Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia
secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan
melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan
mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan
argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses
itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak
diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.
Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan
filsafat. Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu
berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa
penasaran dan ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu
yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain
dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal.
Thales adalah seorang filsuf yang mengawali sejarah filsafat Barat pada abad ke-6
SM. Sebelum Thales, pemikiran Yunani dikuasai cara berpikir mitologis dalam
menjelaskan segala sesuatu. Pemikiran Thales dianggap sebagai kegiatan berfilsafat
pertama karena mencoba menjelaskan dunia dan gejala-gejala di dalamnya tanpa
bersandar pada mitos melainkan pada rasio manusia. Ia juga dikenal sebagai salah
seorang dari Tujuh Orang Bijaksana (dalam bahasa Yunani hoi hepta sophoi), yang
oleh Aristoteles diberi gelar 'filsuf yang pertama'. Selain sebagai filsuf, Thales
juga dikenal sebagai ahli geometri, astronomi, dan politik. Bersama dengan
Anaximandros dan Anaximenes, Thales digolongkan ke dalam Mazhab Miletos.
Anaximandros adalah seorang filsuf dari Mazhab Miletos dan merupakan murid dari
Thales. Seperti Thales, dirinya dan Anaximenes tergolong sebagai filsuf-filsuf dari
Miletos yang menjadi perintis filsafat Barat. Anaximandros adalah filsuf pertama
yang meninggalkan bukti tulisan berbentuk prosa. Akan tetapi, dari tulisan
Anaximandros hanya satu fragmen yang masih tersimpan hingga kini.
Anaximenes adalah seorang filsuf yang berasal dari kota Miletos, sama seperti
Thales dan Anaximandros. Anaximenes hidup sezaman dengan kedua filsuf tersebut,
kendati ia lebih muda dari Anaximandros. Ia disebut di dalam tradisi filsafat Barat,
bersama dengan Thales dan Anaximandros, sebagai anggota Mazhab Miletos.
Anaximenes adalah teman, murid, dan pengganti dari Anaximandros. Sebagaimana
kedua filsuf Miletos yang lain, ia berbicara tentang filsafat alam, yakni apa yang
menjadi prinsip dasar (arche) segala sesuatu.
Pythagoras adalah seorang matematikawan dan filsuf Yunani yang paling terkenal
melalui teoremanya. Mendapat julukan sebagai "Bapak Bilangan" atau "Bapak
Matematika" dan memberi sumbangan yang penting terhadap filsafat dan ajaran
keagamaan pada akhir abad ke-6 SM. Kehidupan dan ajarannya tidak begitu jelas
akibat banyaknya legenda dan kisah buatan mengenai dirinya. Salah satu petinggalan
pythagoras yang terkenal adalah teoremanya. Teorema Pythagoras menyatakan
bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu segitiga siku-siku adalah sama dengan jumlah
kuadrat dari kaki kakinya (sisi siku sikunya).
Walaupun fakta di dalam teorema ini telah banyak diketahui sebelum lahirnya
pythagoras, namun teorema ini dikreditkan kepadanya karena ia yang pertama kali
membuktikan pengamatan ini secara matematis. Pythagoras dan muridnya percaya
bahwa segala sesuatu di dunia ini berhubungan dengan matematika dan merasa
bahwa segalanya dapat diprediksikan dan diukur dalam siklus berritme. Ia percaya
keindahan matematika disebabkan segala fenomena alam dapat dinyatakan dalam
bilangan atau perbandingan bilangan.
Alkmeon 500 SM
Philolaos 500 SM
Philolaos adalah seorang filsuf yang termasuk ke dalam Mazhab Phytagoras. Selain
sebagai filsuf, ia juga dikenal sebagai dokter dan juga penulis. Ia adalah filsuf
pertama dari Mazhab Phytagoras yang mengeluarkan karya tertulis.
Namanya disebut-sebut di dalam koleksi-koleksi teori medis sejak awal abad ke-5
SM. Selain itu, terdapat keterangan tentang dirinya dari sebuah papirus yang
terdapat di British Museum. Hanya ada sedikit fragmen dari tulisannya yang masih
tersimpan hingga kini. Salah satu karyanya yang terkenal adalah "Perihal Alam" (On
Nature)
Hippasus 500 SM
Democritus yang lahir di Abdera adalah seorang filsuf Yunani yang mengembangkan
teori mengenai atom sebagai dasar materi. Karyanya dijadikan sebagai pelopor ilmu
fisika materi yang menutup kemungkinan adanya intervensi Tuhan atau Dewa. Dalam
bidang Astronomi dia juga orang pertama yang menyatakan pendapat bahwa galaxi
Bima Sakti adalah kumpulan cahaya, gugusan bintang yang letaknya saling berjauhan.
Teori Democritus (yang tidak diterima oleh Aristoteles) tidak diacuhkan orang
selama Abad Pertengahan dan punya sedikit pengaruh terhadap ilmu pengetahuan.
Meski begitu beberapa ilmuwan terkemuka dari abad ke-17 (termasuk Isaac
Newton) mendukung pendapat serupa. Tetapi, tak ada teori atom dikemukakan
ataupun digunakan dalam penyelidikan ilmiah. Dan lebih penting lagi tak ada seorang
pun yang melihat adanya hubungan antara spekulasi filosofis tentang atom dengan
hal-hal nyata di bidang kimia. sampai Dalton muncul menyuguhkan "teori kuantitatif"
yang jelas dan jemih yang dapat digunakan dalam penafsiran percobaan kimia dan
dapat dicoba secara tepat di laboratorium. - 599 Tokoh Ilmuwan Penemu
Aristoteles (bahasa Yunani: ‘Aριστοτέλης Aristotélēs), (384 SM – 322 SM) adalah seorang
filsuf Yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander yang Agung.[1] Ia menulis tentang
berbagai subyek yang berbeda, termasuk fisika, metafisika, puisi, logika, retorika, politik,
pemerintahan, etnis, biologi dan zoologi.[1] Bersama dengan Socrates dan Plato, ia dianggap
menjadi seorang di antara tiga orang filsuf yang paling berpengaruh di pemikiran Barat.[rujukan?]
Daftar isi
1 Riwayat hidup
2 Pemikiran
3 Pengaruh
4 Referensi
5 Lihat pula
Riwayat hidup
Aristoteles lahir di Stagira, kota di wilayah Chalcidice, Thracia, Yunani (dahulunya termasuk
wilayah Makedonia tengah) tahun 384 SM.[1] Ayahnya adalah tabib pribadi Raja Amyntas dari
Makedonia.[rujukan?] Pada usia 17 tahun, Aristoteles menjadi murid Plato.[2] Belakangan ia
meningkat menjadi guru di Akademi Plato di Athena selama 20 tahun.[rujukan?] Aristoteles
meninggalkan akademi tersebut setelah Plato meninggal, dan menjadi guru bagi Alexander dari
Makedonia.[rujukan?]
Saat Alexander berkuasa di tahun 336 SM, ia kembali ke Athena.[rujukan?] Dengan dukungan dan
bantuan dari Alexander, ia kemudian mendirikan akademinya sendiri yang diberi nama Lyceum,
yang dipimpinnya sampai tahun 323 SM.[rujukan?] Perubahan politik seiring jatuhnya Alexander
menjadikan dirinya harus kembali kabur dari Athena guna menghindari nasib naas sebagaimana
dulu dialami Socrates.[rujukan?] Aristoteles meninggal tak lama setelah pengungsian
tersebut.[rujukan?]Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan
pengetahuan.[rujukan?]
Pemikiran
Filsafat Aristoteles berkembang dalam tiga tahapan yang pertama ketika dia masih belajar di
Akademi Plato ketika gagasannya masih dekat dengan gurunya tersebut, kemudian ketika dia
mengungsi, dan terakhir pada waktu ia memimpin Lyceum mencakup enam karya tulisnya yang
membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting, selain
kontribusinya di bidang Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu Kedokteran, Ilmu Alam dan
karya seni.[rujukan?]
Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan
spesies-spesies biologi secara sistematis.[rujukan?] Karyanya ini menggambarkan
kecenderungannya akan analisis kritis, dan pencarian terhadap hukum alam dan keseimbangan
pada alam.[rujukan?]
Berlawanan dengan Plato yang menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda, Aristoteles
menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis).[rujukan?] Pemikiran
lainnya adalah tentang gerak dimana dikatakan semua benda bergerak menuju satu tujuan,
sebuah pendapat yang dikatakan bercorak teleologis.[rujukan?] Karena benda tidak dapat bergerak
dengan sendirinya maka harus ada penggerak dimana penggerak itu harus mempunyai penggerak
lainnya hingga tiba pada penggerak pertama yang tak bergerak yang kemudian disebut dengan
theos, yaitu yang dalam pengertian Bahasa Yunani sekarang dianggap berarti
Tuhan.[rujukan?]Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning),
yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika
formal.[rujukan?] Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya
observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).[rujukan?]
Hal lain dalam kerangka berpikir yang menjadi sumbangan penting Aristoteles adalah silogisme
yang dapat digunakan dalam menarik kesimpulan yang baru yang tepat dari dua kebenaran yang
telah ada.[rujukan?] Misalkan ada dua pernyataan (premis)[rujukan?]:
Di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari
bentuk demokrasi dan monarki.[rujukan?]
Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia dianggap berkontribusi
dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya melingkupi bidang-bidang yang sangat
beragam sekali seperti Fisika, Astronomi, Biologi, Psikologi, Metafisika (misalnya studi tentang
prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar tentang alam), logika formal, etika, politik, dan
bahkan teori retorika dan puisi.[rujukan?]
Di bidang seni, Aristoteles memuat pandangannya tentang keindahan dalam buku Poetike.[2]
Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan.[2] Ia mengatakan
bahwa pengetahuan dibangun atas dasar pengamatan dan penglihatan.[2] Menurut Aristoteles
keindahan menyangkut keseimbangan ukuran yakni ukuran material.[2] Menurut Aristoteles
sebuah karya seni adalah sebuah perwujudan artistik yang merupakan hasil chatarsis disertai
dengan estetika.[2] Chatarsis adalah pengungkapan kumpulan perasaan yang dicurahkan ke
luar.[3] Kumpulan perasaan itu disertai dorongan normatif.[3] Dorongan normatif yang dimaksud
adalah dorongan yang akhirnya memberi wujud khusus pada perasaan tersebut.[3] Wujud itu
ditiru dari apa yang ada di dalam kenyataan.[3].aristoteles juga mendefinisikan pengertian sejarah
yaitu Sejarah merupakan satu sistem yang meneliti suatu kejadian sejak awal dan tersusun dalam
bentuk kronologi. Pada masa yang sama, menurut beliau juga Sejarah adalah peristiwa-peristiwa
masa lalu yang mempunyai catatan, rekod-rekod atau bukti-bukti yang konkrit.
14 ARISTOTELES 384 SM-322 SM
Untuk menjadi seorang ahli paling jempolan dalam tiap cabang ilmu
tentu kemustahilan yang ajaib dan tak ada duplikat seseorang di masa
sesudahnya. Tetapi apa yang sudah dicapai oleh Aristoteles malah lebih
dari itu. Dia filosof orisinal, dia penyumbang utama dalam tiap bidang
penting falsafah spekulatif, dia menulis tentang etika dan metafisika,
psikologi, ekonomi, teologi, politik, retorika, keindahan, pendidikan,
puisi, adat-istiadat orang terbelakang dan konstitusi Athena. Salah satu
proyek penyelidikannya adalah koleksi pelbagai negeri yang
digunakannya untuk studi bandingan.
Mungkin sekali, yang paling penting dari sekian banyak hasil karyanya
adalah penyelidikannya tentang teori logika, dan Aristoteles dipandang
selaku pendiri cabang filosofi yang penting ini. Hal ini sebetulnya berkat
sifat logis dari cara berfikir Aristoteles yang memungkinkannya mampu
mempersembahkan begitu banyak bidang ilmu. Dia punya bakat
mengatur cara berfikir, merumuskan kaidah dan jenis-jenisnya yang
kemudian jadi dasar berpikir di banyak bidang ilmu pengetahuan.
Aristoteles tak pernah kejeblos ke dalam rawa-rawa mistik ataupun
ekstrim. Aristoteles senantiasa bersiteguh mengutarakan pendapat-
pendapat praktis. Sudah barang tentu, manusia namanya, dia juga berbuat
kesalahan. Tetapi, sungguh menakjubkan sekali betapa sedikitnya
kesalahan yang dia bikin dalam ensiklopedi yang begitu luas.
Belum Diperiksa
Plato
c. 428–427 SM[1]
Lahir
Athena
Kebangsaan Yunani
Tradisi Platonisme
Plato (bahasa Yunani: Πλάτων) (lahir sekitar 427 SM - meninggal sekitar 347 SM) adalah
seorang filsuf dan matematikawan Yunani, penulis philosophical dialogues dan pendiri dari
Akademi Platonik di Athena, sekolah tingkat tinggi pertama di dunia barat.[2] Ia adalah murid
Socrates.[2] Pemikiran Plato pun banyak dipengaruhi oleh Socrates.[3]. Plato adalah guru dari
Aristoteles.[2] Karyanya yang paling terkenal ialah Republik (dalam bahasa Yunani Πολιτεία atau
Politeia, "negeri") yang di dalamnya berisi uraian garis besar pandangannya pada keadaan
"ideal".[rujukan?] Dia juga menulis 'Hukum' dan banyak dialog di mana Socrates adalah peserta
utama.[rujukan?] Salah satu perumpamaan Plato yang termasyhur adalah perumpaan tentang orang
di gua.[2] Cicero mengatakan Plato scribend est mortuus (Plato meninggal ketika sedang
menulis).[2]
Bersifat Sokratik
Dalam Karya-karya yang ditulis pada masa mudanya, Plato selalu menampilkan kepribadian dan
karangan Sokrates sebagai topik utama karangannya.[2]
Berbentuk dialog
Hampir semua karya Plato ditulis dalam nada dialog.[2] Dalam Surat VII, Plato berpendapat
bahwa pena dan tinta membekukan pemikiran sejati yang ditulis dalam huruf-huruf yang
membisu.[2] Oleh karena itu, menurutnya, jika pemikiran itu perlu dituliskan, maka yang paling
cocok adalah tulisan yang berbentuk dialog.[2]
Adanya mite-mite
Plato menggunakan mite-mite untuk menjelaskan ajarannya yang abstrak dan adiduniawi[2]
Verhaak menggolongkan tulisan Platon ke dalam karya sastra bukan ke dalam karya ilmiah yang
sistematis karena dua ciri yang terakhir, yakni dalam tulisannya terkandung mite-mite dan
berbentuk dialog.[4]
Idea-idea
Sumbangsih Plato yang terpenting adalah pandangannya mengenai idea.[5] Pandangan Plato
terhadap idea-idea dipengaruhi oleh pandangan Sokrates tentang definisi.[5] Idea yang dimaksud
oleh Plato bukanlah ide yang dimaksud oleh orang modern.[5] Orang-orang modern berpendapat
ide adalah gagasan atau tanggapan yang ada di dalam pemikiran saja.[rujukan?] Menurut Plato idea
tidak diciptakan oleh pemikiran manusia.[5] Idea tidak tergantung pada pemikiran manusia,
melainkan pikiran manusia yang tergantung pada idea.[5] Idea adalah citra pokok dan perdana
dari realitas, nonmaterial, abadi, dan tidak berubah.[2] Idea sudah ada dan berdiri sendiri di luar
pemikiran kita.[2]. Idea-idea ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya.[2] Misalnya, idea
tentang dua buah lukisan tidak dapat terlepas dari idea dua, idea dua itu sendiri tidak dapat
terpisah dengan idea genap.[2] Namun, pada akhirnya terdapat puncak yang paling tinggi di
antara hubungan idea-idea tersebut.[2] Puncak inilah yang disebut idea yang “indah”.[2] Idea ini
melampaui segala idea yang ada.[2]
Dunia Indrawi
Dunia indrawi adalah dunia hitam yang mencakup benda-benda jasmani yang konkret, yang
dapat dirasakan oleh panca indera kita.[2] Dunia indrawi ini tiada lain hanyalah refleksi atau
bayangan daripada dunia ideal.[5] Selalu terjadi perubahan dalam dunia indrawi ini.[5] Segala
sesuatu yang terdapat dalam dunia jasmani ini fana, dapat rusak, dan dapat mati.[5]
Dunia Idea
Dunia idea adalah dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita.[2] Dalam dunia ini tidak ada
perubahan, semua idea bersifat abadi dan tidak dapat diubah.[2] Hanya ada satu idea “yang
bagus”, “yang indah”.[3] Di dunia idea semuanya sangat sempurna.[3] Hal ini tidak hanya merujuk
kepada barang-barang kasar yang bisa dipegang saja, tetapi juga mengenai konsep-konsep
pikiran, hasil buah intelektual.[3] Misalkan saja konsep mengenai "kebajikan" dan "kebenaran".[3]
Pandangan Plato tentang Karya Seni dan Keindahan
Pandangan Plato tentang karya seni dipengaruhi oleh pandangannya tentang ide.[6] Sikapnya
terhadap karya seni sangat jelas dalam bukunya Politeia (Republik).[6] Plato memandang negatif
karya seni.[6] Ia menilai karya seni sebagai mimesis mimesos.[6] Menurut Plato, karya seni
hanyalah tiruan dari realita yang ada.[6] Realita yang ada adalah tiruan (mimesis) dari yang asli.[6]
Yang asli itu adalah yang terdapat dalam ide.[6] Ide jauh lebih unggul, lebih baik, dan lebih indah
daripada yang nyata ini.[6]
Pemahaman Plato tentang keindahan yang dipengaruhi pemahamannya tentang dunia indrawi,
yang terdapat dalam Philebus.[rujukan?] Plato berpendapat bahwa keindahan yang sesungguhnya
terletak pada dunia ide.[rujukan?] Ia berpendapat bahwa Kesederhanaan adalah ciri khas dari
keindahan, baik dalam alam semesta maupun dalam karya seni.[rujukan?] Namun, tetap saja,
keindahan yang ada di dalam alam semesta ini hanyalah keindahan semu dan merupakan
keindahan pada tingkatan yang lebih rendah.[6]
John Amos Comenius (bahasa Ceko: Jan Ámos Komenský; bahasa Slowakia: Ján Amos
Komenský; bahasa Jerman: Johann mos Comenius; bahasa Polandia: Jan Amos Komeński;
bahasa Latin: Iohannes Amos Comenius; lahir di Moravia, Ceko, 28 Maret 1592 – meninggal di
Amsterdam, Belanda, 15 November 1670 pada umur 78 tahun) adalah seorang guru, ilmuwan
pendidik dan penulis Ceko. Sumbangan Comenius begitu berbobot, sehingga di kemudian hari ia
menerima gelar kehormatan Bapa Pendidikan Modern.[1]
Sebagai seorang guru, John Comenius mengenal baik kelemahan sistem sekolah abad ke-17 yang
di dalamnya ia berkecimpung. Memang, tak ada sistem pendidikan yang sempurna, tetapi sistem
sekolah abad ke-17 di Eropa benar-benar jelek.
Daripada berpangku tangan sambil mengeluh dan menuduh, Comenius memutuskan untuk
berbuat sesuatu. Apa yang ia lakukan, dan mengapa ia melakukannya? Selain itu, apa yang dapat
kita pelajari dari pria yang disebut bapak pendidikan modern?
Latar Belakang
John Amos Comenius (Jan Ámos Komenský, nama aslinya dalam Bahasa Ceko) lahir pada
tanggal 28 Maret 1592, di Moravia, kawasan yang kini dikenal sebagai Republik Ceko. Ia adalah
anak bungsu dari lima bersaudara, satu-satunya putra dari pasangan suami-istri yang cukup
berada dari golongan rakyat jelata.
Orang-tuanya adalah anggota Persatuan Bruder (belakangan dikenal sebagai Bruder Bohemia
atau Gereja Moravia), kelompok agama yang berasal dari pertengahan abad ke-15 di bawah
pengaruh Kaum Waldens dan tokoh reformis lain seperti Peter Chelčhický. Setelah
menyelesaikan pendidikannya di Jerman, Comenius kembali ke tanah airnya. Belakangan, pada
usia 24 tahun, ia dilantik menjadi pastor dari Persatuan Bruder.
Pada tahun 1618, Comenius mengawasi sebuah paroki kecil di Fulnek, yang berlokasi di kira-
kira 240 kilometer di sebelah timur Praha. Pada waktu itu, Aksi Balasan Katolik terhadap
Reformasi Protestantisme sedang berlangsung di Eropa. Ketegangan antara umat Katolik dan
Protestan terus memuncak samapai, akhirnya, Perang Tiga Puluh Tahun (1618-48) meletus.
Setelah berjuang selama satu dekade, agama Katolik dinyatakan sebagai satu-satunya agama
yang sah menurut hukum di Moravia. Comenius dan golongan masyarakat atas diberi pilihan
menerima— Katolik atau angkat kaki dari negara itu. Karena Comenius tidak berniat beralih
agama, ia memboyong keluarganya ke luar negeri ke kota kecil di Leszno, pusat kegiatan
Persatuan Bruder yang terkenal di Polandia. Ini menandai awal pengasingan yang berlangsung
hingga 42 tahun. Ia tidak pernah lagi menetap di negeri kelahirannya.
Sistem sekolah pada zaman Comenius keadaannya sangat memprihatinkan. Misalnya, hanya pria
yang dianggap layak mendapat pendidikan, kecuali yang berasal dari keluarga miskin.
Pengajaran di dalam kelas sebagian besar dilakukan dengan menjejalkan kata, kalimat, dan tata
kalimat Latin ke kepala siswa. Mengapa? Karena sebagian besar sekolah pada abad pertengahan
dikendalikan oleh Gereja Katolik, yang mengadakan liturginya dalam Bahasa Latin. Oleh karena
itu, mengajarkan Bahasa Latin penting untuk memastikan tenaga yang dapat direkrut menjdai
pastor selalu tersedia.
Selain itu, tak pernah terpikir untuk menetapakan tujuan-tujuan belajar yang spesifik, juga tidak
ada instruksi yang dirancang untuk mengarahkan para siswa secara bertahap dari gagasan
sederhana ke gagasan yang rumit. Disiplinnya ketat, kadang-kadang kejam, dan suasana
moralnya sangat mengerikan.
Jadi, tidak heran bahwa seorang pendidik asal Skotlandia bernama Simon Laurie pernah
menggambarkan sekolah-sekolah pada abad ke-17 sebagai "kesemrawutan yang tak tertolong
lagi" dan "tidak menarik". Comenius bahkan lebih terus terang lagi. Ia menyebut sekolah-sekolah
“rumah pejagalan pikiran”.
Sebuah Metode Baru Pengajaran Muncul
Comenius mengusulkan suatu sistem yang membuat proses belajar menyenangkan, bukannya
membosankan dan melelahkan. Ia menyebut rancangan pendidikannya: pampaedia, yang berarti
"pendidikan universal". Tujuannya adalah menetapkan sistem pengajaran progresif yang dapat
dinikmati setiap orang. Anak-anak seharusnya diajarkan secara bertahap, katanya, dengan
konsep dasar yang meningkat secara wajar hingga konsep yang lebih rumit. Comenius juga
menganjurkan penggunaan bahasa ibu selama beberapa tahun pertama sekolah, sebaliknya dari
bahasa Latin.
Akan tetapi, pendidikan seharusnya tidak dibatasi pada usia menjelang dewasa, tetapi mencakup
seluruh masa hidup seseorang. Dengan pemahaman seperti itu, ia membagi periode kehidupan
manusia menjadi tujuh tahap.[1]
1. Sekolah Kelahiran
2. Sekolah Bayi
3. Sekolah Kanak-kanak
4. Sekolah Remaja
5. Sekolah Pemuda
6. Sekolah Orang Dewasa
7. Sekolah Lanjut Usia
Karya Comenius yang pertama, yang diterbitkan untuk kepentingan dunia pendidikan adalah The
School of Infancy, pada tahun 1630. Buku ini dirancang sebagai alat bantu bagi ibu dan pengasuh
sewaktu mengajar anak-anak di rumah. Ini disusul pada tahun 1631 dengan buku The Gate of
Languages Unlocked, yang sama sekali merevolusi pendidikan Latin. Isi buku itu disusun dalam
bentuk kolom-kolom paralel, satu kolom dalam Bahasa Ceko dan kolom lain dam Bahasa Latin.
Dengan demikian, kedua bahasa itu mudah diperbandingkan, sehingga jauh lebih mudah untuk
dipelajari. Edisi revisi dari alat bantu pengajaran ini mendapat sambutan yang sedemikian baik
sehingga akhirnya diterjemahkan ke dalam 16 bahasa.
“COMENIUS—Bapak Pendidikan Modern”
“ ”
Hasil karya Comenius yang paling terkenal adalah The Visible World, sebuah buku panduan
membaca untuk anak-anak yang dilengkapi gambar. Buku itu pun merupakan tonggak penting
dalam sejarah pendidikan. Ellwood Cubberley, seorang pakar pendidikan pada abad ke-20,
mengatakan bahwa buku itu "tidak ada tandingannya di Eropa selama seratus lima belas tahun;
dan digunakan sebagai buku pelajaran selama hampir dua ratus tahun". Malahan, banyak buku
pelajaran bergambar sekarang ini masih mengikuti format umum dari karya Comenius,
menggunakan gambar sebagai alat bantu pengajaran.
Dalam waktu singkat, Comenius dielu-elukan sebagai orang jenius. Di seluruh Eropa, para
sarjana menganggap dia sebagai pemimpin dan meminta nasihat kepadanya. Menurut buku
Magnalia Christi Americana, sedemikian masyhurnya Comenius sampai-sampai pada tahun
1654 ia diminta menjabat sebagai Presiden Harvard University, di Cambridge, Massachusetts.
Akan tetapi, Comenius menolak karena ia tidak mencari nama, kehormatan, dan jabatan tinggi.
Pada tahun 1657, Comenius menerbitkan The Great Didactic dalam Bahasa Latin sebagai bagian
dari Opera Didactica Omnia.
Comenius melihat pendidikan sebagai daya pemersatu umat manusia. Ia yakin bahwa pendidikan
universal dapat turut memelihara perdamaian dunia.
Comenius juga menulis tentang caranya memimpin pengajaran, ia menulis, "Para siswa
hendaknya tidak terlalu dibebani dengan pelajaran yang tidak cocok dengan usia, daya
pemahaman, dan keadaan pada saat itu".[1]
Warisan Abadi
Sewaktu api membakar habis kota Leszno, Polandia, pada tahun 1656, Comenius kehilangan
hampir segala sesuatu yang dimilikinya. Namun, untunglah ia meninggalkan kekayaan dalam
bentuk lain. Buku A Brief History of Education berkata, "Comenius . . . mengubah seluruh
penekanan dalam penyampaian instruksi yang sebelumnya melalui kata-kata menjadi melalui
benda-enda, serta menjadikan pengajaran ilmu pengetahuan sains dan informasi dunia yang
bermanfaat, sebagai kunci dari karyanya".
Jelaslah, Comenius berjasa karena membuat belajar-mengajar lebih sistematis. Metode
pengajarannya sama sekali merevolusi pengajaran di dalam kelas. Seorang pendidik dari
Amerika bernama Nicholas Butler berkata, "Comenius menempati posisi paling penting dalam
sejarah pendidikan. Ia memperkenalkan dan mendominasi seluruh gerakan modern dalam bidang
pendidikan dasar dan menegah".
Jean-Jacques Rousseau
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Jean-Jacques Rousseau.
Jean Jacques Rousseau (lahir di Jenewa, Swiss, 28 Juni 1712 – meninggal di Ermenonville,
Oise, Perancis, 2 Juli 1778 pada umur 66 tahun) adalah seorang tokoh filosofi besar, penulis dan
komposer pada abad pencerahan. Pemikiran filosofinya memengaruhi revolusi Prancis,
perkembangan politika modern dan dasar pemikiran edukasi. Karya novelnya, Emile, atau On
Education yang dinilai merupakan karyanya yang terpenting adalah tulisan kunci pada pokok
pendidikan kewarganegaraan yang seutuhnya. Julie, ou la nouvelle Héloïse, novel sentimental
tulisannya adalah karya penting yang mendorong pengembangan era pre-romanticism dan
romanticism di bidang tulisan fiksi. Karya autobiografi Rousseau adalah: 'Confession', yang
menginisiasi bentuk tulisan autobiografi modern, dan Reveries of a Solitary Walker (seiring
dengan karya Lessing and Goethe in German dan Richardson and Sterne in English), adalah
contoh utama gerakan akhir abad ke 18 "Age of Sensibility", yang memfokus pada masalah
subjectivitas dan introspeksi yang mengkarakterisasi era modern. Rousseau juga menulis dua
drama dan dua opera dan menyumbangkan kontribusi penting dibidang musik sebagai teorist.
Pada periode revolusi Prancis, Rousseau adalah filsafat terpopuler di antara anggota Jacobin
Club. Dia dimasukan sebagai pahlawan nasional di Panthéon Paris, pada tahun 1794, enam belas
tahun setelah kematiannya.
Jean-Jacques Rousseau (lahir 28 Juni 1712, wafat 2 Juli 1778) adalah seorang filsuf dan
komposer Perancis Era Pencerahan dimana ide-ide politiknya dipengaruhi oleh Revolusi
Perancis, perkembangan teori-teori liberal dan sosialis, dan tumbuh berkembangnya
nasionalisme. Melalui pengakuan dirinya sendiri dan tulisan-tulisannya, ia praktis menciptakan
otobiografi modern dan mendorong perhatian yang baru terhadap pembangunan subjektivitas ---
sebuah dasar bagi karya-karya bermacam-macam pemikir hebat nantinya seperti Georg Wilhelm
Friedrich Hegel dan Sigmund Freud. Novelnya "Julie, ou la nouvelle Héloïse" adalah salah satu
karya fiksi yang sangat banyak terjual di abad ke-18 dan menjadi acuan penting dalam
perkembangan karya-karya romantisme. Ia juga memberikan kontribusi penting pada musik, baik
sebagai seorang pengembang teori musik maupun sebagai seorang komposer.
William James
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
William James (lahir di New York City, New York, Amerika Serikat, 11 Januari 1842 –
meninggal di Tamworth, New Hampshire, Amerika Serikat, 26 Agustus 1910 pada umur 68
tahun) adalah seorang filsuf dari Amerika Serikat, yang terkenal sebagai salah seorang pendiri
Mazhab Pragmatisme.[1] Selain sebagai filsuf, James juga terkenal sebagai seorang psikolog.[1] Ia
dilahirkan di New York pada tahun 1842.[1] Setelah belajar ilmu kedokteran di Universitas
Harvard, ia belajar psikologi di Jerman dan Perancis.[2] Kemudian ia mengajar di Universitas
Havard untuk bidang anatomi, fisiologi, psikologi, dan filsafat, hingga tahun 1907.[2] Pada tahun
1910 ia meninggal dunia.[1]
William James menentang pandangan sebelum dia bahwa kesadaran tidak mewujudkan kesatuan
lahiriah.[2] Ia justru menyatakan bahwa kesadaran adalah suatu fungsi yang bersumber dari
pengalaman murni.[2] Pengalaman murni adalah perubahan-perubahan yang terus dari kehidupan
manusia dan akan menjadi bahan refleksi manusia pada masa depan.[2] Oleh karena itu, James
menolak adanya kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, dan bersifat tetap serta berdiri
sendiri.[2] Menurut James kebenaran selalu dapat diubah dan direvisi oleh pengalaman murni.[2]
TEORI PENGULANGAN G. STANLEY HALL
4.1 Biodata tokoh
Hall dilahirkan pada tahun 1844 di Ashfield, Massachusetts iaitu di sebuah kawasan perladangan yang
majoriti penduduknya adalah miskin. G. Stanley Hall merupakan seorang ahli psikologi dan digelar
sebagai pengasas kepada psikologi sebagai sains dan kerjaya. Pada tahun 1862, beliau melanjutkan
pelajarannya di Williston Academy tetapi pada tahun 1863, beliau bertukar ke William College untuk
meneruskan pengajian dan pada tahun 1867, beliau telah menamatkan pengajiannya. Hall meneruskan
pengajiannya ke peringkat tinggi dan pada tahun 1878, beliau telah memiliki Ph.D dalam bidang
Psikologi di Amerika. Hall memulakan kerjaya sebagai profesor dalam bidang psikologi dan pedagogi di
John Hopkins Universiti pada tahun 1888.Setahun kemudian pada tahun 1889, beliau dilantik menjadi
presiden kepada Universiti Clark sehingga akhir hayatnya.Pada masa yang sama juga, beliau menjadi
pengasas Jurnal Psikologi dan Jurnal Amerika pada tahun 1887. Selain itu, beliau juga telah menuliskan
sebuah buku yang bertajuk “Adolescence” dan jurnal yang bertajuk “Journal of Appied Psychology. Pada
tahun 1924, beliau telah menghebus nafas terakhir.
5.0 RUMUSAN
Setiap manusia dilahirkan dengan sifat semulajadi yang baik dan diibaratkan sebagai kain putih yang
boleh dicorakkan mengikut kehendak pemiliknya iaitu ibu bapa. Oleh itu kanak-kanak mempunyai
keistimewaan tersendiri dan berhak untuk dikembangkan potensinya kearah yg optima dan terus maju.
Tahap perkembagan individu adalah berbeza dari pelbagai sudut seperti fizikal, kognitif, emosi & sosial
walaupun mereka melalui peringkat pertumbuhan yg sama. Ibu bapa dan guru seharusnya merancang
aktiviti yang bersesuaian mengikut tahap kebolehan dan keupayaan kanak-kanak. Dari sini, ianya dapat
melahirkan kanak-kanak yang berjaya mengikut kebolehan dan cara yg tersendiri . Sehubungan itu, jika
semua keperluan dan kepentingan kanak-kanak dapat dipenuhi, mereka akan berkembang dengan baik.
Ini akan mendorong kepada menjadi warga yang berguna untuk masyarakat, bangsa dan agama.