Anda di halaman 1dari 8

Laboratorium Perancangan IPAL

Semester VI 2023/2024

LAPORAN

PERANCANGAN ALAT PENGOLAHAN AIR BERSIH

Pembimbing : Rahmiah Sjafrudddin, S.T., M.Eng.


HR. Fajar, S.T., M.Eng.
Setyo Erna Widiyanti, S.ST., M.Eng.
Harun Pampang, S.T., M.Eng.

Nama : Hikmah Cahyani


NIM : 43120057
Kelompok : Empat (4)
Kelas : 3C D4-Teknologi Rekayasa Kimia Berkelanjutan

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2023/2024
I. Tujuan
1. Mengetahui proses pengolahan air kotor menjadi air bersih sehingga dapat
digunakan untuk keperluan sehari-hari.
2. Mampu merancang alat untuk menghasilkan air bersih.

II. Alat dan Bahan Dalam Membuat Alat Pengolahan Air Bersih
1. Bak pengendapan/sedimentasi rectangular
2. Pipa PVC 8’’ dan 5’’
3. Lampu ultraviolet 200 Watt
4. Tangki sedimentasi dari bahan fiber
5. Pasir silika
6. Mangan
7. Arang aktif
8. Batu zeolite

III. Dasar Teori


III.1 Air
Air merupakan sumber kehidupan baik individu maupun sekelompok orang pastinya
membutuhkan air. Di planet ini, 1,4 juta anak muda menendang ember dari berbagai
penyakit yang disebabkan oleh tidak adanya air bersih yang digunakan. Di Indonesia,
sekitar 48% air tanah tercemar. Tanpa perawatan yang tepat, bahkan setelah
dipanaskan, sumber air biasanya masih belum sepenuhnya terlindungi dari
mikroorganisme untuk diminum (Yazidi, dkk, 2021).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 tahun 1990 tentang
Pengendalian Pencemaran Air mendefenisikan kualitas air sebagai sifat air dan
kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain didalam air. Kualitas air
dinyatakan dengan beberapa parameter, yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan,
padatan terlarut dan sebagainya), parameter kimia (pH, BOD, COD, kadar logam, dan
sebagainya). Dan parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri, dan sebagainya).
Berdasarkan peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air
menjadi beberapa golongan menurut peruntukkannya. Adapun pengolonggan air
menurut (Banurea, 2008) adalah sebagai berikut:
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung,
tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.
3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
pertenakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di
perkotaan, industri, dan pembangkit tenaga listrik.
III.2 Sumber Air
Secara garis besar, air dapat dikatakan bersumber dari:
1. Air Laut
Air yang dijumpai di alam berupa air laut sebanyak 80%, sedangkan sisanya
berupa air tanah/daratan, es, salju, dan hujan. Air laut turut menentukan iklim dan
kehidupan didunia. Kadar garam pada air laut bervariasi dari setiap tempat
(Banurea, 2008).
2. Air Tanah
Air tanah terbagi atas :
a. Air tanah dangkal
Terjadi karena proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur akan
tertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri sehingga air tanah akan jernih
tetapi lebih banyak mengandung zat kimia karena melalui lapisan tanah yang
mengandung unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan tanah.
b. Air tanah dalam
Terdapat setelah lapis rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam
tidak semudah pada air tanah dangkal, harus menggunakan bor dan
memasukkan pipa ke dalamnya sehingga dengan kedalaman tertentu akan
didapatkan lapisan air.
c. Mata air
Air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah.
3. Air Permukaan
Merupakan air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air
permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya seperti lumpur,
batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota, dan sebagainya.
4. Air Hujan
Air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun
bak-bak reservoir sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi. Selan itu,
air hujan mempunyai sifat lunak sehingga akan boros terhadap penggunaan
sabun.

III.3 Pengolahan Air

Pengolahan air dilakukan tergantung kualitas air bakunya. Apabila air bakunya
baik, maka mungkin tidak diperlukan pengolahan sama sekali. Apabila hanya ada
kontaminasi kuman, maka desinfeksi saja sudah cukup. Namun, apabila air baku
semakin jelek kualitasnya, maka secara umum pengolahan harus lengkap yaitu
melalui proses prasedimentasi, koagulasi dan flokulasi, sedimentasi, filtrasi, ion
exchange dan desinfeksi.
a. Prasedimentasi
Pengendapan memanfaatkan gravitasi bumi dan tanpa pembubuhan zat kimia.
Unit ini dibutuhkan bila turbidity air tinggi, lebih besar dari 7 NTU.
b. Koagulasi dan Flokulasi
Aliran air yang telah melewati unit prasedimentasi selanjutnya akan dibubuhi zat
kimia Aluminium sulfat (Al2(SO4)3). Pada unit ini terjadi satuan proses. Fungsi
kimiawi tersebut untuk menjadikan partikel koloid bermuatan. Kondisi aliran pada
koagulasi biasanya turbulen, sedangkan pada flokulasi terjadi aliran laminer.
c. Sedimentasi
Sedimentasi merupakan proses pengendapan partikel-partikel zat padat dalam
suatu cairan sebagai akibat gaya gravitasi baik individu ataupun bersama-sama
sehingga menghasilkan cairan yang lebih jernih dan suspensi yang lebih kental.
Flok yang terbentuk pada proses flokulasi diharapkan akan mengendap akibat
gaya beratnya sendiri pada unit sedimentasi ini. Sehingga bila terjadi pengendapan
lebih dahulu pada unit sebelumnya atau sesudah unit ini maka perlu dipertanyakan
perencanaan proses flokulasi dan sedimentasinya. Klasifikasi sedimentasi
didasarkan pada konsentrasi partikel dan kemampuan partikel untuk berinteraksi.
d. Filtrasi
Air akan melewati lapisan/media berbutir sehingga diharapkan partikel yang
mungkin masih ada terbawa air olahan pada unit ini akan tersangkut pada butiran
media filter.
e. Ion Exchange
Merupakan salah satu metode penghilangan mineral air yang berfungsi untuk
menukar ion dan menghilangkan ion-ion yang berbahaya. Air yang telah melewati
filtrasi yang masih mengandung kesadahan, akan dilewatkan melalui kolom
penukar ion. Sebagai media penukar ion, maka resin penukar ion harus memenuhi
syarat sebagai berikut :
 Memiliki kapasitas penukaran ion yang tinggi
 Kelarutan yang rendah dalam berbagai larutan
 Memiliki kestabilan kimia yang tinggi
 Memiliki kestabilan fisik yang tinggi
Ada 2 macam resin penukar ion, yaitu resin penukar anion (anion exchange
resin) yaitu kemampuan menyerap/menukar anion-anion yang ada dalam air dan
resin penukar kation (kation exchange resin) yaitu kemampuan
menyerap/menukar kation-kation seperti Ca, Mg, Na yang ada dalam air (Rani,
2014).
Sementara itu, menurut Kusnaedi (2006) hanya terdapat dua proses
pengolahan air menjadi bersih yaitu:
1. Tahap koagulasi, flokulasi, absorbsi, dan sedimentasi
Koagulasi adalah proses pembubuhan bahan kimia ke dalam air agar kotoran
dalam air yang berupa padatan tersuspensi misalnya zat warna organik, lumpur
halus, bakteri, dan lain-lain dapat menggumpal dan cepat mengendap. Tahap ini
berlangsung pada ember pertama dengan cara mencampurkan zat koagulasi yang
dilengkapi dengan pengaduk. Adapun bahan koagulan yang dapat digunakan
yakni kapur, tawas, tanah liat (lempung) setempat, dan tepung biji kelor.
2. Tahap penyaringan (filtrasi)
Filtrasi adalah proses penyaringan untuk menghilangkan zat padat tersuspensi
yang diukur dengan kekeruhan dari air melalui media berpori-pori. Pada proses
penyaringan ini, zat padat tersuspensi dihilangkan pada waktu air melalui lapisan
materi berbentuk butiran yang disebut media filter.

IV. Prosedur Kerja


Adapun tahap perancangan alat sebagai berikut:
a. Tahap Riset Literatur
Melakukan riset literatur melalui media massa seperti artikel untuk mencari
informasi mengenai proses perancangan alat pengolahan air kotor menjadi air bersih
yang memiliki keberhasilan tinggi.
b. Tahap Perancangan Alat
Dari studi pustaka yang telah dilakukan, selanjutnya diputuskan dan dibuat
rancangan alat untuk mem
c. Tahap Persiapan
Menyiapkan segala kebutuhan alat dan bahan.
d. Tahap Pembuatan Alat
1. Membuat tabung pengaduk dengan bahan utama dari pipa PVC 5’’ dan 8’’.
2. Membuat tangki sedimentasi dan pondasi dari bahan fiber berkapasitas 1000 L.
3. Membuat alat filter dari pipa PVC 8’’.
4. Membuat tabung ultraviolet menggunkana pipa PVC 5’’ yang didalamnya
terdapat lampu ultraviolet 20 Watt.
V. Pembahasan

Secara umum, rancangan alat pengolah air bersih dilakukan dengan Pre and Post Test
Design yaitu pengujian dilakukan sebelum dan sesudah penggunaan alat pengolahan.
Berikut diagram alir perancangannya:

Gambar 1. Diagram Alir Proses Pengolahan Air Bersih


Sumber: Pribadi

Setelah melakukan studi pustaka, maka diperoleh sumber pustaka tentang desain alat
pengolah air bersih dengan rancangan sebagai berikut:

Gambar 2. Konsep Desain Perancangan Alat


Sumber: Yazidi, dkk, 2021
Peralatan ini adalah saluran air yang bersih dengan cukup menuangkan air dari sumur
atau dari lubang bor. Bagian utama dari interaksi sanitasi ini adalah paket pembunuh
kuman. Bagian ini mampu berfungsi optimal kurang lebih selama 8 bulan dengan
pemakaian normal, atau sebanyak kurang lebih 1500 Liter (80 galon). Dalam bagian
tersebut, terdapat lapisan karbon untuk membunuh bakteri, penjernih. dan mensterilkan
air melalui empat proses. Siklus utama adalah menyaring (Filtrasi) air melalui saluran
microfiber untuk mengisolasi polusi yang tampak. Pada interaksi berikutnya, setelah
melalui saluran microfiber, air akan melewati lapisan karbon aktif yang mampu
menghilangkan pestisida dan parasit berbahaya. Sedangkan pada tahap terakhir
(keempat) adalah tahap penjernihan yang memungkinkan air menjadi jernih, tidak
berbau dan tidak berwarna.

Langkah awal sebelum proses penjernihan air kotor menjadi air bersih yaitu dengan
mengambil air secukupnya lalu tuangkan ke proses penetralan yaitu masuk ke alat
penjernih air. Adapun tahap pemurnihan air dengan cara kerja filterisasi yaitu:

Gambar 3. Cara Kerja Filterisasi


Sumber: Yazidi, dkk, 2021

Penjelasan:
1. Tempat penampungan air yang akan difiltrasi.
2. Air akan mengalir ke jalur yang mengandung pasir silika dan mangan. Pasir silika
berfungsi untuk menghilangkan zat lumpur, tanah dan partikel-partikel kecil.
Sedangkan mangan untuk mengurangi kadar zat besi dalam air.
3. Selanjutnya air akan dialirkan ke pipa yang berisikan arang aktif dan zeolite. Arang
aktif berfungsi untuk menjernihkan air, sedangkan batu zeolite berfungsi untuk
menghilangkan dan memfilter partikel ketidak murnian pada air, seperti
mikroorganisme.
4. Saringan serat mikro dan filter karbon aktif. menyebabkan air akan mengalir untuk
menghilangkan kotoran, menghilangkan parasite, dan pestisida yang berbahaya.
5. Alat prosesor merupakan pembunuh kuman yang sudah diprogram dengan
“programmed disinfection technology” untuk menghilangkan bakteri dan virus
berbahaya yang tidak terlihat.
6. Penjernih, membuat air jernih dan tidak berbau dengan rasa alami setelah air yang
kotor tadi sudah menjadi bersih (Yazidi, dkk, 2021).
VI. Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan, diantaranya:
1. Pengolahan air dilakukan tergantung kualitas air bakunya. Apabila hanya ada
kontaminasi kuman, maka desinfeksi saja sudah cukup. Namun, apabila air baku
semakin jelek kualitasnya, maka secara umum pengolahan harus lengkap yaitu
melalui proses prasedimentasi, koagulasi dan flokulasi, sedimentasi, filtrasi, ion
exchange dan desinfeksi.
2. Setelah melakukan studi literatur maka peracangan alat yang dibuat untuk mengolah
air bersih dengan cara kerja filterisasi.

VII. Daftar Pustaka

Banurea, Irmaliasari. 2008. Penentuan Kadar Kesadahan Total Air Baku dan Air
Bersih Dengan Titrasi Kompleksometri di PT Inalum Kuala Tanjung.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13928/1/09E00336.pdf.
diakses 22 Maret 2023.
Kusnaedi. 2006. Mengolah Air Gambut dan Kotor untuk Air Minum. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Rani, Aisyah. 2014. Laporan Labtek Pengolahan Air. Laporan Hasil Praktikum.
Pekanbaru: Jurusan Teknik Kimia Universitas Riau.
Rubinatta, A. dkk. 2014. Perancangan Alat Pengolahan Air Gambut Sederhana
Menjadi Air Minum Skala Rumah Tangga. Pontianak: Fakultas Teknik
Universitas Tanjungpura Pontianak
Yazidi, A. dkk. 2021. Rancangan Alat Filtrasi Pada Sistem Pengolahan Air Bersih
Kapasitas 7,5 Liter. Thesis. Kalimantan: Fakultas Teknik Universitas Islam
Kalimantan.

Anda mungkin juga menyukai