Anda di halaman 1dari 14

 Secara bahasa kata shahih berarti orang yang

sehat.
 Menurut istilah para muhadditsin, hadits shohih
adalah hadis yang dinukilkan (diriwayatkan)
oleh rawi yang adil, sempurna ingatan,
sanadnya bersambung-sambung, tidak ber’illat,
dan tidak syadz (janggal).
Syarat-Syarat Hadis Shohih
 Adil atau ‘adalah
 Dhobith
 Sanad bersambung
 Terbebas dari ‘illat hadis
 Syadz atau kejanggalan hadis
 Shahih li dzatihi, yaitu hadis shahih yang memenuhi
seluruh syarat hadis shahih dan mencapai tingkat
keshahihan dengan sendirinya tanpa ada hadis lain yang
menguatkan.
 Shahih li ghairihi, yaitu hadis hasan lidzatihi apabila
diriwayatkan (pula) melalui jalur lain yang semisal atau
lebih kuat, baik dengan redaksi yang sama maupun hanya
maknanya saja yang sama, maka kedudukn hadis tersebut
menjadi kua dan meningkat kualitasnya dari tingkatan
hasan kepada tingkatan shahih lighairihi.
 Ashahhul asanidi, ialah mata rantai sanad yang paling
tinggi stratanya.
 Ahsan al-Asanidi, adalah rantai sanad yang tingkatannya
dibawah tingkatan pertama di atas, seperti hadits yang
diriwayatkan oleh Hamad bin Salmah dari Tsabit dari
Anas dari Nabi SAW.
 Adh’af al-Asanidi, adalah hadis yang sanadnya
bersambung, dinukilkan oleh penukil yang 'adil, namun
tidak terlalu kuat ingatannya meski tetap terhindar dari
keganjilan atau penyakit.
 Muttafaq ‘alaihi atau muttafaq ‘ala shihhatihi, yaitu hadis yang sanadnya
telah disepakati oleh kedua Imam Hadis Bukhari dan Muslim, meskipun
gaya bahasa yang digunakan berbeda.
 Infarada bihi Bukhari,yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari
sendiri, sedangkan Imam Muslim tidak meriwayatkannya.
 Infarada bihi Muslim, yaitu hadis yang hanya diriwayatkan oleh Imam
Muslim saja, dan tidak diriwayatkan oleh Imam Bukhari.
 Shahihun ‘ala syartha’il Bukhari wa Muslim, maksudnya adalah hadis yang
diriwayatkan memenuhi syarat-syarat Bukhari dan Muslim atau rawi-rawi
hadis yang dikemukakan terdapat dalam kitab Shahih Bukhari dan Muslim.
 Shahihun ‘ala syarthil Bukhari,yakni hadis yang memenuhi syarat Bukhari,
sedangkan beliau tidak mentakrijkan hadis tersebut.
 Shahihun ‘ala syarth Muslim, yaitu hadis yang shahih menurut syarat
Muslim dan tidak ditakhrij oleh Imam Muslim.
 Hadis shahih yang tidak menurut salah satu syarat dari kedua Imam Bukhari
dan Muslim.
 Shahih Al Bukhari
 Shahih Muslim
 Shahih Ibnu Khuzaimah
 Shahih Ibnu Hibban
 Al Mukhtarah disusun oleh al-Hafidz Dhiya’uddin
Muhammad bin Abdul Wahid Al Maqdisi.
 Kitab-kitab Al Mustadrak ‘ala Shahihain.
 Kitab-kitab Al Mustakhraj ‘ala Shahihain.
 Kata hasan secara bahasa berarti “yang baik/yang
bagus”.
 Menurut terminologis, hadits hasan adalah hadis yang
bersambung samadnya, diriwayatkan oleh rawi yang
adil, yang rendah hapalannya tapi tidak rancu dan
tidak cacat
 Menurut Subhi as-Salih, hadis hasan adalah: “hadis
yang sanadnya bersambung, dinukilkan oleh penukil
yang 'adil, namun tidak terlalu kuat ingatannya meski
tetap terhindar dari keganjilan atau penyakit”.
Kalau dicermati definisi-definisi di atas, maka
dapat diformulasikan bahwa kriteria hadis hasan
adalah:
 Sanadnya bersambung
 Para periwayat bersifat 'adil (tidak ada yang
tertuduh berdusta)
 Diantara periwayat terdapat orang yang kurang
dhabith
 Sanad dan matan hadis terhindar dari syudzudz
(kejanggalan) dan iliat
 Hadits hasan lidzatihi adalah hadits yang mencapai derajat
hasan dengan sendirinya, sedikitpun tidak ada dukungan
dari hadis lain.
 Hadis hasan li ghairihi. Menurut Ibrahim as-Syauqi as-
Syahawiy hadis hasan li ghairihi adalah: “hadis yang
diriwayatkan oleh periwayat yang dha'if, namun
kedha'ifannya tidak karena banyaknya kesalahan, tidak
bersifat fasik, dan hadis tersebut diriwayatkan oleh
periwayat yang lain dari si periwayat yang dha’if tadi atau
dari yang lebih tinggi darinya (baik lafal maupun
maknanya)”.
Kualitas hadis Hasan itu bertingkat-tingkat,
sebagaimana halnya hadits shohih. Tinggi rendahnya
martabat hadis hasan, terletak pada tinggi rendahnya
ke-dhabit-an dan ke'adilan rawinya. Hadis hasan yang
tinggi martabatnya ialah yang bersanad ahsanu'l asanid.
Kemudian di bawahnya ialah hadis hasan lidzatihi dan
yang terakhir ialah hadis hasan li ghairihi.
 Al-Jami' karya Abu ‘Isa Muhammad bin 'Isa bin Saurah al-
Turmudzi (209 H-279 H)
 As-Sunan karya Imam Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy'ats al-
Sijistani (202 H-273 H)
 Al-Mujataba karya Imam Abd ar-Rahman Ahmad ibn Syu'aib
an-Nasa'i (215 H-303 H)
 Sunan al-Musthafa karya Ibnu Majah Muhammad bin Yazid al-
Qazwani, seorang hafidz yang agung dan seorang mufassir
(209 H-273 H)
 Al-Musnad karya imam besar Ahmad bin Hambal, imam ahli
sunnah dan hadits (164 H-241 H)
 Al-Musnad karya Abu Ya'la al-Maushili Ahmad bin Hambal
bin Ali bin al-Mutsanna
Pada prinsipnya kedua-duanya mempunyai sifat yang
maqbul (dapat diterima). Walaupun rawi hadits hasan
kurang hafalannya dibandingkan hadits shohih, tetapi rawi
hadits hasan masih terkenal sebagai orang yang jujur dan
bersih daripada melakukan perbuatan dusta. Hadis-hadis
yang mempunyai sifat-sifat yang dapat diterima sebagai
hujjah disebut hadis maqbul. Yang termasuk hadis maqbul
ialah:
 Hadits shahih, baik shahih lidzatihi maupun shahih li
ghairihi
 Hadis hasan, baik hasan lidzatihi maupun hasan li
ghairihi.

Anda mungkin juga menyukai