Amirul
Konsep Memelihara Harta Kekayaan
Harta yang baik harus memenuhi dua kriteria yaitu, Diperoleh dengan
cara yang sah dan benar ( legal and fair ), serta dipergunakan dengan dan untuk
hal yang baik di Jalan Allah SWT.
“Allah SWT adalah pemilik mutlak secara segala sesuatu yang ada di dunia ini
( QS 57;2 )
Amirul
C. Perolehan Harta
Memperoleh harta adalah Aktivitas ekonomi yang masuk dalam kategori Ibadah
Muamalah ( Mengatur hubungan manusia dengan manusia ). Kaidah fiqih dari
Muamalah adalah semua halal dan boleh dilakukan kecuali yang diharamkan atau
dilarang dalam Al-Quran dan Al-Sunah.
“Yang Halal ialah apa yang dilakukan Allah di dalam Kitab-Nya dan yang Haram ialah
apa yang diharamkan Allah dalam Kitab-Nya, sedang apa yang didiamkan oleh-Nya
berarti dimaafkan ( Diperkenankan ) untukmu.”
( HR Al-Thirmidzi dan Ibnu Majah)
D. Penggunaan dan Pendistribusian Harta
“ dan carilah (Pahalah) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu,tetapi jangan lupakan bagianmu didunia dan berbuat baiklah (kepada orang
lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan jangan membuat kerusakan
dimuka bumi. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan”
(QS 28:77)
Amirul
Ketentuan syariah berkaitan dengan penggunaan harta, antara lain:
• Tidak boros dan tidak kikir
• Memberi infak dan shadaqah
• Membayar zakat sesuai ketentuan
• Memberi pinjaman tampa bunga
• Meringankan kesulitan orang
Amirul
AKAD / KONTRAK / TRANSAKSI
A. Akad Tabarru
Akad Tabarru adalah perjanjian yang merupakan transaksi yang tidak ditujukan
untuk laba, atau bisa disebut transaksi nirlaba. Dimana tujuan ini memang untuk tolong
menolong karena ingin berbuat kebaikan. Dalam akad tabarru siapa yang berbuat
kebaikan tersebut tidak berhak memberikan imbalan akan mengharapkan imbalan dari
Allah SWT.
B. Akad Tijarah
Akad tijarah adalah akad yang dilakukan dengan tujuan memperoleh
keuntungan, dimana keuntungan ini memang harus ada rukun dan syaratnya. Dalam
transaksi untuk mendapat keuntungan ada aturan tertentu yang dimiliki, seperti adanya
ijab qabul atau kesepakatan antara dua pihak baik transaksi maupun keuntungannya,
melakukan transaksi yang menguntungkan namun tidak memaksa pihak lain atau
membohongi pihal lainnya.
Amirul
TRANSAKSI YANG DILARANG
Dalam sistem keuangan syariah ada beberapa transaksi dan juga ekonomi yang
dilarang dan menimbulkan dosa atau hal yang dibenci oleh Allah SWT. Mengutip dari
Surah QS 4:29
“Hai orang orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang bathil (tidak benar), kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah membunuh dirimu. Sungguh Allah maha
Penyayang kepadamu”
(QS 4:29)
A. Riba
Riba berasal dari kata Al-Ziyadah. Sudah tertera di Al Quran bahwa riba dan
shadaqah dipertentangkan, dimana praktik riba yang dapat memberikan keuntungan secara
berlipat ganda dipertentangkan dengan shadaqah yang dinyatakan sebagai pinjaman
kepada Allah yang pasti akan di ganti secara berlipat ganda.
C. Perjudian
Judi merupakan salah satu kegiatan yang sudah tertera dalam Alquran dan
diharamkan, dimana permainan ini melibatkan dua orang atau lebih dengan
menggunakan undian untuk bisa menang. Judi diharamkan karena timbulnya kerugian
besar dan menyebabkan perpecahan.
“Wahai orang orang yang beriman, sesungguhnya minuman keras, berjudi, berkurban
(untuk berhala) dan mengundi nasib denan anak panah, adalah perbuatan keji dan
termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan perbuatan itu agar kamu
beruntung”
(QS 5:90)
Amirul
D. Gharar
Jika anda melakukan transaksi yang tidak pasti maka anda termasuk
bertransaksi yang dilarang. Ketidakjelasan ini dapat menimbulkan pertikaian antara pihak
dan ada yang merasa dirugikan. Selain itu anda juga akan mengalami hal yang
mengurangi kepercayaan dan lainnya.
“Bagaimana pendapatmu jika Allah mencegah biji itu untuk menjadi buah, sedang
salah seorang dari kamu menghalalkan (mengambil) harta saudaranya”
(HR. Bukhari)
E. Penimbunan Barang
Penimbunan Barang adalah membeli sesuatu yang dibutuhkan masyarakat,
kemudian menyimpannya, sehingga barang tersebut berkurang di pasaran dan
mengakibatkan peningkatan Harga.
Penimbunan sering dilakukan oleh para pedagang jika mengalami kelangkaan
barang atau kesulitan barang. Jika anda adalah pedagang, maka jika anda memiliki
banyak barang yang bisa dijual maka penimbunan merupakan transaksi yang dilarang.
“Siapa yang merusak harga pasar, sehingga harga tersebut melonjak tajam, maka Allah
akan menempatkannya di neraka pada hari kiamat”
(HR. Al-Thabrani)
Amirul
G. Monopoli
Alasan monopoli sama dengan larangan menimbun barang (ihtikar), walaupun
seorang monopolis tidak selalu melakukan penimbunan barang. Monopoli, biasanya
dilakukan dengan membuat entry barrier, untuk menghambat produsen atau
penjualmasuk kepasar agar ia menjadi pemain tunggal di pasar dan dapat menghasilkan
keuntungan yang tinggi.
“Wahai Rasulullah SAW, harga harga naik, tentukanlah harga untuk kami. Rasulullah
lalu menjawab :”Allahlah yang sesungguhnya penentu harga, penahan, penbentang dan
pemberi rezeki”. Aku berharap agar bertemu dengan Allah, tak ada seorang pun yang
meminta kepadaku tentang adanya kezaliman dalam urusan darah dan harta.”
(HR. Ashabus Sunan)
H. Suap
Suap merupakan hal yang paling sering dilakukan oleh banyak masyarakat
tanpa sadar. Padahal suap adalah hal yang dilarang, mereka melakukan berbagai hal
dengan mengharapkan imbalan. Selain itu, mereka yang melakukan suap terbiasa
mensingkirkan keadilan untuk melakukan sesuatu dan hal tersebut menimbulkan bahaya.
Seperti hilangnya hukum dan peraturan, serta tidak adanya lagi orang melakukan
berbagai hal dengan jujur
“..dan Janganlah kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim “
(QS 2:188)
Amirul
PRINSIP SISTEM KEUANGAN SYARIAH
Praktik sistem keuangan syariah telah dilakukan sejak zaman kejayaan islam.
Namun seiring melemahnya sistem khalifa. Pada akhir abad ke-19, dinasti onttoman
memperkenalkan sistem perbankan barat pada dunia islam. Perkembangan selanjutnya
pada akhir 1970-an mulailah berdiri bank yang mengadopsi sistem syariah kemudian
berkembang pesat dan saat ini banyak negara telah melakukan kegiatan perdagangan dan
bisnis.
Filosofi sistem keuangan “bebas bunga” (larangan riba) tidak hanya melihat
interaksi antara faktor produksi dan prilaku ekonomi seperti yang dikenal pada sistem
keuangan konvensional, melainkan juga harus menyeimbangkan berbagai unsur etika,
moral, sosial dan dimensi keagamaan untuk meningkatkan pemerataan dan keadilan
menuju masyarakat yang sejahtera secara menyeluruh.
Berikut ini adalah sistem keuangan islam sebagaimana diatur melalui Al-Qur’an dan As-
sunah :
Pelarangan Riba
Pembagian Resiko
Tidak Menganggap Uang sebagai Modal Potensial
Larangan Melakukan Kegiatan Spekulatif
Kesucian Kontrak
Aktifitas Usaha Harus Sesuai Syariah
Amirul