Anda di halaman 1dari 4

JAWABAN SOAL UTS BISNIS SYARIAH

Nama : Wawan Zahri


NIM : 21010010
Kelas : M3R3 A
Mata Kuliah : Bisnis Syariah

1. Bisnis syariah adalah kegiatan ekonomi yang dimana menjalankan usahanya berpatokan
kepada prinsip-prinsip syariah Islam, dengan mengacu kepada Al-Qur’an dan hadis.
Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan bisnis syariah di negara Indonesia menjadi
tren bagi para pelaku bisnis. Dengan melihat potensi mayoritas masyarakat di Indonesia
adalah pemeluk agama muslim, menjadikan peluang bagi perkembangan bisnis syariah.
Selain itu kesadaran masyarakat muslim mulai tinggi dengan permintaannya terhadap produk
maupun jasa yang terjamin baik dalam akad, kehalalan dan tentunya sesuai dengan syariat
islam.
Di Indonesia, bisnis syariah yang telah dan mulai berkembang antaralain dimulai dengan
adanya lembaga-lembaga keuangan syariah seperti bank syariah, asuransi syariah, reksadana
syariah, Baitul Mal wat Tamwil dan lain sebagainya, disusul dengan munculnya bisnis jasa
syariah seperti hotel syariah, pantai syariah, gojek syariah, kuliner syariah, pariwisata syariah
dan hasil produk berbagai perusahaan yang menjamin akan kehalalannya atau syariahnya
seperti kosmetik, makanan, obat-obatan hingga fashion.

2. Etika Bisnis Ala Rasulullah


a) Bersikap Jujur
Etika bisnis ala Rasulullah yang utama dan sangat dijunjung tinggi, yakni bersikap jujur.
Dalam berbisnis, kita dilarang untuk berlaku curang. Dengan menambah atau mengurangi
timbangan. Allah SWT pun berfirman:
“Celakalah untuk orang yang tidak jujur, yakni orang yang jika menerima takaran dari
yang lain, mereka meminta dicukupi, dan jika mereka membuat takaran atau
penimbangan sesuai bagi yang lain, mereka mengurangi.” (QS. Al-Mutaffifin)
b) Tolong Menolong
Maksudnya, yakni pelaku usaha sudah seharusnya tidak hanya memikirkan keuntungan
semata. Namun, harus memiliki perilaku yang ta’awun atau tolong menolong dalam hal
kebaikan terutama dalam usaha. Misalnya, dengan mengadakan promosi yang
keuntungannya digunakan untuk membantu orang-orang tidak mampu.
c) Tidak Menumpuk Harta
Menumpuk harta dalam hal ini adalah menimbun barang-barang yang akan dijual
sehingga nanti bisa dibeli pelanggan dengan harga tinggi. Cara berbisnis seperti ini
sangat tidak dianjurkan oleh Rasulullah. Sebab, lebih banyak menciptakan kerugian pada
orang lain.
d) Barang yang Dijual Harus Halal
Di mana barang yang dijual harus halal dan suci, jadi bukan barang-barang terlarang yang
bisa mendatangkan keburukan. Adapun barang-barang haram yang tidak boleh
diperdagangkan menurut sabda Rasulullah SAW, yaitu: “Sesungguhnya Allah melarang
bentuk usaha miras, bangkai, babi, maupun patung.” (H.R. Jabir)
Selain halal, kegiatan usaha yang dilakukan juga harus terhindar dari riba. Sebagaimana
firman Allah SWT yang berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman, maka lupakan sisa-sisa riba bila kamu beriman. Dan
jika kalian tidak meninggalkan, maka umumkanlah perang kepada Allah dan Rasul-
Nya.” (QS. Al-Baqarah)
e) Bersaing Secara Sehat
Jadi, tidak boleh mengejek atau menjelek-jelekkan usaha yang lain, supaya pelanggan
membeli terhadapnya. Hal ini sudah diterangkan secara jelas dalam hadist, di mana
Rasulullah bersabda:
“Janganlah seseorang di antara kalian menjual memiliki tujuan dalam menjelekkan apa
yang dijual yang lainnya.” (H.R. Muttafaq ‘alaih)
f) Transaksi Jual Beli Tanpa Paksaan
Jadi, baik penjual maupun pembeli harus sama-sama ridho. Jangan terlalu memaksakan
kehendak agar orang-orang membeli usaha kita. Hal ini juga telah diterangkan dalam
firman Allah SWT:
“Hai orang yang beriman, tidak boleh bagi kamu saling memakan harta sesama melalui
jalan yang bathil, kecuali melalui cara usaha yang saling suka di antara kamu.” (QS.
An-Nisa’)

3. Riba, Maisir dan Gharar:


a) Riba, Riba adalah penambahan terhadap hutang. Maknanya: Setiap penambahan pada
hutang baik kwalitas ataupun kwantitas, banyak maupun  sedikit, adalah riba yang
diharamkan. Contoh riba yang banyak terjadi dalam keseharian yaitu jual beli mobil baru
dengan skema kontan dan kredit. Semisal, harga mobil baru jika dibeli secara tunai Rp
100 juta, sedangkan secara kredit Rp 150 juta
Supaya dapat terhindar dari riba anda dapat menerapkan tips-tips yang berikut ini:
Kenali bahaya riba. Cara yang halal bertransaksi. Lakukan transaksi yang diperbolehkan.
Berhutang pada lembaga khusus. Saling membantu. Menanamkan sifat qonaah pada diri
sendiri.
b) Maisir, yaitu suatu bentuk permainan yang didalamnya dipersyaratkan, jika salah seorang
pemain menang, maka ia akan mengambil keuntungan dari pemain yang kalah dan
sebaliknya. Contoh dari maysir ini adalah judi. Agar dapat menghindarinya, Anda dapat
menerapkan beberapa tips berikut ini. Meningkatkan Ketakwaan pada Allah, Gunakan
Layanan Syariah. Berinvestasi, Menghindari Undian.
c) Gharar, yaitu ketidakpastian dalam transaksi yang diakibatkan dari tidak terpenuhinya
ketentuan syariah dalam transaksi tersebut. Dampak dari transaksi yang mengandung
gharar adalah adanya pendzaliman atas salah satu pihak yang bertransaksi sehingga hal
ini dilarang dalam islam. Contoh gharar dari segi kuantitas tidak sesuainya timbangan
atau takaran, kemudian dari siis kualitas terdapat ketidakjelasan pada kualitas barang,
selanjutnya dari sisi harga adanya dua harga dalam satu transaksi, dan yang terakhir dari
sisi waktu yaitu terdapat ketidakjelasan pada waktu penyerahan.
Untuk menghindari gharar, harus ada pengungkapan penuh dari setiap kontrak Takaful.
Pengungkapan penuh berlaku pada kedua belah pihak, yaitu diskusi mengenai materi
pokok dan persyaratan kontrak, kontrak Takaful kemudian perlu dibuat dengan cara yang
tidak ada pertukaran gharar dari satu pihak ke yang lain.
4. Inti jual beli adalah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai
nilai, secara sukarela diantara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan
pihak lain menerima sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan
syara. Dalam surat tentang diperbolehkan jual beli ini didasarkan pada
Firman Allah yang berbunyi: Q.S. al-Baqarah ayat: 275

Artinya: Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Kemudian di dalam

Surat An-Nisa ayat 29 Allah SWT berfirman:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang Berlaku dengan suka sama-suka diantara kamu.

Jadi, kedua ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT, memperbolehkan kepada
manusia untuk melaksanakan transaksi jual beli demi memenuhi kebutuhan
hidupnya.Akan tetapi tentu saja transaksi jual beli itu harus sesuai dengan koridor atau
ketentuan yang telah Allah SWT berikan.

Anda mungkin juga menyukai