BAB I
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain,
masing-masing berhajat kepada yang lain, bertolong-tolongan, tukar menukar keperluan
dalam urusan kepentingan hidup baik dengan cara jual beli, sewa menyewa, pinjam
meminjam atau suatu usaha yang lain baik bersifat pribadi maupun untuk kemaslahatan umat.
Dengan demikian akan terjadi suatu kehidupan yang teratur dan menjadi ajang silaturrahmi
yang erat. Agar hak masing-masing tidak sia-sia dan guna menjaga kemaslahatan umat, maka
agar semuanya dapat berjalan dengan lancar dan teratur, agama Islam memberikan peraturan
yang sebaik-baiknya aturan.
Secara bahasa kata muamalah adalah masdar dari kata 'AMALA-YU'AMILI-
MU'AMALATAN yang berarti saling bertindak, saling berbuat dan saling beramal.
Muamalah adalah aturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan manusia
dalam usahanya untuk mendapatkan alat-alat keperluan jasmaninya dengan cara yang paling
baik (Idris Ahmad) atau " Muamalah adalah tukar-menukar barang atau sesuatu yang
bermanfaat dengan cara-cara yang telah ditentukan" (Rasyid Ridho) "(Rahcmat Syafiie, Fiqih
Muamalah).
Artinya : “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Rabbnya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS Al
Baqarah (2) : 275).
2. Ariyah (Pinjam meminjam)
Ariyah adalah memberikan manfaat sesuatu yang halal kepada orang lain untuk diambil
manfaatnya dengan tidak merusakkan zatnya agar dapat dikembalikan zat barang itu. Dalam
hal ariyah terdapat rukun dan hukumnya yaitu sebagai berikut:
a. Rukun Ariyah
1. Orang yang meminjamkan syaratnya berhak berbuat kebaikan sekehendaknya, manfaat
barang yang dipinjam dimiliki oleh yang meminjamkan
2. Orang yang meminjam berhak menerima kebaikan
3. Barang yang dipinjam syaratnya barang tersebut bermanfaat, sewaktu diambil manfaatnya
zatnya tetap atau tidak rusak.
Orang yang meminjam boleh mengambil manfaat dari barang yang dipinjamnya hanya
sekedar menurut izin dari yang punya dan apabila barang yang dipinjam hilang, atau rusak
sebab pemakaian yang diizinkan, yang meminjam tidak menggantinya. Tetapi jikalau sebab
lain, dia wajib mengganti.
b. Hukum Ariyah
Asal hukum meminjamkan sesuatu adalah sunat. Akan tetapi kadang hukumnya wajib
dan kadang-kadang juga haram. Hukumnya wajib contohnya yaitu meminjamkan pisau untuk
menyembelih hewan yang hampir mati. Dan hukumnya haram contohnya sesuatu yang
dipinjam untuk sesuatu yang haram.
3. Sewa Menyewa
Sewa menyewa adalah suatu perjanjian atau kesepakatan dimana penyewa harus
membayarkan atau memberikan imbalan atau manfaat dari benda atau barang yang dimiliki
oleh pemili barang yang di pinjamkan. Hukum dari sewa menyewa ini mubah atau
diperbolehkan.
4. Kerjasama dagang atau bisnis
Dalam istilah syariah, kerja sama bisnis sering disebut sebagai syirkah, syirkah
termasuk salah satu bentuk kerjasama dagang dengan syarat dan rukun tertentu. Kata syirkah
dalam bahasa Arab berasal dari kata syarika (fi’il mâdhi), yasyraku (fi’il mudhâri‘),
syarikan/syirkatan/syarikatan (mashdar/kata dasar); artinya menjadi sekutu atau serikat.
Menurut arti asli bahasa Arab (makna etimologis), syirkah berarti mencampurkan dua bagian
atau lebih sedemikian rupa sehingga tidak dapat lagi dibedakan satu bagian dengan bagian
lainnya. Adapun menurut makna syariat, syirkah adalah suatu akad antara dua pihak atau
lebih, yang bersepakat untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam pembahasan makalah ini, kami dapat menyimpulkan bahwa muamalah ialah
tukar menukar barang atau sesuatu yang meberi manfaat dengan cara yang ditentukan. Hal
yang termasuk muamalah yaitu:
1. Jual beli yaitu penukaran harta atas dasar saling rela. Hukum jual beli adalah mubah,
artinya hal tersebut diperbolehkan sepanjang suka sama suka.
2. Menghindari riba.
Dalam pelaksanaan jual beli juga ada rukun jual beli yaitu:
a. Penjual dan pembeli
b. Uang dan benda yang dibeli
c. Lafaz ijab dan kabul
3.2 Saran
Kita sebagai umat muslim agar memperhatikan hukum muamalah dan tata cara jual
beli yang sah menurut agama islam. Dan kita juga harus memperhatikan riba yang
terkandung didalam hal jual beli tersebut, karena terdapat hadist yang mengharamkan riba
dalam islam.
Definisi Muamalah
Okt 29
Oleh : Ustadz Kholid Syamhudi, Lc.
Kata “muamalah” dalam etimologi bahasa Arab diambil dari kata ( )العملyang merupakan kata umum untuk
semua perbuatan yang dikehendaki mukallaf. Kata “muamalah” dengan wazan (ع َلة
َ ) ُمفَاdari kata ( )عاملyang
bermakna bergaul ()الت َّ َعا ُمل.
Adapun dalam terminologi ahli fikih dan ulama syariat, kata “muamalah” digunakan untuk sesuatu di luar
ibadah, sehingga “muamalah” membahas hak-hak makhluk dan“ibadah” membahas hak-hak Allah. Namun,
mereka berselisih pendapat dalam apa saja yang masuk dalam kategori muamalah tersebut dalam dua pendapat:
1. Muamalah adalah pertukaran harta dan yang berhubungan dengannya, seperti al-bai’ (jual-beli), as-salam, al-
ijaarah (sewa-menyewa), syarikat (perkongsian), ar-rahn (gadai), al-kafaalah, al-wakalah (perwakilan), dan
sejenisnya. Inilah Mazhab Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hambaliyah.
2. Muamalah mencakup semua hal yang berhubungan dengan maslahat manusia dengan selainnya, seperti
perpindahan hak pemilikan dengan pembayaran atau tidak (gratis) dan dengan transaksi pembebasan budak,
kemanfaatan, dan hubungan pasutri. Dengan demikian, muamalah mencakup fikih pernikahan, peradilan,
amanah, dan warisan. Inilah mazhab al-Hanafiyah dan pendapat asy-Syathibi dari mazhab al-Malikiyah.
Oleh karena itu sebagian ahli fikih membagi fikih menjadi empat kategori:
a. Fikih Ibadah
b. Fikih Muamalah
c. Fikih Ankihat (nikah)
d. Hukum-hukum kriminal dan peradilan.
Yang menjadi topik pembahasan kita adalah “fikih muamalah” tentang pertukaran harta benda
BAB IPENDAHULUAN
A.
Pengertian muamalah
Dr. Kaelany HD., MA mengatakan dalam bukunya, Islam Agama Universal, bahwa ajaran Islam
sangatlah luas. Ulama dengan berlandaskan hadist membagiajaran Islam tersebut dalam tiga
pokok bahasan, yaitu Aqidah, Syari’ah (ibadah dan muamalah), dan
Akhlak.S y a r i ’ a h a d a l a h s e b u t a n t e r h a d a p p o k o k a j a r a n A l l a h d a n R a s u l n y a y a n
g m e r u p a k a n j a l a n a t a u p e d o m a n h i d u p m a n u s i a d a l a m m e l a k u k a n h u b u n g a n ve
rtical kepada Pencipta, Allah SWT, dan juga kepada sesama manusia.Ada dua pendekatan dalam
mendefinisikan Syari’ah, yaitu antara
lain:1 . D a r i s e g i t u j u a n , S y a r i ’ a h m e m i l i k i p e n g e r
t i a n a j a r a n y a n g menjaga kehormatan manusia sebagai makhlu
k t e r m u l i a d e n g a n memelihara atau menjamin lima hal penting, yaitu:a)Menjamin
kebebasan beragama (Berketuhanan Yang Maha Esa) b)Menjamin kehiupan yang layak
(memelihara jiwa)c)Menjamin kelangsungan hidup keluarga (menjaga
keturunan)d)Menjamin kebebasan berpikir (memelihara akal)e)Menjamin kehidupan
dengan tersedianya lapangan kerja yang pantas (memelihara harta)Lima hal pemeliharaan itu
akan menjadi ukuran dari lima hukum Islam,seperti wajib, sunnat, haram, makruh, dan
mubah.2 . D i t i n j a u d a r i s e g i k l a s i f i k a s i . Terdiri dari
ibadah dan muamalah.1)
Pengertian muamalah menurut bahasa
Etiomologi:Muamalah dari kata (ع م ل ) اyang merupakan istilah yang digunakan
untuk mengungkapkan semua perbuatan yang dikehendaki mukallaf. muamalah mengikuti
pola (ة َ ََ َ ف ُ ) yang bermakna bergaul (ل ُ َ ت َ ع
) اTerminologi:Muamalah adalah istilah yang digunakan untuk permasalahan selain ibadah.2)
Pengertian muamalah menurut istilah
1
a ) A r t i l u a s Menurut Ad-
Dimyathi :“Suatu aktivitas keduniaan untuk mewujudkan keberhasilan akhirat”Menurut Yusuf Musa
:“Peraturan-peraturan Allah yang harus diikuti dan dita’ati dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga
kepentingan manusia”“Segala peraturan yang diciptakan Allah untuk mengatur
hubunganmanusia dengan manusia dalam kehidupannya”Menurut Dr.Abdul Sattar Fathullah Sa’id
:“Fiqh muamalat ialah hukum syari’ah yang berkaitan dengan
transaksimanusia mengenai jual beli, gadai, perdagangan, pertanian, sewa-menyewa,
perkongsian, perkawinan, penyusuan thalak, iddah, hibah &hadiah, washiat, warisan, perang
dan damai”.Jadi, muamalah dalam arti luas adalah “Aturan-aturan Allah
untuk m e n g a t u r m a n u s i a d a l a m k a i t a n n y a d e n g a n u r u s a n d u n i a w i d a l a m pergaula
n sosial”.D a l a m k o n t e k s
muamalah
d a l a m m a k n a l u a s , I b n u A b i d i n membagi muamalah kepada 5 bidang1)
Mu’awadhah Maliyah
(hukum kebendaan)2)Munakahat (Hukum perkawinan)3)Muhasanat (Hukum Acara)4)Amanat dan
‘Ariyah (Pinjaman)5)Tirkah (harta
warisan) b ) A r t i s e m p i t
Menurut Khudhari Byk :“Semua akad yang membolehkan manusia saling menukar
manfaatnya”Menurut Rasyid Ridha :“Tukar menukar barang atau sesuatu yang bermanfaat dengan
cara yangditentukan”Menurut Dr.Mustafa Ahmad Zarqa,“ H u k u m -
hukum tentang perbuatan manusia yang berkaitan denganh u b u n g a n s e s a m a
m a n u s i a m e n g e n a i h a r t a k e k a y a a n , h a k - h a k d a n penyelesaian sengketa”.Jadi
muamalah dalam arti sempit adalah “Aturan-aturan Allah yangmengatur hubungan
manusia dengan manusia dalam memperoleh danm e n g e m b a n g k a n h a r t a b e n d a ” a t a u
“ a t u r a n t e n t a n g k e g i a t a n e k o n o m i manusia”Ibadah wajib berpedoman pada sumber ajaran
Al-Qur’an dan Al-Sunnah, yaituharus ada contoh (tatacara dan praktek) dari Nabi
Muhammad SAW. Konsepibadah ini berdasarkan kepada
mamnu’
(dilarang atau haram). Ibadah ini
antaral a i n m e l i p u t i s h a l a t , z a k a t , p u a s a , d a n h a j i . S e d a n g k a n m a s a l a h m u ’ a m
alah2
(hubungan kita dengan sesama manusia dan lingkungan), masalah-masalah dunia,seperti makan
dan minum, pendidikan, organisasi, dan ilmu pengetahuan danteknologi, berlandaskan
pada prinsip “boleh” (jaiz) selama tidak ada larangan yang tegas dari Allah dan Rasul-
Nya.Berkaitan dengan hal di atas (mu’amalah), Nabi Muhammad SAW mengatakan:
“Bila dalam urusan agama (aqidah dan ibadah) An da contohlah saya. Tapi,dalam
urusan dunia Anda, (teknis mu’amalah), Anda lebih tahu tentang dunia Anda.”
Dalam ibadah, sangat penting untuk diketahui apakah ada suruhan
ataucontoh tata cara, atau aturan yang pernah diajarkan oleh Rasulullah
S A W . Apabila hal itu tidak ada, maka tindakan yang kita lakukan dalam ibadah ituakan
jatuh kepada
bid’ah
, dan setiap perbuatan bid’ah adalah
dhalalah (sesat)
.Sebaliknya dalam mu’amalah yang harus dan penting untuk diketahui adalah apakah ada
larangan tegas dari Allah dan Rasul-Nya, karena apabila tidak ada,hal tersebut boleh saja
dilakukan.Dalam hal ini, Dr. Kaelany juga menjelaskan adanya dua prinsip yang perlukita perhatikan,
yaitu:1.Manusia dilarang “menciptakan agama, termasuk sistem ibadah dan tata caranya,
karena masalah agama dan ibadah adalah hak mutlak Allah dan p a r a R a s u l -
N y a y a n g d i t u g a s i m e n y a m p a i k a n a g a m a i t u k e p a d a masyarakat.
M a k a m e n c i p t a k a n a g a m a d a n i b a d a h a d a l a h b i d ’ a h . Sedangkan setiap
bid’ah adalah sesat.2 . A d a n y a k e b e b a s a n d a s a r d a l a m m e n e m p u h h i d u p i n i , y a i t u
hal-
hal yang berkaitan dengan masalah mu’amalah, seperti pergaulan hidup dank
ehidupan dalam masyarakat dan lingkungan, yang dikaruniakan Allah kepada umat
manusia (Bani Adam) dengan batasan atau larangan tertentuyang harus dijaga. Sebaliknya melarang
sesuatu yang tidak dilarang olehAllah dan Rasul-Nya adalah
bid’ah.Dalam menjalankan keseharian, penting bagi kita untuk mengingat dua prinsip di
atas. Ibadah tidak dapat dilakukan dengan sekehendak hati kita karenasemua ketentuan dan aturan
telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah, sertacontoh dan tata caranya telah diajarkan oleh
Rasulullah SAW semasa hidupnya.Melakukan sesuatu dalam ibadah, yang tidak ada disebutkan dalam
Al-Qur’andan Sunnah berarti melakukan sesuatu yang tidak diperintahkan oleh
AllahSWT, dan ini sungguh merupakan perbuatan yang sesat. Namun dalam beberapa hal, tentu
ada hal yang harus diperhatikan sesuai dengan perkembangan zaman. Di sini lah implikasi dari
mu’amalah itu sendiri.Selama tidak ada larangan secara tegas di dalam Al -Qur’an dan
Sunnah, halyang dipertimbangkan itu boleh dilakukan. Hal ini telah diterangkan oleh
Rasuld a l a m s a b d a n y a y a n g s u d a h d i t u l i s d i a t a s . S e b a g a i c o n t o h a d a l a h d a l a m
kehidupan sehari-hari, pada zaman hidupnya Rasulullah, masyarakat yang