Anda di halaman 1dari 9

CSTR (CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR)

1.1 Pendahuluan
1.1.1 Tujuan
1. Mempelajari proses-proses kimia yang terjadi dalam suatu reaksi kimia.
2. Menentukan konstanta kecepatan reaksi pada reaktor CSTR.
1.1.1.Latar Belakang
Reaktor kimia adalah sebuah alat industri kimia, dimana terjadi reaksi bahan
mentah menjadi produk yang lebih berharga. CSTR (Contiunuous Stirred Tank
Reactor) merupakan salah satu jenis reaktor berdasarkan prosesnya. CSTR dirancang
untuk mempelajari proses-proses penting dalam ilmu kimia. Reaktor jenis ini
termasuk salah satu dari tipe reaktor interchangeablepada unit service reactor (CEX
Mk II).
CSTR bisa berbentuk dalam satu tangki atau lebih dalam rangkaian seri. Reaktor
ini digunakan untuk reaksi fasa cair dan biasanya digunakan dalam industri kimia
organic seperti pabrik pembuatan etil asetat. Keuntungan dari CSTR adalah kualitas
produk yang bagus, kontrol yang otomatis dan tidak membutuhkan banyak tenaga
operator. Karakteristik
dari
reaktor
ini
adalah
beroperasi
pada
kondisi steady state dengan aliran reaktan dan produk secara kontinyu. Dalam
industri, CSTR lazim digunakan karena beroperasi dalam skala yang besar.
Dengan dilakukannya percobaan ini diharapkan praktikan dapat lebih mengenal
prinsip kerja dari reaktor tangki alir berpengaduk secara langsung serta mengetahui
proses-proses kimia yang terjadi dalam suatu reaksi kimia.

1.2. Dasar Teori


Reaktor adalah suatu alat proses tempat di mana terjadinya suatu reaksi
berlangsung, baik itu reaksi kimia atau nuklir dan bukan secara fisika. Reaktor kimia
adalah segala tempat terjadinya reaksi kimia, baik dalam ukuran kecil seperti tabung
reaksi sampai ukuran yang besar seperti reaktor skala industri. Reaktor CSTR
beroperasi pada kondisi steady state dan mudah dalam kontrol temperatur, tetapi
waktu tinggal reaktan dalam reaktor ditentukan oleh laju alir dari feed masuk dan

keluar, maka waktu tinggal sangat terbatas sehingga sulit mencapai konversi reaktan
per volume reaktor yang tinggi, karena dibutuhkan reaktor dengan volume yang
sangat besar (Smith, 198: 325).
Ada dua model teoritis paling populer yang digunakan dalam pereaksian kimia
yang beroperasi dalam keadaan tunak (steady-state), yaitu CSTR (Continuos Stirred
Tank Reactor) dan plug Flow Reaktor (PFR). Perbedaannya adalah pada dasar asumsi
konsentrasi komponen-komponen yang terlibat dalam reaksi. CSTR merupakan
reaktor model berupa tangki berpengaduk dan diasumsikan pengaduk yang bekerja
dalam tangki sangat sempurna sehingga konsentrasi tiap komponen dalam reaktor
seragam sebesar konsentrasi aliran konsentrasi tiap komponen dalam reaktor seragam
sebesar konsentrasi aliran yang keluar dari reaktor. Model ini biasanya digunakan
pada reaksi homogen di mana semua bahan baku dan katalis cair (Nauman, 2002: 23).
Reaktor industri kimia merupakan peralatan yang komplek dalam transfer panas,
transfer massa, difusi dan friksi yang mungkin ditemui selama reaksi kimia, ini harus
dijaga dan terkontrol. Continous stirred tank reactor sering digunakan
secaramultiply dan secara seri. Reaktan secara terus-menerus dimasukkan ke
dalam vessel pertama dan overflow diantara masing-masing saat terjadi pencampuran
dalam masing-masing vessel. Biasanya komposisi uniform dalam individual vessel,
tapi ada gradient konsentrasi dalam sistem secara keseluruhan (Perry, 1999: 23-4).
Keberhasilan operasi suatu proses pengolahan sangat bergantung pada aktifnya
pengadukan dan pencampuran zat cair dalam proses itu. Istilah pengadukan dan
pencampuran sebetulnya tidak sama satu sama lain. Pengadukan (agitator)
menunjukkan gerakan yang tereduksi menurut cara tertentu. Pada suatu bahan
didalam bejana, dimana gerakan ini biasanya mempunyai semacam pola sirkulasi.
Pencampuran (mixing) ialah peristiwa menyebarnya bahan secara acak, dimana bahan
yang satu menyebar kedalam bahan yang lain dan sebaliknya, sedang bahan-bahan itu
terpisah dalam dua fase atau lebih. Istilah pencampuran digunakan untuk berbagai
ragam operasi, dimana derajat homogenitas bahan yang bercampur tersebut sangat
berbeda-beda. Tujuan dari pengadukan antara lain adalah untuk membuat suspensi
partikel zat padat, untuk meramu zat cair yang mampu bercampur (miscible), untuk
menyebar (dispersi) gas di dalam zat cair yang lain, sehingga membentuk emulsi atau
suspensi butiran-butiran halus, dan untuk mempercepat perpindahan kalor antara zat
cair dengan kumparan atau material kalor. Kadang-kadang pengaduk digunakan untuk
beberapa tujuan sekaligus, misal dalam hidrogenasi katalitik pada zat cair. Dalam
bejana hidrogenasi gas hidrogen didispersikan melalui zat cair dimana terdapat

partikel-partikel katalis padat dalam keadaan suspensi, sementara kalor dikeluarkan


melalui kumparan atau mantel (McCabe, 2003: 251).
Reaktor tangki berpengaduk yang ideal beroperasi secara isotermal pada
kecepatan alir yang konstan. Bagaimanapun kesetimbangan energi diperlukan untuk
memprediksi temperatur agar konstan pada saat panas dari reaksi cukup (atau
pertukaran panas antara lingkungan dengan reaktor tidak mencukupi) untuk membuat
perbedaan antara suhu umpan dengan reaktor. Tangki berpengaduk dapat memberikan
pilihan yang lebih baik atau bahkan lebih buruk daripada tubular flow unit pada
sistem reaksi ganda. Biasanya hal terpenting adalah nilai relatif atau energi aktivas
(Smith,1981: 327).
Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR) bisa berbentuk dalam tanki satu atau
lebih dari satu dalam bentuk seri. Reaktor ini digunakan untuk reaksi fase cair dan
biasanya digunakan dalam industri kimia organik. Keuntungan dari reaktor ini adalah
kualitas produk yang bagus, kontrol yang otomatis dan tidak banyak membutuhkan
banyak tenaga operator. Karakteristik dari reaktor jenis ini adalah beroperasi pada
kondisi steady state dengan aliran reaktan dan produk secara kontinu. Continuous
Stirred Tank Reactor (CSTR) adalah reaktor yang dirancang untuk mempelajari
proses-proses pening dalam ilmu kimia. Reaktor jenis ini merupakan salah satu dari 3
tipe reaktor yang bisa bersifat interchangble pada unit service reaktor (CEX Mk
II). Reaksi dimonitor oleh probe konduktivitas sebagai konduktivitas dari larutan
yang berubah dengan konversi dari reaktan menjadi produk. Artinya, ini merupakan
proses titrasi yang tidak akurat dan tidak efisien di mana ini digunakan untuk
memonitor perkembangan reaksi yang tidak begitu penting (Tim Dosen Teknik Kimia,
2010: 1 ).
Coil stainless didalam reaktor CSTR berguna sebagai pemindah panas
permukaan untuk memanaskan atau mendinginkan reaktan kimia. Coil itu
dihubungkan untuk memanaskan sirkulator air atau disebut juga CW-16 chiller. Coil
inlet ini berada pada posisi didepan reaktor dan return reaktor itu berada pada bagian
belakang dari reaktor. Agitator (pengaduk) turbin bekerja pada sambungan dengan
mengatur baffle (suatu alat untuk mencegah aliran) untuk menghasilkan pengadukan
dan perpindahan panas yang sempurna. Agitator ini bekerja dengan menggunakan
motor listrik yang ditaruh pada penutup reaktor. Motor ini dijalankan
dengan variable speed
unit yang
ditaruh
didepan sevice
unit. Tombol
untuk plug motor listrik ini diletakkan pada bagian belakang service unit (Tim Dosen
Teknik Kimia, 2010: 3).

Agitator (pengaduk) biasanya juga digunakan untuk beberapa tujuan sekaligus,


misalnya dalam hidrogenasi katalitik pada zat cair. Dalam bejana hidrogenasi, gas
hidrogen didispersikan melalui zat cair dimana terdapat pertikel-partikel katalis padat
dalam keadaan suspensi, sementara kalor reaksi diangkut keluar melalui kumparan
atau mantel (McCabe, 2003: 253).
Dengan reaksi sebagai berikut :
NaOH + CH3COOC2H5 CH3COONa + C2H5OH
Reaksi ini terjadi berasarkan persamaan molar dan reaksi order pertama yang
bergantung kepada larutan Na hidroksida dan etil asetat. Konsentrasi yang digunakan
berkisar antara 0 sampai 0.1 M dengan temperature berkisar 20-40 C. Reaksi ini
berlangsung dalam reaktor CSTR atau reaktor tubular yang bisa mencapai
keadaan steady state ketika konversi dan konsentrasi reagen telah tercapai.
Keadaan steady state akan bervariasi berdasarkan konsentrasi reagen, flowrate, dan
volume reaktor secara temperature reaksi. Kecepatan reaksi dihitung dengan
mengonversikan reaktan menjadi produk dalam waktu tertentu. Agar reaksi bisa
terjadi, partikel dari reaktan-reaktan tersebut harus berkontak agar menghasilkan suatu
interaksi. Kecepatan reaksi bergantung pada frekuensi tumbukan dan efffisiensi
tumbukan partikel dari larutan yang bereaksi. Faktor-faktor ini didukung dengan
pengadukan reaktan dengan menggunakan stirred (pengaduk) dan baffle di dalam
reaktor. Pengadukan yang tidak sempurna akan menghasilkan kecepatan reaksi yang
kurang pula. Berdasarkan reaksi antara NaOH dan etil asetat, jika konsentrasi awal
dari kedua larutan tersebut sama (ao) dan konversi (xa) maka konsentrasi dari masingmasing larutan adalah:
NaOH + CH3COOC2H5 C2H5OH + CH3COONa
(ao - xa)
(ao - xa)
(xa)
(xa)
Persamaan untuk menentukan konstanta kecepatan reaksi (k) dengan asumsi volume
konstan yaitu:
k

..(1.1)

Dengan neraca massa pada kondisi steady state yaitu:


Input output accumulation = 0
... (1.2)
(Tim Dosen Teknik Kimia, 2010: 9).

Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus molekul CH 3COOC2H5.


senyawa ini merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud
cairan tak berwarna dan memiliki bau yang khas. Etil asetat adalah pelarut polar
menengah yang volatile (mudah menguap), tidak beracun dan tidak higroskopik. Etil
asetat dapat melarutkan air hingga 3% dan larut dalam air hingga kelarutan 8% pada
suhu kamar. Untuk memperoleh rasio hasil yang tinggi, biasanya digunakan asam kuat
dengan proporsi stoikiometri, misalnya natrium hidroksida. Reaksi ini menghasilkan
etanol dan natrium asetat yang tidak dapat bereaksi lagi dengan etanol
Pembacaan nilai konduktivitas untuk menentukan harga-harga yang digunakan
untuk menentukan konstanta kecepatan reaksi, dengan menggunakan persamaan:
a1 =
(a ao)
+
ao

(1.3)
C1 = C

1.

2.

3.

4.

Xa

Xc

, Untuk C0 = 0, C = ao

(1.4)
.(1.5)
.(1.6)

(Tim Dosen Teknik Kimia, 2010: 10)


Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi, yaitu :
Konsentrasi
Reaksi kimia akan berlangsung lebih cepat jika konsentrasi yang bereaksi lebih
besar. Makin konsentrasi, makin banyak partikel zat sehingga makin banyak terjadi
tumbukan.
Luas Permukaan
Makin luas permukaan sentuhan zat bereaksi, makin besar frekuensi tumbukan
yang terjadi sehingga reaksi makin cepat.
Suhu
Dengan kenaikan suhu, energi kinetik molekul zat yang bereaksi bertambah
sehingga reaksi akan semakin cepat.
Katalis

Katalis memungkinkan terjadinya penurunan energi aktivasi dan memperbanyak


tahap reaksi.
Reaktor CSTR dapat digunakan jika reaksi memelurkan pengadukan dan
konfigurasi seri untuk aliran konsentrasi yang berbeda. Fase zat yang dapat digunakan
adalah liquid, gas-liquid, maupun solid-liquid. Kelebihan dari reaktor CSTR adalah
sebagai berikut :
1. Operasi kontinyu, sehingga memungkinkan produksi dalam jumlah besar.
2. Pengontrolan temperatur mudah dilakukan.
3. Mudah untuk menjalankan dua fase.
4. Biaya operasi murah
5. Mudah dibersihkan
Sedangkan kelemahan reaktor CSTR, yaitu :
1. Konversi per unit volume rendah.
2. Agitasi yang kecil dapat menyebabkan by-passing dan channeling.
3. Waktu tinggal dalam reaktor sangat terbatas karena ditentukan oleh laju
alir feed yang masuk dan keluar.
4. Dapat timbul endapan didasar akibat gaya sentrifugal.
5. Tidak efisien untuk reaksi bertekanan tinggi.
Beberapa hal penting pada CSTR adalah :
1. Temperatur dan komposisi diasumsikan seragam selama dalam reaktor.
2. Reaksi berlangsung steady-state, dengan aliran kontinyu pada reaktan dan produk
sehingga jumlah yang masuk setara dengan jumlah yang keluar reaktor.
3. Perhitungan mengasumsikan bahwa pengadukan terjadi secara sempurna sehingga
semua titik dalam reaktor memiliki komposisi yang sama (Muzzio, 2002).

1.3 Metodologi Percobaan


1.3.1. Alat yang Digunakan dan Deskripsi Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah: Seperangkat alat reaktor CEX
MK II, gelas ukur (ukuran 10 mL, 100 mL dan 1000 mL), Beaker gelas (ukuran 500
mL dan 1000 mL), labu ukur 500 mL, gelas arloji, neraca analitik, pengaduk, pipet
gondok 25 mL, propipet, stopwatch, dan dirigen.

Diskripsi Alat

A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.

Keterangan:
Vessel untuk etil asetat
Spesifikasi Alat CEX MK II:
Vessel untuk NaOH
Diameter vessel
: 0,153 m
Reaktor
Kedalaman vessel maksimum : 0,108 m
Speed pompa untuk
Volume
: 2,0 L
NaOH
maksimum
: 0,054 m
Speed pompa untuk etil Kedalaman vessel minimum
: 1,0 L
asetat
Volume operasi minimum
Agitator speed
controller
Temperature controller
Konduktivitor
Gambar 1.1 Seperangkat Alat Reaktor CSTR

1.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah: Etil asetat (C 2H5OH) 0,1 M,
Natrium hidroksida (NaOH) 0,19 M danaquadest.
1.3.3 Prosedur Percobaan
1.3.3.1. Mengkalibrasi Pompa
Menyalakan tombol on switch dan menset suhu. Kemudian mencuci vessel dan
reaktor dengan air, membuka drain valvepada bagian bawah reactor untuk
mengeluarkan air dan menset pompa pada speed yang terbesar. Setelah itu
mengisi vesseldengan air dengan kondisi drain valve tertutup. Kemudian melepaskan
selang yang terdapat pada bagian bawah reactor yang terhubung dengan pompa I dan
pompa II.
Menset speed kedua pompa pada angka 2 kemudian menampung air yang keluar
melewati selang dari tiap pompa pada gelas ukur selama 1 menit dan mengukur
volumenya, kemudian diulangi tiap tiga kali. Setelah itu mengulangi langkah 5 dan 6
variasi speed pada 4, 6, 8 dan 10. Memasukkan nilai flowrate rata-rata yang
dihasilkan tiap speed pada masing-masing pompa kedalam grafik dengan flowrate 35
mL/menit untuk mendapatkan nilai speed pompa I dan pompa II.

1.3.3.2. Pengambilan Data Konduktivitas


Membuat reagen dengan mengencerkan 24,5 mL etil asetat dalam 2500
mL aquadest untuk mendapatkan konsentrasi 0,1 M dan mengencerkan 19 gram
NaOH dengan 2500 mL aquadest untuk mendapatkan konsentrasi 0,19 M. Setelah itu
memasukkan reagen ke dalam vessel (vessel I = NaOH dan vessel II = etil asetat)
sebelumnya memastikan drain valve pada tanki umpan sudah tertutup dan selang dari
tangki umpan ke reaktor telah terpasang. Mengatur kecepatan pompa berdasarkan
nilaispeed yang diperoleh dari grafik kalibrasi pompa untuk menghasilkan flowrate 35
mL/menit yaitu pada speed 3,5 rpm untuk pompa I dan 4,7 rpm untuk pompa II.
Mengatur kecepatan agitator pada speed 5 kemudian menyalakan pompa.
Menunggu sampai larutan reagen dalam reaktor menyentuh tanda biru pada
sensor konduktivitas yang terdapat pada cex unit service, waktu dihitung ketika reagen
mulai memasuki reaktor dan mengamati temperatur dan konduktivitas pada saat itu.
Membaca konduktivitas tiap selang waktu 30 detik sampai konduktivitasnya konstan.
Menampung
volume
reaktor
dimulai
saat
dimana
tidak
terjadi overflow. Mengisi vessel I dan II dengan air. Menyalakan pompa I dan II
dengan kecepatan maksimal yaitu 10 hingga reaktor overflow. Mematikan pompa dan
mengukur volume reaktor dengan menampungnya dimulai saat dimana tidak
terjadi overflow.

Anda mungkin juga menyukai