Oleh:
Nur Ismi & Khaerunnisa
LATAR BELAKANG
Hadis atau sunnah merupakan salah satu sumber ajaran Islam yang menduduki posisi
sangat signifikan, baik secara struktural maupun fungsional. Secara struktural
menduduki posisi kedua setelah al-Quran, namun jika dilihat secara fungsional hadis
merupakan bayan (eksplanasi) terhadap ayat-ayat al-Quran yang bersifat ‘am (umum)
dan mujmal (global) atau mutlaq. Secara tersirat, al-Quran mendukung ide tersebut,
antara lain disebutkan dalam firman Allah swt. pada QS. Al-Nahl : 44
Terjemah:
Dan kami turnkan Alquran kepadamu (Muhammad) agar kamu menjelaskan kapada
umat manusia apa yang telah diturunkan untuk mereka, dan supaya mereka
memikirkan.
LATAR BELAKANG
Adanya perintah agar Nabi saw. menjelaskan kapada umat manusia mengenai al-Quran, baik melalui
ucapan, perbuatan atau taqrir-nya, dapat diartikan bahwa hadis berfungsi sebagai bayan (penjelas)
terhadap Alquran. Disamping sebagai bayan terhadap al-Quran, hadis secara mandiri sesungguhnya dapat
menetapkan suatu ketetapan yang belum diatur dalam al-Quran.
Namun, persoalannya adalah bahwa untuk memahami suatu hadis dengan baik tidaklah mudah. Untuk
itu, diperlukan seperangkat metodologi dalam memahami hadis. Ketika ada usaha memahami suatu hadis,
tidak cukup hanya melihat teks hadisnya saja, khususnya ketika hadis itu mempunyai asbab al-Wurud,
melainkan harus melihat konteksnya. Dengan ungkapan lain, ketika ingin menggali pesan moral dari
suatu hadis perlu memperhatikan konteks historitasnya, kepada siapa hadis itu disampaikan Nabisaw.,
dalam kondisi sosio-kultural yang bagaimana Nabi saw. waktu itu menyampaikannya.
LATAR BELAKANG
Optimalisasi peran hadis sebagai petunjuk dalam kehidupan tidaklah mudah, karena hadis lahir
dari rahim sejarah masa lampau dalam konteks dan realitas yang berbeda, sedangkan realitas
kekinian terus berkembang dan berubah. Hal ini selalu menimbulkan pertanyaan besar
mampukah hadis mengakomodir problematika kontemporer?. Menjawab pertanyaan ini, para
ulama terus berupaya memberikan pedoman cara-cara memahami hadis dengan benar agar tidak
terjadi kesalahpahaman. Salah satunya adalah dengan mengkaji asbab al-Wurud hadis. asbab al-
Wurud diartikan sebagai latar belakang munculnya hadis, memberikan petunjuk kepada kita
kapan hadis itu muncul, mengapa, kepada siapa ditujukan, dalam rangka apa, dan bagaimana
sosiohistoris saat hadis disabdakan. Dengan pendekatan ini maka maksud hadis dapat diketahui
dengan tepat dan dapat diamalkan dengan benar.
RUMUSAN MASALAH
1 Apa pengertian
asbab wurud al-Hadis?
2 Bagaimana pembagian
asbab wurud al-Hadis?
3
3. Bagaimana urgensi
asbab al-Wurud dalam
memahami hadis?
TUJUAN MASALAH
1 Untuk mengetahui
asbab wurud al-Hadis.
3
Untuk mengetahui urgensi
asbab al-Wurud dalam
memahami hadis.
PENGERTIAN ASBAB WURUD AL-HADIS
Ayat al-Quran itu menjadi penyebab Nabi saw. mengeluarkan sabdanya. Contohnya
antara lain firman Allah swt. di dalam QS. al-An’am/6: 82;
Terjemah:
Orang-orang yang beriman, dan mereka tidak mencampur adukkan iman mereka
dengan kedzaliman, mereka itulah orangorang yang mendapat keamanan dan mereka
itu orang-orang yang mendapatkan petunjuk.
Ayat tersebut memberikan penjelasan bahwa yang dimaksud kata al-Dzulmu dalam firman
tersebut adalah al-Syirk yakni perbuatan syirik .
Dengan mengutip salah satu ayat dalam QS. Luqman/31: 13.
Terjemah:
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.
SEBAB YANG BERUPA HADIS
والش ِ ّر
َّ ير َ المر ِء من
ِ الخ في بما م
َ آد
َ نيَ ب ِ
ة َ ن ِ
لس َأ نط ُق على ِ لله تَعالى َمالئك ًة في
ِ َاألرض ت ِ إنَّ
َ
Artinya:
Sesungguhnya Allah SWT memiliki para malaikat di bumi, yang dapat
berbicara melalui mulut manusia mengenai kebaikan dan keburukan
seseorang. (HR. al-Hakim)
Suatu ketika Nabi saw. bertemu dengan rombongan yang membawa jenazah, para sahabat kemudian
memberikan pujian terhadap jenazah tersebut seraya berkata: Jenazah itu baik, mendengar pujian tersebut,
maka Nabi saw. berkata: wajabat (pasti masuk surga) dengan mengucapkannya sebanyak tiga kali.
Kemudian Nabi saw. bertemu lagi dengan rombongan yang membawa jenazah lain. Ternyata para sahabat
mencelanya seraya berkata: Dia itu orang jahat, mendengar pernyataan itu maka Nabi berkata: wajabat.
Ketika mendengar komentar Nabi saw. yang demikian, maka para sahabat bertanya: Ya rasulullah,
mengapa terhadap jenazah pertama engkau ikut memuji, sedangkan terhadap jenazah kedua tuan ikut
mencelanya. Engkau katakan kepada kedua jenazah tersebut: wajabat sampai tiga kali. Nabi menjawab: ia
benar. Lalu Nabi berkata kepada Abu Bakar, wahai Abu Bakar sesungguhnya Allah swt. memiliki para
malaikat di bumi, melalui mulut merekalah malaikat akan menyatakan tentang kebaikan dan keburukan
seseorang.
SEBAB YANG BERUPA SESUATU
YANG BERKAITAN DENGAN PARA
PENDENGAR DARI KALANGAN
SAHABAT.
Sebab yang berupa keterkaitan yang berkaitan dengan para pendengar dari
kalangan sahabat. Sebagai contoh adalah persoalan yang berkaitan dengan
sahabat Syuraid ibn Suwaid al-Saqafi. Pada waktu Fath Makkah
(pembukaan kota makkah) beliau pernah datang kepada Nabi saw. seraya
berkata: Saya bernazar akan shalat di Bait al-Maqdis, mendengar
pernyataan sahabat tersebut, lalu Nabi bersabda:
Artinya:
Mandi pada hari jum’at wajib bagi setiap orang balig
Hadis tersebut mempunyai sebab khusus, pada waktu itu ekonomi sahabat Nabi saw. pada umumnya
masih dalam keadaan sulit, sehingga pada suatu jum’at cuaca panas dan masjid masih sempit tiba-tiba
aroma keringat dari orang yang memakai baju wol kasar dan tidak mandi itu menerpa hidung Nabi yang
sedang khutbah. Nabi lalu bersabda sebagaimana bunyi hadis di atas.
URGENSI ASBAB WURUD
Hadis di atas memiliki asbab al-Wurud yang mendahului pokok hadis atau asbab al-Wurud berada dalam satu
susunan teks hadis. disebutkan bahwa pada suatu hari, Nabi tengah lewat di hadapan para petani yang sedang
mengawinkan serbuk (kurma jantan) ke putik (kurma betina). Nabi kemudian berkomentar: sekiranya kamu
sekalian tidak melakukan hal itu, niscaya kurmamu akan baik. Mendengar komentar tersebut, para petani lalu tidak
lagi mengawinkan kurma mereka. Setelah beberapa lama, Nabi lewat kembali di tempat itu dan menegur para
petani: mengapa pohon kurmamu itu? para petani lalu melaporkan apa yang telah dialami oleh kurma mereka,
yakni banyak yang tidak jadi. Mendengar keterangan mereka lalu nabi mengucapkan sabdanya.
URGENSI ASBAB WURUD
ال يفطر من قاء وال من احتلم وال من احتجم: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم
Artinya:
Orang yang muntah tidak berbuka/batal puasanya, begitu juga orang yang mimpi basah dan orang yang
ihtijam/bekam
Kedua hadis tersebut terlihat ta’arud (saling bertentangan), menurut Imam al-Syafi’i dan Imam Ibnu Hazm, hadits
yang pertama sudah dinasakh dengan hadis yang kedua
URGENSI ASBAB WURUD
بـ َقا َلـ لَنَـا ِعك ِْر َم ُةـ َأل َا ُأ ْخ ِب ُرك ُ ْمـ ِبَأ ْشيَا َءـ ِق َصـ ٍار َح ّ َدثَنَـا ِب َهـا َأبُـو ُه َريْ َر َةـ ن َ َهى ُ ّ وُ يان َح ّ َدثَنَـا َأ ُ َعبْ ِد الل َّ ِهـ َح َّدثَنَـا ُسـ ْفي
َ علِ ُّـي بْ ُنـ
َ َح ّ َدثَنَـا
الس َقا ِء َوَأ ْن يَ ْمن َ َع َج َار ُه َأ ْن يَ ْغ ِر َز َخ َشبَ ُه ِفي َد ِار ِه ِّ ب ِم ْن َف ِم ال ْ ِق ْربَ ِة َأ ْو ُّ ع ْن
ِ الش ْر َ عل َيْ ِه َو َسل ّ َ َم
َ ول الل َّ ِه َصلَّى الل ّ َ ُه ُ َر ُس
Nabi yang melarang meminum air langsung dari mulut bejana. Sebabnya adalah suatu
saat disampaikan kepada Rasulullah bahwa ada seorang laki-laki minum langsung dari
mulut bejana, lalu ia pun sakit perut, maka Nabi pun lalu melarang menum langsung dari
mulut bejana.
URGENSI ASBAB WURUD
فخرج النـبي صـلى اللـه عليـه وسلم، وكان الناس يكثرون أن يصـلوا فـي سـبحتهم جلوسـا، قدمنـا المدينـة فنالنـا وباء مـن وعـك المدينـة شديـد: عـن عبـد اللـه بـن عمرو قال
عند الهاجرة وهم يصلون في سبحتهم جلوسا فقال صالة الجالس نصف صالة القائ
bahwa saat itu di Madinah dan penduduknya sedang terjangkit suatu wabah penyakit, maka kebanyakan para sahabat lalu melakukan
shalat sunnah sambil duduk. Pada waktu itu, Nabi saw. kebetulan datang dan tahu bahwa mereka suka melakukan shalat sunnat
tersebut sambil duduk. Maka nabi kemudian bersabda: shalat orang yang sambil duduk pahalanya separuh dari orang yang shalat
dengan berdiri. Mendengar pernyataan Nabi tersebut, akhirnya para sahabat yang tidak sakit memilih shalat sunnat sambil berdiri.
PENUTUP
Semoga apa yg
disampaikan dapat
dipahami dan bermanfaat
untuk semua...
TERIMA KASIH
Jazaakumullahu khairan atas perhatiannya...