DENGAN PENDIDIKAN
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Studi Al-Quran
Dosen Pengampu :
Dr.Suja’i,M.Ag
Disusun oleh :
ABDUL KHANIP
PROGRAM PASCASARJANA
SEMARANG
2019
1
KISAH – KISAH DALAM AL QURAN DAN RELEVANSINYA
DENGAN PENDIDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
1
Teungku Muhamad Hasbi Ash Shiddieqy,Prof.DR ilmu-ilmu Al-Quran (Semarang:PT PUSTAKA
RIZKI PUTRA,2002)cet.kedua,hal.191
2
Wahyu pertama Al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
S.A.W adalah agar menuntut ilmu pengetahuan dan menekankan
pentingnya arti belajar dalam kehidupan umat manusia (Q.S Al-Alaq:1-5)
Al-Quran juga menganjurkan manusia untuk berdo’a semoga Allah SWT
menambah ilmu pengetahuan kepadanya.2
2
Afzalur Rahman.Al-Quran Sumber Ilmu Pengetahuan (Jakarta :PT RINEKA CIPTA,2000)cet.ketiga
hal.1
3
Afzalur Rahman.Al-Quran Sumber Ilmu Pengetahuan (Jakarta :PT RINEKA CIPTA,2000)cet.ketiga
hal.116
3
B. RUMUSAN MASALAH.
4
BAB II
PEMBAHASAN
َص بِ َما أَوْ َح ْينَا إِلَ ْيكَ هَ َذا القُرْ آن َ َك أَحْ َس ُن ْالق
ِ ص َ نَحْ ُن نَقُصُّ َعلَ ْي...
5
“Kami menceriterakan kepadamu kisah yang paling baik dengan
mewahyukan Al-Quran ini kepadamu…”.
4
Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur’an Pengantar Orientasi Studi al-Qur’an,
(Yogyakarta: Titian Ilahi, 1997), hlm. 65-66.
6
Menurut Muhammad Ahmad Khalafullah, kisah adalah karya
sastra yang merupakan hasil inajinasi pembuat kisah bagi peristiwa
yang telah terjadi dari tokoh yang tidak ada, atau peristiwanya ada tapi
tokohnya imajinatif, atau tokohnya ada tapi peristiwanya imajinatif,
atau peristiwanya ada, tokohnya ada, tapi dalam tuturan kisah
didasarkan pada seni sastra, atau memasukkan hal realistis dalam hal
yang imajinatif. Kemudian ia membagi kisah dalam Al-Qur’an dalam
tiga kriteria, yaitu tarikhiyyah (sejarah, tokohnya memang benar ada),
tamsiliyyah (perumpamaan), dan usthurah (legenda, tidak nyata) 5.
5
Muhammad Ahmad Khalafullah, The Narrative Art in the Holy Qur’an (Al-fann al-
Qashashiy Fi Al-Qur’an) hlm.152. (file pdf diunduh dari www.Muhammadanism.org)
6
Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur’an Makna di Balik Kisah Ibrahim, (Yogyakarta:
LkiS, 2008), hlm. 182.
7
Kisah dalam al-Quran diklasisfikasikan menjadi beberapa
macam. Pertama: dari segi Waktu. Ditinjau dari segi waktu, kisah-kisah
dalam al-Quran ada tiga tahap, yaitu :
1. Kisah hal gaib yang terjadi pada masa lalu. Contohnya kisah
tentang dialog malaikat dengan Tuhannya mengenai penciptaan
khalifah di muka bumi.
2. Kisah gaib yang terjadi pada masa kini. Contohnya kisah tentang
turunnya malaikat-malaikat pada malam lailatul qadar.
3. Kisah hal gaib yang akan terjadi pada masa yang akan datang.
Contohnya kisah tentang Abu Lahab kelak di akhirat.
Kedua: dari segi Materi. Ditinjau dari segi materi kisah kisah dalam al-
Quran ada tiga tahap, yaitu:
1. Kisah-kisah Para Nabi. Kisah ini mengandung dakwah mereka
kepada kaumnya, mukizatnya yang memperkuat dakwah serta
akibat-akibat yang diterima oleh mereka yang mempercayai dan
golongan yang mendustakan.
Adapun Nabi Muhammad saw menyampaikan kisah
terdahulu kepada kaum muslimin dari wahyu, bukan melalui
proses belajar. Walaupun menegerti bahwa Nabi Muhammad saw
adalah orang yang buta huruf, mereka silih berganti menanyakan
tentang kisah-kisah kepada beliau, yang tidak mereka ketahui.
Dalam menceritakan tentang kisah-kisah para Nabi, ini
biasanya mempunyai pengikut masing-masing sesuai zaman yang
mereka alami pada waktu yang berbeda dan para Nabi di sini tidak
hanya berperan sebagai dai saja, namun beiau juga bergerak dalam
segala kepemimpinan, baik dalsm bidsng keagamaan.
2. Kisah Tentang Peristiwa-peristiwa yang telah terjadi pada masa
lampau yang tidak dapat dipastika kenabiannya (menyangkut
pribadi-pribadi dan golongan-golongan dengan segala kejadiannya
8
yang dinukil Allah untuk dijadikan pelajaran) al-Quran
mengkisahkan sekian banyak peristiwa masa lampau.
Harus diakui bahwa sebagian dari kisah-kisahnya tidak atau
belum dapat dibuktikan kebenarannya hingga kini. Tetapi sebagin
lainnya telah terbukti, antar lain melalui penelitian arkeologi.
Sekian banyak yang belum terbukti, namun tidaklah wajar menoak
kisah-kisah lain tersebut hanya dengan alasan bahwa kisah itu
belum terbukti karena apa yang belum terbukti kebenarannya juga
belum terbukti kekeliruannya.
Banyak kisah al-Quran tentang hal ini, baik dari segi
pembangkangan terhadap Tuhan dan utusan-utusan-Nya. Contoh
tentang kisah ini adalah kisah Luqman, Dzul Qarnain, ashabul
Kahfi, Thalut dan Jalut, Ashabul Ukhdud, Habil dan Qabil, dan
lain-lain. Kisah yang berpautan dengan peristiwa-peristiwa yang
terjadi dimasa Rasulullah saw.
3. Kisah yang terjadi pada masa Rasulullah saw ini biasanya ada
runtutan perjalanan yang tidak lepas dari hijrah Nabi Muhammad
saw sampai jazirah Arab. Contohnya tentang Ababil dan hijrahnya
Nabi Muhammad saw. al-Quran memandang kenabian sebagai
fenomena yang bersifat universal. Di setiap pelosok dunia pernah
tampil seorang rasul Allah, baik yang disebutkan maupun yang
tidak disebutkan dalam al-Quran, sehingga kisah dalam al-Quran
merupakan peristiwa yang terjadi sesuai dengan situasi dan tempat
para Nabi dalam mengajarkan risalah.
Di antara metode pengajaran yang ada dalam al-Quran ialah
bahwa suatu kisah yang panjang dirangkum dalam beberapa
kalimat sederhana alalu dirinci sesuai alurnya. Sesuatu yan penting
diungkapkan mulai dari tingkatannya yang rendah ke yang lebih
tinggi. Kaidah ini sangat penting terutama kita dapat temukan
dalam al-Quran sebagai rincian yang akan dihasilkan suatu
9
penjelasan yang sempurna dala meneritakan kisah dlam al-Quran,
baik tentang kisah-kisah para Nabi maupun umat-umat terdahulu.7
1. Kisah Nabi Yusuf sebagai kisah yang paling baik dalam Al-Qur’an
7
https://www.referensimakalah.com/2013/06/macam-macam-kisah-dalam-al-quran.html
Diakses pada 4 Oktober 2019.
10
dipenjarakan, jika tidak mengikuti perintahnya (Yusuf 12:32).
Namun, Yusuf tetap teguh dan ia akhirnya dipenjarakan
(Yusuf 12:33). Yusuf dipenjarakan bersama dua orang tahanan.
Di dalam penjara, mereka mengetahui bahwa Yusuf
memiliki kejujuran yang tinggi dan dapat menafsirkan mimpi
(Yusuf 12:36). Yusuf berhasil dalam menafsirkan mimpi 2
tahanan lainnya, mimpi mereka adalah bahwa salah satu dari
mereka akan dihukum mati, dan yang lainnya akan dibebaskan
dan kembali bekerja sebagai penuang air minum raja. Maka,
Yusuf meminta pada temannya yang akan dibebaskan untuk
mengemukakan masalahnya kepada raja. Namun, ketika
dibebaskan, ia melupakan Yusuf, sehingga ia tetap dipenjara.
Beberapa tahun kemudian, raja bermimpi dan menanyakan apa
artinya. Penuang minuman tersebut akhirnya ingat pada Yusuf,
dan ia menanyakan Yusuf apa arti mimpi raja. Yusuf menafsirkan
mimpi raja bahwa akan terjadi tujuh panen yang berlimpah,
kemudian diikuti tujuh panen yang sedikit, dan kemudian ada
tahun yang penuh dengan hujan. Raja yang mendengar tafsir
Yusuf, akhirnya memanggilnya. Namun, sebelumnya Yusuf
meminta kepada orang-orang yang menuduhnya ditanyai apa
yang sebenarnya terjadi. Zulaikha akhirnya mengakui apa yang
dilakukannya pada Yusuf. Yusuf akhirnya dibebaskan dan raja
menghendaki ia bekerja untuknya. Yusuf akhirnya meminta agar
ia ditugaskan untuk mengurus hasil bumi di negeri itu.
Selama tahun-tahun yang diramalkan paceklik, saudara-
saudara Yusuf datang ke Mesir untuk meminta makanan. Mereka
diperbolehkan menghadap Yusuf yang mengenal mereka, namun
mereka tidak. Yusuf meminta mereka jika ingin meminta
makanan lagi, mereka diharuskan membawa adik laki-laki
bungsu mereka. Mereka akhirnya membawa adik bungsu mereka
pada pertemuan berikutnya. Pada adik bungsunya itulah, Yusuf
11
mengungkapkan kisahnya bahwa ia dipelakukan jahat oleh
kakak-kakaknya. Yusuf akhirnya bekerja sama dengan adiknya.
Adiknya untuk sementara ditinggal bersamanya. Yusuf berpura-
pura bahwa adiknya ditahan karena mencuri gelas minum raja.
Pada saat itu juga, Yaqub kehilangan penglihatannya karena
merasa kehilangan Yusuf dan saudaranya. Ketika saudara-
saudara Yusuf datang lagi kepadanya, Yusuf mengungkapkan jati
dirinya pada mereka. Saudara-saudara Yusuf akhirnya meminta
maaf atas tindakan mereka. Yusuf kemudian meminta mereka
membawakan bajunya kepada ayahnya dan mengusapkan pada
wajah ayahnya untuk memulihkan penglihatannya dan juga
memerintahkan mereka untuk membawa orangtua dan keluarga
mereka ke Mesir. Setelah tiba di Mesir, orang tua dan saudara-
saudaranya bersujud untuk menghormatinya. Yusuf kemudian
mengingatkan akan mimpinya di masa muda yang ditafsirkan
olehayahnya;sebelas planet, matahari,dan bulan bersujud padanya
12
c. Sisi kehidupan keagamaan Nabi Yusuf as lebih ditonjolkan daripada
aspek kepribadiannya yang lain. Hal itu tersirat dalam tahapan-
tahapan dari peristiwa-peristiwa yang tejadi dalam kisah ini.
Karena sisi kehidupan keagamaan Yusuf as jauh lebih
ditekankan dalam Al-Qur’an daripada aspek kepribadianya yang lain.
Maka kisah ini mengandung nilai-nilai pendidikan abadi yang sangat
bermanfaat bagi kehidupan ini. Diantara nilai-nilai itu adalah
kedamaian, penghargaan, cinta, toleransi, kejujuran, kerendahan hati,
kerjasama, kebahagiaan, tanggung jawab, kesederhanaan, kebebasan,
persatuan, dan kesabaran. Sifat dari nilai-nilai pendidikan ini bersifat
universal serta abadi sebagai pedoman dalam kehidupan. Lain dari
pada itu nilai-nilai tersebut menguatkan sendi-sendi kehidupan dalam
beragama, bermasayarakat, berbangsa, dan bernegara.
Ada delapan pelajaran yang dapat kita petik dari kisah nabi
Yusuf dalam Al-Qur’an, diantaranya sebagai berikut :
a. Pelajaran tentang perlunya mewaspadai kaum pendengki dengan
cara merahasiakan berita yang mungkin dapat mengusik mereka
b. Pelajaran tentang pentingnya menghadirkan kesabaran dalam
menghadapi makar musuh
c. Pelajaran tentang kesadaran akan keniscayaan ujian yang akan
datang silih berganti
d. Pelajaran tentang dakwah yang tidak kenal henti
e. Pelajaran tentang pentingnya para da’i memiliki keunggulan ilmu
f. Pelajaran tentang perlunya melakukan upaya rehabilitasi citra
dakwah.
g. Pelajaran tentang kesiapan para da’i berkontribusi dan memikul
tanggung jawab kenegaraan.
h. Pelajaran tentang keharusan berbuat baik dan memaafkan
kesalahan kaum pendengki
D. RELEVANSINYA DALAM PENDIDIKAN KONTEMPORER.
13
Penuturan kisah-kisah al-Qur‟an sarat dengan muatan edukatif bagi manusia
khususnya pembaca dan pendengarnya. Kisah-kisah tersebut menjadi bagian dari
metode pendidikan yang efektif bagi pembentukan jiwa yang mentaukhidkan
Allah SWT.8 Karena itu ditegaskan Allah SWT “ faqshush alqashash la‟allahum
yatafakkarun”, maka kisahkanlah kisah-kisah agar mereka berpikir.9
Jika kita telaah lebih jauh, kebanyakan ayat-ayat Al-Qur‟an yang terdapat
muatan kisah-kisah turun saat nabi Muhammad SAW di kota Mekkah (periode
Makkiyah). Periode tersebut prioritas dakwah Rasulullah lebih banyak diarahkan
pada penanaman akidah dan tauhid. Hal ini memberikan isyarat bahwa kisah-
kisah sangat berpengaruh bagi upaya untuk mendidik seseorang yang awalnya
belum memiliki keyakinan tauhid menjadi hamba Allah yang bertauhid.
Selain itu pada periode Mekkah, nabi Muhammad juga banyak mengadakan
upaya penanaman akhlak karimah dari kebiasaan-kebiasaan masyarakat jahilliyah
yang tidak bermoral. Pemberian contoh kisah-kisah umat terdahulu beserta akibat
yang dialami bagi orang yang menentang perintah Allah serta berperilaku tidak
baik secara tidak langsung mengetuk hati orang yang merenungkan hikmah
dibalik kisah tersebut. Kisah menjadi sarana yang lembut untuk merubah
kesalahan dan kekufuran suatu komunitas masyarakat, dengan tidak secara
langsung menggurui atau menyalahkan mereka.
Kita jumpai bagitu banyaknya penayangan film baik dalam layar lebar
maupun layarkaca, penayangan sinetron, tater, kesenian tradisional wayang dan
ketoprak merupakan bagian tak terpisahkan dari bentuk kisah-kisah atau cerita
yang dikemas dalam berbagai media.
Semua media kisah tersebut tentu memberikan pengaruh bagi sikap (afektif)
maupun kejiwaa para pemirsa maupun pendengarnya. Kenyataan ini menunjukkan
betapa pentingnya kisah-kisah bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, sangatlah
tepat jika dalam al-Qur‟an terdapat kisah-kisah ataupun cerita-cerita yang bisa
dijadikan rujukan bagi kehidupan manusia.
8
Hatta, Jauhar. 2009. “Urgensi Kisah-Kisah dalam Al-Qur‟an al-Karim bagi proses Pembelajaran PAI pada
MI/SD,” dalam Jurnal Al-Bidayah PGMI, Volume II:22
9
22 QS. Al-A‟raf :176
14
Dunia pendidikan pada hakikatnya menjadi upaya menjelaskan hasil
eksperimentasi sebuah kisah kehidupan manusia sepanjang sejarah. Dalam
pendidikan kisah-kisah yang positif dijadikan rujukan. Pengambilan kisah teladan
ini sekaligus memiliki kesamaan dengan misi al-Qur‟an yaitu membawa manusia
kepada sosok insan paripurna (al-insan al-kamil) yang memiliki budi pekerti yang
luhur (al-akhlaq al-karimah).
Begitu pula selaras dengan misi Rasulullah SAW yang diutus untuk
membawa rahmat bagi alam semesta. Pendidikan yang baik adalah yang juga akan
membawa manusia serta kehidupan di dunia ini bisa sejahtera secara lahir dan
batin, suatu kehidupan yang dipenuhi dengan sikap saling merahmati antar sesama
manusia bahkan juga dengan makhluk lainnya.
15
diperlukan agar internalisasi nilai-nilai keimanan benar-benar tertanam pada
pribadi peserta didik. Begitu pula dengan pembentukan pribadi yang berakhlak
mulia, sangat memerlukan contoh-contoh teladan yang bisa dijumpai pada kisah
al-Qur‟an. Sementara dalam pembelajaran Fikih, untuk memberikan semangat
pada peserta didik untuk menjalankan hukum Islam baik berupa ibadah shalat,
puasa, zakat, haji maupun ibadah-ibadah yang lain sangt tepat apabila diberikan
kisah-kisah yang mendukung upaya menunaikan ibadah tersebut, sehingga peserta
didik lebih mudah meneladani dan mengikutinya
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
16
cinta, toleransi, kejujuran, kerendahan hati, kerjasama, kebahagiaan,
tanggung jawab, kesederhanaan, kebebasan, persatuan, dan kesabaran.
Sifat dari nilai-nilai pendidikan ini bersifat universal serta abadi sebagai
pedoman dalam kehidupan. Lain dari pada itu nilai-nilai tersebut
menguatkan sendi-sendi kehidupan dalam beragama, bermasayarakat,
berbangsa, dan bernegara.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Syadzali, et.al., Ulumul Qur’an II, (Bandung: Pustaka Setia, Cet. I, 1997).
17