MAKALAH
Disusun Oleh :
TAHUN 2020
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam agama Islam kita mengenal lima pilar agama yang lebih kita kenal
dengan rukun iman. Salah satu pilar agama tersebut ialah iman kepada Malaikat-
malaikat Allah. Para Malaikat sendiri hanya menyembah Allah dan selalu taat kepada-
Nya, mereka tidak pernah berdosa. Tidak ada satu pun manusia yang mengetahui ada
berapa banyak jumlah Malaikat-malaikat Allah.
Walaupun manusia tidak dapat melihat Malaikat tetapi jika Allah
berkehendak maka Malaikat dapat dilihat oleh manusia, yang biasa terjadi pada Nabi
dan Rasul. Kendati demikian, Malaikat merupakan makhluk kepercayaan Allah yang
menjadi perantara dalam menyampaikan wahyu-Nya kepada Rasul.
Meskipun iman kepada Malaikat merupakan salah satu pilar agama, kita
sendiri terkadang kurang memahami tentang apa itu Malaikat dan bagaimana cara
beriman kepadanya. Maka dari itu, tanpa kita mengetahui bagaimana cara beriman
kepada Malaikat kurang sempurnalah pilar agama yang kita bangun.
2. Rumusan Masalah
a. Apa itu Malaikat?
b. Bagaimana cara memahami dan meneladani patuh dan tanggungjawab terhadap
tugasnya malaikat ?
c. Bagaimana cara penerapan iman kepada Malaikat?
1
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Malaikat
Secara bahasa kata Malaikat dari bahasa Arab merupakan bentuk jamak dari
kata “Malaka atau malak” yang berarti kekuatan.1 Dalam akidah Islam Malaikat
adalah wakil atau pesuruh Allah untuk melakukan tugas-tugas tertentu.
Secara istilah Malaikat dapat diartikan sebagai kekuatan-kekuatan yang
patuh, tunduk, dan taat pada perintah serta ketentuan Allah SWT. Malaikat sendiri
merupakan perantara Allah untuk menyampaikan wahyu kepada Rasul sebelum
diberikan kepada umat-Nya.
Malaikat adalah salah satu mahluk Allah, yang Dia ciptakan untuk
beribadah kepada-Nya, dan mengemban tugas-tugas yang diperintahkan-Nya di
alam ini. Allah mengutus para malaikatnya untuk melaksanakan perintah-Nya.
Mereka adalah makhluk ghaib. Kita tidak melihat mereka, namun kita beriman
dengan keimanan yang teguh yang tidak dapat dipengaruhi oleh keraguan. Yang
demikian karena Allah ? telah mengabarkan kepada kita mengenai mereka, dan
demikian juga Rasul- Nya ? telah mengabarkan kepada kita mengenai mereka,
dengan keyakinan yang menyebabkan kita beriman kepada mereka.2
Malaikat itu disucikan dari kesyahwatan-kesyahwatan hawaniyah, terhindar
sama sekali dari keinginan-keinginan hawa nafsu, terjauh dari perbuatan-perbuatan
dosa dan salah. Mereka tidak seperti manusia yang suka makan, minum, tidur,
berjenis lelaki atau wanita. Jadi mereka itu memang mempunyai sesuatu alam yang
tersendiri. Tidak ada yang mengetahui jumlah malaikat selain Allah, umat islam
hanya diwajibkan mengetahui sepuluh malaikat sesuai dengan tugas-tugasnya
yaitu:.3
1
Harahap Syahrin, Hasan Bakti Nasution, Ensiklopedia Akidah Islam, Jakarta: Kencana,
2009 hlm. 365
Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauza, Judul Asli et al., “:,” n.d. Belief in Angel and its
2
Effect On the Life of Ummah, Judul Terjemah Iman kepada Malaikat dan Pengaruhnya terhadap
Kehidupan Ummat
3
Harahap Syahrin, Hasan Bakti Nasution, Ensiklopedia Akidah Islam, hlm. 366
2
menurut kitab Aqidatul Awam karangan Asy-Syeikh Ahmad Al Marzuqi Al Maliki
adalah berjumlah 10 malaikat. Yaitu:
a) Jibril
b) Mikail
c) Israfil
d) Izrail
e) Mungkar
f) Nakir
g) Raqib
h) Atid
i) Malik
4
j) Ridwan
2. Sifat-Sifat Malaikat
4
Syeikh Al Marzuqi. 1258 H. Aqidatul Awam
3
1) Malaikat memiliki kesempurnaan ilmu (al-ilm al-kamil).
2) Malaikat adalah makhluk yang memiliki kesempurnaan dalam hal penjagaan diri
(iffah) dari nafsu syahwat. Karena itu mereka dijadikan simbolisasi dalam
pengendalian diri dari godaan nafsu. Allah menciptakan malaikat bukan
bermaksud meringankan dalam mengurus hambanya tetapi penciptaan
malaikat merupakan sebuah rahmat tersendiri. Mereka diciptakan allah
dengan sebuah nur(cahaya) dengan anugerah berupa akal saja tanpa nafsu
sehingga segala perbuatan atau perilaku malaikat senantiasa berlandaskan
taqwa Allah tanpa perilaku maksiat dan khawatir merasa ngantuk, lapar,
sakit,dll.5
3) Malaikat adalah makhluk yang senantiasa, dan selamanya, menghindari maksiat
kepada Allah
Selain itu, sifat taat/patuh malaikat kepada apa yang diperintahkan Allah Swt. juga
ditunjukkan ketika Allah memerintahkan para malaikat untuk sujud kepada Nabi Adam
as. yang ketika itu untuk pertama kalinya Allah Swt. Menciptakan manusia,
sebagaimana diungkap dalam QS. Al-A’raaf (7): 11.
َٰٓ َ ْ َٰٓ ُ َ َ َ َ َ ْ ُ ُ ۡ َ ََٰٓ َ ۡ َ ۡ ُ َ ُ ۡ ُ َٰ َ ۡ َ َ َ ُ ۡ ُ َ ۡ َ َ ۡ َ َ َ
َٰ ﴿ولقد خلقنَٰكم ثم صورنكم ثم قلنا ل ِلم
لئِكةِ ٱسجدوا ٓأِلدم فسجدوا إِلا
َ ٱلسجد َ َ ُ َ َۡ َ ۡ
﴾١١ ِين ِ َٰ إِبل ِيس لم يكن مِن
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu,
kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam";
maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.”
Kepatuhan para malaikat kepada Allah Swt. ini pun ditunjukkan dengan kehati-
hatiannya dalam memberikan syafaat kepada manusia, yakni hanya kepada mereka yang
diridlai Allah. Dengan memaknai bukti-bukti ketaatan malaikat kepada Allah Swt.
berdasarkan dalil-dalil tadi, aktualisasi dari keimanan kepada malaikat Allah dapat
diterapkan pada:
1) Berbuat dan beramal sesuai dengan amal perbuatan mereka, dengan merealisasikan
ketaatan kepada Allah Swt. dan sedapat mungkin meminimalkan kedurhakaan kepada-
Nya.
5
Katsir, Imaduddin Abu al-fida’ ismail ibn.Tafsir al-Qur’an Al Adzim, (Kairo : Dar al-
Hadits, 1998), jus 4, hal. 3
4
2) Meyakini keberadaan mereka sebagai makhluk ghaib.
3) Berupaya menyesuaikan diri dengan sifat-sifat mereka dan menjadikan mereka sebagai
idealisme dalam kesempurnaan ilmu dan kebaikan perilaku
Urgensi keteladanan kepada malaikat, dalam skala makro bertujuan membentuk
manusia yang bermoral dan berakhlak malaikat (adamiymalakiy), dan tidak menjadi manusia
yang bermoral dan berperilaku setan (adamiysyaithaniy).6
b. Pengendalian diri dari perilaku negatif
Krisis moral yang paling utama yang melanda diri manusia secara umum
sebenarnya adalah menipisnya keimanan kepada alam ghaib. Kondisi ini menyebabkan
manusia lepas kendali, bebas nilai, dan berbuat seenaknya tanpa ada rasa bersalah. Kalaupun
ada kendali, hal itu hanya sebatas pada nilai-nilai yang dibuats endiri dan bersifat relatif
(nisbi). Manusia hanya mempertimbangkan adanya pujian atau celaan dari manusia lain di
sekitarnya, tanpa mempertimbangkan apakah perilakunya itu baik atau buruk. Oleh
karenanya, agama mengajarkan agar manusia dapat terdidik untuk berbuat ikhlas dan secara
internal mengendalikan diri dari perbuatan buruk, baik yang dilakukan secara terang-
terangan ataupun sembunyi- sembunyi
Terkait dengan pengendalian diri ini, menurut Al-Mubarakfuri (Harisah, 2004,
hlm. 82) terdapat dua pengaruh besar terhadap hati manusia, yaitu pengaruh negatif setan
dan pengaruh positif malaikat. Setan berupaya mempengaruhi dan menggoda hati manusia
untuk berbuat kejahatan serta mengingkari kebenaran- kebenaran agama. Adapun malaikat,
ia senantiasa mengimbangi pengaruh negatif tersebut dan mengalihkannya kepada kebaikan
dan penerimaan kebenaran- kebenaran agama. Seperti halnya yang diungkap dalam QS.
Huud (11): 73.7
Dari ayat ini tampak jelas bahwa malaikat pada hakikatnya senantiasa melakukan
proses pendidikan sepanjang hidup (long-life education) kepada manusia, yaitu dengan
mengarahkan dan memberikan stimulasi pada sisi-sisi kebaikan dalam hati manusia. Dengan
demikian, orang yang beriman merasakan adanya tuntunan dan kontrol melekat pada diri
mereka, yang pada hakikatnya berasal dari bisikan-bisikan (llham) malaikat.
6
Sebagai Bentuk and Mengimani Adanya, “MENELADANI SIFAT-SIFAT MALAIKAT
ALLAH SEBAGAI BENTUK MENGIMANI ADANYA MALAIKAT Oleh: Mulyana Abdullah 1” 1,
no. 2 (2018): 147–56.
7
Bentuk and Adanya.
5
c. Rasa tanggung jawab
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti
berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. 8 Konsep pendidikan Islam
menempatkan nilai responsibilitas/rasa tanggung jawab (syu'urbil mas'uliyyah) sebagai
dasar sistem pendidikan rohaniah, dengan dasar bahwa kesadaran akan adanya tanggung
jawab yang tertanam dalam hati nurani manusia memberikan pengaruh penting dalam
pembinaan pribadi individu dan masyarakat. Islam mendidik umatnya dengan menanamkan
keyakinan bahwa setiap perbuatan dan ucapan manusia diketahui oleh Allah Swt., dan
mereka akan bertanggung jawab atas segala hal tersebut. Dalam konsep keimanan kepada
malaikat, diyakini adanya malaikat yang mendatangi dan menanyai setiap manusia dalam
kubur. Manusia akan dimintai pertanggungjawaban mereka atas apa yang mereka perbuat
selama di dunia, sebgaimana difirmankan Allah Swt. dalam QS. Az-Zalzalah (99): 6.
َ َ َ َ َ َ َ َ ۡ َ ُ َ ُ ََۡ
9
﴾٦ ارها بِأن َربك أ ۡو َح َٰى ﴿يومئ ِ ٖذ تحدِث أخب
“Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan yang
bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan
mereka.”
Keimanan ini mengandung nilai yang dapat dijadikan dasar dalam menanamkan
rasa tanggung jawab atas segala tindakan mereka, sekaligus memberikan indoktrinasi
bahwa setiap perbuatan, baik dan buruk, pasti mendapat ganjaran. Dan balasan itu
merupakan konsekuensi yang harus diterima oleh setiap manusia. Dengan demikian, hal
itu memberikan harapan bahwa pembentukan manusia yang beriman dan bertakwa, yang
diwarnai oleh moral keimanan, bukanlah suatu idealisme yang mustahil terwujud.
8
Adnan Hasan Shalih Baharits, Tanggung jawab Ayah dalam Pendidikan Akhlak,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1991), hal 146
9
Mohamad Taufiq, Qur’an Word Versi 3.0
6
memahami sesuatu. Kewajiban pendidik adalah menumbuhkan anak atas dasar
pemahaman dan dasar-dasar pendidikan iman dan ajaran islam sejak masa
pertumbuhanya. Sehingga anak akan terikat dengan Islam, baik akidah maupun
ibadah, disamping penerangan metode maupun peraturan
2) Tanggung jawab Pendidikan Moral
Untuk dapat memiliki sikap tanggung jawab tidak hanya diperoleh begitu saja,
dibutuhkan usaha dan belajar secara giat dan berkesinambungan. Waktu yang sangat tepat
untuk menanamkan tanggung jawab kepada seseorang ialah dimulai sejak dini. Sebab,
pada masa ini akan cepat memahami sesuatu dan menjadikan sesuatu tersebut menjadi
kebiasaannya.11
Seorang anak asuh harus memiliki sifat tanggung jawab yang tinggi karena tanpa
adanya rasa tanggung jawab, kegiatan apapun yang akan dilakukanya akan berjalan tidak
sesuai dengan yang seharusnya karena rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri belum
muncul. Seorang anak memiliki tanggung jawab yaitu tanggung jawab untuk menuntut
ilmu, belajar, mengerjakan tugas dan masih banyak lagi. Seseorang akan dikatakan
bertanggung jawab manakala telah mengerjakan tugas dan kewajibanya dengan sebaik-
baiknya. Orang yang tidak mengakui kesalahan yang dilakukan termasuk melemparkan
kesalahan kepada orang lain dikatakan orang yang tidak bertanggung jawab.12
10
Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, (Semarang, CV
ASY SYIFA’ 1981), hal.322
11
Muhammad Fadhilah dan Lilif Mualifatul Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia
Dini Konsep dan Aplikasinya dalam PAUD, (Jogjakarta : AR-RUZZ MEDIA, 2013), hal. 205
12
Achmadi Wahid, Pendidikan Agama Islam 1, (Jogjakarta: Cempaka Putri, 1994), hal
105
7
3) Tanggung jawab Pendidikan Fisik
Beberapa tanggung jawab yang dipikulkan Islam di atas pundak para pendidik,
seperti para bapak, ibu, pengasuh dan pengajar, adalah tanggung jawab pendidikan fisik.
Yang demikian itu agar anak-anak tumbuh dewasa dengan kondisi fisik yang kuat dan
selamat, sehat bergairah dan bersemanangat.
4) Tanggung jawab Pendidikan Intelektual
Maksud dari pendidikan intelektual adalah pembentukan dan pembinaan
berpikir anak dengan segala sesuatu yang bermanfaat, ilmu pengetahuan hukum,
peradaban ilmiah dan modernisme serta kesadaran berpikir dan berbudaya. Dengan
demikian, ilmu, rasio dan peradaban anak benar-benar dapat terbina
Tanggung jawab ini tidak kurang pentingnya dibanding tanggung jawab lain yang
telah disebutkan ini, tanggung jawab keimanan, moral dan fisik. Pendidikan keimanan
merupakan pendasaran, tanggung jawab pendidikan moral merupakan penanaman moral
dan pembiasaan. Sedang pendidikan intelektual merupakan penyadaran, pembudayaan
dan pengajaran.13
Tanggung jawab terhadap empat ini dan lainya yang akan saling berkait erat di dalam
pembentukan anak secara integral dan di dalam mendidik anak secara sempurna agar
menjadi seorang insan yang konsisten dan melaksanakan kewajiban, risalah dan tanggung
jawab. Alangkah indahnya juga jika akhlak itu diiringi dengan kesehatan. Dan alangkah
agungnya anak, ketika ia bertolak mengarungi kehidupan praktis dengan membawa
persiapan yang telah dirancang oleh para pendidik dari seluruh aspek kehidupanya.
d. Mensucikan pujian kepada Allah Swt.
Para malaikat senantiasa mensucikan pujian kepada Allah Swt. sebagai Rabb
mereka dan memohon ampunan bagi manusia yang berada di bumi. Mereka adalah
mahluk yang paling ikhlas terhadap Bani Adam (Al-Fauzan, 2010. hlm. 33). Sifat
malaikat yang selalu mensucikan pujian kepada Allah Swt. ini terungkap dalam QS. Ali
Imran (3): 18.
َإلَا ُهو َط لَا َٰٓ إ َلَٰه ۡ َۢ َ َٰٓ َ ۡ ۡ ْ ُ ْ ُ َ ُ َ ََٰٓ َ ۡ َ َ ُ َ َ َٰ َ َٰٓ َ ُ َ َ ُ َ َ َ
ۡٱلقس
ِ ِ ِۚ ِ ِ ِ لئِكة وأولوا ٱل ِعل ِم قائِما ب
َٰ ﴿ش ِهد ٱّلل أنهۥ لا إِله إِلا هو وٱلم
ُ حك
﴾١١ ِيم َ يز ۡٱل
ُ ۡٱل َعز
14
ِ
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang
13
Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, hal.322
14
Mohamad Taufiq, Qur’an Word Versi 3.0
8
berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Malaikat adalah makhluk yang paling taat dan sangat dimuliakan. Mereka tidak
pernah dan tidak akan pernah sedikitpun ingkar kepada Allah Swt. Selamanya, mereka
senantiasa berdzikir dan memuji keagungan Allah.15 Hal ini diungkap dalam firman-
firman Allah Swt. seperti dalam QS. Al-Anbiyaa’ (21): 19.
15
Bentuk and Adanya.
9
“Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. Dan malaikat-
malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk
menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih.”
Kapanpun, para malaikat ini tidak pernah berhenti bertasbih kepada Allah
Swt. tanpa merasakan jemu dan bosan, sebagaimana diungkap dalam QS. Fushshilat
(41): 38
Iman kepada Malaikat adalah yakin dan membenarkan bahawa Malaikat itu
ada, diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya atau nur. Beriman kepada malaikat
adalah perbuatan baik dan merupakan tanda-tanda kebenaran, kepercayaan, serta
ketaqwaan. Sebenarnya keimanan itu belum dapat dianggap sebagai keimanan yang
haqiqi, kecuali seseorang itu sudah beriman dengan alam rohani yakni alam
malaikat dengan keyakinan yang sedikitpun tidak dicampuri oleh kebimbangan dan
tidak pula diselundupi oleh angan-angan dan prasangka yang bukan-bukan.
Beriman kepada malaikat dengan cara:
Pertama, iman kepada wujud mereka sambil mengkai apakah mereka hanya
ruh, memiliki jasad, atau memiliki ru dan jasad. Jika kita menganggap para malaikat
memiliki jasad, jasad mereka tentu halus dan lembut. Jika halus dan lembut, berarti
jasad mereka terbuat dari cahaya dan udara.
B A B Iv, “Mājid Irsān Al - Kaylān, Al-Fikr Al-Tarb Āwī ‘Inda Ibn Taimiyah (Al-
16
Madīnah Al - Munawwarah: Maktabah Dār Al - Taraṡ, 1986), h. 91 -103. 1,” n.d., 135–203.
10
Kedua, meyakini bahwa mereka suci dan bebas dari kesalahan. Allah
berfirman tentang para malaikat; “mereka takut kepada tuhan mereka yang
berkuasa atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka)
An-Nahl;50
Ketiga, meyakini bahwa mereka adalah perantara antara Allah dan manusia.
Setiap malaikat ditugasi mengurus satu bagian dari alam semesta ini.
Setelah mengetahui cara beriman kepada malaikat Allah SWT maka yang
selanjutnya harus kita lakukan adalah menerapkan iman kepada malaikat dalam
perilaku kita sehari hari, seperti:
11
Dinyatakan dalam hadist-hadist shahih bahwa para malaikat juga bisa
terganggu sebagaimana halnya seperti manusia. Mereka merasa terganggu dengan
aroma-aroma yang tidak sedap, kotoran, dan sampah. Bahkan, Rasulullah pernah
memerintahkan orang yang datang ke masjid, sementara bau bawang merah dan
bawang putih tercium olehnya, agar mereka keluar menjauh dari tempat tersebut.
2. Tidak meludah ke sebelah kanan ketika sholat
Rasulullah melarang orang yang sedang sholat meludah ke sebelah
kanan, karena ada malaikat yang berdiri di sebelah kanan orang yang sedang
shalat.
b) Mencintai seluruh malaikat
Seorang muslim wajib mencintai seluruh malaikat tanpa membeda-bedakan
antara satu dengan yang lainnya. Sebab, mereka semua adalah hamba Allah yang
senantiasa melaksanakan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Mereka
adalah satu kesatuan, yang tidak pernah berselisih dan tidak pula bercerai berai.
c) Bersikap rendah hati
Seseorang yang telah beriman kepada Allah SWT akan bersikap rendah hati
karena ia merasa bahwasannya ibadah yang ia lakukan belum ada apa-apanya
dibanding ibadah yang dilakukan para malaikat.
a) Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia dibanding dengan
makhluk lainnya termasuk para malaikat, namun ibadah dan kesyukuran yang
ditampilkan manusia tidak sebanding dengan ibadah dan kesyukuran yang
ditunjukan oleh para malaikat. Dengan iman kapada malaikat dan mengenali
mereka secara benar, manusia akan sadar akan kelemahan dan kedurhakaannya
kepada allah.
b) Manusia akan senantiasa merasa diawasi oleh Allah, sehingga tidak akan
sewenang-wenang berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan tuntutan ajaran
agama.
c) Senantiasa berusaha mengadakan hubungan dengan para malaikat dengan jalan
mensucikan jiwa dan meningkatkan ibadah kepada Allah, sebab seorang akan
12
sangat beruntung apabila dia termasuk golongan yang sering didoakan oleh
para malaikat tidak pernah ditolak Tuhan.
d) Untuk menambah ketaqwaan kepada Allah, sebab segala perbuatan dan tindak
tanduk yang dilakukan manusia tidak luput dari pengamatan Allah.18
18
Abdullah, Umar Sulaiman, Serial Akidah & Rukun Iman, Jakarta: Pustaka Imam Asy-
Syafi’i, 2014 hlm. 128
13
C. PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
penulis miliki masih sangat kurang. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan
kritik dari pembaca yang bersifat membangun untuk menyempurnakan makalah ini.
14
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Umar Sulaiman, 2014. Akidah & Rukun Iman, Jakarta: Pustaka
Imam Asy-Syafi’.
Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauza, Judul Asli et al., “:,” n.d. Belief in
Angel and its Effect On the Life of Ummah, Judul Terjemah Iman kepada
Malaikat dan Pengaruhnya terhadap Kehidupan Ummat
15
16