Anda di halaman 1dari 8

TRANSAKSI YANG DI LARANG

Sebagaimana telah dijelaskan diatas, hukum asal dalam muamalah adalah semuanya
diperbolehkan kecuali ada ketentuan syariah yang melarangnya. Larangan ini di karenakan
beberapa sebab antara lain dapat membantu berbuat maksiat/melakukan hal yang di larang
Allah, adanya unsur penipuan adanya unsur menzalimi pihak yang bertransaksi da
sebagainya. Dasar hukum yang dipakai dalam melakukan transakssi bisnis (QS 4:29).

“hai orang-orang yang beriman, janganlah saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang bathil ( tidak benar ), kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka saa
suka di antara kamu. Dan janganlah membunuh dirimu. Sungguh Allahh maha penyayang
kepadamu”

Hal yang yang termasuk transaksi yang di larangadalah sebagai berikut

1. Semua aktivitas bisnis terkait dengan barang dan jasa yang di haramkan Allah.
2. Riba
3. Penipuan
4. Perjudian
5. Gharar
6. Ikhtirar
7. Monopoli
8. Bai’an najsy
9. Suap
10. Taalluq
11. Bai al inah
12. Talaqqi al-ruqban

Aktivitas Bisnis Terkait Barang dan Jasa yang Diharamkan Allah

Aktivitas investasi dan perdagangan atau semua transaksi yang melibatkan barang dan jasa
yang di haramkan Allah seperti babi, khamar atau minuman yang memabukka, narkoba, dan
sebagainya.

“sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan (hewan)
yang disembelih dengan (menyebt nama) selain Allah, tetapi barang siapa yang terpaksa
(memakannya) bukan karena menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, maka
sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyanyang” (QS 16:115)

Riba

Riba berasal dari bahsa arab yang berarti tambahan(Al-Ziyadah), berkembang (An-Nuwun)
meningkat (Al-Irtifa’) dan membesar (Al-‘uluw).

Imam sarakhzi mendefinisikan riba sebagai tambahan yang disyaratkan dalam transaksi
bisnis tanpa adanya padanan ( ‘iwa) yang dibenarlan syariah atas penambahan tersebut.

Setiap penambahan yang diambil tanpa adanya suatu penyeimbang atau pegganti (‘iwad)
yang di benarkan syariah adalah riba. Hal yang di maksud transaksi pengganti atau
penyeimbang yaitu transaksi bisns atau komersial yang melegitimasi asanya penambahan
secara adil, seoerti jual beli , sewa-menyewa, atau bagi hasil proyek, dimana dalam transaksi
tersebut ada faktor penyeimbang berupa ikhtiar/usaha, risiko dan biaya. (Antonio 1999).

Larangan riba sebenarnya tidak hanya berlaku untuk agama islam, melainkan juga
diharamkan oleh seluruh agama samawi selain islam ( yahudi dan nasrani ). Laarangan riba
dalam kitab Yahudi, perjanjian lama dan perjanjian baru.

“janganlah engkau membungakan kepada saudaramu, baik uang maupun bahan makanan ,
atau apapun yang dapat dibungakan.”( kitab deuteronomy pasal 23 ayat 19)

“jika kamu meminjamkan harta kepada salah seseorag puta bangsaku, janganlah kamu
bersikap seperti orang yang mengutangkan , jangan kau meminta keuntungan untuk
hartamu.” (perjanjian kiab lama, kitab keluaran pasal 22 ayat 25)

Larangan riba dalam Al-Quran di lakukan melaui 4 tahap (Qardawi , 2000 sebagai berikut.

1. Tahap 1 (QS 30:39)

“dan sesuatu riba yang kamu berikan agar harta manusia bertambah, maka tidak menambah
dalam pandangan Allah. Dan apayang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan
untuk memperoleh keridaan Allah, maka itualah orag-orang yang melipatgandakan
(pahalanya).

2. Tahap 2 (QS 4:161)


“ dan kaena mereka menjalankan riba, padahal sungguh mereka telah di larang darinya, dan
karena mereka memakan harta orang dengan cara tidak sah. Dan kami sediakan untuk orang
orang kafir di antara mereka azab yang pedih.

3. Tahap 3 (QS 3:130)

“wahai orang yang beriman! Jangan lah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertakwaah kepada Allah agar kamu beruntung.”

4. Tahap 4 (QS 2:278-2800

“hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba (yag
belum di pungut ) jika kamu orang-orang yang beriman.”

“maka jika kamu tidak melaksanakannya, maka umumkanlah perang dari Allah dan Rasul-
nya, tetapi jika kamu bertobat, maka kamu berhak atas pokok hartamu. Kamu tidak berbuat
zalim(merugikan) dan tidak pula di zdalimi.”

“ dan jika (orang yang berutang itu) dalam kesulitan , maka berilah tenggang waktu sampai
dan memperoleh kelapangan, dan jika kamu menyedahkan, itu lebih baik bagimu, jika kamu
mengetahui.”

Ayat di atas merupakan tahapan terakhir riba yaitu ketetapan yang menyatakan dengan tegas
dan jelas bahwa semua praktik riba itu dilarang, tidak perduli pada besar kecilnya tambahan
yang di berikan karena Allah hanya memperbolehkan pengambilan sebesar pokoknya saja.
Bagi yang tetap memungut riba, ada ancaman yang sangat keras yaitu Allah dan Rasul Rasul
memranginya.

Jenis Riba

1. Riba Nasi’ah

Adalah riba yang muncul karena utang piutang, riba nasi’ah dapat terjadi dalam segala jenis
transaksi kredit atau utang piutang dimana satu pihak haus membayar lebih besar dari pokok
pinjamannya. Kelebihan dari pokok pinjamnnya dengan nama apa pun , di hitung dengan
cara apa pun, besar atau kecil seuanya itu tergolong riba; sesuai (QS 2:278-280).

2. Riba Fadhl
Adalah riba yang muncul karena transaksi pertukaran atau barter. Riba Fadhl dapat terjadi
apaila ada kelebihan/penambahan pada salah satu dari barang ribawi/barang sejenis yang
diperutukarkan baik pertukaran dilakukan dari tangan ke tangan (tunai) atau kredit. Contoh :
menukar perhiasan perak seberat 40 gram dengan uang perak senilai 3 gram. Selain itu riba
Fadhl juga dapat terjadi dari pertukaran /barter barang tidak sejenis yang di lakukan tidak
tunai. Contoh : transaksi jual beli valuta asing yang tidak di lakukan dengan cara tunai.

Pegaruh Riba pada Kehidpan Manusia

Imam razi mencoba menjelaskan alasan mengapa bunga dalam islam di larang , antara lain
(Qardhawi 2000) sebagai berikut.

1. Riba merupakan transaksi yang tidak adil dan mengakibatan peminjam jatuh miskin
karena dieksploitasi , karena riba mengambil harta orang lain tanpa imbalan. Seperti
orang yang menjual senilai satu rupiah mendapat bayaran dua rupiah, berarti dia
mendapat tambahan satu rupiah tanpa ada pengorabanan.
2. Riba akan menghalangi orang unruk usaha karena pemilik dapat menambah hartanya
dengan transaksi riba baik secara tunai maupun berjangka. Sehingga pemilik harta
riba akan meremehan persoalan mencari peghidpan sehingga pemilik harta riba akan
meremehkan persoalan mencari penghidupan sehingga dia tidak mau meananggung
risiko berusaha, berdagang, dan pekerjaan-pekerjaaan yang berat.
3. Riba akan menyebabkan terputusnya hubungan baik antar masyarakat dalam bidang
pinjam meminjam. Jika riba diharamkan, setiap orang akan merasa rela meminjamkan
uang satu rupiah dan mendapat pengembalian uag satu rupiah.
4. Pada umumnya orang yang memberikan pinjaman adalah orang kaya, sedang yang
meminjam adalah orang miskin. Pendapat yang yang memperbolehkan riba berarti
memberikan jalan bagi orang kaya untuk menerima tambahan harta dari orang miskin
yang lemah. Sehingga orang yang kaya bertambah kaya dan orang yang iskin tambah
miskin. Padahal tindakan demikian itu tidak di perbolehkan menurut nilai kasih
sayang dari Allah Yang maha Peyanyang.

Perbeaan Riba dan Jual Beli

Pada ayat yang berbunyi Allah telah menghalalkan jual beli dan menghaamkan riba, maka
dapat di ketahui bahwa ada perbedaan yang jelas antara jaul beli dan riba.

Berikut ini adalah perbdaan antara jual beli dan riba.


No JUAL BELI RIBA
1. Dihalalkan Allah SWT Di haramkan Allah SWT
2. Harus ada pertukaran barang atau manffat yang di Tidak ada pertukaran barang
berikan sehingga ada keuntungan /manfaat yang di dan keuntungan /manfaat hanya
peroleh pembeli dan penjual. di peroleh oleh penjual
3. Karena ada yang di tukarkan, harus ada beban yang di Tidak ada beban yang di
tanggung oleh penjual. tanggung oleh penjual
4. Memiliki risiko untug rugi, sehingga diperlukan Tidak memiliki risiko sehingga
kerja/usaha, kesungguhan dan keahlian. tidak di perlukan kerja/usaha,
kesungguhan dan keahlian

Berdasarkan perbedaan tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa jual beli di perbolehkan
karena ada ‘iwad (pengganti/penyeimbang)yang menyebabkan penjual boleh mengambil
tambahan sebagai keuntungan. ‘iwad dapat berupa:

1. Usaha yang harus di lakukan dalam rangka menambah nilai dari barang/jasa
2. Risiko dalam usaha
3. Beban yang harus ditanggung terkait dengan pengadaan barang atau jasa.

Berikut rosly dalam ascarya (2007) menggambarkan teori keuntungan dalam islam

Al- bay istishna


RISIKO
Al-ijarah mudharabah
(ghurmi)
Salam musyarakah

KEUNTUNGAN KERJA DAN


IWAD
USAHA

PENIPUAN
TANGGUNGAN
Penipuan terjadi apabila salah satu pihak tidak mengetahui informasi yang di ketahui pihak
lain dan dapat terjadi dalam empat hal, yakni dalam kuantitas, kualitas, harga, dan waktu
penyerahan. (karim 2003).

“dan janganlah kamu campur adukkan kebenaran dan kebathilam, dan (janganlah) kamu
sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahui.” (QS 2:42)

PERJUDIAN

Brjudi atau maisir dalam bahasa arab artinya harfiahnya adalah memperoleh sesuatu akan
mendapat kentungan dengsan sangat mudah tanpa kerja keras. (afzalur rahman 1996).

Transaksi perjudian adalah transaksi yang melibatkan dua pihk atau lebiih, dimana mereka
menyerahkan uang/harta kekayaan lainnya, kemudian megadakan permainan tertentu baik
dengan kartu, adu ketangkasan, kuis sms, tebak skor bola, atau media lainnya.

“wahai oramg-orang yang beriman, sesungguhny minuman keras, berjudi, berkurban(untuk


berhala) dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk
perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu beruntung.” (QS 5:90)

Transaksi yang Mengandung Ketidakpastian/Gharar

Syariah melaranf transaksi yag mengandung ketidakpastian. Gharar terjadi ketika terdapat
incomplete information, sehingga ada ketidakpastian antara dua belah pihak yang
bertransaksi. Ketiakjelasan ini dapat meimbulkan pertikaian antara para pihak dan ada piha
yang dirugikan. Ketidak jelasan ini dapat terjadi dalam lima hal, yakni dalam kuantitas,
kualitas, hrga, waktu penyerahan dan akad.

“ bagaimana pendapatmu jika Allah mencegah biji itu untuk menjadi buah, sedang salah
seorang dari kamu menghalalkan (mengambil) harta saudaranya ?.”,(HR Bukhari).

Penimbunan barang/Ikhtikar

Penibunan adalah membeli sesuatu yang di butuhkan masyarakat, kemudian menyimpannya


sehingga barang tersebut berkurang di pasaran dan mengakibatkan peningkatan harga.
Penimbunan seperti ini di larang karena dapat merugikn orang lain dengan
kelangkaannya/sulit didapat dan harganya yang tinggi. Dengan kata lain penimbun
mendapatkan keuntungan yang beasar di bawah pebderitaan orang lain.
“ tidak menimbun barang kecuali orang yang berdosa.” ( HR muslim, turmudzi dan abu
dawud)”

“siapa yang merusak harga pasar, sehingga harga tersebut melonjak tajam, maka Allah akan
menempatkannya di neraka pada hari kiamat.” (HR at-tabrani)

Monopli

Alasan larangan monopli sama dengan larangan penimbunan barang, walaupun seorang
monopolis tidak selalu elakukan penimbunan barang. Monopoli, biasanya di lakukan dengan
membuat ebtry barrier, untuk menhambat produsen atau penjual masuk ke pasar agar ia
menjadi pemai tunggal di pasar dan dapat menghasilkan keuntungan yang tinggi.

“wahai rasulullah SAW, harga-harga naik, tentukanlah harga untuk kami, Rasulullah lalu
menjawab, Allah lah yang sesungguhnya penentu harga, penahan, pembentang dan pemberi
rizki. Aku berharap agar bertemu dengan Allah, tak ada seorang pun yang meminta padaku
tentang adanya kezdaliman dalam urusan darah dan harta,” (HR Ashabus Sunan)

Rekayasa Permintaan

An0najsy rermasuk dalam kategori penipuan (tadlis) karena merekayasa permintaan, dimana
satu pihak bepura-pur mengajukan penawaran dengan harga yang tinggi, agar calon pembei
tertarik dan membeli barang tersebut dengan harga yang tinggi.

“janganlah kamu sekalian melakukan penawaran barang tanpa maksud untuk membeli.” (HR
Turmidzi)

Suap

Suap dilarang akrena suap mearusak sistem yang ada di dalam di masyarakat, sehingga
menimbulkan ketidak adilan sosial dan persamaan perlakuan. Pihak yang membayar suap
pasti akan di untungkan di bandingkan yang tidak membayar,

“ dan jangan lah kamu menyuap dengan harta itu kepada parah hakim...” (QS 2:188)

Penjual bersyarat/Ta’alluq
Ta’alluq terjadi apabila dua akad saling di kaitkan di mana berlakunya akad pertma
tergantung pada akad kedua. Sehingga dapat mengakibatkan tidak terpenuhinya rukun
( sesatu yang harus ada dalam akad ) yaitu objek akad.

Pembelian kembali oleh penjual dari pihak pembeli ( bai’ al inah)

Misalnya A menjual secara tunai pada B kemudian membeli kembali barang yag sama dari B
secara kredit.

Jual bel dengan cara talawwi A;-Rukban

Jual beli dengan cara memcegat atau menjumpai phak pengahasil atau pembawa barang
perniagaan dan membelinya, dimana pihak penjual tidak mengetahui harga pasar atas barang
dagangan yang di bawanya sementara pihak pembeli menharapkan keuntungan yang berlipat
dengan memanfaatkan ketidak tauhan mereka. Cara ini tidak di pebolehkan secara syariah
sesuai dengan sabda Rasulullah.

“ janganlah kamu mencegat kafilah/rombongan yang membawa dagangan dijalan, siapa yang
melakukan itu dan membeli darinya, maka jika pemilik barang tesebut tiba di pasar
( mengetahui harga) ia boleh berkhiar.” ( HR Muslim)

Anda mungkin juga menyukai