Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENGANTAR ILMU EKONOMI ISLAM

“ RIBA, GHARAR, DAN MAYSIR”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah


Mata Kuliah: Pengantar Ilmu Ekonomi Islam

Dosen Pembimbing: Nurul Fitri Habibah, ME.


Disusun oleh:
1. Alfiyah Amrotul Hikmah
2. Najha Zakiyah Sukma

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM BAKTI NEGARA
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Riba,
Gharar, dan Maysir” dengan baik meskipun masih banyak terdapat kekurangan didalam
makalah ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenaibukti-bukti kebesaran Allah, dan juga fenomena-fenomena
alam yang terjadi. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna.

Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi
siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu ajaran Islam yang mengatur kehidupan manusia adalah aspek ekonomi
(mua’malah, iqtishodiyah). Ajaran Islam tentang ekonomi cukup banyak dan ini
menunjukkan bahwa perhatian Islam dalam masalah ekonomi sangat besar. Ayat yang
terpanjang dalam Al-Quran justru berisi tentang masalah perekonomian, bukan masalah
ibadah (mahdhah) atau aqidah. Ayat yang terpanjang itu ialah ayat 282 dalam surah
AlBaqarah, yang menurut Ibnu Arabi ayat ini mengandung 52 hukum/masalah ekonomi).
Pelarangan Riba, Gharar dan Maysir semakin relevan untuk era modern ini karena
pasar keuangan modern banyak mengandung usaha memindahkan risiko (bahaya) pada
pihak lain (dalam asuransi konvensional, pasar modal dan berbagai transaksi keuangan
yang mengandung unsur perjudian). Dimana setiap usaha bisnis pasti memiliki risiko dan
tidak dapat dihindari. Sistem inilah yang dihapus oleh Islam agar proses transaksi tetap
terjaga dengan baik dan persaudaraan tetap terjalin dan tidak menimbulkan permusuhan
bagi yang melalukan transaksi dalam pasar keuangan.
Dalam makalah ini akan membahas lebih lanjut tentang konsep dasar dan defenisi dari
berbagai istilah yang berkaitan dengan “Riba, Gharar, dan Maysir.”

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Riba dan Hukumnya?
2. Apa Saja Jenis-Jenis Riba?
3. Apakah Pengertian Gharar Dan Hukumnya?
4. Apa Saja Jenis-Jenis Gharar?
5. Apakah Pengertian Maisir dan Hukumnya?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Riba Dan Hukumnya.
2. Untuk Mengetahui Jenis-Jenis Riba.
3. Untuk Mengetahui Pengertian Gharar Dan Hukumnya.
4. Untuk Mengetahui Jenis-Jenis Gharar.
5. Untuk Mengetahui Pengertian Maisir Dan Hukumnya.
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Riba
Menurut etimologi riba berarti az-ziyadah. Artinya tambahan. Sedangkan menurut
terminologi adalah: “Kelebihan/tambahan pembayaran tanpa ada ganti/imbalan yang
disyaratkan bagi salah seorang dari dua orang yang membuat akad (transaksi).”
Diantara akad jual beli yang dilarang dengan pelarangan yang keras antara lain adalah
riba. Riba secara bahasa berarti penambahan, pertumbuhan, kenaikan, dan ketinggian.
Sedangkan menurut terminologi syara’, riba berarti : “akad untuk satu ganti khusus tanpa
diketahui perbandingannya dalam penilaian syariat ketika berakad atau bersama dengan
mengakhirkan kedua ganti atau salah satunya.”1
Dengan demikian riba menurut istilah ahli fiqh adalah penambahan pada salah satu
dari dua ganti yang sejenis tanpa ada ganti dari tambahan ini. Tidak semua tambahan
dianggap riba, karena tambahan terkadang dihasilkan dalam sebuah perdagangan dan tidak
ada riba didalamnya hanya saja tambahan yang diistilahkan dengan nama “riba” dan al-
qir’an datang menerangkan pengharamannya adalah tambahan yang diambil sebagai ganti
rugi dari tempo, qatadah berkata: “sesungguhnya riba orang jahiliyah adalah seseorang
menjual satu jualan sampai tempo tertentu dan ketika jatuh tempo dan orang yang
berhutang tidak bisa membayarnya dia menambah hutangnya dan melambatkan tempo.”
1. Jenis-Jenis Riba
a. Riba Fadhl, yaitu tukar menukar dua barang yang sama jenisnya dengan kualitas
berbeda yang disyaratkan oleh orang yang menukarkan.
Contoh : tukar menukar emas dengan emas, perak dengan perak, beras dengan beras
dan sebagainya.
b. Riba Yadd, yaitu berpisah dari tempat sebelum ditimbang dan diterima, maksudnya:
orang yang membeli suatu barang, kemudian sebelum ia menerima barang tersebut
dari si penjual, pembeli menjualnya kepada orang lain. Jual beli seperti itu tidak
boleh, sebab jual beli masih dalam ikatan dengan pihak pertama.
c. Riba Nasi’ah yaitu riba yang dikenakan kepada orang yang berhutang disebabkan
memperhitungkan waktu yang ditangguhkan.
Contoh : Aminah meminjam cincin 10 Gram pada Ramlan. Oleh Ramlan
disyaratkan membayarnya tahun depan dengan cincin emas sebesar 12 gram, dan

1
Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqih Muamalat System Transaksi dalam islam, (Jakarta: AMZAH, 2010) hlm.
215
apabila terlambat 1 tahun, maka tambah 2 gram lagi, menjadi 14 gram dan
seterusnya. Ketentuan mbelambatkan pembayaran satu tahun.
d. Riba Qardh, yaitu meminjamkan sesuatu dengan syarat ada keuntungan atau
tambahan bagi orang yang meminjami atau yang memberi hutang. Contoh : Ahmad
meminjam uang sebesar Rp. 25.000 kepada Adi. Adi mengharuskan dan
mensyaratkan agar Ahmad mengembalikan hutangnya kepada Adi sebesar Rp.
30.000 maka tambahan Rp. 5.000 adalah riba Qardh.2
2. Hukum Riba Ayat yang melarang riba:
a. Surat Ali Imron ayat 130
َ‫ض َعفَةً ۖوَّاتَّقُوا هّٰللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُوْ ۚن‬
ٰ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تَْأ ُكلُوا ال ِّر ٰب ٓوا اَضْ َعافًا ُّم‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman!7 janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda dan bertawalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan.
b. Al-Baqarah ayat 275:
ۗ ‫َواَ َح َّل هّٰللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم الرِّ ٰب‬
‫وا‬
Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
c. Hadits
“Dari Jabir, Rasulullah melaknat riba, yang mewakilkannya, penulisnya dan yang
menyaksikannya”. (HR. Muslim).
B. Pengertian Gharar
Gharar artinya keraguan, tipuan atau tindakan yang bertujuan untuk merugikan pihak
lain. Suatu akad mengandung unsur penipuan, karena tidak ada kepastian, baik mengenai
ada atau tidak ada objek akad, besar kecil jumlah maupun menyerahkan objek akad
tersebut. Menurut imam Nawawi, gharar merupakan unsur akad yang dilarang dalam
syari’at Islam. Imam Al-Qarafi mengemukakan gharar adalah suatu akad yang tidak
diketahui dengan tegas, apakah efek akad akan terlaksana atau tidak, seperti melakukan
jual-beli ikan yang masih di dalam air (tambak).3
Gharar mengacu pada ketidakpastian yang disebabkan karena ketidakjelasan berkatan
dengan objek perjanjian atau harga objek yang diperjanjikan didalam akad. Sedangkan
definisi menurut beberapa ulama :

2
Ibid,Abdul Aziz Muhammad Azzam, hlm. 217
3
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2003) hal. 147
a. Imam Syafi’i : Gharar adalah apa-apa yang akibatnya tersembunyi dalam pandangan
kita dan akibat yang paling mungkin muncul adalah yang paling kita takuti (tidak
dikehendaki).
b. Wahbah al-Zuhaili: Gharar adalah penampilan yang menimbulkan kerusakan atau
sesuatu yang tampaknya menyenangkan tetapi hakikatnya menimbulkan kebencian.
c. Ibnu Qayyim: Gaharar adalah yang tidak bisa diukur penerimaannya, baik barang itu
ada maupun tidak ada, seperti menjual hamba yang melarikan diri dan unta yang liar.
1. Contoh Gharar
Imam malik mendefinisikan gharar sebagai jual beli objek yang belum ada dan dengan
demikian belum dapat diketahui kualitasnya oleh pembeli. Contohnya : jual-beli budak
belian yang melarikan diri; jual-beli binatang yang telah lepas dari tangan pemiliknya;
atau jual-beli anak binatang yang masih berada dalam kandungan induknya. Menurut
Imam Malik, jual-beli tersebut adalah jual-beli yang haram karena mengandung unsur
untung-untungan (Ayub, 2007:58).
2. Jenis-jenis Gharar
a. Jual Beli Benda yang Tidak Diserahterimakan
Menurut jenis ini, unsur gharar adalah pada keberadaan objek transaksi. Meskipun
kedua pihak mengetahui wujud benda yang akan diserahkan, namun pada saat akad
dilakukan, penjual tidak sedang membawa barang tersebut.
Selain itu, penjual juga tidak mengetahui kapan ia bisa menyerahkan objek transaksi
kepada pembeli. Contoh gharar jenis ini adalah jual beli motor yang tidak sedang
dikuasai pemiliknya karena dicuri.
b. Jual Beli Benda yang Belum Ada
Contoh jual beli gharar adalah ketika benda yang dijual belum tersedia.
Misalnya, membeli anak sapi di perut tanpa menginginkan induknya juga. Contoh
lainnya, menjual burung di angkasa, sedangkan tidak jelas apakah penjual dapat
menangkapnya atau tidak.
Dengan demikian, ada ketidakpastian kemampuan penjual untuk menyerahkan
objek transaksi. Namun jika barang sudah pasti dapat diperoleh, misalnya jual beli
ikan di kolam pribadi dan langsung dilakukan penangkapan, maka tidak termasuk
gharar.
c. Jual Beli Benda yang Tidak Jelas Harganya
Pada jenis ini, unsur gharar adalah pada nominal harga objek transaksi.
Misalnya, hari ini, sepasang sepatu merek X dijual Rp1.5 juta apabila dibayar lunas.
Namun jika Anda membeli besok, harganya naik menjadi Rp1.7 juta per pasang.
Lain halnya jika Anda membayar dengan sistem angsuran, nominal totalnya
menjadi Rp1.9 juta. Dengan demikian, tidak jelas harga pasti dari satu pasang sepatu
ini karena semuanya tergantung pada cara pembayaran dan kapan transaksi
dilakukan.
d. Jual Beli Benda yang Sifatnya Tidak Jelas
Jenis lain gharar adalah transaksi tanpa kejelasan sifat objek. Contoh yang dapat
Anda jumpai adalah menjual mangga yang masih berada di pohon dengan klaim
bahwa rasa buahnya manis. Padahal, penjual belum memetik dan mencicipinya.4
3. Hukum Gharar
Gharar itu dihukumi haram. Gharar itu salah satu bentuk perjudian. Namun, tidak
semua gharar itu haram. Ada gharar kecil yang masih boleh, ada gharar besar yang
diharamkan. Sedangkan riba semuanya haram, baik riba yang banyak maupun sedikit.
Allah Ta’ala berfirman :
‫ اِنَّ َم||ا‬٩٠ َ‫صابُ َوااْل َ ْزاَل ُم ِرجْ سٌ ِّم ْن َع َم ِل ال َّشي ْٰط ِن فَاجْ تَنِبُوْ هُ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُح||وْ ن‬ َ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِنَّ َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َم ْي ِس ُر َوااْل َ ْن‬
َّ ‫|ر هّٰللا ِ َوع َِن‬
‫الص| ٰلو ِة فَهَ|لْ اَ ْنتُ ْم‬ ُ َ‫|ر َو ْال َمي ِْس| ِر َوي‬
ِ |‫ص| َّد ُك ْم ع َْن ِذ ْك‬
ۤ َ ‫يُر ْي ُد ال َّشي ْٰطنُ اَ ْن يُّوْ قِ َع بَ ْينَ ُك ُم ْال َع| دَا َوةَ َو ْالبَ ْغ‬
ِ |‫ض|ا َء فِى ْال َخ ْم‬ ِ
٩١ َ‫ُّم ْنتَهُوْ ن‬
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan
syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian
di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu
dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan
pekerjaan itu).” (QS. Al-Maidah: 90-91).
Haramnya gharar dikarenakan dalam ayat disebutkan:
a. ٌ‫ ِرجْ س‬artinya kotor, berbau busuk, dan menjijikkan.
b. ‫ ِّم ْن َع َم ِل ال َّشي ْٰط ِن‬artinya termasuk perbuata setan
c. ُ‫ فَاجْ تَنِبُوْ ه‬artinya maka jauhilah dan yang meninggalkannya dikatakan َ‫ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُوْ ن‬agar
kamu mendapat keberuntungan dunia dan akhirat.
d. Dengan judi timbul َ‫ ْال َعدَا َوة‬permusuhan dan ‫ض ۤا َء‬
َ ‫ َو ْالبَ ْغ‬kebencian.

4
http://kangmasgalihpermadi.blogspot.co.id/2011/10/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html diakses
pada tanggal : 3 Juni 2023
e. Judi itu menghalangi dari dzikir dan shalat “‫ص َّد ُك ْم ع َْن ِذ ْك ِر هّٰللا ِ َو َع ِن الص َّٰلو ِة‬
ُ َ‫” َوي‬.

C. Pengertian Maysir
Maysir adalah transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak pasti
dan bersifat untung-untungan. Identik dengan kata maysir adalah qimar. Menurut
Muhammad Ayub, baik maysir maupun qimar dimaksudkan sebagai permainan untung-
untungan (game of chance). Dengan kata lain, yang dimaksudkan dengan maysir adalah
perjudian.5
Kata Maysir dalam bahasa Arab secara harfiah adalah memperoleh sesuatu dengan
sangat mudah tanpa kerja keras atau mendapat keuntungan tanpa bekerja. Yang biasa juga
disebut berjudi. Judi dalam terminologi agama diartikan sebagai “suatu transaksi yang
dilakukan oleh dua pihak untuk kepemilikan suatu benda atau jasa yang menguntungkan
satu pihak dan merugikan pihak lain dengan cara mengaitkan transaksi tersebut dengan
suatu tindakan atau kejadian tertentu”.
Agar bisa dikategorikan judi maka harus ada 3 unsur untuk dipenuhi:
a. Adanya taruhan harta/materi yang berasal dari kedua pihak yang berjudi.
b. Adanya suatu permainan yang digunakan untuk menentukan pemenang dan yang
kalah.
c. Pihak yang menang mengambil harta (sebagian/seluruhnya) yang menjadi taruhan,
sedangkan pihak yang kalah kehilangan hartanya.
1. Contoh Maysir
Ketika sejumlah orang masing-masing membeli kupon Togel dengan “harga” tertentu
dengan menembak empat angka. Lalu diadakan undian dengan cara tertentu untuk
menentukan empat angka yang akan keluar. Maka, ini adalah undian yang haram, sebab
undian ini telah menjadi bagian aktivitas judi. Di dalamnya ada unsur taruhan dan ada
pihak yang menang dan yang kalah di mana yang menang mengambil materi yang
berasal dari pihak yang kalah. Ini tak diragukan lagi adalah karakter-karakter judi yang
najis.
2. Hukum Maysir
Perjudian dalam Agama Islam jelas-jelas dilarang, selain itu dosa yang diakibatkan dari
melakukan perbuatan itu jauh lebih besar, berdasarkan firman Allah dalam al-Quran:

5
https://rumaysho.com/24636-mengenal-gharar-kaitannya-dengan-judi-dan-hukumnya.html diakses pada
tanggal 3 Juni 2023
َ َ‫اس َواِ ْث ُمهُ َمٓا اَ ْكبَ ُر ِم ْن نَّ ْف ِع ِه َم ۗا َويَ ْسـَٔلُوْ ن‬
ۗ‫ك َم||ا َذا يُ ْنفِقُ||وْ نَ ە‬ ِ ۖ َّ‫ك ع َِن ْال َخ ْم ِر َو ْال َم ْي ِس ۗ ِر قُلْ فِ ْي ِه َمٓا اِ ْث ٌم َكبِ ْي ٌر َّو َمنَافِ ُع لِلن‬
َ َ‫۞ يَ ْسـَٔلُوْ ن‬
‫هّٰللا‬
ِ ‫قُ ِل ْال َع ْف ۗ َو َك ٰذلِكَ يُبَيِّنُ ُ لَ ُك ُم ااْل ٰ ٰي‬
َ‫ت لَ َعلَّ ُك ْم تَتَفَ َّكرُوْ ۙن‬
Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang khamar dan judi. Katakanlah,
“Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia. Tetapi
dosanya lebih besar daripada manfaatnya.”Dan meraka menanyakan kepadamu
(tentang) apa yang (harus) mereka infaqkan. Katakanlah, ”Kelebihan (dari apa yang
diperlukan).” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu
memikirkan. (Q.S.Al-Baqarah: 219).
Agama Islam melarang semua bentuk kejahatan apa pun, artinya semua perbuatan
yang menimbulkan mudharat bagi diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Para
pelaku tindak pidana perjudian harus mendapatkan sanksi atau hukuman sesuai dengan
asas keadialan yang berlaku.
D. Perbedaan Riba, Gharar, dan Maysir
Gharar adalah hal yang mendatangkan kerugian pada transaksi, demikian pula dengan
riba dan maysir yang selalu berusaha dihindari oleh lembaga keuangan syariah. Meskipun
bertalian erat, namun ketiga memiliki beberapa perbedaan.
Riba adalah kelebihan nominal pengembalian hutang pokok yang dibebankan pada
peminjam. Sedangkan gharar adalah ketidakjelasan objek, penyerahan, maupun harga.
Keduanya berbeda dengan maysir, suatu permainan adu keberuntungan (judi), dimana
pemenang akan mendapatkan keuntungan dari peserta lain.
Meskipun berbeda, namun gharar dan maysir memiliki keterkaitan karena judi
merupakan permainan yang mengandung ketidakjelasan dan ketidakpastian. Dengan
demikian, maysir adalah bagian dari gharar.6

BAB III
KESIMPULAN
Kata Maysir dalam bahasa Arab arti secara harfiah adalah memperoleh sesuatu
dengan sangat mudah tanpa kerja keras atau mendapat keuntungan tanpa bekerja. Yang

6
https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/11/11/gharar-adalah diakses pada tanggal 3 Juni 2023
biasa juga disebut berjudi. Istilah lain yang digunakan dalam al-Quran adalah kata `azlam`
yang berarti perjudian,
Maksud al-Gharar ialah “Ketidakpastian”. Maksud ketidakpastian dalam transaksi
muamalah ialah: “Terdapat sesuatu yang ingin disembunyikan oleh sebelah pihak dan
ianya boleh menimbulkan rasa ketidakadilan serta penganiayaan kepada pihak yang lain”.
Menurut Ibn Rush maksud al-Gharar ialah: “Kurangnya maklumat tentang keadaan barang
(objek), wujud keraguan pada kewujudkan barang, kuantiti dan maklumat yang lengkap
berhubung dengan harga. Ia turut berkait dengan masa untuk diserahkan barang
terutamanya ketika wang sudah dibayar tetapi masa untuk diserahkan barang tidak
diketahui”. Ibn Taimiyah menyatakan al-Gharar ialah: “Apabila satu pihak mengambil
haknya dan satu pihak lagi tidak menerima apa yang sepatutnya dia dapat”.
Riba secara bahasa bermakna: ziyadah (tambahan). Dalam pengertian lain, secara
linguistik riba juga berarti tumbuh dan membesar . Sedangkan menurut istilah teknis, riba
berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara bathil. Secara juristikal,
riba mengandung dua pengertian:
• Tambahan uang yang diberikan ataupun diambil dimana pertukaran uang tersebut dengan
uang yang sama, misal dollar for dollar excange.
• Tambahan nilai uang pada satu sisi yang sedang malkukan kontrak tatkla komoditas yang
diperdagangkan secara barter itu pada jenis yang sama.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Muhammad Azzam. 2010. Fiqih Muamalat System Transaksi dalam islam.
Jakarta:AMZAH.
http://kangmasgalihpermadi.blogspot.co.id/2011/10/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
diakses pada tanggal : 30 Mei 2022
https://rumaysho.com/24636-mengenal-gharar-kaitannya-dengan-judi-dan-hukumnya.html diakses
pada tanggal 29 Mei 2022
https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/11/11/gharar-adalah diakses pada tanggal 29 Mei 2022
M. Ali Hasan. 2003. Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Jakarta: Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai