Anda di halaman 1dari 25

Prinsip Dasar

Bank Syariah
Hj. Lina Yulianti., SE.,Ak.CA.MM
Definisi

Lembaga Keuangan Syariah (LKS) menurut DSN


adalah lembaga keuangan yang mengeluarkan
produk keuangan syariah dan yang mendapatkan
izin operasional sebagai lembaga keuangan
syariah (DSN)-MUI, 2003).
Lembaga Keuangan Syariah (LKS)
harus memenuhi dua unsur yaitu :

1. Unsur kesesuaian dengan syariah


Islam
2.Unsur legalitas operasi sebagai
lembaga keuangan.
PRINSIP UMUM
Prinsip Dalam Hukum
Muamalah Adalah :

 Pada dasarnya segala bentuk muamalah adalah


mubah (boleh), kecuali yang ditentukan lain oleh Al
qur’an dan Sunnah Rasul.
 Muamalah dilakukan atas dasar sukarela dan
tanpa mengandung unsur – unsur paksaan.
 Muamalah dilakukan atas dasar pertimbangan
mendatangkan manfaat dan menghindari mudharat.
 Muamalah dilaksanakan dengan memelihara nilai
keadilan dan menghindari unsur – unsur
penganiyaan, pengambilan kesempatan dalam
kesempitan.
1. Antaraddim Minkum (rela sama rela)
Sehingga suatu transaksi harus sah akadnya.
2. La Tazhlimuna wa la tuzhlamun (Tidak ada
pihak yang menzhalimi dan dizalimi)
Berbagai transaksi seperti riba, gharar, tadlis
adalah terlarang.
Prinsip
Keuangan 3. Al Kharaj bi Al-dhaman (Hasil usaha muncul
Syariah bersama biaya)
Transaksi seperti jual beli murabahah
dibolehkan.
4. Al ghunmu bi al ghurmu (untung muncul
bersama resiko)
Transaksi seperti mudharabah dan
musyarakah dibolehkan.
 Secara umum tujuan hukum Islam adalah untuk kebaikan dan
kesejahteraan (maslahah) umat manusia di dunia dan akhirat.
 Untuk mencapainya ada 5 unsur pokok yang dipelihara oleh
Tujuan syariah:

Syariah 1.    Hifdz Ad-Din (Memelihara Agama-QS.Asy Syura-13)

(Maqashid Al 2.    Hifdz An-Nafs (Memelihara Jiwa-QS. Al Baqarah-178-179)


3.    Hifdz Al’Aql (Memelihara Akal-QS.Al Baqarah-164)
Syariah
4.    Hifdz An-Nasb (Memelihara Keturunan-QS.An Nisa-3-4)
5.    Hifdz Al-Maal (Memelihara Harta-QS.An Nisa-29-32)
Larangan Terhadap
Transaksi

Tidak sah
akadnya

Transaksi
yang
dilarang
Haram Haram
zatnya selain
zatnya
Larangan terhadap transaksi yang haram
zatnya sering dikaitkan dengan adanya
Larangan larangan yang eksplisit disebut dalam quran
dan sunnah dan prinsip muamalah yang
Terhadap
ketiga yaitu keharusan menghindari
Transaksi kemudharatan.
Yang
Haram Bagi industri perbankan syariah, pelarangan
terhadap transaksi yang haram zatnya
Zatnya
tersebut diwujudkan dalam bentuk larangan
memberikan pembiayaan yang terkait
dengan aktivitas produksi makanan,
minuman dan tindakan yang diharamkan
dalam Islam.
KATEGORI
Larangan Terhadap
Transaksi Haram Tadlis (ketidaktahuan satu pihak)

Selain Zatnya
Gharar (ketidaktahuan kedua pihak)

Bai’ Ikhtikar (rekayasa pasar dalam


supply)

Bai’ najasy (rekayasa pasar dalam


Beberapa hal yang masuk demand)
kategori haram selain zatnya
Maysir

Riba
TADLIS
• Tadlis adalah transaksi yang
mengandung suatu hal pokok yang tidak
diketahui oleh salah satu pihak
(unknown to one party).
• Tadlis juga disebut dengan tindakan
menipu untuk mendapat keuntungan
dari ketidaktahuan orang lain.

Diriwayatkan dari Abu Huraira bahwa Nabi melewati


setumpuk tepung gandum yang dijual, lalu Beliau
memasukkan tangannya ke dalam tumpukan tersebut
ternyata bagian dalamnya basah, Beliau bertanya,
"Apa ini hai penjual tepung?", ia menjawab, "Terkena
hujan wahai Rasulullah", lalu Beliau bersabda,
"Mengapa engkau tidak meletakkannya di bagian atas
sehingga orang dapat melihatnya. Sesungguhnya
orang yang menipu tidak termasuk golonganku".
HR. Muslim
GHARAR
Gharar adalah ketiadaan informasi pokok
pada kedua belah pihak yang bertransaksi
jual beli.

Landasan syar’i larangan transaksi gharar

Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi


melarang jual beli Hashah (jual beli tanah yang
menentukan ukurannya sejauh lemparan batu) dan
juga melarang jual beli Gharar. HR. Muslim

* Tadlis dan Gharar dapat terjadi pada aspek


Kuantitas, Kualitas, Harga dan Waktu Penyerahan
Bai’ Ihtikar adalah mengupayakan
adanya kelangkaan barang dengan cara
menimbun.
Landasan syar’i larangan Bai’ Ihtikar:

Diriwayatkan dari Mu'amar bin Abdullah bahwa


Nabi bersabda:"Orang yang melakukan ihtikar
berdosa". (HR. Muslim).
Bai’ Najsy

Bai’ Najsy adalah tindakan


menciptakan permintaan palsu,
seolah – olah ada banyak permintaan
terhadap suatu produk, sehingga
harga jual produknya akan naik.

Landasan syar’i larangan Bai’ Najsy:

Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, ia berkata,"


Rasulullah melarang najsy". HR. Bukhari- Muslim.
MAYSIR
Maysir (gambling/judi) adalah sebuah
permainan dimana satu pihak akan memperoleh
keuntungan sementara pihak lain akan menderita
kerugian.
Landasan syar’i larangan Maysir:

"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)


khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib
dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak
menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu
lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan
menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sholat; maka
berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)". (Al-
Maidah : 90-91)
RIBA

Riba adalah tambahan yang


disyaratkan dalam transaksi bisnis
tanpa adanya padanan (iwad) yang
dibenarkan syariah atas
penambahan tersebut.
RIBA
Dalil larangan Riba:
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian
itu, adalah  disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual-beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba. Barang siapa
yang datang kepadanya peringatan dari Allah. Lalu ia berhenti 
maka  baginya  adalah  apa  yang telah berlalu  dan urusannya 
adalah  kepada Allah dan barang siapa yang kembali lagi, maka 
mereka  adalah penghuni  neraka yang kekal di dalamnya. Allah
akan menghapus riba dan melipat gandakan sedekah dan Allah
tidak suka kepada orang-orang kafir lagi pendosa”.(QS. Al-
Baqarah : 275- 276)
Transaksi Hutang
Piutang

Riba qardh adalah kelebihan tertentu


yang disyaratkan pada yang berhutang.

Riba jahiliyyah adalah riba yang timbul


karena peminjam tidak mampu
mengembalikan hutangnya pada
waktu yang ditetapkan.
Transaksi Jual Beli
Barang Ribawi
Riba fadhl adalah
riba yang timbul karena
pertukaran antar barang ribawi
yang sejenis dengan kadar dan
takaran yang berbeda.

Riba nasi’ah adalah


riba yang timbul karena penangguhan
penyerahan atau penerimaan barang
yang dipertukarkan.
Larangan Terhadap Transaksi yang
Tidak Sah Akadnya

Akad secara bahasa adalah ikatan

Akad menurut istilah adalah keterikatan keinginan


diri dengan keinginan orang lain dengan cara
memunculkan adanya komitmen tertentu yang
disyariatkan.
Rukun Akad :
1.Adanya dua pihak atau lebih yang
saling terikat dengan akad.
2.Adanya sesuatu yang diikat dengan
akad.
3.Adanya pengucapan akad berupa
ungkapan serah terima (ijab-kabul).
Dua Pihak yang Terikat Akad:
 kedua pihak dipersyaratkan memiliki
kemampuan yang cukup untuk
mengikuti proses perjanjian
 Kemampuan tersebut dibuktikan dengan
kemampuan membedakan yang baik
dan yang buruk diantara tandanya:
 sudah baligh
 tidak dalam keadaan tercekal seperti
dinyatakan pailit
 tidak di bawah paksaan.
 Tidak dalam kondisi gila atau mabuk.
Sesuatu yang diikat dengan akad
Jika terkait dengan barang, maka mesti memenuhi
aspek:
1. Barang tersebut suci atau bila telah terkena
najis, bisa disucikan.
2. Barang tersebut bisa digunakan dengan cara
yang disyariatkan, misal hotel atau rumah yang
tidak diperuntukkan bagi aktivitas prostitusi.
3. Komoditas harus bisa diserahterimakan
(contohnya tidak sah menjual barang yang
sedang diagunkan).
4. Barang yang dijual harus milik penjual.
5. Bila barang dijual langsung harus diketahui
wujudnya, dan bila tidak berada di lokasi, harus
diketahui ukuran, jenis, dan kriterianya.
Ijab-Qabul
 Ijab adalah ungkapan penyerahan
kepemilikan oleh pemilik barang
 kabul adalah ungkapan penerimaan
kepemilikan oleh pemilik barang
berikutnya.
 Ijma ulama berpendapat tidak ada
keharusan ijab kabul harus secara lisan.
 Sah atau tidaknya ungkapan ijab kabul
dapat menggunakan praktik yang
umum di masyarakat tempat jual beli
dilakukan.
 Prinsipnya, kedua belah pihak rela atas
serah terima kepemilikan
Akad tidak boleh mengandung unsur dua
akad dalam satu transaksi (two in one
Larangan transaction)
Satu
Transaksi  Misal: transaksi sewa modal atau capital lease
yang mana pembayaran sewanya diakui juga
Dua Akad diakui sebagai peralihan kepemilikan. Dalam
Islam mekanisme yang dibolehkan adalah
selama masa sewa pembayaran hanya diakui
sebagai pembayaran sewa, adapun peralihan
kepemilikan dilakukan setelah masa sewa. Ini
memberi kepastian siapa pemilik barang..
Terima Kasih…

Anda mungkin juga menyukai