Anda di halaman 1dari 25

Laboratorium Pengendalian Proses

Semester VI 2023/2024

LAPORAN PRAKTIKUM
CONTINOUS STIRRED TANK REAKTOR (CSTR)

Pembimbing : Ir. Barlian Hasan, M.T.


Kelompok : III (Tiga)
Tgl. Praktikum : , 15 dan 29 Maret 2023

Nama Anggota :
Jusra Risnawati 43220030
Adhalia Felove Makhayala 43220033
Yensi Hardiningsih 43220038
Hardiansyah 43220041
A.Nurul Afiqa 43220048
Syawal Muhajirin 43220050

Kelas : 3B D4 TKI

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2023
CONTINOUS STIRRED TANK REAKTOR (CSTR)

I. TUJUAN
1. Menentukan Orde Reaksi
2. Menentukan konstanta kecepatan reaksi dengan fungsi T sebagai suhu
3. Menentukan nilai konversi (Xa)

II. PERINCIAN KERJA


1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Membuat larutan NaOH 0,1 N dan Etil Asetat 0,1 N sebanyak 2 liter
3. Mengatur variabel program
4. Menjalankan Alat Reaktor Alir Tangki Berpengaduk
5. Mengambil data dalam 3 variasi suhu setiap 5 menit
6. Menitrasi sampel dengan HCl

III. ALAT DAN BAHAN


A. Alat :
- Rangkaian Alat Reaktor Alir Tangki Berpengaduk
- Gelas kimia
- Erlenmeyer
- Batang pengaduk
- Gelas ukur
- Pipet ukur
- Corong kaca
- Buret
- Klem
- Bulb
- Botol semprot

B. Bahan :
- Etil Asetat 0,1 N
- NaOH 0,1 N
- HCl 0,01 N
- Indikator PP
- Aquadest

IV. DASAR TEORI

Reaktor adalah suatu alat proses tempat di mana terjadinya suatu reaksi
berlangsung, baik itu reaksi kimia atau nuklir dan bukan secara fisika. Reaktor
kimia adalah segala tempat terjadinya reaksi kimia, baik dalam ukuran kecil
seperti tabung reaksi sampai ukuran yang besar seperti reaktor skala industri.
Reaktor CSTR beroperasi pada kondisi steady state dan mudah dalam kontrol
temperatur, tetapi waktu tinggal reaktan dalam reaktor ditentukan oleh laju alir
dari feed masuk dan keluar, maka waktu tinggal sangat terbatas sehingga sulit
mencapai konversi reaktan per volume reaktor yang tinggi, karena dibutuhkan
reaktor dengan volume yang sangat besar
Ada dua model teoritis paling populer yang digunakan dalam pereaksian
kimia yang beroperasi dalam keadaan tunak (steady-state), yaitu CSTR
(Continuos Stirred Tank Reactor) dan plug Flow Reaktor (PFR). Perbedaannya
adalah pada dasar asumsi konsentrasi komponen-komponen yang terlibat dalam
reaksi. CSTR merupakan reaktor model berupa tangki berpengaduk dan
diasumsikan pengaduk yang bekerja dalam tangki sangat sempurna sehingga
konsentrasi tiap komponen dalam reaktor seragam sebesar konsentrasi aliran
konsentrasi tiap komponen dalam reaktor seragam sebesar konsentrasi aliran yang
keluar dari reaktor. Model ini biasanya digunakan pada reaksi homogen di mana
semua bahan baku dan katalis cair.
Reaktor industri kimia merupakan peralatan yang komplek dalam transfer
panas, transfer massa, difusi dan friksi yang mungkin ditemui selama reaksi
kimia, ini harus dijaga dan terkontrol. Continous stirred tank reactor sering
digunakan secara multiply dan secara seri. Reaktan secara terus-menerus
dimasukkan ke dalam vessel pertama dan overflow diantara masing-masing saat
terjadi pencampuran dalam masing-masing vessel. Biasanya komposisi uniform
dalam individual vessel, tapi ada gradient konsentrasi dalam sistem secara
keseluruhan.
Keberhasilan operasi suatu proses pengolahan sangat bergantung  pada
aktifnya pengadukan dan pencampuran zat cair dalam proses itu. Istilah
pengadukan dan pencampuran sebetulnya tidak sama satu sama lain. Pengadukan
(agitator) menunjukkan gerakan yang tereduksi menurut cara tertentu. Pada suatu
bahan didalam bejana, dimana gerakan ini biasanya mempunyai semacam pola
sirkulasi. Pencampuran (mixing) ialah peristiwa menyebarnya bahan secara acak,
dimana bahan yang satu menyebar kedalam bahan yang lain dan sebaliknya,
sedang bahan-bahan itu terpisah dalam dua fase atau lebih.
Istilah pencampuran digunakan untuk berbagai ragam operasi, dimana
derajat homogenitas bahan yang ”bercampur” tersebut sangat berbeda-beda.
Tujuan dari pengadukan antara lain adalah untuk membuat suspensi partikel zat
padat, untuk meramu zat cair yang mampu bercampur (miscible), untuk menyebar
(dispersi) gas di dalam zat cair yang lain, sehingga membentuk emulsi atau
suspensi butiran-butiran halus, dan untuk mempercepat perpindahan kalor antara
zat cair dengan kumparan atau material kalor. Kadang-kadang pengaduk
digunakan untuk beberapa tujuan sekaligus, misal dalam hidrogenasi katalitik
pada zat cair. Dalam bejana hidrogenasi gas hidrogen didispersikan melalui zat
cair dimana terdapat partikel-partikel katalis padat dalam keadaan suspensi,
sementara kalor dikeluarkan melalui kumparan atau mantel.
Continued Stirred Tank Reactor (CSTR), juga dikenal sebagai tong-atau
reaktor backmix, adalah tipe reaktor umum yang ideal teknik kimia . CSTR sering
mengacu pada model yang digunakan untuk memperkirakan variabel unit operasi
kunci ketika menggunakan continuous agitated tank reaktor untuk mencapai
output yang ditentukan. Model matematika bekerja untuk semua cairan: cairan,
gas, dan slurries. Perilaku CSTR sebuah sering didekati atau dimodelkan dengan
yang dari Reaktor Continuous Ideal Stirred Tank Reactor (CISTR). Jika waktu
tinggal adalah 5-10 kali waktu pencampuran, pendekatan ini berlaku untuk tujuan
rekayasa. Model CISTR sering digunakan untuk menyederhanakan perhitungan
teknik dan dapat digunakan untuk menggambarkan reaktor riset. Dalam
prakteknya hal itu hanya dapat didekati, khususnya dalam reaktor ukuran industri.
Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR) bisa berbentuk dalam tanki satu
atau lebih dari satu dalam bentuk seri. Reaktor ini digunakan untuk reaksi fase
cair dan biasanya digunakan dalam industri kimia organik. Keuntungan dari
reaktor ini adalah kualitas produk yang bagus, kontrol yang otomatis dan tidak
banyak membutuhkan banyak tenaga operator. Karakteristik dari reaktor jenis ini
adalah beroperasi pada kondisi steady state dengan aliran reaktan dan produk
secara kontinu. Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR) adalah reaktor yang
dirancang untuk mempelajari proses-proses pening dalam ilmu kimia. Reaktor
jenis ini merupakan salah satu dari 3 tipe reaktor yang bisa bersifat interchangble
pada unit service reaktor (CEX Mk II). Reaksi dimonitor oleh probe konduktivitas
sebagai konduktivitas dari larutan yang berubah dengan konversi dari reaktan
menjadi produk. Artinya, ini merupakan proses titrasi yang tidak akurat dan tidak
efisien di mana ini digunakan untuk memonitor perkembangan reaksi yang tidak
begitu penting.
Coil stainless didalam reaktor CSTR berguna sebagai pemindah panas
permukaan untuk memanaskan atau mendinginkan reaktan kimia. Coil itu
dihubungkan untuk memanaskan sirkulator air atau disebut juga CW-16 chiller.
Coil inlet ini berada pada posisi didepan reaktor dan return reaktor itu berada pada
bagian belakang dari reaktor. Agitator (pengaduk) turbin bekerja pada sambungan
dengan mengatur baffle (suatu alat untuk mencegah aliran) untuk menghasilkan
pengadukan dan perpindahan panas yang sempurna. Agitator ini bekerja dengan
menggunakan motor listrik yang ditaruh pada penutup reaktor. Motor ini
dijalankan dengan variable speed unit yang ditaruh didepan sevice unit. Tombol
untuk plug motor listrik ini diletakkan pada bagian belakang service unit 
Agitator (pengaduk) biasanya juga digunakan untuk beberapa tujuan
sekaligus, misalnya dalam hidrogenasi katalitik pada zat cair. Dalam bejana
hidrogenasi, gas hidrogen didispersikan melalui zat cair dimana terdapat pertikel-
partikel katalis padat dalam keadaan suspensi, sementara kalor reaksi diangkut
keluar melalui kumparan atau mantel (McCabe, 2003: 253).
NaOH    +     CH3COOC2H5        →     CH3COONa    +    C2H5OH
Reaksi ini terjadi berasarkan persamaan molar dan reaksi order pertama
yang bergantung kepada larutan Na hidroksida dan etil asetat. Konsentrasi yang
digunakan berkisar antara 0 sampai 0.1 M dengan temperature berkisar 20-40 o C.
Reaksi ini berlangsung dalam reaktor CSTR atau reaktor tubular yang bisa
mencapai keadaan steady state ketika konversi dan konsentrasi reagen telah
tercapai. Keadaan steady state akan bervariasi berdasarkan konsentrasi
reagen, flowrate, dan volume reaktor secara temperature reaksi. Kecepatan reaksi
dihitung dengan mengonversikan reaktan menjadi produk dalam waktu tertentu.
Agar reaksi bisa terjadi, partikel dari reaktan-reaktan tersebut harus
berkontak agar menghasilkan suatu interaksi. Kecepatan reaksi bergantung pada
frekuensi tumbukan dan efffisiensi tumbukan partikel dari larutan yang bereaksi.
Faktor-faktor ini didukung dengan pengadukan reaktan dengan
menggunakan stirred (pengaduk) dan baffle di dalam reaktor. Pengadukan yang
tidak sempurna akan menghasilkan kecepatan reaksi yang kurang pula.
Berdasarkan reaksi antara NaOH dan etil asetat, jika konsentrasi awal dari kedua
larutan tersebut sama (ao) dan konversi (xa) maka konsentrasi dari masing-masing
larutan adalah:
NaOH    +    CH3COOC2H5    →   C2H5OH    +    CH3COONa
(ao - xa)               (ao - xa)                  (xa)                   (xa)

● Neraca Massa Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (CSTR)


Di dalam reaktor tangki ideal konsentrasi di setiap titik di dalam reaktor
adalah sama, sehingga kecepatan reaksi tidak dipengaruhi oleh posisi campuran di
dalam reaktor. Dengan demikian perhitungan neraca massanya dapat dilakukan
secara makro, yaitu dengan meninjau reaktor tersebut sebagai suatu unit yang
utuh. Sedangkan neraca energi dari Reaktor Alir Tangki Berpengaduk dalah
sebagai berikut: Persamaan untuk menentukan konstanta kecepatan reaksi (k)
dengan asumsi volume konstan dengan neraca massa pada kondisi steady state
yaitu:
Input – output ± accumulation = 0

● Mekanisme Kerja pada Reaktor CSTR


Prosesnya berlangsung secara kontinyu, pengadukan adalah yang terpenting
dalam reaktor ini karena dengan pengadukan menjadikan reaksinya menjadi
homogen. Di reaktor CSTR, satu atau lebih reaktan masuk ke dalam suatu bejana
berpengaduk dan bersamaan dengan itu sejumlah yang sama (produk) dikeluarkan
dari reaktor. Pengaduk dirancang sehingga campuran teraduk dengan sempurna
dan diharapkan reaksi berlangsung secara optimal. Waktu tinggal dapat diketahui
dengan membagi volum reaktor dengan kecepatan volumetrik cairan yang masuk
reaktor. Dengan perhitungan kinetika reaksi, konversi suatu reaktor dapat
diketahui. Beberapa hal penting mengenai reaktor CSTR:
1. Reaktor berlangsung secara continue, sehingga jumlah yang masuk setara
dengan jumlah yang ke luar reaktor, jika tidak tentu reaktor akan berkurang
atau bertambah isinya.
2. Perhitungan reaktor CSTR mengasumsikan pengadukan terjadi secara
sempurna sehingga semua titik dalam reaktor memiliki komposisi yang
sama. Dengan asumsi ini, komposisi keluar reaktor selalu sama dengan
bahan di dalam reaktor.
3. Seringkali, untuk menghemat digunakan banyak reaktor yang disusun secara
seri daripada menggunakan reaktor tunggal yang besar. Sehingga reaktor
yang di belakang akan memiliki komposisi produk yang lebih besar
dibanding di depannya. Dapat dilihat, bahwa dengan jumlah RATB kecil
yang tak terbatas model perhitungan akan menyerupai perhitungan untuk
RAP.
Reaktor CSTR dapat digunakan jika reaksi memelurkan pengadukan dan
konfigurasi seri untuk aliran konsentrasi yang berbeda. Fase zat yang dapat
digunakan adalah liquid, gas-liquid, maupun solid-liquid.
Kelebihan dari reaktor CSTR adalah sebagai berikut :
1. Operasi kontinyu, sehingga memungkinkan produksi dalam jumlah besar.
2. Pengontrolan temperatur mudah dilakukan.
3. Mudah untuk menjalankan dua fase.
4. Biaya operasi murah
5. Mudah dibersihkan
Sedangkan kelemahan CSTR yaitu :
1. Konversi per unit volume rendah.
2. Agitasi yang kecil dapat menyebabkan by-passing dan channeling.
● Konfigurasi Reaktor Alir Tangki Berpengaduk
Reaktor dengan model berupa tangki berpengaduk dan diasumsikan
pengaduk yang bekerja dalam tangki sangat sempurna sehingga konsentrasi tiap
komponen dalam reaktor seragam sebesar konsentrasi aliran yang keluar dari
reaktor. Reaktor jenis ini merupakan reaktor yang umum digunakan dalam suatu
industri. Dalam operasinya, reaktor ini sering digunakan dalam jumlah lebih dari
satu dengan rangkaian reaktor disusun secara seri maupun paralel.
Pemilihan susunan rangkaian reaktor dipengaruhi oleh berbagai
pertimbangan, tergantung keperluan dan maksud dari operasinya. Masing-masing
rangkaian memiliki kelebihan dan kekurangan, karena di dunia ini tidak ada yang
sempurna. Semua yang ada didunia ini saling melengkapi satu sama lainnya.
Secara umum, rangkaian reaktor yang disusun secara seri itu lebih baik dibanding
secara paralel. Setidaknya ada 2 sisi yang dapat menjelaskan kenapa rangkaian
reaktor secara seri itu lebih baik. Pertama, ditinjau dari konversi reaksi yang
dihasilkan dan yang kedua ditinjau dari sisi ekonomisnya.
a. Konversi Reaksi
Feed yang masuk ke reaktor pertama dalam suatu rangkaian reaktor susunan
seri akan bereaksi membentuk produk yang mana pada saat pertama ini masih
banyak reaktan yang belum bereaksi membentuk produk di reaktor pertama,
sehingga reaktor selanjutnya berfungsi untuk mereaksikan kembali reaktan yang
belum bereaksi dan seterusnya sampai mendapatkan konversi yang optimum.
Secara sederhana, reaksi yang berlangsung itu dapat dikatakan berkali-kali sampai
konversinya optimum. Konversi yang optimum merupakan maksud dari suatu
proses produksi. Sementara itu jika dengan reaktor susunan paralel, dengan
jumlah feed yang sama, maka reaksi yang terjadi itu hanya sekali sehingga
dimungkinkan masih banyak reaktan yang belum bereaksi. Walaupun pada
outletnya nanti akan dijumlahkan dari masing-masing reaktor, namun tetap saja
konversinya lebih kecil, sebagai akibat dari reaksi yang hanya terjadi satu kali.
b. Tinjauan Ekonomisnya
Dalam pengadaan alat yang lain, misal jika seri hanya memerlukan satu
wadah untuk bahan baku (baik dari beton ataupun stainless steel), dan konveyor
yang digunakan juga cukup satu. Namun jika paralel mungkin memerlukan wadah
lebih dari satu ataupun konveyor yang lebih dari satu untuk memasukkan feed ke
masing-masing reaktor. Konsekuensi yang lain dari suatu reaktor rangkain paralel
adalah karena masih ada reaktan yang banyak belum bereaksi maka dibutuhkanlah
suatu recycle yang berakibat pada bertambahnya alat untuk menampungnya,
sehingga lebih mahal untuk mendapatkan konversi yang lebih besar.
Salah satu kerugian dari penggunaan reaktor tangki (CSTR) adalah bahwa
reaksi berlangsung pada konsentrasi yang realtif rendah, yaitu sama dengan
konsentrasi di dalam campuran yang meninggalkan reaktor. Akibatnya untuk
reaksi-reaksi berorde positif volume reaktor yang diperlukan menjadi besar. Salah
satu cara untuk menghindari kerugian ini adalah dengan mempergunakan
beberapa reaktor tangki yang dipasang seri, sehingga konsentrasi reaktan tidak
turun secara drastis tetapi bertahap dari satu tangki ke tangki yang berikutnya.
Dengan cara ini maka kecepatan reaksi di masing-masing tangki akan turun
menurun secara bertahap pula, sehingga volume total seluruh reaktor untuk
mendapatkan besarnya konversi tertentu akan lebih kecil dibandingkan dengan
sistem reaktor tunggal.
V. PROSEDUR KERJA

VI. DATA PENGAMATAN


 Hasil Titrasi Secara Batch

Suhu Waktu Volume titrasi Konsentrasi


Xa
(°C) (Menit) (ml) (Ca)
35 0 0.05 - -
5 5.4 0.010 0.795
10 4.4 0.008 0.833
15 3.5 0.007 0.867
20 3.4 0.006 0.870
25 3.4 0.006 0.870
0 0.05 - -
5 9.9 0.019 0.624
10 9.4 0.018 0.643
40
15 7.7 0.015 0.707
20 7.3 0.014 0.723
25 7.3 0.014 0.723
0 0.05 - -
5 9.8 0.019 0.628
10 6.6 0.013 0.749
45
15 6.2 0.012 0.764
20 6 0.011 0.772
25 6 0.011 0.772
Hasil titrasi secara semi batch-continue
FA =35 ml/mol
FB =35 ml/mol

 T =35°C

Waktu Volume titrasi Konsentrasi


Xa
(sekon) (ml) (Ca)
0 - - -
5 11.5 0.021 0.571
10 10.2 0.019 0.612
15 9.7 0.018 0.613
20 6.9 0.013 0.738
25 5 0.009 0.81
30 4.5 0.008 0.83
35 4 0.0076 0.85
40 4 0.0076 0.85
 T = 40°C

Waktu Volume titrasi Konsentrasi


Xa
(sekon) (ml) (Ca)
0 - - -
5 13.1 0.025 0.502
10 6.7 0.013 0.745
15 6 0.0114 0.772
20 5.9 0.0112 0.776
25 5.2 0.0098 0.802
30 4.8 0.0091 0.818
35 4.8 0.0091 0.818
 T = 45°C

Waktu Volume titrasi Konsentrasi


Xa
(sekon) (ml) (Ca)
0 - - -
5 10.6 0.020 0.597
10 10.1 0.019 0.616
15 8.3 0.016 0.685
20 7.9 0.015 0.699
25 7 0.013 0.734
30 6.3 0.012 0.761
35 6.3 0.012 0.761

VII. PERHITUNGAN
A. Menentukan Orde Reaksi dan Konstanta Kecepatan Reaksi
Reaksi : NaOH + CH3COOHC2H5  CH3COONa + C2H5OH
A + B  C+ D
 Asumsi Orde 1
−dC A
−r a = =k . C A
dt
CA t

=¿ ∫ ¿∫ k . dt
CA 0 0

CaA

=−ln CA ∫ ¿¿k .c
CA 0

CA 0
= ln =k . t
CA
 Asumsi orde 2
−dC A
-rA = =k . C A .C b, dimana CA = Cb
dt
−dCa
= 𝑘. 𝐶A2
dt
t
−dC A
=-
Ca
2 = k .∫ dt
0

CA t
= ∫ CA . dCA=k ∫ dt
−2

CA 0 0

1 1
= = - = k2 . t
CA CAo
1 1
= =k.t+
CA CAo

Batch Metode Titrimetri

1. Orde Satu

Konversi HCl ke Ca

V HCl ×C HCl =V a ×C A

V HCl × C HCl
C A=
Va
Dengan :

V HCl = Volume titrasi HCl

C HCl = Konsentrasi HCL = 0.019 N

Va = Volume NaOH = 10 ml

Ca = Konsentrasi Akhir NaOH

Volume
Suhu Waktu Ca Xa (CA0- Ln
HCl Ln (1-Xa)
(°C) (menit) (M) CA/CA0) (CA0/CA)
(ml)
0 - 0.05 0 0 0
5 5.4 0.010 0.8 1.583 -1.6094
10 4.4 0.008 0.84 1.788 -1.8325
35
15 3.5 0.007 0.86 2.017 -1.9661
20 3.4 0.006 0.88 2.046 -2.1202
25 3.4 0.006 0.88 2.046 -2.1202
0 - 0.05 0 -
5 9.9 0.019 0.62 0.977 -0.9675
10 9.4 0.018 0.64 1.029 -1.0216
40
15 7.7 0.015 0.7 1.228 -1.2039
20 7.3 0.014 0.72 1.282 -1.2729
25 7.3 0.014 0.72 1.282 -1.2729
0 - 0.05 0
5 9.8 0.019 0.62 0.987 -0.9675
10 6.6 0.013 0.74 1.383 -1.3470
45
15 6.2 0.012 0.76 1.445 -1.4271
20 6 0.011 0.78 1.478 -1.5141
25 6 0.011 0.78 1.478 -1.5141
2. Orde Satu

Konversi HCl ke Ca

V HCl ×C HCl =V a ×C A

V HCl × C HCl
C A=
Va
Dengan :

V HCl = Volume titrasi HCl

C HCl = Konsentrasi HCL = 0.019 N

Va = Volume NaOH = 10 ml
Ca = Konsentrasi Akhir NaOH

Volume
Suhu Waktu Ca
HCl 1/Ca
(°C) (menit) (M)
(ml)
0 - 0.05 20
5 5.4 0.010 100
10 4.4 0.008 125
35
15 3.5 0.007 142.85
20 3.4 0.006 166.66
25 3.4 0.006 166.66
0 - 0.05 20
5 9.9 0.019 52.63
10 9.4 0.018 55.55
40
15 7.7 0.015 66.66
20 7.3 0.014 71.42
25 7.3 0.014 71.42
0 -- 0.05 20
5 9.8 0.019 52.63
10 6.6 0.013 76.92
45
15 6.2 0.012 83.33
20 6 0.011 90.90
25 6 0.011 90.90
Waktu (t) vs 1/Ca
200
150 f(x) = 5.43537542857143 x + 52.2562238095238
R² = 0.844631018753921
100

!/Ca
f(x) = 2.71878988571429 x + 35.1328214285714
50 f(x)
R² ==0.829832126185509
1.85511388571429 x + 33.0962347619048
0 R² = 0.79372722032472
0 5 10 15 20 25 30
Waktu(t)

T=35 Linear (T=35)


T = 40 Linear (T = 40)
T = 45 Linear (T = 45)

Batch Metode Konduktometri


 Suhu 35°C

Suhu Suhu Waktu Konduktivitas


(°C) (°K) (menit) (µsiemens/cm)
5 8.47
10 7.95
35 308 15 7.47
20 7.19
25 6.99

1. Orde Satu

Untuk t = 300 detik, T = 308 K, dan Konduktivitas = 8.47 µsiemens/cm

 Konversi Konduktivitas ke CA

ΛA
CA =
(0.195 ×(1+0.0184) ×(T −294 K)×1000)
8.47
¿
(0.195 ×(1+0.0184)×(308−294 K )× 1000)

= 0.0345 M

 Ln Ca
Ln 0.0345 = -3.3656 M

Perhitungan diatas sama untuk waktu 10, 15, 20, dan 20 menit sehingga diperoleh
tabel sebagai berikut :

Suhu Waktu CA
Konduktivitas Ln CA
(K) (menit) (M)
5 9.43 0.0345 -3.3656
10 8.94 0.0324 -3.4290
308 15 8.85 0.0304 -3.4913
20 8.67 0.0293 -3.5295
25 8.57 0.0285 -3.5577
2. Orde dua

Untuk t = 300 detik, T = 308 K, dan Konduktivitas = 8.47 µsiemens/cm

 Konversi Konduktivitas ke CA

ΛA
CA =
(0.195 ×(1+0.0184) ×(T −294 K)×1000)
8.47
¿
(0.195 ×(1+0.0184)×(308−294 K )× 1000)

= 0.0345 M

 1/CA = 1/0.0345 = 28.9530

Perhitungan diatas sama untuk waktu 10, 15, 20, dan 25 menit sehingga
diperoleh data pada tabel berikut :

Suhu Waktu CA
Konduktivitas 1/CA
(K) (menit) (M)
308 5 0.0345 28.9530
10 0.0324 30.8467
15 0.0304 32.8289
20 0.0293 34.1073
25 0.0285 35.0832
 Suhu 40°C

Suhu Suhu Waktu Konduktivitas


(°C) (°K) (menit) (µsiemens/cm)
5 9.43
10 8.94
40 313 15 8.85
20 8.67
25 8.57

1. Orde Satu

Untuk t = 300 detik, T = 313 K, dan Konduktivitas = 8.47 µsiemens/cm

 Konversi Konduktivitas ke CA

ΛA
CA =
(0.195 ×(1+0.0184) ×(T −294 K)×1000)
9.43
¿
(0.195 ×(1+0.0184)×(313−294 K )× 1000)

= 0.0358 M

 Ln Ca
Ln 0.0358 = -3.3289

Perhitungan diatas sama untuk waktu 10, 15, 20, dan 20 menit sehingga
diperoleh tabel sebagai berikut :

Suhu Waktu CA
Konduktivitas Ln CA
(K) (menit) (M)
313 5 9.43 0.0358 -3.3289
10 8.94 0.0339 -3.3822
15 8.85 0.0336 -3.3923
20 8.67 0.0329 -3.4129
25 8.57 0.0325 -3.4245
2. Orde dua

Untuk t = 300 detik, T = 313 K, dan Konduktivitas = 9.43 µsiemens/cm

 Konversi Konduktivitas ke CA

ΛA
CA =
(0.195 ×(1+0.0184) ×(T −294 K)×1000)
8.47
¿
(0.195 ×(1+0.0184)×(313−294 K )× 1000)

= 0.0358 M

 1/CA = 27.9079

Perhitungan diatas sama untuk waktu 10, 15, 20, dan 25 menit sehingga
diperoleh data pada tabel berikut :

Suhu Waktu CA 1/
Konduktivitas
(K) (menit) (M) CA
5 9.43 0.0358 27.9079
10 8.94 0.0339 29.4375
308 15 8.85 0.0336 29.7369
20 8.67 0.0329 30.3543
25 8.57 0.0325 30.7085
 Suhu 45°C

Suhu Suhu Waktu Konduktivitas


(°C) (°K) (menit) (µsiemens/cm)
5 9.96
10 9.24
45 318 15 9.06
20 8.96
25 8.94
1. Orde Satu

Untuk t = 300 detik, T = 318 K, dan Konduktivitas = 9.96 µsiemens/cm

 Konversi Konduktivitas ke CA

ΛA
CA =
(0.195 ×(1+0.0184) ×(T −294 K)×1000)
9.96
¿
(0.195 ×(1+0.0184)×(318−294 K )× 1000)

= 0.0356 M

 Ln Ca
Ln 0.0356 = -3.3350

Perhitungan diatas sama untuk waktu 10, 15, 20, dan 20 menit sehingga
diperoleh tabel sebagai berikut :

Suhu Waktu Konduktivitas CA


Ln CA
(K) (menit) (µsiemens/cm) (M)
5 9.96 0.0356 -3.3350
10 9.24 0.0330 -3.4100
318 15 9.06 0.0323 -3.4297
20 8.96 0.0320 -3.4408
25 8.94 0.0319 -3.4430
2. Orde dua

Untuk t = 300 detik, T = 318 K, dan Konduktivitas = 8.47 µsiemens/cm

 Konversi Konduktivitas ke CA

ΛA
CA =
(0.195 ×(1+0.0184) ×(T −294 K)×1000)
8.47
¿
(0.195 ×(1+0.0184)×(308−294 K )× 1000)

= 0.0356 M
 1/CA = 1/0.0356 = 28.0793

Perhitungan diatas sama untuk waktu 10, 15, 20, dan 25 menit sehingga
diperoleh data pada tabel berikut :

Suhu Waktu Konduktivitas CA 1/


(K) (menit) (µsiemens/cm) (M) CA
5 9.96 0.0356 28.0793
10 9.24 0.0330 30.2673
308 15 9.06 0.0323 30.8686
20 8.96 0.0320 31.2132
25 8.94 0.0319 31.2830
B. Menentukan Pengaruh Suhu Terhadap Konstanta Laju Reaksi

T (k) 308 313 318


0.0345 0.0358 0.0356
CA (M) 0.0324 0.0339 0.0330
Laju alir NaOH &EtAC (ml/menit) 0.0304 0.0336 0.0323
NaOH 35 & EtAC 35 0.0293 0.0329 0.0320
0.0285 0.0325 0.0319
1. Konversi volume HCl ke konsentrasi pada T=308 K dengan laju alir NaOH
35 ml/menit dan etil asetat 35 ml/menit, menggunakan perhitungan sebagai
berikut :

V HCl ×C HCl =V a ×C A

V HCl × C HCl
C A=
Va

5.4 ml❑ × 0.1 M


C A=
10 ml

C A=0.054 M

C. Menentukan Energi Aktivasi


K = Ae- Ea/RT
Ea 1
ln k = ln A - ×
R T

T (°C) T (°K) 1/T (K-1 ) k (mol/l.s) ln k


35 308 0.003246 0.0701 -2.6578
40 313 0.003194 0.0426 -3.1559
45 318 0.003144 0.0531 -2.9355

 Slope = 2757.6
Maka, Ea = -Slope × R
Ea = - (2757.6 × 0.008313 Kj/gmol.K)
Ea = - 22.9239
 Intercept = Ln A = -11.728
Maka, A = e-11.728
A =
Dengan demikian,

D. Menentukan Konversi Natrium Asetat


a 0−a 1
X𝑎 =
a0
Fa1
𝑎0 = × aµ
Fa+ Fb
Fb
b0 = × aµ
Fa+ Fb
Λ 0− Λ 1
a1 = (𝑎∞-a0) ×[ ¿+a 0
Λ 0− Λ ∞
Λa0 = 0,170 × [1 + 0,0284 × (𝑇− 303)] × 𝑐∞
Λa0 = 0,195 × [1 + 0,0184 × (𝑇− 303)] × 𝑎0
Λ0 = Λ𝑎0
𝑎∞ = (𝑎0 − 𝑏0)
Λ𝑎∞ = 0,195 × [1 + 0,0184 × (𝑇− 303)] × 𝑎∞
Λ∞ = Λ𝑐∞ + Λ𝑎∞

Penentuan konversi reaksi pada 308K dan laju alir NaOH 4ml/Menit dan
Etil Asestat 35 ml/menit

Q NaOH
 CA0 = × NaOHµ
Q NaOH +Q EtAC
35 ml /menit
 CA0 = × 0.1 M
35 ml/ menit +35 ml/menit
= 0.05 M
 CA = 0.054 M ( sesuai hasil perhitungan pada bagian B)
CA 0−CA
 XA = ×100%
CA 0
0.05−0.054
XA = ×100%
CA 0
XA =

Perhitungan diatas sama untuk suhu 308,313, dan 3018 pada masing-
masing laju alir NaOH dan Etil Asetat sehingga diperoleh tabel berikut :

QNaOH Waktu Vol.HCl Xa


T (°C) T (°K) QEtAC Ca
(ml/menit) (menit) (ml) (%)
35 308 35 35 5 0.0201 58
10 0.019 62
15 0.018 64
20 0.013 74
25 0.009 82
30 0.008 84
35 0.0076 84.8
40 0.0076 84.8

QNaOH Waktu Vol.HCl Xa


T (°C) T (°K) QEtAC Ca
(ml/menit) (menit) (ml) (%)
40 313 35 35 5 0.025 50
10 0.013 74
15 0.0114 77.2
20 0.0112 77.6
25 0.0098 80.4
30 0.0091 81.8
35 0.0091 81.8

QNaOH Waktu Vol.HCl Xa


T (°C) T (°K) QEtAC Ca
(ml/menit) (menit) (ml) (%)
45 318 35 35 5 0.01 60
10 0.019 62
15 0.016 68
20 0.015 70
25 0.013 74
30 0.012 76
35 0.012 76

VIII. PEMBAHASAN

IX. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dan perhitungan dapat diperoleh :
1. Dapat menentukan
X. DAFTAR PUSTAKA

XI. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai