Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Reaktor CSTR (Continuous Stirred Tank Reaktor)

Reaktor CSTR adalah reactor ideal yang berbentuk tangki alir berpengaduk. Reaktor tipe
ini dipasang vertical dengan pengadukan sempurna. Pengadukan pada masing-masing tangki
dilakukan secara kontinu sehingga diperoleh suatu keadaan dimana komposisi campuran di
dalam reactor benar-benar seragam. Pada reactor model seperti ini , pengadukan dianggap rata
disemua bagian, sehingga komposisi produk yang keluar sama dengan komposis bahan yang
ada didalam reactor. Reaktor tangka ini biasanya digunakan untuk reaksi-reaksi dalam fase
cair, untuk reaksi heterogen cair-padat atau reaksi homogen cai-cair dan sebagainya.
Reaktor alir tangki berpengaduk (RATB) sering disebut juga dengan Continuousn stirred
Tank Reactor (CSTR) atau Mixed Flow Reactor. RATB digunakan untuk reaksi cair dan
dijalankan secara batch ,semi batch / kontinyu. RATB sering atau biasa digunakan untuk reaksi
homogen (reaksi yang berlangsung dalam satu fase saja). Contoh: cair-cair dan gas-gas.
Pada reaksi fase gas (non katalitik) reaksinya berlangsung cepat tetapi untuk reaksi pada
fase ini akan mudah terjadi kebocoran sehingga dinding reaktor harus dibuat
tebal. Contohnya: pada reaksi pembakaran. Sedangkan pada reaksi fase cair
(katalitik) reaksinya berlangsung dalam sistem koloid.
RATB kecepatan volumetrik umpan yang masuk sama dengan kecepatan volumetrik hasil
(produk) yang keluar sehingga kecepatan akumulasinya sama dengan nol. Adanya pengadukan
yang sempurna menyebabkan komposisi di dalam reaktor sama dengan komposisi yang keluar
dari reaktor, begitu pula dengan parameter lain, seperti: kosentrasi, konversi reaksi, dan
kecepatan reaksi.
Reaktor alir tangki berpengaduk banyak dipakai di industri kimia baik yang hanya sebuah
reaktor saja, maupun beberapa reaktor yang dihubungkan seri. Pemanasan atau pendinginan
dengan menggunakan coil atau selubung (jacket). Umpan yang masuk dalam reaktor langsung
tercampur dengan larutan yang ada dalam reaktor maka konsentrasi zat pereaksi turun dengan
cepat sehingga laju reaksi rata-rata dalam reaktor alir tangki berpengaduk lebih kecil.

Umpan/
reaktan CSTR
Uniformly Produk atau
B.
mixed
Kelebihan dan Kekurangan Reaktor CSTR
hasil reaksi
a. Kelebihan
 Biaya pemasangan lebih murah.
 Mudah untuk mengontrol suhu disetiap saat, karena heat transfer pada permukaan dapat
diatur dengan mudah.
 Suhu, komposisi campuran, dan tekanan dalam reactor sama karena dilengkapi dengan
pengadukan dalam reactor selalu sama, sehingga memungkinkan reactor bekerja secara
isothermal pada reaksi yang sangat eksotermis.
 Dapat digunakan untuk reaksi yang tidak mengalami perubahan yang besar, sehingga
reaksi samping bisa dihindari.
b. Kekurangan
 Tidak effisien untuk reaksi fase gas dan reaksi yang bertekanan tinggi.
 Untuk menghasilkan konversi yang sama, volume yang dibutuhkan CSTR lebih besar
 Untuk reaksi fase gas, reactor CSTR kurang effisien karena perlu packing yang kuat
pada lubang pengadykan.
 Untuk fase cair dengan tekanan tinggi memerlukan dinding yang tebal sehingga
harganya mahal.
 Laju perpindahan panas persatuan massa lebih rendah. Pada CSTR rasio luas
permukaan perpindahan panas dengan volume reactor kecil dengan koefisien
perpindahan panas yang rendah pula, sehingga reaksi yang sangat eksotermis tidak
dianjurkan.
 Laju reaksi kecil, karena komposisi di dalam reactor sama dengan komposisi aliran
keluar reactor sehingga untuk mendapatkan konversi yang besar diperlukan volume
reactor yang lebih besar.
 Untuk memperoleh konversi tertentu volume reactor dapat dikurangi dengan
menggunakan reactor yang disusun seri.
C. Jenis-Jenis Reaktor CSTR
 Reaktor CSTR Seri
Pada reactor CSTR dipasang seri maka tidak ada perubahan volumetric flow rate
(v = v0)
 Reaktor CSTR Paralel

D. Mekanisme Kerja Reaktor CSTR


Pada reaktor CSTR prosesnya berlangsung secara kontinyu, pengadukan adalah yang
terpenting dalam reaktor ini karena dengan pengadukan menjadikan reaksinya menjadi
homogen. Sehingga jumlah yang masuk setara dengan jumlah yang ke luar reaktor, jika tidak
tentu reaktor akan berkurang atau bertambah isinya.
Pada reaktor CSTR, satu atau lebih reaktan masuk ke dalam suatu bejana berpengaduk dan
bersamaan dengan itu sejumlah yang sama (produk) dikeluarkan dari reaktor. Pengaduk
dirancang sehingga campuran teraduk dengan sempurna dan diharapkan reaksi berlangsung
secara optimal sehingga semua titik dalam reaktor memiliki komposisi yang sama. Dengan
asumsi ini, komposisi keluar reaktor selalu sama dengan bahan di dalam reaktor.
Waktu tinggal dapat diketahui dengan membagi volume reaktor dengan kecepatan
volumetrik cairan yang masuk reaktor. Dengan perhitungan kinetika reaksi, konversi suatu
reaktor dapat diketahui.
Seringkali, untuk menghemat digunakan banyak reaktor yang disusun secara seri daripada
menggunakan reaktor tunggal yang besar. Sehingga reactor akan memiliki komposisi produk
yang lebih besar.
Reaktor CSTR dapat digunakan jika reaksi memelurkan pengadukan dan konfigurasi seri
untuk aliran konsentrasi yang berbeda. Fase zat yang dapat digunakan adalah liquid, gas-liquid,
maupun solid-liquid.
E. Konfigurasi Reaktor Alir Berpengaduk
Reaktor dengan model berupa tangki berpengaduk dan diasumsikan pengaduk yang
bekerja dalam tangki sangat sempurna sehingga konsentrasi tiap komponen dalam reaktor
seragam sebesar konsentrasi aliran yang keluar dari reaktor. Reaktor jenis ini merupakan
reaktor yang umum digunakan dalam suatu industri. Dalam operasinya, reaktor ini sering
digunakan dalam jumlah lebih dari satu dengan rangkaian reaktor disusun secara seri maupun
paralel. Pemilihan susunan rangkaian reaktor dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan,
tergantung keperluan dan maksud dari operasinya. Masing-masing rangkaian memiliki
kelebihan dan kekurangan, karena di dunia ini tidak ada yang sempurna. Semua yang ada di
dunia ini saling melengkapi satu sama lainnya.
Secara umum, rangkaian reaktor yang disusun secara seri itu lebih baik dibanding secara
paralel. Pertama, ditinjau dari konversi reaksi yang dihasilkan dan yang kedua ditinjau dari sisi
ekonomisnya.
a. Konversi reaksi
Feed yang masuk ke reaktor pertama dalam suatu rangkaian reaktor susunan seri akan
bereaksi membentuk produk yang mana pada saat pertama ini masih banyak reaktan yang
belum bereaksi membentuk produk di reaktor pertama, sehingga reaktor selanjutnya
berfungsi untuk mereaksikan kembali reaktan yang belum bereaksi dan seterusnya sampai
mendapatkan konversi yang optimum.
Secara sederhana, reaksi yang berlangsung itu dapat dikatakan berkali-kali sampai
konversinya optimum. Konversi yang optimum merupakan maksud dari suatu proses
produksi.
Sementara itu jika dengan reaktor susunan paralel, dengan jumlah feed yang sama,
maka reaksi yang terjadi itu hanya sekali sehingga dimungkinkan masih banyak reaktan
yang belum bereaksi. Walaupun pada outletnya nanti akan dijumlahkan dari masing-
masing reaktor, namun tetap saja konversinya lebih kecil, sebagai akibat dari reaksi yang
hanya terjadi satu kali.
b. Tinjauan ekonomisnya.
Dalam pengadaan alat yang lain, misal jika seri hanya memerlukan satu wadah untuk
bahan baku (baik dari beton ataupun stainless steel), dan konveyor yang digunakan juga
cukup satu. Namun jika paralel mungkin memerlukan wadah lebih dari satu ataupun
konveyor yang lebih dari satu untuk memasukkan feed ke masing-masing reaktor.
Konsekuensi yang lain dari suatu reaktor rangkain paralel adalah karena masih ada
reaktan yang banyak belum bereaksi maka dibutuhkanlah suatu recycle yang berakibat
pada bertambahnya alat untuk menampungnya, sehingga lebih mahal untuk mendapatkan
konversi yang lebih besar.
Salah satu kerugian dari penggunaan reaktor tangki (CSTR) adalah bahwa reaksi
berlangsung pada konsentrasi yang realtif rendah, yaitu sama dengan konsentrasi di dalam
campuran yang meninggalkan reaktor. Akibatnya untuk reaksi-reaksi berorde positif
volume reaktor yang diperlukan menjadi besar. Salah satu cara untuk menghindari
kerugian ini adalah dengan mempergunakan beberapa reaktor tangki yang dipasang seri,
sehingga konsentrasi reaktan tidak turun secara drastis tetapi bertahap dari satu tangki ke
tangki yang berikutnya. Dengan cara ini maka kecepatan reaksi di masing-masing tangki
akan turun menurun secara bertahap pula, sehingga volume total seluruh reaktor untuk
mendapatkan besarnya konversi tertentu akan lebih kecil dibandingkan dengan sistem
reaktor tunggal.
F. Aplikasi Reaktor Alir Tangki Berpengaduk
1. SPM-2100
SPM-2100 Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR) dapat digunakan untuk
mereaksikan dua macam gas. Reaksinya dapat terjadi dalam keadaan endoterm maupun
eksoterm.
Contohnya: reaksi antara etilen (reaktan A) dengan benzena (reaktan B) yang terjadi
dalam keadaan eksoterm, untuk memproduksi etilbenzena (produk C), bahan kimia yang
digunakana dalam pembuatan monomer stirena. Reaktan A dan B dimasukkan ke dalam
CSTR agar kedua reaktan tersebut tercampur dengan sempurna menggunakan pemutar
bermotor (motorized agitator).
2. CSTR dengan cooling jacket
Pada CSTR disamping yang terjadi adalah reaksi tunggal dalam keadaan eksoterm yang
tidak dapat balik (irreversible), dapat dilihat bahwa aliran fluida dimasukkan secara terus-
menerus ke dalam reaktor dan aliran fluida lainnya dikeluarkan terus-menerus dari reaktor.
Sejak reaktor tersebut menggabungkan dengan sempurna, aliran keluar memiliki
konsentrasi dan temperatur yang sama dengan fluida dalam reaktor. Menyadari bahwa
lapisan disekitar reaktor juga masuk dan keluar aliran, pelapis diasumsikan bergabung
dengan sempurna dan pada temperatur yang lebih rendah dari reaktor. Energi lalu melewati
dinding reaktor menuju pelapis, memindahkan panas yang dihasilkan oleh reaksi.
Banyak contoh reaktor yang digunakan dalam industri yang serupa dengan reaktor di
atas. Contohnya adalah tipe-tipe dari reaktor polmerisasi yang memproduksi polimer yang
digunakan dalam produk plastik seperti pendingin polistirena atau botol plastik.
G. Flowsheet Diagram Reaktor CSTR
1. Unjuk Kerja Reactor Alir Tangki Berpengaduk Menggunakan Perunut Radioisotop
Alat yang digunakan adalah reaktor tangki berpengaduk dengan dimensi: tinggi 16 cm,
diameter 12 cm , volume cairan 1350 mL, 4 penghalang dengan tinggi 9 cm dan lebar 1
cm, serta pengaduk dengan lebar sudu 2,5 cm.
Reaktor ini disusun dengan alat-alat lain yang ditunjukkan pada Gambar 1. Selain alat
tersebut digunakan alat-alat pencacah Geiger Muller, surveimeter beta-gamma, detektor
GM, dan alat-alat gelas laboratorium.
Cara kerjanya, Mula-mula tangki penampung diisi air sampai penuh kran dibuka
sampai terjadi peluapan melalui saluran, kemudian air dialirkan ke dalam reaktor yang
sudah berisi air dan diaduk dengan kecepatan putar tertentu. Kecepatan alir diatur, dan
dibaca dengan alat rotameter. Setelah keadaan steady, yang ditandai dengan tinggi
pelampung yang sudah tetap, 1 mL perunut diinjeksikan ke dalam aliran umpan. Cuplikan
diambil dari aliran yang keluar reaktor, pada beberapa periode waktu dan dimasukkan ke
dalam botol plastik, untuk dianalisis kadar perunut dengan teknik pencacahan.
2. Manufacture of Peracetic acid (Peroxiacid) from Acetic Acid and H2O2
URAIAN PROSES
Umpan segar larutan H2O2 50% dicampur dengan recycle hasil bawah menara distilasi
(MD-01) yang mengandung H2O2 dan juga asam sulfat sebagai katalisator diumpankan ke
dalam tangki pencampur (TP-01). Kemudian larutan ini diumpankan ke dalam reaktor alir
tangki berpengaduk (RATB / CSTR) untuk direaksikan dengan asam asetat. Reaksi terjadi
pada suhu 50oC dan tekanan vakum 0,2 atm. Reaksi bersifat eksotermis sehingga untuk
menjaga suhu tetap 50°C diperlukan pendinginan. Untuk menjaga kondisi reaktor tetap
dalam keadaan 0,2 atm, maka reaktor dihubungkan dengan ejektor yang berfungsi untuk
memvakumkan kondisi di dalam reaktor.
Hasil reaksi dipompakan ke menara destilasi (MD-01) untuk memisahkan air, asam
asetat dan peracetic acid dari sisa H2O2 dan asam sulfat, MD-01 beroperasi pada tekanan
operasi 0.4 atm dengan suhu puncak 80°C. H2O2 dan asam sulfat diperoleh sebagai hasil
bawah menara destilasi (MD-01) kemudian direcycle ke dalam reaktor. Sedangkan hasil
atas menara destilasi (MD-01) diumpankan ke dalam menara destilasi (MD-02) untuk
memisahkan produk peracetic acid dari air agar diperoleh produk yaitu Asam Peracetic
dengan kemurnian 50%. Puncak MD-02 beroperasi pada tekanan operasi 0.15 atm dengan
suhu puncak 55°C.
DIAGRAM ALIR

DATA UNTUK REAKTOR


Jenis : Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (RATB / CSTR)
Kondisi operasi
Suhu : 50°C
Tekanan : 0.2 atm
Sifat reaksi : eksotermis
Kondisi proses : non adiabatis–isothermal
dengan pendinginan di reaktor
Kinetika reaksi
Persamaan reaksi kimia:
CH3COOH + H2O2 ===> CH3COOOH + H2O
dengan kecepatan reaksi :
rA = k. CA.CB.
k = 0.205 m3/kmol.j
rA = kecepatan reaksi, kmol/m3.j
CA = konsentrasi CH3COOH, kmol/m3
CB = konsentrasi H2O2, kmol/m3
3. Diagram Alir Proses

Aliran air masuk

Aliran uap

Uap bebas air


Keterangan :
Aliran steam

Aliran air pendingin masuk

Aliran air pendingin keluar


Uraian Proses Stirred Tank Reactor :
Keran udara tekan dibuka untuk menghidupkan kontrol panel dan menggerakkan katup
pneumatik. Kemudian keran air dibuka dan air dipompakan ke dalam jaket. Air akan
memenuhi jaket dan keluar pada bagian outlet menuju ke Y Joint, disini air akan
dipanaskan dengan bantuan steam yang diinjeksikan oleh katup pneumatik (sebelumnya
valve steam dibuka terlebih dahulu). Air yang panas masuk ke separator dimana gas yang
terbentuk akan mengalir ke atas sedangkan cairannya akan kembali ke dalam jaket dan
bersirkulasi. Air panas didalam jaket akan memanaskan cairan didalam reaktor sampai
suhu mencapai set point (70oC). Gas dari separator akan terjebak didalam steam trap
sehingga terkondensasi menjadi cairan dan di kembalikan ke tangki penampung.
4. Proses pembuatan Sodium Styrene Sulfonat dari 2-Bromo Ethyl benzene dengan proses
Sulfonasi SO3
Mula-mula 2-Bromo Ethyl benzene dari tangki penyimpanan dilarutkan dengan
Methylene Chloride yang berasal dari tangki penyimpanan di dalam Mixing Tank I dengan
tujuan untuk melarutkan 2-Bromo Ethyl benzene, kemudian 2 Bromo Ethyl benzene dan
Metylene Chloride yang keluar dari Mixing Tank I dan SO3 yang keluar dari tangki
penyimpan dipompa menuju reaktor I. Kondisi reaksi pada reaktor adalah pada suhu 50oC,
tekanan 1 atm, dan konversi 90 % terhadap C8H9SO3Br. Sulfur Trioksida yang digunakan
dalam proses sulfonasi pada reaktor tidak hanya mensulfonasi 2-Bromo Ethyl benzene tapi
juga mengakibatkan terjadinya reaksi samping. Reaksi samping ini biasanya terjadi pada
suhu diatas 50oC, karena alasan tersebut di atas maka dalam proses ini reaksi sulfonasi
biasanya dilakukan pada pada kisaran suhu antara –10oC sampai 50oC.
Reaktor yang diapakai adalah Reaktor Alir Tangki Berpengaduk yang dilengkapi
dengan pendingin karena reaksi bersifat eksotermis yaitu dengan nilai ∆HReaksi = - 6,533
kkal/gmol, sehingga untuk menjaga suhu agar selalu konstan maka pada reaktor I
dilengkapi dengan sistem pendingin.
Nilai k pada reaktor I sebesar 637,889 jam/kmol m3
Dimana : k = konstanta kecepatan reaksi kimia
Reaksi Pada Reaktor I : C8H8Br(ℓ) + SO3(ℓ) C8H9SO3Br(ℓ)
Hasil reaksi dari Reaktor I dipompa ke Mixing Tank II dan ditambahkan H2O, untuk
merubah SO3 menjadi H2SO4 pekat. Hasil dari tangki pencampur di pompa ke dekanter I
kemudian dipisahkan, hasil atas berupa fraksi ringan dari dekanter I dipompa masuk ke
dekanter II, sedangkan hasil bawah berupa fraksi berat dari decanter I menuju dekanter III.
Di dalam dekanter II terjadi pemisahan untuk memisahkan CH2Cl2 yang akan di recycle ke
tangki bahan baku CH2Cl2 dan dipisahkan dari komponen lain yang tidak diinginkan untuk
dikirim ke unit pengolahan limbah (UPL). Hasil atas dekanter III masih mengandung
komponen C8H9Br yang tidak diinginkan kemudian dicampur dengan H2SO4 pekat di
dalam Mixing Tank III untuk mengikat C8H9Br yang masih ada. Keluaran Mixing Tank III
kemudian dipompa menuju dekanter IV untuk memisahkan C8H9Br dengan C8H9SO3Br
yang akan di reaksikan di dalam Reaktor II.
Nilai k pada Reaktor II sebesar 1,0382 jam/kmol m3
Reaksi Pada Reaktor II :
C8H9SO3Br(ℓ) + 2 NaOH(s) C8H7SO3Na(ℓ) + 2H2O(ℓ) + NaBr(ℓ)
Reaktor yang dipakai adalah Reaktor Alir Tangki Berpengaduk yang dilengkapi
dengan pemanas karena reaksi bersifat endotermis dengan nilai ∆HReaksi = 3417
kkal/gmol. Kondisi reaksi pada reaktor yang kedua adalah pada suhu 75oC, tekanan 1 atm,
dan konversi 80 %.
Kemudian hasil dari Reaktor II dipompa ke dalam settler. Hasil dari Reaktor II dipompa
ke settler untuk memisahkan antara sodium styrene sulfonat dengan komponen lain.
Selanjutnya hasil bawah dari settler berupa slurry C8H7SO3Na akan dikristalkan di dalam
crystallizer. Keluaran crystallizer berupa Kristal dan mother liquor, kemudian mother
mother liquor akan dikembalikan sebagai umpan crystallizer, sedangkan kristal akan
dikeringkan di dalam Rotary Dryer sampai kemurnian 98% sesuai dengan kebutuhan pasar.
DAFTAR PUSTAKA
Missen, Ronald W, Charles A. Mims, Bradley A. Saville. Introduction to Chemical
Reaction Engineering and Kinetics. Department of Chemical Engineering and Applied
Chemistry : University of Toronto.
http://nirmalayahdi.blogspot.com/2013/05/rancangan-reaktor-cstr.html
https://www.academia.edu/6943714/EVALUASI_UNJUK_KERJA_REAKTOR_ALIR_TANG
KI_BERPENGADUK_MENGGUNAKAN_PERUNUT_RADIOISOTOP_NOOR_ANIS_KUN
DARI_DJOKO_MARJANTO_ARDHANI_DYAH_W
http://simoehch.blogspot.com/2013/05/manufacture-of-peracetic-acid.html

Anda mungkin juga menyukai