Anda di halaman 1dari 4

TRANSAKSI YANG DILARANG

Transaksi yang dilarang adalah sebagai berikut:

1. Semua aktivitas bisnis terkait dengan barang dan jasa yang diharamkan Allah

Aktivitas investasi dan perdagangan atau semua transaksi yang melibatkan barang dan jasa yang
diharamkan Allah seperti babi, khamar atau minuman yang memabukkan, narkoba, dan sebagainya.
”Sesungguhnya Allah mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan (hewan) yang disembelih
dengan (menyebut nama) selain Allah, tetapi barang siapa terpaksa (memakannya) bukan karena
menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, maka Allah sungguh Maha Pengampun, dan Maha
Penyayang.” (QS 16: 15) ”Sesungguhnya Allah apabila mengharamkan sesuatu juga mengharamkan
harganya.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

2. Riba

Riba dapat diartikan sebagai mengambil “kelebihan” yang dilakukan dalam bertransaksi yang
bertentangan dengan syariat. Hal ini sudah jelas tercantum dalam Al-Qur’an yaitu: 
۟ ُ‫ض َعفَةً ۖ َوٱتَّق‬
َ‫وا ٱهَّلل َ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬ َ ٰ ‫وا ٱلرِّ بَ ٰ ٓو ۟ا أَضْ ٰ َعفًا ُّم‬ ۟ ُ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
۟ ُ‫وا اَل تَأْ ُكل‬
َ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertakawalah kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” (Q.S Al-Imran : 130)

Jenis riba digolongkan menjadi empat yaitu, riba fadhl, riba nasi’ah, riba qard, dan riba jahiliyah.

 Riba fadhl yakni terjadinya pertukaran antara barang sejenis dengan takaran yang berbeda, atau
pertukaran barang itu termasuk dalam jenis barang ribawi (harus dibayar sesuai dengan jumlah
timbangannya dan kualitasnya) seperti kurma, gandum, emas, sya’ir (gandum merah), garam,
dan perak.
 Riba nasi’ah lahir sebab adanya perubahan atau perbedaan tambahan antara yang diserahkan
saat ini dengan yang diserahkan kemudian.
 Riba qard yaitu adanya tambahan tertentu yang disyaratkan kepada yang berhutang pada saat
melakukan awal transaksi.
 Terakhir, riba jahiliyah yaitu utang harus dibayar melebihi dari pokoknya karena si peminjam
tidak dapat membayar sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan.

Larangan riba sebenarnya tidak hanya berlaku untuk agama Islam, melainkan juga diharamkan
oleh seluruh agama samawi selain Islam. Yahudi melarang pengambilan bunga (riba). Baik dalam Old
Testament (Perjanjian Lama) maupun undand-undang Talmud. Dan dalam kalangan Kristiani dalam Kitab
Perjanjian Baru dalam ayat Lukas 6:34-35 merupakan ayat yang mengecam praktik pengambilan bunga
(riba).

3. Tadlis/Penipuan
Penipuan terjadi apabila salah satu pihak tidak mengetahui pihak lain dan dapat terjadi di dalam
empat hal, yakni dalam kuantitas, kualitas, harga dan waktu penyerahan. ”Dan janganlah kamu campur
adukan kebenaran dan kebathilan, dan (janganlah) kamu sembunyikan kebenaran, sedang kamu
mengetahui.” (QS 2:42)

Adapun penjelasannya sebagai berikut.

1. Tadlis kuantitas yaitu pedagang di pasar mengurangi takaran timbangan barang yang dijualnya.
2. Tadlis kualitas yakni menyembunyikan cacat pada barang yang sedang ditawarkan.
3. Tadlis penipuan harga, terjadi karena ketidaktahuan pembeli akan harga pasar, sehingga
pedagang dengan sengaja menaikkan harga barang dari harga sebenarnya.
4. Tadlis dalam waktu penyerahan, merupakan suatu bentuk penipuan yang dilakukan oleh penjual
kepada pembeli atas penyerahan barang yang tidak tepat waktu tanpa memberitahukan
alasannya kepada pihak pembeli.

4. Perjudian

Transaksi penjudian adalah teransaksi yang melibatkan dua pihak atau lebih, di mana mereka
menyerahkan uang/harta kekayaan lainnya, kemudian mengadakan permainan tertentu, baik dengan
kartu, adu ketangkasan, atau media lainnya. ”Wahai orang-orang yang beriman, sesunguhnya minuman
keras, berjudi, berkorban (untuk berhala) dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan
keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu beruntung. (QS
5:90)

5. Gharar/transaksi yang mengandung ketidakpastian

Gharar terjadi terdapat incomplete information, sehingga ada ketidak pastian antara duabelah
pihak yang bertransaksi. ”Bagaimana pendapatmu jika Allah mencegah biji untuk menjadi buah, sedang
salah seorang dari kamu menghalalkan (mengambil) harta saudarannya?” (HR. Bukhari)

6. Ikhtikar/penimbunan barang

Ikhtikar dilarang karena dapat merugikan orang lain dengan melangkannya/sulit didapat dan
harganya yang tinggi. Dengan ikhtikar orang dapat memperoleh keuntungan yang besar dibawah
penderitaan orang lain. ”Tidak menimbun barang kecuali orang yang berdosa”. (HR. Muslim, Turmudzi
dan Abu Dawud)

7. Monopoli

Alasan larangan monopoli sama dengan larangan penimbunan barang (ihtikar), walaupun
seorang monopolis tidak selalu melakukan penimbunan barang. Monopoli biasanya dilakukan dengan
membuat entry barrier, untuk menghambat produsen atau penjual masuk ke pasar agar ia menjadi
pemain tunggal di pasar dan dapat menghasilkan keuntungan yang tinggi. ”Wahai Rasulullah saw, harga-
harga naik, tentukanlah harga untuk kami. Rasulullah lalu menjawab: Allah yang sesungguhnya penentu
harga, penahan, pembentang dan pemberi rizeki. Aku berharap agar bertemu dengan Allah, tak ada
seorangpun yang meminta padaku tentang adanya kezaliman dalam urusan darah dan harta.” (HR.
Ashabus sunan)

8. Bai’ Najasy/rekayasa permintaan

Bai’ Najasy termasuk dalam kategori penipuan (tadlis), karena merekayasa permintaan, di mana
satu pihak berpura-pura mengajukan penawaran dengan harga yang tinggi, agar calon pembeli tertari
dan membeli barang tersebut dengan harga yang tinggi. ”Janganlah kamu sekalian melakukan
penawaran barang tanpa maksud untuk membeli.” (HR. Tirmidzi)

9. Risywah/Suap

Risywah ialah perbuatan yang memberi sesuatu kepada pihak lainnya, padahal bukan haknya
atau juga dikenal dengan istilah suap menyuap. Menurut pendapat para ulama bahwa ar-Rasyi
(penyuap) dan al-Murtasyi (penerima suap) perbuatan ini termasuk ke dalam kelompok dosa besar. Hal
ini termaktub dalam surat Al-Baqarah ayat 188 yaitu sebagai berikut.

َ‫اس بِٱإْل ِ ْث ِم َوأَنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬ ۟ ْ ۟ ۟ ْ


ِ َّ‫َواَل تَأ ُكلُ ٓوا أَ ْم ٰ َولَ ُكم بَ ْينَ ُكم بِ ْٱل ٰبَ ِط ِل َوتُ ْدلُوا بِهَآ إِلَى ْٱل ُح َّك ِام لِتَأ ُكلُوا فَ ِريقًا ِّم ْن أَ ْم ٰ َو ِل ٱلن‬

“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang
batil dan janganlah kamu membawa urusan harta itu kepada hakim supaya kamu dapat memakan
sebagian dari harta benda orang lain itu dengan jalan berbuat dosa, padahal kamu mengetahui.”

10. Ta’alluq/penjual bersyarat

Ta’alluq terjadi apabila ada dua akad saling dikaidkan di mana berlakunya akad pertama
tergantung pada akad kedua, sehingga dapat mengakibatkan tidak terpenuhinya rukun (suatu yang
harus ada dalam akad) yaitu objek akad.

11. Bai’ al inah/pembelian kembali oleh penjual dari pihak pembeli

Misalnya, A menjual secara kredit pada B kemudian A membeli kembali barang yang sama dari B
secara tunai. Dari contoh ini, kita lihat ada dua pihak yang seolah-olah melakukan jual beli, namun
tujuannya bukan untuk mendapatkan barang melainkan A mengharapkan untuk mendapatkan uang
tunai sedangkan B mengharapkan kelebihan pembayaran.

12. Ghabn/Jual beli dengan cara talaqqi al- rukban

Jual beli dengan cara mencegat atau menjumpai pihak penghasil atau pembawa barang
perniagaan dan membelinya, di mana pihak penjual tidak mengetahui harga pasar atas barang yang
dibawanya sementara pihak pembeli mengharapkan keuntungan yang berlipat dengan memanfaatkan
ketidak tahuan mereka. "Janganlah kamu mencegat kafilah/rombongan yang membawa dagangan di
jalan, siapa yang melakukan itu dan membeli darinya, maka jika pemilik barang tersebut tiba di pasar
(mengetahui harga), ia boleh berkhiar.” (HR. Muslim)
 Ghabn dibagi menjadi dua yakni, ghabn qalil  ialah perbedaan harga dengan barang yang tidak
terlalu jauh antara harga pasar dengan harga yang ditawarkan dan masih dimaklumi oleh
pembeli.
 Sedangkan ghabn fahish yaitu perbedaan harga yang signifikan jauh di antara harga barang
dengan harga penawaran. Keduanya merupakan jenis transaksi yang sangat dilarang dalam
Islam.

Sumber : Modul Pembelajaran Daring

Anggadini, Sri Dewi dan Adeh Ratna Komala. 2017. Akuntansi Syariah. Bandung: Penerbit Rekayasa Sains

Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2016. Akuntansi Syariah di Indonesia. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Salemba
Empat

https://www.idntimes.com/life/inspiration/shafira-arifah-putri/transaksi-yang-dilarang-dalam-islam-
c1c2/11

Anda mungkin juga menyukai