Anda di halaman 1dari 24

KEDUDUKAN DAN FUNGSI SUNNAH DALAM ISLAM

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam memiliki dua sumber utama yaitu alqur’an dan as-sunnah. Sumber yang di sebut
terakhir sering pula dinamakan al-hadits, antara lain merupakan penjabaran dari sumber pertama,
dan dalam kaitan ini fungsi al-hadits ternyata sangat strategis bagi kehidupan dan penghidupan
umat.
Dalam perkembangan kehidupan umat, ternyata posisi dan fungsi hadits ini tidak saja
dipalsukan tetapi juga bahkan di ingkari oleh kalangan umat tertentu. Padahal mereka dalam
menegakkan shalat, mengeluarkan zakat, menunaikan ibadah haji dan lainnya secara tidak
disadari semua itu diperoleh dari rincian al-hadits.
Ingkar as-sunnah adalah sebuah sikap penolakan terhadap sunnah Rasul, baik sebagian
maupun keseluruhannya. Bahkan Dari argumennya bahwa Nabi Muhammad tidak berhak sama
sekali untuk menjelaskan alqurán kepada umatnya. Nabi Muhammad hanya bertugas untuk
menerima wahyu dan menyampaikan wahyu itu kepada para pengikutnya, di luar hal tersebut
nabi Muhammad tidak memiliki wewenang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sunnah?
2. Apa saja macam-macam sunnah?
3. Apa saja kehujjahan sunnah?
4. Bagaimana kedudukan sunnah dalam islam?
5. Apa fungsi sunnah dalam ajaran islam?
6. Apa pengertian ingkar as-sunnah?

1
7. Bagaimana sejarah pengingkar as-sunnah?
8. Bagaimana bantahan terhadap pengingkar kaum as-sunnah?
9. Apa saja faedah dan sunnah-sunnah yang paling sering kita lakukan dalam
kegiatan sehari-hari?

C.Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk menjelaskan dan mengetahui apa itu ingkarus sunnah

2. Untuk mengetahui kedudukan sunnah dalam islam

3. Untuk mengetahui sejarah perkembangan pengingkar sunnah

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SUNNAH
.
 Pengertian sunnah secara Etimologi
Pengertian sunnah secara Etimologi dapat ditemukan dlm sabda rasulullah SAW:
“Barangsiapa yang membiasakan sesuatu yang baik, maka ia menerima
pahalanya dan pahala orang-orang yang mengamalkan sesudahnya, dan barang siapa yag
membiasakan sesuatu yang buruk, maka ia akan menanggung dosanya dan dosa orang-
orang yang mengikuti sesudahnya.”(HR.Muslim)
‫من سن في االسالم سنة حسنة فله اجرها واجر من عمل بها بعده من غير ان ينقص من اجورهم شيء ومن سن في‬
(‫االسالم سنة سيئة كان عليه وزرها ووزر من عمل بها بعده من غير ان ينقص من اوزارهم شيئ )رواه مسلم‬

2
 Pengertian Sunnah Secaara Terminologis

1. Menurut ulama Hadist ( Muhaddistin).


Sunnah adalah sinonim dari hadist. Di antara ulama mendefinisikan sunnah
sebagai berikut, segala perkataan Nabi Muhammad SAW, perbuatannya, dan segala
tingkah lakunya.

2. Menurut ulama Ushul Fiqh(Ushuuliiyuun)


Sunnah adalah segala sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW baik
yang bukan alqur‟an baik berupa segala perkataan, perbuatan, dan pengakuan yang patut
dijadikan dalil hokum syara‟.
Sunnah menurut ulama Ushul fiqh hanya perbuatan yang dapat dijadikan hokum
dasar hokum Islam. Karena jika suatu perbuatan Nabi Muhammad SAW dijadikan dasar
hokum seperti makan, minum, meludah, dan lain-lain, maka pekerjaan sehari-hari iu
tidak bias dinamakan sunnah.

3. Menurut Ulama Fiqh(Fuqahaa)


Dalam mendefinisiakn istilah sunnah, ulama fiqh berpendapat bahwa sunnah
adalah segala sesuatu yang berasal dari Nabi Muhammad SAW baik berupa ucapan
maupun pekerjaan, tetapi tidak wajib untuk dikerjakan. Dengan kata lain, Ulama Fiqh
mengartikan sunnah sebagai salah satu dari lima hokum Islam, yakni wajib, sunnah,
haram, makruh dan mubah. Jadi dengan kata lain pula, Ulama Fiqh mengartikan sunnah
adalah suatu pekerjaan yang bila dikerjakan mendapat pahala dan bila ditinggalkan tidak
mendapat siksa atau dosa.

 Pengertian Hadist
Secara etimologi, hadist juga bias bermakana al jadiid (baru), lawan dari al qadiim
(terdahulu). Melihat dari makna al jadiid ini berorientasi kepada kalam nabi Muhammad
SAW, dan sebaliknya al qadiim lebih berorientasi terhadap firman-firman Allah SWT.
Selain di atas, hadist dalam makna etimologi bermakna Al khabaar (berita). Hal ini

3
disandarkan dari ungkapan dalam pemberitaan hadist yang diungkapakan oleh para
perawi yang menyampaikan periwayatannya. Jika bersambung sanadnya selalu
menggunakan kataal hudtsaan =memberikan kepada kami atau mengkhabarkan kepada
kami.

 Pengertian Khabar
Khabar Secara etimologi, khabar diartikan berita. Dan dari segi istilah di antar para
ulama mendefinisikan sebagai :
Sesuatu yang datang dari nabi Muhammad SAW dan dari yang lain seperti para
sahabat,tabi‟in dan pengikut tabi‟in atau orang -orang setelahnya.

Dibandingkan dengan hadist, para ulama ahli hadist memandang khabr lebih umum
dibandingkan hadist. Karena sesuai definisi yang diberikan di antara para ulama di atas,
bahwa khabar tidak hanya disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW melainkan selain
nabi juga, yakni para sahabat, tabi‟in dan pengikut tabi‟in.

 Pengertiam Atshar
Atsar secara bahasa berarti baqiyyat al-syay’, artinya sisa dari sesuatu. Sedangkan
secara istillah ada dua pendapat :
1. Atsar adalah sinonim dari hadis, yaitu segala sesuatu yang berasal dari Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
2. Atsar berbeda dengan hadis, adapun pengertiannya adalah :

4
B. MACAM-MACAM SUNNAH

a. Sunnah Qouliyah

Sunnah qouliyahQaul artinya perkataan, sedangkan qauliyah berarti yang


berkaitan dengan perkataan. Jadi, sunah qauliyah adalah seluruh perkataan Nabi.
Perkataan Nabi tersebut didengar oleh sahabat dan diteruskan kepada tabi’in. Contohnya,
sahabat mendengar bahwa Nabi berkata, “Barang-siapa yang tidak salat karena tertidur
atau lupa, hendaklah ia mengerjakan salat pads saat ia telah teringat”.

Contoh lain:

)‫ار (رواه َمالك‬ ِ َ‫ض َر َر َوال‬


َ ‫ض َر‬ َ َ‫س ْو ُل هللاِ ال‬
ُ ‫س ٍن قَا َل َر‬ َ ْ‫َع ْن يَح‬
َ ‫ي بْن َح‬

Artinya: Dari Yahya bin Imarah bin Hasan Rasulullah SAW. bersabda: “Tidak
boleh membuat kesusahan dan tidak boleh membalas dengan kesusahan juga.“ (H. R.
MaIik)

b. Sunah Fi’liyah

Semua perbuatan dan tingkah laku Nabi yang dilihat dan diperhatikan oleh
sahabat Nabi disebut dengan sunah fi’liyah. Perbuatan Nabi dapat beraneka ragam
bentuknya, dilihat dari kedudukan Nabi sebagai manusia biasa dan utusan Allah.

Pertama, perbuatan Nabi yang merupakan kebiasaan yang lumrah dikerjakan


manusia pada umumnya, seperti cara makan, minun, berdiri, duduk, berpakaian,
memelihara jenggot, dan mencukur kumis. Kesemuanya merupakan tabiat Nabi sebagai
manusia biasa. Menurut sebagian ulama, kebiasaan kemanusiaan Nabi seperti itu dapat
berdampak hukum, yaitu sebagai sunah untuk diikuti. Tapi, sebagian ulama lain men-
gatakan bahwa kebiasaan-kebiasaan Nabi seperti itu tidak berdampak hukum dan dengan
demikian tidak harus diikuti.

Kedua, perbuatan Nabi yang hanya khusus dilakukan oleh Nabi, tapi tidak wajib
bagi umatnya untuk mengikuti. Misalnya, Nabi wajib salat Duha, Tahajud, dan
berqurban. Umat Islam hanya disunahkan melaksanakannya. Contoh lain, Nabi boleh
menikahi perempuan lebih dari empat, namun umatnya tidak boleh lebih dari empat.

Ketiga, perbuatan Nabi yang merupakan penjelasan hukum yang terkandung


dalam Al-Qur’an, seperti cara salat, puasa, haji, jual beli, dan utang-piutang. Dengan

5
demikian, semua perbuatan itu berdampak pada pembentukan hukum bukan hanya bagi
Nabi, melainkan juga bagi umatnya. Misalnya, hadis Nabi berikut.

)‫ص ِلِّي (رواه البخارى‬


َ ُ ‫صلُّ ْوا َك َما َرا َ ْيت ُ ُم ْونِي ا‬
َ ‫سلَّ َم‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫ َع ْن َمالِكٍ ب ِْن ا َ ْل ُج َوي ِْر‬.c
ُ ‫ث قَ ََ ا َل قَا َل ُر‬
َ ِ‫س ْو ُل هللا‬

Artinya: Dari Malik bin al–Juwairis is berkata, “Rasulullah SAW bersabda: ‘Salatlah
kamu sebagaimana kamu melihat aku salat.”‘ (H.R. Bukhari)

c. Sunnah taqririyah
Sunnah taqririyah ialah sesuatu yang timbul dari sahabat Rasulullah Saw yang
telah diakui oleh Rasulullah Saw, baik berupa ucapan maupun perbuatan. Pengakuan
tersebut ada kalanya dengan sikap diamnya dan tidak adanya keingkaran beliau, atau
dengan adanya persetujuan dan adanya pernyataan penilaian baik terhadap perbuatan itu

C. Sunah yang Mengandung Hukum

Secara umum, sunah Nabi menjadi teladan bagi umatnya. Namun dilihat dari sudut
pandang hukum, ternyata tidak semua sunah harus diikuti, bahkan ada sunah yang tidak
boleh dilakukan oleh umatnya. Berkaitan dengan hal tersebut, ulama mengelompokkan
sunah menjadi dua kelompok.

1. Sunah tasyri’ atau sunah yang berdaya hukum dan mengikat, sehingga wajib diikuti.
Sunah yang berdaya hukum ini meliput aspek-aspek kehidupan manusia yang
berhubungan dengan hal-hal berikut.

a) Akidah. Yaitu, semua sunah yang menjelaskan keesaan Allah, sifat-sifat-Nya, rasul,
wahyu, Hari Kiamat, malaikat, dan sebagainya. Semuanya bermuatan hukum, yaitu wajib
untuk ditaati oleh umatnya.

b) Akhlak. Sunah yang mengandung ajaran akhlak, baik mengenai hubungan dengan
Allah seperti salat, berdoa, tawakkal, dan sabar maupun mengenai hubungan
antarmanusia seperti adab bertetangga, menepati janji, membantu anak yatim dan orang
miskin, dan sebagainya. Semua sunah yang berkaitan dengan akhlak berdampak hukum,
yaitu wajib bagi untuk mengikutinya.

c) Hukum amaliah. Yaitu sunah yang mengandung penetapan bentuk-bentuk ibadah,


pengaturan muamalah antar manusia, memisahkan hak dan kewajiban, menyelesaikan
persengketaan antar umat secara adil. Hadis-hadis ini semua dapat dijadikan sumber
hukum dan kita wajib mematuhinya.

6
2. Sunah non-tasyri’ atau sunah yang tidak mengandung hukum. Maksudnya, sunah yang
tidak harus diikuti. Oleh karena, itu sifatnya tidak mengikat. Sunah ini biasanya
menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan:

a) Perbuatan Nabi sebagai manusia biasa, seperti cara makan, minum, dan berpakaian.

b) Perbuatan Nabi yang timbul dari pengalaman pribadi atau kebiasaan dalam pergaulan,
seperti urusan pertanian, kesehatan, mengasuh anak, dan sebagainya.

c) Ucapan dan perbuatan Nabi yang timbul dari tindakan pribadi Nabi dalam keadaan
tertentu, seperti penempatan pasukan, pengaturan barisan, dan penentuan tempat dalam
peperangan.

Sunah bukan tasyri’ tidak mengandung hukum, tidak mengikat, serta tidak mengandung
tuntutan atau larangan. Sebagai umat Nabi, kalian dapat saja menirunya, namun sifatnya
tidak mengikat. Artinya, tidak ada keharusan untuk mengikutinya.

D. DALIL KEHUJJAHAN SUNNAH

Dalil dalil yang menunjukkan kehujjahan sunnah untuk dijadikan sumber ajaran islam
yakni ada empat, yaitu : iman, al-quran al karim, sunnah, ijma’.

1. Iman
Dalam al-quran surat An-Nisa` ayat 136 Allah memerintahkan umat manusia untuk
beriman kepada-Nya dan Rasul-Nya.

‫س ْو ِله َو ْال ِكت‬


ُ ‫س ْو ِله ََيَا أَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ا َمنُ ْوا ِامنُ ْوا ِباهلل َو َر‬
ُ ‫ب الّذِي ن ََّز َل َعلَى َر‬
ِ ‫ا‬
…….
Artinya : “ Wahai orang orang yang beriman, berimanlah kamu sekalian kepada Allah
dan RasulNya, dan berimanlah juga kepada kitab yang diturunkan kepada RasulNya…..”
Allah juga berfirman dalam Al-Quran surat Al-A’raf ayat 158

….. ‫ي الَّذِي يُؤْ ِمنُ ب‬ ِّ ‫ي األ ُ ِ ّم‬ ِّ ‫س ْو ِله النَّ ِب‬ ّ ‫ّللا َو َك ِلمتِه َواتَّ ِبعُ ْوه لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْهتَد ُْونَ َِفا َ ِمنُ ْوا ِب‬
ُ ‫اّلل َو َر‬ ّ .

7
Artinya : “…..maka berimanlah kalian kepada Allah dan RasulNya (yaitu) seorang Nabi
yang ummiy (tidak dapat baca tulis) yang beriman kepada Allah dan kalam kalamNya
dan ikutlah kalian padanya supaya kalian mendapat petunjuk.”
Konsekuensi beriman kepada Allah dan Rasulnya adalah beriman juga kepada ‘kalam
mereka’, baik berupa kalam Allah (al-quran), maupun kalam Rasul (sunnah).

2. Al-quran al-karim
Dalil dalil yang menunjukkan kehujjahan sunnah untuk menggali hukum hukum
syari’at atau sumber ajaran islam yang berasal dari al-quran al-Karim antara lain :
al-quran surat Al-Hasyr ayat 7

‫س ْو ُل فَ ُخذ ُ ْوهُ َو َما نَ َهى ُك ْم َع ْنهُ فَا ْنت َ ُه ْوا‬ َّ ‫…و َما اتَى ُك ُم‬.
ُ ‫الر‬
Artinya : “Dan apa yang telah Rasul berikan kepada kalian, maka ambillah ia. Dan apa
yang Rasul larang kepada kalian, maka tinggalkanlah ia…..”
Juga firman-Nya dalam al-quran surat Ali ‘Imran ayat 164

َ ‫س ْوالً ِم ْن أ ْنفُ ِس ِه ْم يَتْلُ ْوا َعلَ ْي ِه ْم ايتِ ِه َويُزَ ِ ّك ْي ِه ْم َويُعَ ِّل ُم ُه ُم ال ِك‬
‫تب‬ َ َ‫ّللا َعلَى ْال ُمؤْ ِمنِينَ إذْ بَع‬
ُ ‫ث فِ ْي ِه ْم َر‬ ّ ‫لَقَدْ َم َّن‬
َ‫…و ْال ِح ْك َمة‬..
َ
Artinya : ”Sungguh, Allah telah memberi karunia kepada orang orang beriman ketika
(Allah) mengutus seorang Rasul (Muhammad) di tengah tengah mereka dari kalangan
mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat ayatNya, menyucikan ( jiwa)
mereka, dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah….”
Tentang ayat al-quran surat Ali ‘Imran ayat 164 tersebut, di dalam buku ushul al hadits
karangan Dr. M. ‘Ajjaj Al-Khatib disebutkan, bahwa Imam Asy-Syafi’i mengatakan,
“Allah SWT menuturkan al-kitab, yakni al-quran dan menuturkan pula al-hikmah. Di
negeri tempat aku tinggal, aku mendengar seorang Ahli al-quran mengatakan, ‘Yang
dimaksud al-hikmah adalah sunnah Rasulullah.” Kemudian sang penulis (Dr. M. ‘Ajaj
Al-Khatib) sendiri berkata, “Mayoritas ‘ulama` cenderung berpendapat bahwa yang
dimaksud Al-Hikmah dalam ayat ayat itu adalah sunnah Rasul SAW.”

3. Sunnah Rasulullah SAW

8
Dalil dalil yang menunjukkan kehujjahan sunnah Rasul SAW sebagai sumber ajaran
islam terdapat juga di dalam sunnah Rasul SAW itu sendiri.

َّ ‫َضلُّ ْواما أ ْن ت َ َم‬


‫س ْكتُم‬ ِ ‫س ّنتِي َْت ََر ْكتُ فِ ْي ُك ْم أ َ ْم َري ِْن لَ ْن ت‬
ُ ‫ّللا َو‬
ّ ‫َاب‬
َ ‫ ِب ِه َما ِكت‬.
Artinya : “Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara. Kalian tidak akan tersesat selama
masih berpegang pada keduanya, yaitu kitabullah dan sunnahku.”

Pada sunnah(hadits) lainnya beliau juga bersabda

َ ‫ َعهُ ََأَآل إنِّي أ ُ ْوتِيْتُ ْال ِكت‬.


‫َاب َو ِمثْلّهُ م‬
Artinya : “Ingatlah, sesungguhnya aku diberi Al-Kitab dan yang semisalnya
bersamanya.”
Di dalam kitab Fathul Baari terdapat hadits berikut :

‫لرا ِش ِدي ِْن‬ ِ َ‫سنّ ِة ْال ُخلَف‬


ّ ‫اء ا‬ ُ ِ‫ َعلَ ْي ُك ْم ب‬.
ُ ‫سنَّتِ ْي َو‬
Artinya ; “Tetaplah kalian pada sunnahku dan sunnah khulafaur rasyidin yang telah
mendapat petunjuk. Berpeganglah teguh kepadanya, dan gigitlah dengan gigi
gerahammu.”
Hadits hadits tersebut menyuruh umat islam islam agar berpegang teguh kepada Al-quran
dan As-sunnah. Hal ini dapat dipahami dari redaksi hadits tersebut sendiri.

4. Ijma’
Umat islam telah mengambil kesepakatan bersama untuk mengamalkan sunnah. Bahkan
hal itu mereka anggap sejalan dengan memenuhi panggilan Allah SWT dan Rasulnya
yang terpercaya. Kaum muslimin menerima sunnah seperti mereka menerima Al-Quran
Al-Karim, karena berdasrkan kesaksian dari Allah ‘Azza wa Jalla, sunnah merupakan
salah satu sumber syari’at. Pada pembahasan pembahasan sebelumnya telah disebutkan
beberapa ayat yang memperkuat hadits nabi merupakan sumber ajaran islam.

9
E. KEDUDUKAN SUNNAH DALAM AJARAN ISLAM

Seluruh umat Islam telah sepakat bahwa hadits Rasul merupakan sumber dan
dasar hukum Islam setelah al qurán, dan umat Islam diwajibkan mengikuti hadits
sebagaimana di wajibkan mengikuti alqur’an. [3]
Alqur’an dan hadits merupakan dua sumber hukum syari’at Islam yang tetap,
yang orang Islam tidak mungkin memahami syari’at Islam secara mendalam dan lengkap
dengan tanpa kembali dengan kedua sumber Islam tersebut.
Seorang mujtahid dan seorang alim pun tidak diperbolehkan hanya mencukupkan
diri dengan salah satu dari keduanya. Banyak ayat alqur’an dan hadits yang memberikan
pengertian bahwa hadits itu merupakan sumber hukum Islam selain Alqur’an dan wajib
di ikuti, baik dalam bentuk perintah maupun larangannya. [4]
Dalam al qurán banyak terdapat ayat yang menegaskan tentang kewajiban
mengikuti Allah yang digandengkan dengan ketaatan mengikuti Rasul-Nya, seperti
firman Allah Q.S. ali imran ayat 32:

‫سو َل فاِن ت ََولَّ ْوا فَا َِّن‬ َّ ‫هللااَ الَ ي ُِحبُّ ْال َك ِف ِرينَ قُ ْل أَ ِط ْيعُوهللااَ َو‬
ُ ‫الر‬
Katakanlah, “Taatilah Allah dan Rasulnya; jika kamu berpaling, sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang kafir” (Q.S ali imran 32)
Di samping itu banyak juga ayat-ayat yang mewajibkan ketaatan kepada Rasul
secara khusus dan terpisah karena pada dasarnya ketaatan kepada Rasul berarti ketaatan
kepada Allah SWT yaitu: Q.S An-Nisa ayat 65 dan 80,Q.S ali imran ayat 31, Q.S An-Nur
ayat 56,62 dan 63, Q.S Al-A’raf ayat 158. [5]
Dengan demikian dapat ditetapkan, bahwa apa yang benar yang datang dari
Rasululloh menjadi hujjah yang awajib di ikuti, jika Rasululloh wajib di ikuti dalam
kapasitasnya sebagai seorang rasul, maka wajib pula mengikuti semua hukum hukum
yang benar darinya
Kedudukan sunnah dari segi statusnya sebagai dalil dan sumber ajaran islam,
menurut jumhur ulama adalah menempati posisi kedua setelah al-quran. Hal tersebut bisa
dipahami dari hadits yang berasal dari Mu’adz berikut :

10
: ‫ض لَكَ قَضا ٌء؟ قال‬
َ ‫ضي إذَا َع َر‬ َ ‫ َكي‬: ‫ث ُمعاذًا إلى ْال َي َم ِن قَا َل‬
ِ ‫ْف ت َ ْق‬ َ ‫سلَّ َم لَ ّما‬
ْ َ‫أراد‬
َ ‫أن َي ْب َع‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ّ ‫صلَّى‬
َ ‫ّللا‬ َّ ‫س ْو َل‬
َ ‫ّللا‬ ُ ‫أ َ َّن َر‬
‫ قال فإن لم تجد في‬.‫س ّل َم‬ ّ ‫ص ّلى‬
َ ‫ّللا َع َل ْي ِه و‬ َ ‫ّللا‬
ّ ‫س ْول‬ ُ ‫سنّ ِة َر‬ُ ‫ فَ ِب‬: ‫ّللا ؟ قال‬ ّ ‫فإن لَ ْم ت َِجد في ِكتاب‬ ْ ‫ قال‬.‫ّللا‬
ّ ‫ب‬
ِ ‫ض ْي ِب ِكت َا‬ ِ ‫أ ْق‬
ّ ‫ّللا صلّى‬
‫ّللا عليه‬ ّ ‫ّللا عليه وسلّم وال في كتاب‬
ّ ‫ فضرب رسول‬.‫ أجتهد رأيي وال آلُ ْو‬: ‫ّللا ؟ قال‬ ّ ‫ّللا صلّى‬
ّ ‫سنّة رسول‬
(‫ )رواه أبو داود‬.‫ّللا‬
ّ ‫سو َل‬ ّ ‫ وقال الحمد ّّلل الّذي وفّق رسول رسول‬,‫[وسلّم صدره‬7]
ُ ‫ّللا ِلما ي ُْرضي ر‬
Artinya ; Bahwasannya tatkala Rasulullah SAW hendak mengutus Mu’adz bin
Jabal ke Yaman, beliau bertanya kepada Mu’adz, “Bagaimana engkau memutuskan
perkara jika diajukan kepadamu ?” Maka Mu’adz menjawab, “Aku akan memutuskan
berdasarkan kitab Allah (Al-Quran).” Rasul bertanya lagi, “Apabila engkau tidak
menemukan jawabannya di dalam Kitab Allah ?” Mu’adz berkata, “Aku akan
memutuskannya dengan sunnah.” Rasul selanjutnya bertanya, “Bagaimana kalau engkau
juga tidak menemukannya di dalam sunnah dan tidak di dalam Kitab Allah ?” Mu’adz
menjawab, “Aku akan berijtihad dengan menggunakan akalku” Rasul SAW menepuk
dada Mu’adz seraya berkata, “Alhamdulillah atas taufik yang telah dianugerahkan Allah
kepada utusan RasulNya.”

Juga firman Allah ‘Azza wa Jalla dalam quran surat an-nisa` ayat 59

‫ّللا والرسول إن‬ ّ ‫يا أيّها الّذين امنوا أطيعوا‬


ّ ‫ّللا وأطيعوا الرسول واولى األمر منكم فإن تنازعتم في شيء فردّوه إلى‬
‫…كنتم تؤمنون باهلل واليوم االخر‬.
Artinya : “Wahai orang orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah RasulNya,
dan ulil Amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia (masalah tersebut) kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (Hadits)
jika kamu benar benar beriman kepada Allah dan hari kemudian…..”

F. FUNGSI SUNNAH DALAM AJARAN ISLAM

Secara garis besar, fungsi hadits dalam ajaran islam bisa dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Bayan Taqrir
Yang dimaksud bayan taqrir adalah menegaskan kembali keterangan atau perintah yang
terdapat di dalam Al-Quran. contoh :

11
ّ ‫ّللا و‬
‫أن مح ّمدا رسول هللاا وإقام الصال ة وإيتاء الزكاة وصوم رمضان و‬ ّ ‫بني اإلسالم على خمس شهادة أن ال إله إال‬
‫ َح ّجِ البيت من استطاع إليه سبيال‬.
Artinya : “Islam itu dibangun atas lima (fondasi), yaitu: kesaksian bahwa tiada Tuhan
selain Allah dan bahwa Muhammad itu adalah Rasulullah, mendirikan shalat,
membayarkan zakat, berpuasa bulan Ramadhan, dan menunaikan haji bagi yang telah
mampu.”

Hadits ini berfungsi untuk menegaskan kembali (mentaqrir) ayat ayat berikut

‫…و أقيموا الصلوة واتوا الزكوة‬.[9]


Artinya : “Dan dirikanlah shalat, dan tunaikanlah zakat……”

‫يا أيّهاالذين كتب عليكم الصيام‬..[10]


Artinya : “wahai orang orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa…”

….‫…وهلل على الناس حج البيت من استطاع إليه سبيال‬.[11]


Artinya : “Dan kepada Allah manusia menunaikan ibadah haji bagi yang mampu….”

2. Bayan Tafsir

Yang dimaksud dengan bayan tafsir ialah menjelaskan dan menafsirkan ayat ayat Al-
Quran yang bersifat mujmal, ‘am, dan muthlaq. Fungsi hadits sebagai bayan tafsir ini
dibagi menjadi tiga. Yakni :
Menafsirkan serta memperinci ayat ayat yang bersifat mujmal (global)
Contohnya, Nabi menjelaskan tentang waktu shalat dengan haditsnya:

‫ص َف َّر‬
ْ َ‫ والوقت العصر ما لم ت‬,‫ وكان ظ ّل الرجل كطوله ما لم يحضر وقت العصر‬,‫وقت الظهر إذا زالت الشمس‬
(‫……)رواه مسلم‬,‫[الشمس‬12]
Artinya : “waktu dhuhur adalah ketika matahari telah bergeser dari tengah tengah
langit, hingga bayangan seorang laki laki sama panjangnya dengan tubuhnya, itulah
waktu ashar. Dan waktu ashar adalah ketika matahari belum terbenam…..”

12
Hadits tersebut merincikan waktu shalat yang tidak terdapat dalam ayat berikut
‫…و أقيموا الصلوة واتوا الزكوة‬.[13]
Artinya : “Dan dirirkanlah shalat, dan tunaikanlah zakat……”

Mengkhususkan ayat ayat yang bersifat umum (takhsish ‘am)

ّ ‫…يوصيكم هللاا في أوالدكم للذكر مثل ح‬..[14]


‫ظاألنثيين‬
Artinya : “Allah mewasiatkan kepadamu tentang anak anakmu, bagian anak laki
laki sama dengan bagian dua bagian anak perempuan.”
Ayat tersebut bersifat umum, yakni ayat tersebut menjelaskan setiap anak
mendapat warisan dari orang tuanya. Hal ini dikhususkan oleh Nabi dengan sabdanya :

ُ ‫ القاتل ال َي ِر‬: ‫أن رسول هللاا صلّى هللاا عليه وسلّم قال‬
‫ث‬ ّ ‫[عن أبي هريرة رضي هللاا‬15]
Artinya : “Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda :
Pembunuh itu tidak mewarisi (tidak mendapat warisan)”

Memberikan batasan (taqyid) terhadap ayat ayat yang bersifat muthlaq

Contoh :
Dalam Al-Quran disebutkan

‫……والسارق والسارقة فاقطعوا أيديَهما‬


Artinya : “laki laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya….”(Al-Maidah : 38)
Ayat tersebut masih bersifat muthlaq, yaitu belum diterangkan mengenai batasan
batasan yang jelas mengenai tangan yang akan dipotong dalam pelaksanaan hukum
tersebut. Maka dalam hal ini, hadits Nabi menjelaskan batasannya (taqyid), yaitu bahwa,
yang dipotong itu hanya hingga pergelangan tangan saja.

13
3. Bayan tasyri’

Bayan tasyri’ ialah menetapkan hukum yang tidak ditetapkan oleh al-quran. hal yang
demikian contohnya ialah ketetapan Rasul mengenai mengumpulkan (menjadikan istri
sekaligus) antara seorang wanita dengan bibi dari jalur ayah wanita tersebut, sebagaimana
yang ditunjukkan hadits nabi berikut:

‫عن أبي هرير ة رضي هللاا عنه أن رسول هللاا صلى هللاا عليه وسلم قال اليجمع بين المرءة وعمتها وال بين المرءة‬
(‫[وخالتها )متفق عليه‬16]
Artinya : “Dari Abu Hurairah R.A. bahwasannya Rasulullah SAW bersabda,
‘tidak boleh mengumpulkan (menjadikan istri sekaligus) antara seorang perempuan dan
bibi dari ayahnya, dan (tidak boleh juga menjadikan istri sekaligus) antara seorang
perempuan dan bibi dari ibunya.” (Muttafaq ‘alaih)
Ketentuan yang terdapat dalam tersebut tidak ada dalam al-quran. ketentuan yang
ada hanyalah larangan terhadap suami memadu istrinya dengan saudara perempuan si
istri, seperti yang disebutkan dalam firman Allah SWT:

…..‫)النساء‬......‫وأح ّل لكم ما وراء ذلكم‬.......][.……‫ وأن تجمعوا بين ألختين إال ما قد سلف‬: (23-24)
Artinya : “(Diharamkan atas kamu)menghimpun (dalam perkawinan) dua orang
perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada waktu lampau.....[23]……
dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian…..[24]

Mengenai fungsi yang ketiga ini, para ulama` berbeda pendapat. Jumhur ulama
berpendapat bahwa Rasul SAW dapat saja membuat hukum tambahan yang tidak diatur
dalam al-quran. dalam konteks inilah umat islam dituntut untuk taat kepada Rasul SAW
sebagaimana taat kepada Allah SWT. Imam syafi’i pernah menyatakan bahwa dia tidak
mengetahui adanya ulama yang berbeda pendapat tentang fungsi sunnah (hadits),
termasuk di dalamnya fungsi membuat hukum tambahan (hukum yang baru) yang tidak
diatur dalam Al-quran.
Para ulama yang tidak menerima fungsi yang ketiga tersebut, memahami bahwa
keseluruhan hukum yang ditetapkan oleh Rasul SAW itu adalah dalam rangka

14
menjelaskan dan menjabarkan Al-quran. contohnya, penetapan tentang haramnya
menikahi wanita sekaligus dengan bibinya bukanlah hukum yang ditetapkan sendiri oleh
Rasul, tetapi merupakan qiyas terhadap larangan Allah mengawini dua orang wanita
bersaudara sekaligus.

G. PENGERTIAN INGKAR AS-SUNNAH

Ingkar as-sunnah adalah sebuah sikap penolakan terhadap sunnah Rasul, baik sebagian
maupun keseluruhannya. Mereka membuat metodologi tertentu dalam menyikapi sunnah. Hal
ini mengakibatkan tertolaknya sunnah, baik sebagian maupun kseluruhan.
Penyebutan ingkar as-sunnah tidak semata-mata berarti penolakan total terhadap sunnah.
Penolakan terhadap sebagian sunnah pun termasuk dalam kategori inkar as-sunnah, termasuk
didalamnya penolakan yang berawal dari sebuah konsep berfikir yang janggal atau
metodologi khusus yang diciptakan sendiri oleh segolongan orang baik masa lalu maupun
masa sekarang, sedangkan konsep tersebut tidak diakui oleh ulama hadits dan fiqih.
Ada tiga jenis kelompok ingkar as-sunnah, pertama, kelompok yang menolak hadits
Rasulullah SAW secara keseluruhan. Kedua kelompok yang menolak hadits-hadits yang tak
disebutkan dalam al qurán secara tesurat maupun tersirat. Ketiga, kelompok yang hanya
menerima hadits mutawatir (diriwayatkan oleh banyak orang setiap jenjang atau periodenya,
tidak mungkin mereka berdusta) dan menolak hadits-hadits ahad (tidak mencapai derajat
mutawatir walaupun shahih. Mereka beralasan dengan ayat QS An Najm ayat
28(...Sesungguhnya persangkaan itu tidak berguna sedikitpun terhadap kebenaran) mereka
berhujjah dengan ayat tersebut dan tentu saja menurut penafsiran model mereka sendiri.

H. SEJARAH PERKEMBANGAN PENGINGKAR SUNNAH

Sejak abad ketiga sampai abad keempat belas hijriyah, tidak ada catatan sejarah yang
menunjukkan bahwa dikalangan umat Islam terdapat pemikiran pemikiran untuk menolak
sunnah sebagai salah satu sumber syari’at Islam, baik secara perseorangan maupun kelompok.
Pemikiran untuk menolak sunnah yang muncul pada abad 1 hijriyah (inkar as-Sunnah
klasik) sudah lenyap ditelan masa pada akhir abad III hijriyah.

15
Pada abad ke empat belas hijriyah pemikiran seperti itu muncul kembali ke permukaan, dan
kali ini dengan bentuk dan penampilan yang berbeda dari inkar as-sunnah klasik. Apabila inkar
as-sunnah klasik muncul di basrah, irak akibat ketidak tahuan sementara orang terhadap fungsi
dan kedudukan sunnah, inkar as-sunnah modern muncul di kairo mesir akibat pengaruh
pemikiran kolonialisme yang ingin melumpuhkan dunia Islam.
Setelah mereka menyadari kekeliruannya, para pengingkar sunnah pada masa modern
banyak yang bertahan pada pendiriannya, meskipun kepada mereka telah diterangkan urgensi
sunnah dalam Islam bahkan diantara mereka ada yang tetap menyebarkan pemikirannya secara
diam diam, meskipun penguasa setempat mengeluarkan larangan resmi terhadap aliran
tersebut.1[8]
Memang cukup banyak argumen yang telah dikemukakan oleh mereka yang
berfaham inkar as-sunnah, baik oleh mereka yang hidup pada zaman as syafi’I maupun yang
hidup pada zaman sesudahnya. Dari berbagai argumen yang banyak jumlahnya itu ada yang
berupa argumen-argumen naqli dan non naqli.
Yang dimaksud dengan argumen naqli tidak hanya berupa ayat-ayat al qurán saja, tetapi
juga berupa sunnah atau hadits nabi. Memang agak ironis juga bahwa mereka yang berpaham
inkar as-sunah ternyata telah mengajukan sunnah sebagai argumen membela paham mereka.
Cukup banyak argumen yang mereka naqli yang mereka ajukan diantaranya al qurán surah an-
nahl 89:
‫ونزلناعليك الكتب تبينالكل ثيء‬
….dan kami turunkan kepadamu alkitab (al qurán untuk menjelaskan segala sesuatu..
Surah al an’am 38
‫مافرطنافى الكتب من ثىء‬
…tiadalah kami alpakan sesuatu pun di dalam alkitab…
Menurut para pengingkar sunnah, kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa Alqur’án telah
mncakup segala sesuatu berkenaan dengan ketentuan agama. Dengan demikian tidak diperlukan
adanya keterangan lain, misalkan dari sunnah. Menurut mereka shalat lima waktu sehari
semalam yang wajib didirikan dan yang sehubungan dengannya, dasarnya bukanlah sunnah atau

16
hadits, melainkan ayat al qurán misalnya (al-baqarah 238, hud 144, al-isra’ 78 dan 110, taha 130,
al hajj:77, an-nur 58, ar-rum: 17-18)2[9]

Dalam kaitannya dengan tatacara shalat, kasim ahmad pengingkar sunnah dari malaysia
menyatakan dalam bahasa Malaysia” kita telah membuktikan bahwa perintah sembayang telah
diberi oleh tuhan kepada nabi ibrahim dan kaumnya, dan amalan ini telah diperturunkan,
generasi demi generasi hingga kepada nabi Muhammad dan ummat nya.
Dengan demikian menurut pengingkar sunnah tatacara shalat tidaklah penting, jumlah
rakaat,cara duduk, cara sujud, ayat dan bacaan yang dibaca diserahkan kepada masing-
masing pelaku shalat. Jadi, ibadah sholat boleh aja dilakukan dengan bahasa daerah.
Dari argumen diatas dapat dipahami bahwa para pengingkar sunnah yang mengajukan
argumen itu adalah orang-orang yang berpendapat bahwa nabi Muhammad tidak berhak sama
sekali untuk menjelaskan al-qurán kepada umatnya. Nabi Muhammad hanya bertugas untuk
menerima wahyu dan menympaikan wahyu itu kepada para pengikutnya; di luar hal tersebut nabi
Muhammad tidak memiliki wewenang. Dalam alqurán dinyatakan bahwa orang-orang yang
beriman diperintahkan untuk patuh kepada Rasulluloh. Hal itu menurut para pengingkar
sunnah hanyalah berlaku tatkala Rasulluloh masih hidup, yakni tatkala jabatan sebagai ulul amri
berada di tangan beliau, setelah beliau wafat maka jabatan ulul amri berpindah kepada orang lain
; dan karenanya, kewajiban patuh menjadi gugur
Menurut pengingkar sunnah sesuatu yang zhann (sangkaan) tidak dapat dijadikan hujjah,
hadits pada umumnya berstatus zhann dan hanya sedikit saja yang berstatus qath’I, kalau agama
didasarkan pada sesuatu yang zhann maka berarti agama berdiri diatas dasar yang tidak pasti.
Hal itu tidak boleh terjadi. Karenanya hadits atau sunnah bukan sumber ajaran agama Islam.
Sumber ajaran Islam haruslah berstatus pasti (qath’i) saja yakni al-quran.3[10]
Yang dimaksud dengan argumen non naqli adalah argumen yang berupa ayat al qurán atau
hadits. Walaupun sebagian dari argumen-argumen itu ada yang menyinggung sisi tertentu dari

17
ayat al qurán ataupun hadits, namun karena yangdibahasnya bukan lah ayat ataupun matan
haditsnya secara khusus, maka argumen-argumennya non naqli juga. Diantaranya:

a. al qurán diwahyukan oleh Allah kepada nabi Muhammad melalui malaikat jibril dalam
bahasa arab. Orang-orang yang memiliki pengetahuan bahasa arab mampu memahami al
qurán secara langsung, tanpa bantuan penjelasan dari hadits nabi. Dengan demikian
hadits nabi tidak diperlukan untuk memahami petunjuk al qurán.
b. Dalam sejarah, umat Islam telah mengalami kemunduran. Umat Islam mundur karena
terpecah-pecah, perpecahan itu terjadi karena umat Islam berpegang kepada hadits nabi
jadi menurut para pengingkar sunnah hadits nabi merupakan sumber kemunduran umat
Islam.
c. Asal mula hadits nabi yang di himpun dalam kitab-kitab hadits adalah dongeng-dongeng
semata.
d. Menurut dokter taufiq sidqi tiada satupun hadits nabi yang dicatat pada zaman nabi.
Pencatatan hadits terjadi setelah nabi wafat. Dalam masa tidak tertulisnya hadits tersebut
manusia berpeluang untuk mempermainkan dan merusak hadits sebagai mana yang telah
terjadi.
e. Menurut pengingkar sunnah kritik sanad yang terkenal dalam ilmu hadits sangat lemah
untuk mencantumkan kesahihan hadits dengan alasan pertama, dasar kritik sanad itu
yang dalam ilmu hadits dikenal dengan ilmu jarh wa at-ta’dil baru muncul setelah satu
setengah abad nabi wafat, dengan demikian, para periwayat generasi sahabat nabi, at-
tabi’in dan atba’at-tabi’in tidak dapat ditemui dan diperiksa lagi. Kedua, seluruh sahabat
nabi sebagai periwayat hadits pada generasi pertama di nilai adil oleh para ulama hadits
pada akhir abad ketiga dan awal abad keempat hijriyah.

I. Bantahan Terhadap Kaum Inkar As-Sunnah


Seluruh argumentasi yang diajukan dan menjadi dasar dari berbagai statemen yang
dikedepankan oleh kelompok Inkar Al-Sunnah dinilai lemah oleh mayoritas muslim. Untuk para
intelektual dari kalangan muhaddisin melakukan counter attact terhadap statemen dan
argumentasi yang mereka ajukan tersebut.

18
Bantahan terhadap argumentasi yang didasarkan pada dalil-dalil naqli adalah;
a. Pandangan yang mengatakan sunnah Nabi zann, sedangkan kita dituntut untuk menggunakan
yang yakin saja yaitu al-Qur’an. Padahal ayat al- Qur’an jika dilihat dari perspektif asbab al-
nuzul-nya memang diakui qat’i datang dari Allah SWT, namun jika dilihat dari perspektif
dalalahnya masih sangat banyak yang bernilai zanniyat al-dalalah dengan pengertian yang
zann juga dan belum memberikan kepastian hukum
b. Hadits-hadits yang berstatus ahad memang bersifat zann, namun disisi lain juga didapati
ayat-ayat yang dalam pengertiannya juga mengandung makna zhann. Sehingga jika ditilik
dari perspektif pengertian dan makna, antara sebagian ayat al-Qur’an dengan hadits ahad tidak
ada perbedaan yang signifikan.4[12]
c. Ayat-ayat al-Qur’an dalam menjelaskan hukum dan kewajiban tertentu sebagian masih
bersifat general, yang menghendaki penjelasan (bayan), salah satunya dengan menggunakan
sunnah Nabi.
d. Kelompok Inkar al-Sunnah terkesan sepotong-potong dalam mengambil ayat al-Qur’an,
sehingga sangat terlihat kekurangan waktu untuk menelaah ayat-ayat tersebut. Misalnya
mereka hanya berdalil dengan surat An-Nahl ayat: 89artinya: “dan Kami turunkan al-Qur’an
kepadamu sebagai penjelas semua masalah”, Padahal dalam konteks yang lain Allah juga
berfirman dalam surat An-Nahl ayat: 44 artinya: “dan Kami turunkan al-Qur’an kepadamu
agar kamu menjelaskan kepada manusia tentang segala sesuatu yang diturunkan kepada
mereka”, tapi tidak mereka jadikan hujjah.
e. Surat Al-An’am ayat 38, dalam pemahaman para ulama sangat berbeda dengan pemahaman
kelompok Inkar al-Sunnah. Menurut para ulama, arti kata al-kitab dalam ayat tersebut adalah
“segala sesuatu tidak ada yangdialpakan Allah SWT, semuanya telah termuat di lauh al-
mahfud” Inilah pandangan sekaligus jawaban para pembela sunnah dalam membantah
argumentasi yang diajukan dalam bentuk dalil naqli.

Adapun pandangan terhadap argumenasi yang berdasarkan logika adalah;

19
a. Orang yang memahami bahasa Arab secara baik dari segi tata bahasa demikian juga
uslubnya yang dapat dikatakan sebagai pakar bahasa sekalipun tidak akan mampu
memahami al-Qur’an secara keseluruhan. Karena kata-katanya masih banyak yang
bervariasi, ada yang global ada pula yang masih mubham dan lain sebagainya yang dalam
pemaknaan sangat membutuhkan intervensi dari sunnah Nabi.5[13]
b. Realitas sejarah kemunduran umat Islam memang suatu kenyataan dan perpecahan menjadi
salah satu penyebabnya, namun tidak tepat kalau menjadikan sunnah sebagai kambing
hitamnya. Karena realitas histories juga telah membuktikan kemajuan dan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta sosio-kultural termotivasi oleh hadits nabi disamping
al-Qur’an. Ini sebagai bukti kelompok Inkar Al-Qur’an;-sunnah tidak memiliki pengetahuan
yang mumpuni dalam historiografi Islam dan Ilmu Hadits.
c. Dalam berbagai literatur dan dokumen historis telah ditemukan perhatian sahabat yang
besar terhadap hadits, seperti Ibnu Abbas (w. 69 H) demikian juga Ibnu ‘Amr Ibnu ‘As (w.
65H), merupakan diantara sahabat yang sangat commited terhadap hadis dan sangat rajin
membukukannya dari Nabi.
d. Pandangan Taufiq Sidiq sangat lemah dilihat dari perspektif historiografi, karena dalam
beberapa hal dan keadaan cukup banyak para sahabat yang mempunyai koleksi hadits nabi
walaupun masih dalam bentuk private collection (koleksi pribadi). Perjanjian Hudaibiyah,
Piagam Madinah dan beberapa surat Nabi yang dikirim kepada para Raja merupakan bukti
konkritnya.6[14]

J. FAEDAH DAN SUNNAH SUNNAH YANG PALING SERING KITA LAKUKAN


DALAM KEGIATAN SEHARI-HARI

Adapun faedahnya mengikuti sunnah-sunnah Rasulullah saw adalah :


1. Dengan menerapkan sunnah kita akan sampai kepada derajat al-Mahabbah (kecintaan)

20
Allah kepada hamba-Nya yang mukmin.
2. Sebagai pelengkap kekurangan dari pelaksanaan ibadah yang wajib.
3. Mencegah agar kita tidak jatuh kedalam bid'ah.
4. Sebagai bagian dari pengagungan syi'ar-syi'ar agama Allah.

Berikut adalah sunnah-sunnah yang paling sering kita lakukan dalam kegiatan sehari-hari :

1.sunnah sunnah ketika akan tidur

2.sunnah sunnah ketika bangun tidur

3.sunnah sunnah ketika keluar/masuk kamar mandi

4.sunnah sunnah memakai/melepas sandal/sepatu

5.sunnah sunnah dalam berpakaian

6.sunnah sunnah keluar/ masuk rumah

7.sunnah sunnah ketika bertemu sesama muslim

8.sunnah sunnah ketika makan

9.sunnah sunnah ketika minum

10. sunnah sunnah dalam berpergian

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Seluruh umat Islam telah sepakat bahwa kedudukan hadits Rasul merupakan sumber dan
dasar hukum Islam setelah al qurán, dan umat Islam diwajibkan mengikuti hadits sebagaimana
di wajibkan mengikuti alqur’an, Dalam hubungannya dengan alqur’an, hadits berfungsi sebagai
penafsir pensyarah, dan penjelas dari ayat ayat alqur’an tersebut.
Ingkar as-sunnah adalah sebuah sikap penolakan terhadap sunnah Rasul, baik sebagian
maupun keseluruhannya. Mereka membuat metodologi tertentu dalam menyikapi sunnah.
Beberapa argumentasi kaum inkar as-sunnah diantaranya:

a. Alqur’an sudah lengkap, dan Hadits nabi tidak diperlukan untuk memahami petunjuk al
qurán.
b. Hadits nabi merupakan sumber kemunduran umat Islam.
c. Asal mula hadits nabi yang di himpun dalam kitab-kitab hadits adalah dongeng-dongeng
semata.
d. Pencatatan hadits terjadi setelah nabi wafat. Dalam masa tidak tertulisnya hadits tersebut
manusia berpeluang untuk mempermainkan dan merusak hadits.
e. Menurut pengingkar sunnah kritik sanad yang terkenal dalam ilmu hadits sangat lemah
untuk mencantumkan kesahihan hadits.

Menurut Kelompok pembela sunnah, Inkar al-Sunnah terkesan sepotong-potong dalam


mengambil ayat al-Qur’an, sehingga sangat terlihat kekurangan waktu untuk menelaah ayat-ayat
tersebut.

22
Realitas sejarah kemunduran umat Islam memang suatu kenyataan dan perpecahan menjadi
salah satu penyebabnya, namun tidak tepat kalau menjadikan sunnah sebagai kambing hitamnya.
Karena realitas histories juga telah membuktikan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta sosio-kultural termotivasi oleh hadits nabi disamping al-Qur’an.

B. Penutup
Dengan mengucap syukur alhamdulillah, penulisan makalah ini dapat terselesaikan.
Walaupun dalam keadaan yang sangat sederhana & waktu yang sangat singkat. Kami menyadari
bahwa manusia tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan. Penyusun juga sadar bahwa dalam
makalah ini masih belum sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun tetap penyusun
harapkan. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin…

23
DAFTAR PUSTAKA

Ali Mustofa Yaqub. Kritik hadits.Pustaka Firdaus,Jakarta, 2004.


Azami.M. studies in early hadits literature, terj.Ali Mustofa Yaqub. Pustaka Firdaus,Jakarta,
2000.
Ismail,Syuhudi. Hadits Nabi Menurut Pembela Pengingkar Dan Pemalsunya. Gema Insani
Press, Jakarta, 1995.
Qattan.Manna’. pengantar study hadits. Pustaka al Kautsar,Jakarta,2009.
___________.Metodologi Penelitian Hadis. Bulan Bintang, Jakarta, 1992.
Solahudin, Agus. ulumulhadits. Pustaka Setia,Bandung,2009.
Suparta, Munzier. ilmuhadits. Rajawali Press,Jakarta,2010.

24

Anda mungkin juga menyukai