Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENGANTAR EKONOMI SYARI’AH TENTANG RIBA

OLEH :
Nama : IKRAR DINATA
Nim : 2330402036

Dosen pengampu:
1. Prof. Dr. Syukri Iska, M.Ag
2. Tezi Asmadia, M.E, Sy

PROGAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN


BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAHMUD YUNUS
BATUSANGKAR
2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama pemakalah memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan petunjuknya sehingga pemakalah
dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul "Pengantar Ekonomi
Syari'ah". Tak lupa pula shalawat serta salam kita kepada Nabi Muhammad SAW
karena atas berkat beliaulah kita mengenal agama yang benar yaitu Adinul Islam
Kemudian pemakalah juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof.
Dr. Syukron Iska, M. Ag Dan Ibuk Tezi Asmadiah, M.E, Sy yang telah
membimbing kami dalam mata kuliah pengantar ekonomi syariah sehingga
pemakalah mampu mengerjakan makalah ini dengan baik. Makalah ini pemakalah
buat tidak hanya semata-mata untuk memenuhi tugas yang telah diberikan.
Namun, kamu juga berharap bahwa makalah ini mampu dijadikan sebagai
pembelajaran khususnya dalam bab Ekonomi Syari'ah.
Pemakalah menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini
maka besar kiranya harapan kami untuk mendapatkan kritik dan saran dari
bapak/ibu demi kesempurnaan makalah ini dan pemakalah berharap bahwa
makalah ini dapat benar-benar bermanfaat bagi semua pihak dan juga bagi diri
pemakalah sendiri.

Batusangkar,... 4 November 2023

IKRAR DINATA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Riba adalah istilah yang digunakan dalam keuangan Islam untuk merujuk pada
bunga atau riba. Hal ini dianggap haram atau dilarang dalam perbankan
Islam.Riba didefinisikan sebagai pengambilan pembayaran tambahan, baik dalam
pembelian dan penjualan atau dalam pinjam meminjam, tanpa manfaat atau
pertimbangan nyata.Larangan riba mempunyai implikasi terhadap perekonomian,
karena mempengaruhi transaksi keuangan dan cara bisnis beroperasi.
Secara keseluruhan, pelarangan riba dalam keuangan Islam mempunyai
implikasi yang signifikan terhadap perekonomian, mendorong perilaku etis,
stabilitas, dan pembagian risiko.

B. Rumusan Masalah

Didalam rumusan masalah terdapat beberapa rumusan masalah antara lain :


1. Apa yang dimaksud dengan Riba?
2. Apa yang menjadi dasar riba dan tahap pengharaman riba?
3. Apa jenis-jenis riba?
4. Bagaimana riba dalam kontemporer?
5. Bagaimana Implementasi riba dengan perekonomian

C. Tujuan

Dalam makalah ini juga mempunyai tujuan antara lain :


1. Untuk mengetahui pengertian dari Riba
2. Untuk mengetahui dasar hukum riba
3. Untuk mengetahui macam-macam riba
4. Untuk mengetahui hubungan riba dengan perekonomian kontemporer
5. Untuk mengetahui implementasi riba dengan perekonomian
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Riba
Kata riba berasal dari bahasa Arab,secara etimologis berarti tambahan
(azziyadah),berkembang (an-numuw), membesar (al-'uluw) dan meningkat
(alirtifa').1 Sehubungan dengan arti riba dari segi bahasa tersebut, ada ungkapan
orang Arab kuno menyatakan sebagai berikut; arba fulan 'ala fulan idza azada
'alaihi (seorang melakukan riba terhadap orang lain jika di dalamnya terdapat
unsur tambahan atau disebut liyarbu ma a'thaythummin syai'in lita'khuzu aktsara
minhu (mengambil dari sesuatu yang kamuberikan dengan cara berlebih dari apa
yang diberikan) .
Menurut Wasilul Chair mengutip Abd al-Rahman al-Jaziri mengatakan para
ulama' sependapat bahwa tambahan atas sejumlah pinjaman ketika pinjaman itu
dibayar dalam tenggang waktu tertentu 'iwadh (imbalan) adalaha riba. Yang
dimaksud dengan tambahan adalah tambahan kuantitas dalam penjualan asset
yang tidak boleh dilakukan dengan perbedaan kuantitas (tafadhul), yaitu penjualan
barang-barang riba fadhal:
emas, perak, gandum, serta segala macam komoditi yang disetarakan dengan
komoditi tersebut. Dalam pengertian lain secara linguistik riba juga berarti
tumbuh dan membesar.
Secara istilah syar’i menurut A.Hassan, riba adalah suatu tambahan yang
diharamkan didalam urusan pinjam meminjam.5 Menurut Jumhur ulama prinsip
utama dalam riba adalah penambahan, penambahan atas harta pokok tanpa adanya
transaksi bisnis riil. Ada beberapa pendapat lain dalam menjelaskan riba, namun
secara umum terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah
pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual-beli maupun pinjam-meminjam
secara bathil atau bertentangan dengan prinsip muamalat dalam Islam. Kata riba
tidak hanya berhenti kepada arti "kelebihan". Pengharaman riba dan penghalalan
jual beli tentunya tidak dilakukan tanpa adanya "sesuatu" yang membedakannya,
dan "sesuatu" itulah yang menjadi penyebab keharamannya
A.Dasar hukum riba dan tahap-tahap pengharaman riba

1. Dasar hukum Riba


• Al-Quran
Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 275. Yang artinya
‫َاَّلِذ ْيَن َيْأُك ُلْو َن الِّر ٰب وا اَل َيُقْو ُم ْو َن ِااَّل َك َم ا َيُقْو ُم اَّلِذ ْي َيَتَخَّبُطُه الَّش ْيٰط ُن ِم َن اْلَم ِّۗس ٰذ ِلَك ِبَاَّنُهْم َقاُلْٓو ا ِاَّنَم ا اْلَبْيُع ِم ْثُل‬
‫الِّر ٰب وۘا َو َاَح َّل ُهّٰللا اْلَبْيَع َو َح َّر َم الِّر ٰب وۗا َفَم ْن َج ۤا َء ٗه َم ْو ِع َظٌة ِّم ْن َّرِّبٖه َفاْنَتٰه ى َفَلٗه َم ا َس َلَۗف َو َاْم ُر ٓٗه ِاَلى ِهّٰللا ۗ َو َم ْن َعاَد‬
‫ٰۤل‬
‫َفُاو ِٕىَك َاْص ٰح ُب الَّناِر ۚ ُهْم ِفْيَها ٰخ ِلُد ْو َن‬
YANG ARTINYA : “Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang
demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal
Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa
mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah
diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah.
Barangsiapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di
dalamnya”.
Dalam ayat diatas Allah telah menjelaskan bahwa Allah telah menghalalkan
jual beli dan mengharamkan riba. Keduanya jelas berbeda, karena jual beli
menguntungkan kedua belah pihak yaitu penjual dan pembeli, sementara riba
merugikan salah satu pihak.
Dengan demikian, barang siapa mendapat peringatan dari Tuhannya setelah
melakukan transaksi riba kemudian ia berhenti dan tidak mengulanginya lagi,
maka apa yang telah diperoleh dahulu sebelum datang larangan menjadi miliknya.
Riba yang sudah diambil atau diterima sebelum turun surah Al Baqarah ayat 275
boleh tidak dikembalikan.
Namun, apabila transaksi riba diulangi kembali setelah peringatan Allah
datang, niscaya mereka menjadi penghuni neraka. Pelaku riba akan kekal di
dalamnya.

2. Tahap-tahap pengharaman riba


1. Tahap Pertama,
menolak anggapan bahwa pinjaman riba pada zahirnya menambah harta dan
menolong mereka yang memerlukan sebagai suatu perbuatan mendekati atau
taqarrub kepada Allah SWT.
Mengubah persepsi. Firman Allah SWT :

‫َو َم ا آَتْيُتْم ِم ْن ِرًبا ِلَيْر ُبَو ِفي َأْم َو اِل الَّناِس َفاَل َيْر ُبو ِع ْنَد ِهَّللاۖ َو َم ا آَتْيُتْم ِم ْن َزَك اٍة ُتِريُد وَن َو ْج َه هَّللا‬
‫َفُأوَٰل ِئَك ُهُم اْلُم ْض ِع ُفوَن‬

“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta
manusia. Maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah,
maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipatgandakan
(pahalanya)” (QS. Ar Rum : 39).

2. Tahap kedua,
riba digambarkan sebagai suatu yang buruk dan balasan yang keras kepada orang
Yahudi yang memakan riba.
Memberi contoh riel

Firman Allah SWT :

‫َفِبُظْلٍم ِم َن اَّلِذ يَن َهاُدوا َح َّر ْم َنا َع َلْيِهْم َطِّيَباٍت ُأِح َّلْت َلُهْم َو ِبَص ِّد ِهْم َع ْن َس ِبيِل ِهَّللا َك ِثيًرا‬

“Maka disebabkan kezhaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka


(memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka,
dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan
disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang
daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang bathil.
Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir diantara mereka itu siksa
yang pedih” (QS. An-Nisa: 160-161).
3. Tahap ketiga,
riba itu diharamkan dengan dikaitkan kepada suatu tambahan yang berlipat ganda.
Menunjukkan karakter riba

Allah SWT. Berfirman:

‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَل َتْأُك ُلوا الِّر َبا َأْض َع اًفا ُمَض اَع َفًةۖ َو اَّتُقوا َهَّللا َلَع َّلُك ْم ُتْفِلُحوَن‬

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat
ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan” (QS. Ali Imran:130).

4. Tahap keempat,
ayat riba diturunkan oleh Allah SWT. Yang dengan jelas sekali mengharamkan
sebarang jenis tambahan yang diambil daripada pinjaman.
Memberikan hukum

Firman Allah SWT. :

‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَّتُقوا َهَّللا َو َذ ُروا َم ا َبِقَي ِم َن الِّر َبا ِإْن ُكْنُتْم ُم ْؤ ِمِنيَن‬

“Hai orang-orang yang beriman,bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa


riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu
tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah, bahwa Allah dan
Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba),
maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya”
(QS. Al Baqarah: 278-279).

Jenis-jenis Riba
Secara garis besar riba dikelompokkan menjadi dua, yaitu riba utang-piutang dan
riba jual-beli. Riba utang-piutang terbagi lagi menjadi riba qardh dan riba jahiliah,
sedangkan riba jual-beli terbagi atas riba fadhl dan riba nasi’ah.
 Riba jual-beli :
1. Riba Fadhl
Riba fadhl merupakan jenis transaksi jual beli bahan ribawi yang sesama jenis
tanpa persamaan timbangan atau sukatan, seperti menjual 10 gram emas dengan
11 gram, menjual 5 kg gandum dengan 6 kg.

2. Riba Nasi'ah
Riba Nasi'ah merupakan jual beli bahan ribawi baik yang satu jenis maupun yang
berbeda jenis tetapi ada penangguhan dalam penyerahan dari salah satu pihak.
contohnya adalah seseorang meminjam sekilo gandum dalam jangka waktu
tertentu. Apabila saat pembayaran tiba, pihak yang mempunyai utang tidak dapat
membayarnya, maka ia harus menambah menjadi 1.5 kilo. Yang maksudnya
menambah pembayaran utangnya sesuai dengan pengunduran waktu pembayaran.
 Riba utang piutang :
3. Riba Jahiliyah
Riba jahiliyah merupakan jenis riba karena adanya tambahan dari pinjaman pokok
yang diberikan oleh orang yang memberikan utang kepada orang yang berutang
karena tidak mampu membayar pada saat jatuh tempo.
Contoh riba jahilliyah adalah peminjaman uang sebesar Rp20 juta rupiah dengan
ketentuan waktu pengembalian 6 bulan. Jika tidak dapat membayarkan secara
tepat waktu, maka akan ada tambahan utang dari total pinjaman.

4. Riba Qardh
Riba Qardh adalah tambahan nilai yang dihasilkan akibat dilakukannya
pengembalian pokok utang dengan beberapa persyaratan dari pemberi utang.
Contoh riba di kehidupan sehari-hari yaitu pemberian utang Rp100 juta oleh
rentenir, namun disertai bunga 20% dalam waktu 6 bulan.
D. Bentuk riba dalam ekonomi kontemporer

1. Bunga bank: Bunga bank adalah bentuk riba yang paling umum dalam ekonomi
kontemporer. Bunga bank adalah biaya yang dikenakan oleh bank atas pinjaman
uang yang diberikan kepada nasabahnya.

2. Kredit macet: Kredit macet adalah bentuk riba yang terjadi ketika seseorang
tidak dapat membayar kembali pinjaman yang telah diberikan oleh bank atau
lembaga keuangan lainnya. Dalam hal ini, bank atau lembaga keuangan akan
menagih bunga yang lebih tinggi dari jumlah pinjaman yang diberikan.

3. Kartu kredit: Kartu kredit adalah bentuk riba yang terjadi ketika seseorang tidak
membayar tagihan kartu kreditnya secara penuh pada akhir bulan. Dalam hal ini,
bank atau lembaga keuangan akan menagih bunga yang lebih tinggi dari jumlah
tagihan yang belum dibayar.

4. Leasing: Leasing adalah bentuk riba yang terjadi ketika seseorang menyewa
barang dengan membayar sejumlah uang setiap bulannya. Dalam hal ini, jumlah
uang yang dibayarkan setiap bulannya biasanya lebih tinggi dari harga barang
tersebut.

5. Investasi: Investasi adalah bentuk riba yang terjadi ketika seseorang


meminjamkan uang kepada orang lain dengan harapan mendapatkan keuntungan
yang lebih tinggi dari jumlah pinjaman yang diberikan.

E. Implikasi Riba dalam perekonomian


Al- Quran dan Hadist sangat jelas mengatakan bahwa bunga hukumnya
haram. Para pakar ekonomi islam sudah menyimpulkan bahwa dampak dari
penerapan bunga (riba) adalah akan terjadi kehancuran. Tapi masyarakat muslim
sampai hari ini mengacuhkan bunyi pesan ini. Maka kehancuranlah yang akan
terjadi.
Riba dapat menimbulkan permusuhan antara pribadi dan mengurangi
semangat kerjasama/saling menolong dengan sesama manusia. Dengan
mengenakan tambahan kepada peminjam akan menimbulkan perasaan bahwa
peminjam tidak tahu kesulitan dan tidak mau tahu kesulitan orang lain

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah di atas tadi tentang riba dapat disimpulkan bahwa riba adalah
praktik yang diharamkan dalam Islam karena dianggap tidak adil dan merugikan
salah satu pihak. Riba memiliki implikasi yang signifikan terhadap perekonomian,
baik dari segi moral, sosial, maupun ekonomi. Beberapa yang berdampak pada
riba terhadap perekonomian antara lain inflasi ekonomi, eksploitasi kekayaan
pemberi pinjaman, monopoli sumber daya, penghambatan tingkat produktivitas,
krisis ekonomi, dan kesenjangan sosial. Oleh karena itu, penting bagi umat Islam
untuk menghindari praktik riba dan memilih alternatif yang halal dalam
melakukan transaksi ekonomi. Selain itu, lembaga keuangan syariah dapat
menjadi alternatif yang halal untuk menghindari riba dan menjalani kehidupan
yang lebih baik dan lebih berkah.

Anda mungkin juga menyukai