Nim : 15521065
REAKTOR KIMIA E
REAKTOR BATCH
Definisi dari reaktor batch adalah salah satu di mana satu-satunya bahan kimia dan
perubahan termal berkaitan dengan waktu dengan kata lain, reaktor bersifat leluasa. Bagian
7.3 merupakan Reaktor batch paling sering digunakan untuk kapasitas produksi rendah
dan untuk produksi jangka pendek, dimana biaya tenaga kerja dan aspek operasi lainnya
kurang dari biaya modal peralatan baru, dan sebagian kecil dari biaya unit dari produknya.
Dalam prakteknya, tidak selalu mungkin, atau bahkan diinginkan, untuk melakukan
reaksi di bawah kondisi isotermal. Dalam situasi ini, keseimbangan energi dan massa harus
dipecahkan secara bersamaan:
dx A V
= r (x ,T )
dθ N A 0 A A
dT
mt c p =V (−∆ H ) r A ( x A , T ) +qA k
dθ
Reaktor batch umumnya digunakan :
1. Fase cair
III. Karakteristik
● Pengadukan dilakukan dengan sempurna, konsentrasi di semua titik dalam reaktor adalah
sama atau homogen pada waktu yang sama
● Reaktor ideal
Penggunaan Reaktor jenis ini biasanya sangat cocok digunakan untuk produksi berkapasitas
kecil misalnya dalam proses pelarutan padatan, pencampuran produk, reaksi kimia, Batch
distillation, kristalisasi, ekstraksi cair-cair, polimerisasi, farmasi dan fermentasi.
a. Persiapan Alat
Persiapan reaktor anaerobic mengunakan reaktor batch dengan kapasitas 1 L. Reaktor berupa
erlenmeyer 1 L yang ditutup dengan karet berselang yang dihubungkan ke labu erlenmeyer
250 mL yang berfungsi sebagai pengaman agar air dari wadah plastik tidak masuk ke labu
erlenmeyer 1 L serta menampung slurry eceng gondok yang ikut terbawa saat gas menuju ke
gelas ukur. Kemudian dihubungkan lagi ke gelas ukur 1 L untuk pengamatan penurunan air
yang ada dalam gelas ukur akibat terbentuknya biogas. Gambar rangkaian reaktor biogas
secara batch dapat dilihat pada Gambar 1.
b. Persiapan Bahan
Penyediaan eceng gondok. Eceng gondok diambil langsung dari saluran pembuangan di
wilayah ITS Surabaya. Setelah itu eceng gondok (batang dan daun) dicacah hingga berukuran
kecil- kecil, kemudian diblender dan ditambahkan air sesuai variabel komposisi yang akan
digunakan pada penelitian pendahuluan.
Salah satu contoh biomassa lignoselulosa adalah eceng gondok. Ketersediaan eceng gondok
di Indonesia cukup banyak karena tingkat pertumbuhan tanaman ini relatif cepat. Kecepatan
pertumbuhan ini menyebabkan tertutupnya permukaan perairan sehingga kelarutan oksigen
dalam air semakin berkurang. Eceng gondok memiliki kandungan selulosa yang relatif besar
sehingga berpotensi untuk diolah menjadi menjadi biogas melalui proses anaerobic digestion.
Anaerobic digestion merupakan proses dekomposisi alamiah, dimana senyawa organik terurai
menjadi komponen kimia yang lebih sederhana tanpa menggunakan oksigen, sehingga
dihasilkan biogas yang umumnya mengandung metana (CH4) serta gas-gas yang lain.
Proses Hidrolisa
Proses Metanogenesis
d. Pengoperasian Reaktor
Daftar Pustaka
http://tugas-mia19.blogspot.co.id/2016/05/reaktor-batch.html
RATB
Jenis reactor ini yang dalam pengolahan industri dengan tangki pengaduk yang dioperasikan
terus menerus. Biasanya dijalankan pada kondisi mapan dan biasanya dioperasikan sehingga
mudah dicampur dengan baik. Sebagai hasil dari kualitas yang terakhir, CSTR umumnya
dimodelkan karena tidak memiliki variasi spasial dalam konsentrasi, suhu, atau laju reaksi di
seluruh kapal. Karena suhu dan konsentrasi identik di mana-mana di dalam bejana reaksi,
mereka sama di titik keluar karena berada di tempat lain di dalam tangki. Dengan demikian
suhu dan konsentrasi di aliran keluar dimodelkan sama dengan yang ada di dalam reaktor.
Dalam sistem dimana pencampuran sangat nonideal, model campuran sumur tidak memadai
dan kita harus menggunakan teknik pemodelan lainnya, seperti distribusi waktu tinggal, untuk
mendapatkan hasil yang berarti.
Persamaan rancangan CSTR memberikan volume reaktor yang diperlukan untuk mengurangi
laju alir masuk spesies, j, 40., ke tingkat aliran keluar FJ. Perhatikan bahwa CSTR
dimodelkan sedemikian rupa sehingga kondisi di arus keluar (mis., Konsentrasi, suhu) sama
dengan yang ada dalam tangki. Laju alir molar F, hanyalah produk dari konsentrasi speciesj
dan laju alir volumetrik u:
Prinsip kerja pada suatu RATB prosesnya berlangsung secara kontinyu, pengadukan adalah
yang terpenting dalam reaktor ini karena dengan pengadukan menjadikan reaksinya menjadi
homogen. Di RATB, satu atau lebih reaktan masuk ke dalam suatu bejana berpengaduk dan
bersamaan dengan itu sejumlah yang sama (produk) dikeluarkan dari reactor (the flow rate in
must equal to the mass flow rate out). Pengaduk dirancang sehingga campuran teraduk
dengan sempurna dan diharapkan reaksi berlangsung secara optimal. Waktu tinggal dapat
diketahui dengan membagi volum reaktor dengan kecepatan volumetrik cairan yang masuk
reaktor. Dengan perhitungan kinetika reaksi, konversi suatu reaktor dapat diketahui.
Reaktor berlangsung secara ajeg, sehingga jumlah yang masuk setara dengan jumlah
yang ke luar reaktor, jika tidak tentu reaktor akan berkurang atau bertambah isinya.
Seringkali, untuk menghemat digunakan banyak reaktor yang disusun secara seri
daripada menggunakan reaktor tunggal yang besar. Sehingga reaktor yang di belakang
akan memiliki komposisi produk yang lebih besar dibanding di depannya.
Contoh reaksi:
1. Reaksi antara etilen (reaktan A) dengan benzena (reaktan B) yang terjadi dalam
keadaan eksoterm, untuk memproduksi etilbenzena (produk C), bahan kimia yang
digunakana dalam pembuatan monomer stirena. Reaktan A dan B dimasukkan ke
dalam CSTR agar kedua reaktan tersebut tercampur dengan sempurna menggunakan
pemutar bermotor (motorized agitator).
Daftar pustaka
http://nirmalayahdi.blogspot.co.id/2013/05/rancangan-reaktor-cstr.html
Elemets of chemical reaction engineering 3rd edition
Reaktor Alir Pipa (PFR)
Plug Flow Reactor atau Reaktor Alir Pipa adalah reaktor yang digunakan untuk
mengalirkan aliran, di mana fluida bergerak dengan kecepatan yang sama di dalam pipa.
Aliran seperti ini adalah aliran yang termasuk dalam reaktor alir pipa. Plug Flow Reaction
terdiri dari Vessel tertutup (biasanya berbentuk tabung) dan dialiri oleh fluida. Tidak ada
reaktor yang dapat beroperasi di plug flow dengan sempurna, tetapi ada beberapa yang
mendekati asumsi plug flow.
Pada Plug Flow Reactor, konsentrasi, temperature, dan kecepatan gradient dapat
muncul pada arah aksial, tetapi tidak pada arah radial. Model RAP seringkali digunakan untuk
sebuah reaktor yang mana sistem reaksi (gas atau cair) mengalir pada kecepatan relatif tinggi
(Re>>, sampai mendekati PF) melalui suatu vessel kosong atau vessel yang berisi katalis
padat yang di packed.
Karena kondisi penampang yang sama, maka dinyatakan dalam kondisi steady-state.
Neraca Massa:
Tinjau reaksi: A + … νcC
Untuk mendapatkan volume:
Karena
Bila pers (1) dituliskan kembali dalam gradien fA terhadap perubahan posisi x dalam
RAP. Asumsi reaktor berbentuk silinder dengan jari-jari R.
Volume reaktor dari pemasukan sampai posisi x adalah:
Pengembangan neraca energi untuk RAP hanya pada operasi keadaan tunak, jadi
kecepatan akumulasi diabaikan. Kecepatan entalpi masuk dan keluar oleh (1) aliran, (2)
transfer panas, (3) reaksi mungkin dikembangkan atas dasar diferensial kontrol volume dV
seperti gambar berikut:
1) Kecepatan entalpi masuk oleh aliran - kecepatan entalpi keluar oleh aliran
2) Kecepatan transfer panas ke (atau dari) kontrol volume
Jadi persamaan neraca energi keseluruhan (1), (2), dan (3) menjadi:
Persamaan (5) mungkin lebih sesuai ditransformasi ke hubungan T dan fA, karena
Jika digunakan pers (1) dan –(8) untuk mengeliminasi dV dan dAp dari pers (5),
didapatkan
Operasi Isotermal
menjadi
Asumsikan
Maka
Operasi Non-Isotermal
Daftar Pustaka:
DR. Ir. I Gusti S. Budiaman, M.T. – Jurnal Perancangan Reaktor, Teknik Kimia UPN
“Veteran” Yogyakarta 2007
FIXED BED REACTOR
Reaktor ini merupakan reaktor tabung yang di dalamnya berisi padatan yang
ditumpuk di dalam reaktor . Reaktor ini merupakan reaktor yang digunakan untuk reaksi
heterogen yang sebagian besar digunakan untuk reaksi katalisis fase gas. Reaktor ini
memiliki keunggulan dibandingkan reaktor katalisis yang lain yaitu dapat memberikan
konversi yang tinggi per berat katalisnya. Namun kesulitan dalam melakukan pengontrolan
suhu seperti pada RAP terutama untuk reaksi sangat eksotermis karena dapat mengakibatkan
hot spot.
Ukuran katalis yang digunakan pada reaktor ini tidak diperbolehkan terlalu kecil
karena dapat menyebabkan penyumbatan dan pressure drop yang tinggi. Untuk katalis yang
sering diregenerasi tidak disarankan menggunakan reaktor ini.
Produksi methanol dari gas sintesa dengan copper-based catalyst melibatkan dua reaksi
berikut ini :
Persamaan Perancangan (Isothermal adiabatis)
Neraca massa reaktan A pada elemen volume dalam kondisi steady state :
Persamaan dibagi dengan ΔWdan dinyatakan dalam limit, sehingga persamaan menjadi :
Dari Stoikiometri :
Sehingga persamaan (1) dapat diubah menjadi :
1. Deskripsi
Reaktor slurry adalah aliran multiphase reaktor di mana gas reaktan ditiupkan melalui
larutan yang mengandung katalis partikel padat. Reaktor slurry dapat dioperasikan secara
batch atau kontinyu. Reaktor slurry sendiri dikelompokkan menjadi dua, yaitu: reaktor slurry
dengan internal loop dan external loop. Reaktor slurry dengan internal loop merupakan kolom
bergelembung yang dibagi menjadi 2 bagian, riser dan downcomer dengan internal baffle
dimana bagian atas dan bawah raiser dan downcomer terhubung. Reaktor air-lift dengan
eksternal loop merupakan kolom bergelembung dimana riser dan downcomer merupakan 2
tabung yang terpisah dan dihubungkan secara horizontal antara bagian atas dan bawah reaktor.
Selain itu reaktor slurry juga dikelompokkan berdasarkan sparger yang dipakai, yaitu statis
dan dinamis. Pada reaktor slurry dengan sparger dinamis, sparger ditempatkan pada riser dan
atau downcomer yang dapat diubah-ubah letaknya. Satu dari keuntungan utama dari reaktor
slurry adalah bahwa mengontrol suhu dan panas recovery yang mudah dicapai. Selain itu,
aktivitas katalitik konstan keseluruhan dapat dipertahankan dengan penambahan sejumlah
kecil katalis dengan masing-masing reuse selama operasi batch atau dengan umpan konstan
selama operasi terus-menerus.
2. Alasan
Konsentrasi dalam fase cair berkaitan dengan konsentrasi fase gas melalui Hukum Henry
'
C i =P i . H
Laju Penyerapan Gas, Laju penyerapan H, per satuan volume dengan menggunakan
persamaan
R A =k b . ab ( C i−C b )
R A =k c . a p .m ( C b−C s )
Difusi dan Reaksi dalam Katalis, Faktor efektivitas internal rasio laju reaksi sebenarnya, -rA,
dengan laju r’AS yang akan ad ajika seluruh bagian dalam itu terkena konsentrasi reaktan
pada permukaan ekternal, CAS. Sehingga akan mengakibatkan laju reaksi per satuan massa
katalis menjadi persamaan sebagai berikut :
Kemudian persamaan tersebut dikalikan dengan massa katalis per satuan volume, sehingga
didapatkan persamaan sebagai berikut :
Hukum Laju, merupakan orde pertama dalam hydrogen dan orde pertama dalam linoleat.
' '
– r A =K . C LO . C=kC
Kemudian laju reaksi tersebut dievaluasi pada permukaan eksternal, sehingga persamaannya
menjadi :
−r ' As=k . C s
dikarenakan pada setiap titik laju keseluruhan di kolom steady state laju transportasi dari
gelembung sama denga laju transportasi ke permukaan katalis, yang pada dasarnya smaa
dengan laju reaksi dalam katalis. Akibatnya untuk reactor campuran yang sempurna, atau
dimana katalis, cairan, dan gelembug semua aliran ke atas bersama-sama dalam aliran plug,
bahwa :
RA
=Ci −Cb
k b . ab
RA
=Cb −C s
kc . a p . m
RA
=C s
m. k . ŋ
Ci 1
=r b + r cr
RA m
rcr = rc + rr = dikombinasikan resistesi khusus untuk difusi internal reaksi dan difusi eksternal ,
grcat.s /dm3
Melihat dari Persamaan (12) bahwa plot Ci / RA, sebagai fungsi timbal balik dari katalis
Untuk mengubah ukuran katalis pelet (untuk membuat semakin lebih kecil). Karena
penyerapan gas katalis dari ukuran partikel, yang akan tetap tidak akan berubah. Oleh karena
itu, hanya ada satu percobaan yang diperlukan yaitu mengkombinasi diffusional dan tegangan
reaksi rcr. Ukuran partikel akan dikurangi, kedua faktor efektivitas dan koefisien
meningkatkan transfer massa.
Contoh Reaksi
Daftar pustaka
www.ias.ac.in/article/.fulltet/jcsc/.126/02/0341-0351
Trickle bed reactor yaitu reaktor dengan packing katalis dimana fase cair dan gas mengalir
atau menetes secara bersamaan ke aliran bawah yang mengalami interaksi pada katalis
padatan. Trickle bed reactor digunakan dalam proses seperti hydrotreating minyak pelumas,
reaksi dalam produksi butynediol dari asetilena dan aqueaous formaldehida. Reaktor ini
digunakan untuk proses pemansan dan prodak yang dihasilkan berbentuk vapour.
Kerja dari trickle bed reactor ini dipengaruhi oleh kinetika reaksi, faktor perpindahan massa
dan hidrodinamiknya. Beberapa langkah transportasi pada trickle bed reactor yaitu :
1. Transportasi dari fase bulk ke antarmuka gas-liquid.
2. equilibrium pada antarmuka gas-liquid.
3. transportasi dari antarmuka ke cairan curah.
4. transportasi dari cairan curah ke permukaan katalis eksternal.
5. difusi dan reaksi pada pellet. Di asumsikan pada reaksi orde pertama dalam gas
terlarut A dan dalam cairan B.
6. Pengangkutan B dari cairan curah ke antarmuka katalis padat.
7. Difusi dan reaksi B didalam pellet katalis.
Trickle bed reactor memberikan performa yang lebih baik dalam pengontakan gas-
liquidsolid dengan memberikan efisiensi yang tinggi dibandingkan oleh reactor lain seperti
stirred slurry reactors yang memberikan keterbatasan pengaplikasisan pada system reaksi
yang cepat membutuhkan muatan katalis yang rendah dengan tekanan operasi rendah dan
volume sedang seperti bahan kimia khusus dan kecil, ejector loop reactors digunakan untuk
reactor cepat yang menyirkulasikan slurry menggunakan tekanan tinggi mempunyai
keterbatasan dalam mengatasi pemuatan solid, Bubble column slurry reactors dan packed
bubble bed reactors memberikan pengadukan kembali didalam reactor yang bisa
menyebabkan konversi rendah dan memicu terbentuknya produk samping
Contoh reaksi :
(R12.2-2)
2. equilibrium pada antarmuka gas-liquid.
(R12.2-5)
5. difusi dan reaksi pada pellet. Di asumsikan pada reaksi orde pertama dalam gas
terlarut A dan dalam cairan B.
(R12.2-6)
Menggabungkan Persamaan (R12.2-2) melalui (R12.2-6) dan mengatur kembali
dengan cara yang sama dengan yang mengarah pada pengembangan Persamaan
(R12.2-8 R12.2-9) untuk reaktor bubur, kita memiliki
(R12.2-7)
(R12.2-8)
dimana adalah koefisien transfer keseluruhan untuk gas ke dalam pelet (m 3 gas /
g cat. s). Keseimbangan mol pada spesies A memberi :
(R12.2-9)
selanjutnya mempertimbangkan transportasi dan reaksi spesies B, yang tidak
meninggalkan fase cair.
6. Pengangkutan B dari cairan curah ke antarmuka katalis padat.
(R12.2-10)
dimana C B dan C B adalah konsentrasi B dalam cairan bulk dan pada antarmuka padat.
7. Difusi dan reaksi B didalam pellet katalis.
(R12.2-11)
(R12.2-12)
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/231252958/trickle-bed-reactor
HERSKOWIT’Z, and J. M. SMITH, “Trickle Bed Reactors, A Review,” AIChE
J., 29, 1 (1983).
Reaktor Semibatch
Reaktor semi batch atau semi alir biasanya berbentuk tangki yang berpengaduk. Cara
operasinya dengan jalan memasukkan sebagian zat pereaksi ke dalam reaktor, sedangkan zat
pereaksi yang lain atau sisanya dimasukkan secara kontinyu ke dalam reaktor. Ada material
masuk selama operasi tanpa dipindahkan. Reaktan (massa) yang masuk bisa dihentikan dan
produk bisa dipindahkan selama operasi waktu tertentu. Tidak beroperasi secara steady state.
A+B C
Dimana reaktan B secara perlahan ditambahkan ke dalam tangki yang mengandung reaktan A.
Sehingga mol A akan menghasilkan keseimbangan pada yieds A.
[rate in] − [rate out] + [rate of 𝑔𝑒𝑛𝑒ration] = [rate of accumulation]
Ada tiga variabel yang bisa digunakan untuk merumuskan dan menyelesaikan masalah reaktor
semibatch: konsentrasi, Cj, jumlah mol, Nj, dan konversi. X.
Mengingat bahwa jumlah mol A hanyalah produk konsentrasi A, CA, dan volume V, kita
dapat menulis ulang Persamaan (1-1) sebagai berikut:
(1-2)
Saat pengisian reaktor, volumenya,V bervariasi sesuai waktu. Volume reaktor setiap saat
dapat ditemukan dari keseimbangan neraca massa bebas.
(1-4)
dengan kondisi awal V = Vo pada t = 0, integrasikan untuk kasus konstanta yields Vo
(1-5)
- voCA + Vr =
(1-6)
Keseimbangan mol A pada B yang dimasukkan ke dalam reaktor pada FB0 dapat ditulis
(1-7)
Substitusi persamaan (1-5), keseimbangan mol B menjadi
(1-8)
Jika tatanan reaksi selain orde nol atau orde pertama, atau jika reaksinya nonisotermal, kita
harus menggunakan metode numerik untuk menentukan konversi sebagai fungsi waktu.
Persamaan (1-6) dan (1-8) mudah dipecahkan dengan Pemecah masalah.
NA N
CA= CB= B
V V
Substitusi persamaan ini ke dalam hukum tingkat untuk mendapatkan persamaan yang
dinyatakan dalam hal jumlah mol. Misalnya, jika -rA = kACACB
(1-9)
(1-10)
Untuk menentukan nilai parameternya (k, V, v0, dan FB0) dan kondisi awal untuk memecahkan
persamaan ini untuk NA dan NB.
A+B C+D
[ ][
jumlah mol A jumlah mol A
dalam tangki
dalam tangki = dalam tangki −
setelah reaksi
pada saat waktu t mula−mula
pada waktu t
dimana X adalah mol A yang bereaksi per mol A mula-mula dalam tangki. Demikian pula
untuk mol B
Untuk laju umpan molar konstan:
][ ]
jumlah mol B
[ ][ ][
jumlah mol B jumlah mol B jumlah mol b yang
dalam tangki
dalam tangki = dalamtangki + ditambahkan ke −
setelah reaksi
pada saat waktu t mula−mula dalam tangki
pada waktu t
NB = NBi + ∫ F B 0 dt – NA0X
0
Keseimbangan mol A
(2-2)
Jumlah mol C dan D dapat diambil langsung dari stoikiometri sebagai contoh,
NC = NCi – NA0X
(2-3)
Konsentrasi A dan B
N B N Bi + F B 0 t−N A 0 X
C B= =
V V 0 +v 0 t
Konversi Ekuilibrium.
Untuk reaksi reversibel dilakukan dalam reaktor semibatch, konversi maksimum yang dapat
dicapai (yaitu keseimbangan konversi) akan berubah seiring reaksi yang terjadi karena lebih
banyak reaktan yang ditambahkan ke reaktor secara terus-menerus. Penambahan ini
menggeser keseimbangan secara terus menerus ke arah kanan. Pertimbangkan reaksi
reversibel
A+B C+D
Kc =
Hubungan antara konversi dan jumlah mol masing-masing
spesies adalah sama, dimana jumlah mol diberikan oleh Persamaan
laju umpan molar konstan. Demikian
Daftar pustaka :
fogler.scott,H.1999. .Elements of chemical reactions engineering,Ed.3th.
Reaktor Gelembung
Pada dasarnya, reaktor gelembung adalah reaktor dua fasa, yaitu gas dan cairan, yang
berbentuk vessel silinder dengan distributor gas (sparger) di bagian bawah reaktor. Fluida
berfasa gas didispersikan melalui sparger, sehingga terbentuk gelembung gas yang kemudian
bergerak melalui fluida berfasa cair yang berada di dalam vessel. Pada pengembangan reaktor
gelembung selanjutnya, gelembung gas bergerak melalui suspensi yang merupakan campuran
fluida berfasa cair dan padatan. Reaktor gelembung model ini dinamakan dengan reaktor
gelembung tiga fasa atau slurry bubble column reactor (SBC).
Reaktor kolom gelembung pada dasarnya adalah sebuah bejana berbentuk silinder
dilengkapi dengan distributor gas pada bagian bawah. Gas tersebut disemprotkan dalam
bentuk gelembung menjadi fasa cair maupun suspensi cair-padat. Reaktor ini umumnya
disebut sebagai reaktor kolom gelembung “bubur” apabila terdapat fasa padat yang ada di
dalamnya.
Sesuai dengan namanya, yaitu reaktor gelembung tiga fasa, reaktor ini merupakan
suatu reaktor yang mengkombinasikan sifat-sifat fluida gas, fluida cair, dan padatan untuk
menunjang proses terjadinya suatu reaksi kimia. Arah gerak aliran dari slurry yang berada di
dalam reaktor gelembung tiga fasa bisa searah, berlawanan arah, ataupun batch terhadap arah
aliran gelembung gas. Sementara itu, arah aliran gelembung gas adalah ke atas.
Reaktor gelembung tiga fasa memiliki beberapa keuntungan apabila
diimplementasikan dalam dunia industri dalam proses operasinya, yaitu:
Reaktor jenis ini memiliki karakteristik transfer panas dan massa yang lebih unggul, yang
artinya koefisien transfer panas dan massa yang nilainya kekurangan bagian yang
bergerak dan kepadatan; durabilitas katalis dan material kemasan yang lain lebih lama.
Kemampuan penambahan dan pengurangan katalis dan operasi yang bebas penyumbat
sebagai pilihan reaktor.
Tidak membutuhkan proses pemisahan fasa solid dari fasa liquidnya.
Meningkatkan konversi dan selektivitas.
Lebih mudah dalam proses scale-up dikarenakan hidrodinamika-nya hanya dipengaruhi
oleh channel yang terbentuk dalam katalis.
Cocok digunakan untuk reaksi-reaksi yang eksotermis karena slurry yang melewati
reaktor dapat berperan sebagai penyerap panas.
Menghilangkan kemungkinan terjadinya hot spot dalam reaktor karena slurry juga bisa
berfungsi sebagai distributor suhu sehingga suhu dalam reaktor menjadi seragam.
Reaktor gelembung paling banyak diaplikasikan di dalam proses kimia yang meliputi
reaksi oksidasi, klorinasi, alkilasi, polimerisasi, dan hidrogenasi, proses pembuatan synthetic
fuels dengan menggunakan konversi gas, serta proses biokimia seperti fermentasi dan
pengolahan air limbah.
Berikut contoh reaksi yang terjadi karena adanya kontak ketiga fasa di dalam reaktor
gelembung, yaitu proses Fischer-Tropsch. Proses Fischer-Tropsch adalah suatu reaksi
berkatalis untuk membentuk hidrokarbon cair (synthetic fuels) yang berasal dari syn-gas. Tiga
fasa yang saling berkontak di dalam reaktor gelembung ini adalah:
Fasa gas pada reaktor gelembung ini adalah umpan syn-gas, yang berupa campuran
gas karbon monoksida dan hidrogen.
Fasa cair pada reaktor gelembung ini adalah produk reaksi yang berupa campuran
hidrokarbon cair dan air.
Fasa padat pada reaktor gelembung ini adalah katalis padat yang berfungsi untuk
menurunkan energi aktivasi reaksi. Katalis yang umum digunakan pada proses
FischerTropsch adalah padatan besi, kobalt, nikel, atau ruthenium.
https://www.academia.edu/27218108/MAKALAH_TEKNIK_REAKSI_KIMIA_REAKTOR
_GELEMBUNG_TIGA_FASA_DALAM_INDUSTRI_KIMIA_DEPARTEMEN_TEKNIK_
KIMIA_FAKULTAS_TEKNIK_UNIVERSITAS_INDONESIA_DEPOK_2014
Rase, H.F., and Barrow M.H., “Project Engineering of Process Plants” pp. 667 – 675
FERMENTOR
Fermentor adalah suatu alat yang digunakan untuk menjalankan suatu proses
fermentasi. Fermentor dilengkapi dengan peralatan mekanik dan elektrik, bahkan beberapa
diantaranya dilengkapi dengan sistem kontrol yang berguna untuk mengontrol factor-faktor
atau variabel-variabel yang berpengaruh terhadap tujuan akhir fermentasi dalam hubungannya
dengan pertumbuhan mikroba. Variabel yang dimaksud adalah pH, suhu, oksigen terlarut,
kekeruhan media, buih yang terbentuk dan sebagainya.
Dalam suatu proses fermentasi, produk yang diinginkan dapat dibagi atas dua
kategori:
1. Biomass dari sel mikroba yang bersangkutan, misalnya pada produksi “sel protein
tunggal” atau “ragi roti”.
2. Komponen yang terbentuk, baik berupa metabolit maupun hasil konversi substrat.
Misalnya pada produksi asam-asam organik, enzim, antibiotika, nukleotida pembentuk
rasa dan sebagainya.
Tubuh utama dari fermentor dapat terbuat dari gelas, baja tahan karat (stainless steel)
atau plastic tahan panas. Kapasitas isi dari fermentor bervariasi tergantung skala
pemakaiannya, apakah untuk laboratorium, pilot plant, atau industri. Untuk laboratorium
biasanya sekitar 10 – 15 liter, untuk pilot plant berkapasitas hingga 100 liter, dan untuk
industri sampai puluhan ribu liter. Akan tetapi maksimum pengisian hanya sampai 70 persen
saja dari volume kapasitas total.
C = Produk
R = Produk samping
Dari persamaan diatas kita dapat menghitung laju pertumbuhan rata-rata sel, dengan
persamaan:
k C A CC
−r c =
C A +C M
Dengan mengikuti notasi yang berlaku, maka hasil fraksi memiliki persamaan seperti berikut :
C C d ( C formed )
A
=φ ( )
A
=
d ( A used )
R R d ( R formed )
=φ ( )=
A A d ( A used )
R R d ( R formed )
=φ ( )=
C C d ( C used )
Bentuk umum persamaan kinetiknya dapat digambarkan secara sederhana dengan alur proses
seperti berikut :
DAFTAR PUSTAKA
- Levenspiel, Octave. “Chemical Reaction Engineering”. TP157.L4. 1999
- http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/25897/Budiatman
%20Satiawihardja_Mengenal.pdf?sequence=1&isAllowed=y diakses pada hari
Minggu, 11 Maret 2018 pukul 15.00 WIB.
Cloud
Bubble
Wake
Seiring gelembung naik, perpindahan massa gas reaktan terjadi Mereka mengalir (berdifusi)
masuk dan keluar dari gelembung untuk menghubungi partikel padat dimana produk reaksi
terbentuk. Gas produk kemudian mengalir kembali menjadi gelembung dan akhirnya keluar
dari tempat tidur saat gelembung mencapai bagian atas tempat tidur. Tarif di yang reaktan dan
produknya masuk dan keluar dari gelembung mempengaruhi konversi, seperti halnya waktu
yang dibutuhkan gelembung untuk melewati tempat tidur. Akibatnya, kita perlu
menggambarkan kecepatan di mana gelembung bergerak melalui kolom dan laju
pengangkutan gas masuk dan keluar dari gelembung. Tempat tidur harus dioperasikan dengan
kecepatan superfisial u0. Untuk menghitung parameter ini kita perlu menentukan sejumlah
parameter cairan-mekanika yang terkait dengan itu proses fluidisasi. Secara khusus, untuk
menentukan kecepatan gelembung Melalui tempat tidur kita perlu menghitung dulu.
Mekanisme Fluida
d bm
0.4
A ,(U ,−umf )¿
d bm=0.625¿