفيَها َٰخ ِلُد وَن
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan
dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang
telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah
penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya ( QS Al Baqarah ayat 275)
٢٧٦ َيۡم َح ُق ٱُهَّلل ٱلِّر َبٰو ْا َو ُيۡر ِبي ٱلَّص َد َٰق ِۗت َو ٱُهَّلل اَل ُيِح ُّب ُك َّل َك َّفاٍر َأِثيٍم
Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai
setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa (QS Al Baqarah
ayat 276)
َد َر ِّبِهۡمXXِإَّن ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنوْا َو َع ِم ُلوْا ٱلَّٰص ِلَٰح ِت َو َأَقاُم وْا ٱلَّص َلٰو َة َو َء اَتُو ْا ٱلَّز َكٰو َة َلُهۡم َأۡج ُر ُهۡم ِع ن
٢٧٧ َو اَل َخۡو ٌف َع َلۡي ِهۡم َو اَل ُهۡم َيۡح َز ُنوَن
٢٧٨ َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنوْا ٱَّتُقوْا ٱَهَّلل َو َذ ُروْا َم ا َبِقَي ِم َن ٱلِّر َبٰٓوْا ِإن ُك نُتم ُّم ۡؤ ِمِنيَن
6
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman (QS Al Baqarah ayat
278)
َفِإن َّلۡم َتۡف َع ُلوْا َفۡأ َذُنوْا ِبَح ۡر ٖب ِّم َن ٱِهَّلل َو َر ُسو ۖۦ
ِلِه َو ِإن ُتۡب ُتۡم َفَلُك ۡم ُر ُء وُس َأۡم َٰو ِلُك ۡم اَل َتۡظ ِلُم وَن َو اَل
٢٧٩ ُتۡظ َلُم وَن
Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah,
bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari
pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak
(pula) dianiaya (QS Al Baqarah ayat 279)
b. As-Sunnah
Dalam hal ini dasar hukum Riba juga dijelaskan dalam sunnah yaitu:
1. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah
اْج َتِنُبوا الَّسْبَع اْلُم وِبَقاِت َقاُلوا َيا َر ُسوَل ِهَّللا َو َم ا ُهَّن َقاَل الِّش ْر ُك ِباِهَّلل َو الِّس ْح ُر َو َقْت ُل الَّنْفِس
اَّلِتي َح َّر َم ُهَّللا ِإاَّل ِب اْلَح ِّق َو َأْك ُل الِّر َب ا َو َأْك ُل َم اِل اْلَيِتيِم َو الَّت َو ِّلي َي ْو َم الَّز ْح ِف َو َق ْذ ُف
اْلُم ْح َص َناِت اْلُم ْؤ ِم َناِت اْلَغاِفاَل ِت
“ Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Nabi SAW bersabda, Tinggalkanlah tuju dosa
yang dapat membinasakan. Sahabat bertanya, Apakah itu, ya Rasulullah? ‘Jawab
Nabi, (1) Syirik (mempersekutukan Allah); (2) berbuat sihir; membunuh jiwa yang
diharamkan Allah, kecuali yang hak; (4) makan harta Riba; (5) makan harta anak
yatim; (6) melarikan diri dari perang jihad pada saat berjuang; dan (7) menuduh
wanita mukminat yang sopan (berkeluarga) dengan tuduhan zina.
َلَع َن َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم آِكَل الِّر َبا َوُم ْؤ ِكَلُه َو َك اِتَبُه َو َش اِهَد ْيِه َو َقاَل ُهْم َس َو اٌء
“Rasulullah melaknat pemakan riba, orang yang memberi makan dengan riba, juru
tulis transaksi riba, dua orang saksinya, semuanya sama saja.
7
3. Diriwayatkan oleh imam Al-Bukhari dari Samurah bin Jundub
َر َأْيُت الَّلْيَل َة َر ُج َلْيِن َأَتَي اِني َفَأْخ َر َج اِني ِإَلى َأْر ٍض ُم َقَّد َس ٍة َفاْنَطَلْقَن ا َح َّتى َأَتْيَن ا
َع َلى َنَهٍر ِم ْن َد ٍم ِفيِه َر ُجٌل َقاِئٌم َو َع َلى َو َسِط الَّنَهِر َر ُجٌل َبْيَن َيَد ْيِه ِح َج اَر ٌة َفَأْقَب َل
الَّرُجُل اَّلِذ ي ِفي الَّنَهِر َفِإَذ ا َأَر اَد الَّرُجُل َأْن َيْخ ُر َج َر َم ى الَّرُج ُل ِبَح َج ٍر ِفي ِفيِه
َفَر َّد ُه َح ْيُث َك اَن َفَج َعَل ُك َّلَم ا َج اَء ِلَيْخ ُر َج َر َم ى ِفي ِفيِه ِبَح َج ٍر
َفَيْر ِج ُع َك َم ا َك اَن َفُقْلُت َم ا َهَذ ا َفَقاَل اَّلِذ ي َر َأْيَتُه ِفي الَّنَهِر آِكُل الِّر َبا
Tadi malam aku melihat dua orang lelaki, lalu keduanya mengajakku pergi ke
sebuah tanah yang disucikan. Kamipun berangkat sehingga sampai ke satu sungai
yang berair darah. Di situ terdapat seorang lelaki sedang berdiri. Di tengah sungai
terdapat seorang lelaki lain yang menaruh batu di hadapannya. Ia menghadap ke
arah lelaki yang ada di sungai. Kalau lelaki di sungai itu mau keluar, ia
melemparnya dengan batu sehingga terpaksa lelaki itu kembali ke dalam sungai
darah. Demikianlah seterusnya setiap kali lelaki itu hendak keluar, lelaki yang di
pinggir sungai melempar batu ke mulutnya sehingga ia terpaksa kembali lagi seperti
semula. Aku bertanya: “Apa ini?” Salah seorang lelaki yang bersamaku menjawab:
“Yang engkau lihat dalam sungai darah itu adalah pemakan riba.
2. Riba Yad, yaitu berpisah dari tempat sebelum ditimbang dan diterima,
maksudnya : orang yang membeli suatu barang, kemudian sebelum ia
menerima barang tersebut dari si penjual, pembeli menjualnya kepada orang
lain. Jual beli seperti itu tidak boleh, sebab jual beli masih dalam ikatan
dengan pihak pertama.
8
3. Riba Nasi’ah yaitu riba yang dikenakan kepada orang yang berhutang
disebabkan memperhitungkan waktu yang ditangguhkan. Contoh : Aminah
meminjam cincin 10 Gram pada Ramlan. Oleh Ramlan disyaratkan
membayarnya tahun depan dengan cincin emas sebesar 12 gram, dan apa
bila terlambat 1 tahun, maka tambah 2 gram lagi, menjadi 14 gram dan
seterusnya. Ketentuan melambatkan pembayaran satu tahun.
9
6) si A meminjam dua liter bensin kepada si B, kemudian disyaratkan adanya
penambahan satu liter dalam pengembaliannya, maka tambahan tersebut adalah riba
yang diharamkan.
Bunga Bank termasuk masalah ijtihadiah karena tidak ada nas atau dalil baik dalam
alquran maupun hadis, berikut beberapa pendapat dari beberapa kalangan tentang bunga
dalam perbankan :
Jumhur Ulama’ sepakat bahwa bunga bank adalah riba, oleh karena itulah
hukumnya haram. Pertemuan 150 Ulama’ terkemuka dalam konferensi Penelitian
Islam di bulan Muharram 1385 H, atau Mei 1965 di Kairo, Mesir menyepakati secara
aklamasi bahwa segala keuntungan atas berbagai macam pinjaman semua merupakan
praktek riba yang diharamkan termasuk bunga bank. Berbagai forum ulama
internasional yang juga mengeluarkan fatwa pengharaman bunga bank.
Abu zahrah, Abu ‘ala al-Maududi Abdullah al-‘Arabi dan Yusuf Qardhawi
mengatakan bahwa bunga bank itu termasuk riba nasiah yang dilarang oleh Islam.
Karena itu umat Islam tidak boleh bermuamalah dengan bank yang memakai ssstem
bunga, kecuali dalam keadaan darurat atau terpaksa. Bahkan menurut Yusuf
Qardhawi tidak mengenal istilah darurat atau terpaksa, tetapi secara mutlak beliau
mengharamkannya. Pendapat ini dikuatkan oleh Al-Syirbashi, menurutnya bahwa
bunga bank yang diperoleh seseorang yang menyimpan uang di bank termasuk jenis
riba, baik sedikit maupun banyak. Namun yang terpaksa, maka agama itu
membolehkan meminjam uang di bank itu dengan bunga.
Dr. Sayid Thantawi yang berfatwa tentang bolehnya sertifikat obligasi yang
dikeluarkan Bank Nasional Mesir yang secara total masih menggunakan sistem
bunga, dan ahli lain seperti Dr. Ibrahim Abdullah an-Nashir dalam buku Sikap
Syariah Islam terhadap Perbankan mengatakan, “Perkataan yang benar bahwa tidak
mungkin ada kekuatan Islam tanpa ditopang dengan kekuatan perekonomian, dan
tidak ada kekuatan perekonomian tanpa ditopang perbankan, sedangkan tidak ada
perbankan tanpa riba. Ia juga mengatakan, “Sistem ekonomi perbankan ini memiliki
10
perbedaan yang jelas dengan amal-amal ribawi yang dilarang Al-Qur’an yang Mulia.
Karena bunga bank adalah muamalah baru, yang hukumnya tidak tunduk terhadap
nash-nash yang pasti yang terdapat dalam Al-Qur’an tentang pengharaman riba
Pendapat A. Hasan, pendiri dan pemimpin Pesantren Bangil (Persis)
berpendapat bahwa bunga bank seperti di negara kita ini bukan riba yang
diharamkan, karena tidak bersifat ganda sebagaimana yang dinyatakan dalam surat
Ali Imran ayat 130.
Menurut musyawarah nasional alim ulama NU pada 1992 di Lampung, para
ulama NU tidak memutus hukum bunga bank haram mutlak. Memang ada beberapa
ulama yang mengharamkan, tetapi ada juga yang membolehkan karena alasan
darurat dan alasan-alasan lain.
Hasil rapat komisi VI dalam Musyawarah Nasional (Munas) ke-27 Tarjih
dan Tajdid Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)
menetapkan, bunga perbankan termasuk riba sehingga diharamkan.
Larangan al-Qur’an terhadap pengambilan riba adalah jelas dan pasti. Sepanjang
pengetahuan tidak seorang pun mempermasalahkannya. Tetapi pertentangan yang
ditimbulkan adalah mengenai perbedaan antara riba dan bunga. Salah satu mazhab
pemikiran percaya bahwa apa yang dilarang Islam adalah riba, bukan bunga. Sementara
suatu mazhab pemikiran lain merasa bahwa sebenarnya tidak terdapat perbedaan antara
riba dan bunga. Karena itu pertayaan pertama yang harus dijawab adalah apakah ada
perbedaan antara riba dalam al-Qur’an dan bunga dalam dunia kapitalis.
Jika kita melihat pengertian riba yang tercantum dalam surat al-Rum ayat 39, Maka
bunga bank sama dengan riba. Oleh karena itu wajarlah jika MUI dan OKI
mengeluarkan fatwa bahwa bunga bank adalah haram. Namun begitu, hukum Islam
sangatlah fleksibel. Artinya bagi yang tinggal di daerah dimana tidak ada bank syariah
seperti di NTT misalnya, sementara transaksi perbankan sangatlah krusial bagi
ekonomi, maka hukumnya menjadi makruh. Hukum Islam itu gampang untuk
dijalankan tapi jangan digampangkan.
11
Semua ajaran agama, baik yang berupa perintah maupun larangan pasti memiliki
1. Selamat dari sikap serakah atau tamak terhadap harta yang bukan haknya
2. Terhindar dari sikap hidup malas karena hanya mengharapkan bunga uang
yang dipinjamkan
Dalam bertindak, Islam selalu mengajarkan berilmulah terlebih dahulu. Dalam masalah
ibadah, Islam mengajarkan hal ini agar amalan seseorang tidak sia-sia.
Setelah mengetahui definisi riba dan berbagai bentuknya, mengetahui bahaya riba akan
semakin membuat seorang muslim menjauhinya transaksi haram tersebut.
Islam menerangkan agar kita tidak terlalu bermudah-mudahan untuk berutang. Orang
yang berutang dan ia enggan melunasinya –padahal ia mampu – sungguh sangat tercela.
12
Tidak merasa cukup, alias tidak memiliki sifat qona’ah, itulah yang membuat orang
ingin hidup mewah-mewahan
Sikap sabar dalam menerima rizki yang diberikan Allah SWT dalam kehidupan kita
sangat diperlukan untuk dapat menghindari riba
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Riba dalam utang adalah tambahan atas utang, baik yang disepakati sejak awal
ataupun yang ditambahkan sebagai denda atas pelunasan yang tertunda. Riba utang ini
bisa terjadi dalam qardh (pinjam/utang-piutang) ataupun selain qardh, seperti jual-beli
kredit. Semua bentuk riba dalam utang tergolong riba nasi’ah karena muncul akibat
tempo (penundaan).
Riba dalam jual-beli juga terjadi karena pertukaran antar barang ribawi yang tidak
kontan, seperti emas ditukar dengan perak secara kredit. Praktek ini digolongkan ke
dalam riba nasi’ah atau secara khusus disebut dengan istilah riba yad.
Saran
Kepada para pembaca setelah memahami isi dari makalah ini agar dapat
menghindari Riba dalam kehidupan sehari-hari , menjalankan perintah & larangan
Allah SWT dan terhindar dari laknat Allah SWT.
14
DAFTAR PUSTAKA
www.academia.edu/4597678/MAKALAH_MUAMALAH_FIQIH__Jual_beli_Qiradh_dan_
Riba |Makalah Muamalah Fiqih oleh Ana Rosyida
15