Disusun untuk memenuhi salah satu tugas individu mata kuliah Toksikologi
Pengelolaan Limbah Cair
Dosen pengampu :
Bibit Nasrokhatun Diniah, SKM., M.Kes
Oleh :
Iif Fikriyana CMR0200040
Pengolahan limbah cair dapat diklasifikasikan ke dalam tiga metode yaitu pengolahan
fisik, kimia dan biologi. Penerapan masing-masing metode tergantung pada kualitas air
baku dan kondisi fasilitas yang tersedia. Dalam tabel berikut ditampilkan kontaminan
yang umum ditemukan dalam air limbah serta sistem pengolahan yang sesuai untuk
menghilangkannya.
Sedimentasi F
Flotasi F
Filtrasi F
Koagulasi/sedimentasi K/F
Land treatment F
Pathogens Khlorinasi K
Ozonisasi K
Land treatment F
Ion Exchange K
Breakpoint khlorinasi K
Land treatment B/K/F
Tertiary ozonation K
Ion Exchange K
Land treatment F
Padatan inorganik terlarut Ion Exchange K
Reverse Osmosis F
Elektrodialisis K
A. Screening
Pada umumnya setiap sistem pengolahan limbah cair mempunyai unit alat penyaring
awal/pendahuluan. Proses penyaringan awal ini disebut screening dan tujuannya adalah
untuk menyaring atau menghilangkan sampah/benda padat yang besar agar proses
berikutnya dapat lebih mudah lagi menanganinya.
Perangkat pemroses penyaringan kasar yang biasa digunakan dikenal pula dengan
sebutan bar screen atau bar racks. Alat ini biasanya diletakkan pada intake bak
penampung limbah cair untuk mencegah masuknya material besar seperti kayu atau
daun-daunan. Umumnya jarak antara bar yang tersusun pada rack bervariasi antara 20
mm hingga 75 mm, bergantung pada tingkat kapasitas dan performance unit pompa
yang dipakai. Pada keadaan tertentu biasa digunakan pula microstrainer dengan ukuran
15 hingga 64 micrometer dengan tujuan untuk menyaring organisme plankton.
Microstrainer biasa digunakan untuk limbah cair dari reservoir pertama (awal).
Microstrainer terdiri dari bingkai berbentuk silinder yang ditutup dengan jala terbuat
dari kawat tahan karat. Pada saat silinder berputar partikel tersuspensi menempel pada
bagian dalam dari permukaan silinder yang kemudian dibersihkan dengan semburan jet
air.
B. Aerasi
Tujuan proses aerasi adalah mengontakkan semaksimal mungkin permukaan cairan
dengan udara/atmosfir. Agar transfer sesuatu zat/komponen dari satu medium ke
medium yang lain berlangsung lebih efisien, maka yang terpenting adalah terjadinya
turbulensi antara cairan dengan udara, sehingga tidak terjadi interface yang
stagnan/diam antara cairan dan udara yang dapat menyebabkan laju perpindahan
terhenti. Untuk memperoleh keadaan tersebut, terdapat beberapa prinsip dasar alat
aerasi yaitu :
c) Aerator mekanik.
Sistem aerator air terjun yang umum digunakan adalah : Aerator Spray, Aerator Cascade,
Aerator Multiple-Tray. Pada aerator spray, air dipaksakan masuk melalui nozzle, seperti
pada air mancur. Pada aerator cascade air disebarkan dengan cara mengalirkan pada
lempengan tipis yang disusun seperti tangga atau sekat agar terjadi turbulensi untuk
mencampurkan udara yang terabsorpsi dalam cairan dan agar cairan terangkat ke
permukaan sehingga terjadi kontak dengan udara. Pada Aerator multiple-tray cairan
dialirkan ke bagian atas dari beberapa tahap tray yang berisi butiran medium seperti
arang, batu atau butiran keramik. Air teraerasi saat mengalir melalui medium yang ada
pada tray, dan kemudian cairan jatuh dari tray ke tray.
C. Mixing
Pencampuran diperlukan apabila ada suatu materi harus bercampur dengan materi lain
secara sempurna. Disamping itu proses pencampuran diperlukan apabila dalam suatu
reaktor harus dijaga konsentrasi atau temperatur yang merata. . Proses mixing
umumnya digunakan pada pencampuran bahan koagulan dengan air dan pada
penambahan khlor untuk disinfeksi. Pada pengolahan air limbah, mixing diperlukan pada
proses pengolahan biologi yang memerlukan pencampuran yang terus menerus,
sehingga proses biologi dapat terjadi lebih efektif. Alat atau metode pencampuran dapat
dibagi dalam beberapa jenis, yaitu :
A) Turbin atau padle mixer
b) Propeler mixer
c) Pneumatic mixer
D. Flokulasi
a) Disain inlet dan outlet sedemikian rupa sehingga tidak terjadi short-circuit dan
pecah flok.
b) Kecepatan minimum tidak lebih kecil dari 15,2 cm/menit namun tidak lebih dari
45,7 cm/menit, dengan waktu tinggal untuk pembentukkan flok paling sedikit 30
menit.
c) Pengaduk sebaiknya dijalankan dengan kecepatan yang bervariasi, kecepatan
paddle berkisar antara 15,2 cm sampai dengan 76,2 cm/detik. Tangki flokulasi
dan sedimentasi diletakkan sedekat mungkin. Kecepatan aliran air berflokulasi
dalam saluran ke dalam tangki sedimentasi tidak lebih kecil dari 15,2 cm/detik,
namun tidak boleh lebih dari 45,7 cm/detik.
D) Untuk pelengkap proses flokulasi pada pengolahan berskala kecil, lebih cocok
menggunakan sistem baffle dari pada sistem pencampuran mekanik.
E. Sedimentasi
Sedimentasi adalah suatu unit operasi untuk menghilangkan materi tersuspensi atau flok
kimia secara gravitasi. Proses sedimentasi pada pengolahan air limbah umumnya untuk
menghilangkan padatan tersuspensi sebelum dilakukan proses pengolahan selanjutnya.
Bak sedimentasi dapat berbentuk segi empat atau lingkaran. Pada bak ini aliran air
limbah sangat tenang untuk memberi kesempatan padatan/suspensi untuk mengendap.
Kriteria-kriteria yang diperlukan untuk menentukan ukuran bak sedimentasi adalah :
surface loading (beban permukaan), kedalaman bak dan waktu tinggal.
Vo =
; Vo
Kedalaman bak sama dengan kedalaman air yang dihitung dari dasar bak hingga saluran
pelimpah keluar, ketinggian ini diluar kelebihan kedalaman akibat ada sedikit kemiringan
pada dasar bak. Beban pelimpahan keluar (beban pintu) sama dengan nilai rata-rata
overflow harian dibagi dengan panjang pelimpahan total, dinyatakan dalam liter per hari
per linear meter.
Pada bak bentuk persegi panjang, perbandingan panjang dan lebar bervariasi 3 : 1 atau 5
: 1, dengan kedalaman air 2,1 meter hingga 2,4 meter. Laju overflow untuk sedimentasi
awal berkisar antara 1500 dan 3000 liter per hari dan disain yang umum adalah 2300
liter/hari. Contoh ukuran suatu bak pengendapan :
• Dimensi :
Lebar =5m
Panjang= 3 m
Kedalaman air efektif =2m
• Waktu tinggal pada saat beban puncak = 2,5 Jam ( asumsi jumlah limbah
2 x jumlah rata-rata).
Ada pula proses pre-sedimentasi dengan tujuan untuk mengendapkan lumpur. Pada
umumnya bentuk tangki adalah lingkaran dengan penampung di bagian bawah yang
dilengkapi pengeruk lumpur. Standar GLUMRB menyarankan waktu tinggal tidak kurang
dari 3 jam. Untuk tangki pengendap setelah proses flokulasi, Standar GLUMRB
menyarankan sebagai berikut : waktu tinggal minimum 4 jam, maksimum kecepatan
horisontal 15,2 cm/menit, maksimum beban pintu 2,5 m3 per hari/cm panjang pintu.
Laju pelimpahan berkisar antara 2,1 hingga 3,3 liter per hari/cm2.
F. Filtrasi (penyaringan)
Tujuan penyaringan adalah untuk memisahkan padatan tersuspensi dari dalam air yang
diolah. Pada penerapannya filtrasi digunakan untuk menghilangkan sisa padatan
tersuspensi yang tidak terendapkan pada proses sedimentasi. Pada pengolahan air
buangan, filtrasi dilakukan setelah pengolahan kimia-fisika atau pengolahan biologi.
Ada dua jenis proses penyaringan yang umum digunakan, yaitu penyaringan lambat dan
penyaringan cepat. Penyaringan lambat adalah penyaringan dengan memanfaatkan
energi potensial air itu sendiri, artinya hanya melalui gaya gravitasi. Penyaringan ini
dilakukan secara terbuka dengan tekanan atmosferik. Sedangkan penyaringan cepat
adalah penyaringan dengan menggunakan tekanan yang melebihi tekanan atmosfir.
Berdasarkan jenis media filter yang digunakan, penyaringan dapat digolongkan menjadi
dua jenis, yaitu filter media granular (butiran) dan filter permukaan. Pada jenis media
granular, media yang paling baik mempunyai karakteristik sebagai berikut: Ukuran
butiran membentuk pori-pori yang cukup besar agar partikel besar dapat tertahan
dalam media, sementara butiran tersebut juga dapat membentuk pori yang cukup halus,
sehingga dapat menahan suspensi. Butiran media bertingkat, sehingga lebih efektif pada
saat proses pencucian balik (backwash). Saringan mempunyai kedalaman yang dapat
memberikan kesempatan aliran mengalir cukup panjang. Sejauh ini media yang paling
baik adalah pasir yang ukuran butirannya hampir seragam dengan ukuran antara 0,6
hingga 0,8 mm.
G. Adsorpsi
Adsorpsi adalah penumpukan materi pada interface antara dua fasa. Pada umumnya zat
terlarut terkumpul pada interface. Proses adsorpsi memanfaatkan fenomena ini untuk
menghilangkan materi dari cairan. Banyak sekali adsorbent yang digunakan di industri,
namun karbon aktif merupakan bahan yang sering digunakan karena harganya murah
dan sifatnya nonpolar. Adsorbent polar akan menarik air sehingga kerjanya kurang
efektif. Pori-pori pada karbon dapat mencapai ukuran 10 angstrom. Total luas
permukaan umumnya antara 500 – 1500 m2/gr. Berat jenis kering lebih kurang 500
kg/m3.
H. Gas striping
Pada saat ini penggunaan gas stripping hanya terbatas pada pengolahan air limbah. Zat-
zat yang umum di stripping adalah amonia, hidrogen sulfida, sulfur dioxide dan phenol.
Pada proses stripping air dialirkan ke bawah melalui media ring atau pada permukaan
yang beralur. Sementara udara bersih atau gas lain dialirkan berlawanan arah. Sistem ini
disebut teknik packed column. Pada sistem ini, aliran gas ke atas (disebut stripping gas)
mengambil gas-gas terlarut yang akan dihilangkan dalam cairan.
Pada saat cairan turun di dalam kolom, cairan mengeluarkan gas terlarut sementara gas
pada phasa gas masuk ke dalam air. Perpindahan gas terjadi karena adanya ketetapan
hukum mass transfer gas dan cairan. Efisiensi perpindahan tergantung pada :
Kemurnian dari stripping gas, untuk mencegah pengotoran air yang diolah
I. Flotasi
Kecepatan ‘gelembung gas naik’ pada aliran laminer digambarkan oleh persamaan
Stokes’.
V = g/18 . ( l - g) . d2
Dimana : d = diameter gelembung
= viskositas absolut
Dari persamaan ini dapat disimpulkan, bahwa semakin besar diameter gelembung
semakin besar pula kecepatan naiknya.
Proses induced flotation yang menggunakan gelembung halus atau microbubbles yang
berdiameter 40 – 70 micron disebut dissolved air flotation (DAF). Teknik yang umum
digunakan untuk menghasilkan microbubble adalah pressurization. Gelembung
diperoleh dengan cara mengekspansi cairan yang telah banyak mengandung udara pada
tekanan beberapa bar. Jenis tekanan yang dilepaskan akan menentukan kualitas
gelembung yang dihasilkan. Cairan yang ditekan dapat air baku (full-flow pressurization)
atau recycle air olahan (recycle pressurization).
• Pada proses klarifikasi air permukaan atau air industri digunakan sistem
recycle pressurization.
b) Natural Flotasi
Flotasi alamiah biasanya diterapkan pada proses pemisahan minyak. Pada flotasi ini
kemungkinan didahului dengan proses penyatuan gelembung (microdroplets menempel
satu dengan yang lain) untuk mencapai ukuran minimum sehingga terjadi pemisahan.
Flotasi ini adalah flotasi alamiah yang ditingkatkan dengan menyemburkan gelembung
udara. Proses ini biasa diterapkan pada pemisahan lemak yang terdispersi dalam cairan.
Dalam sistem ini terdapat dua daerah; satu daerah untuk pencampuran dan emulsifying;
yang lainnya daerah penenang untuk proses flotasi.
Penerapan Flotasi
Pemisahan minyak terflokulasi atau tidak terflokulasi dalam air limbah yang
terdapat pada efluen refineri, airport dan pabrik baja.
Pemekatan lumpur dari pengolahan biologi air limbah atau dari proses klarifikasi
air minum.
J. Proses membrane
Padatan terlarut dapat dipisahkan dari air atau air limbah melalui penggunaan membran
semipermiable yang mempunyai diameter pori berukuran 3 angstrom. Apabila
pemisahan terjadi dengan melewatkan air melalui membran maka proses disebut
osmosis atau hyperfiltration. Proses sebaliknya yaitu melewatkan molekul atau ion
terlarut melalui membran disebut proses dialysis. Sebagai tenaga penggeraknya dapat
berupa fisik (tekanan), kimia (konsentrasi), panas (temperatur) atau listrik. Penerapan
proses membran adalah desalinasi air untuk penggunaan air domestik dan air industri,
pengolahan limbah industri dan pengambilan kembali (recovery) materi berharga dari
aliran air buangan.
Reverse Osmosis
Apabila dua larutan yang mempunyai konsentrasi berbeda dipisahkan oleh membran
semipermible, maka perbedaan chemical potential akan terjadi pada membran. Air akan
menembus membran dari konsentrasi rendah/encer (potensi lebih tinggi) ke bagian
yang konsentrasi tinggi/pekat (potensi rendah). Aliran akan terus berlangsung hingga
beda tekanan mengimbangi perbedaan chemical potential.
Penyeimbang beda tekanan disebut tekanan osmotic dan besarnya tergantung pada
karakteristik larutan, konsentrasi dan temperatur. Apabila tekanan diberikan pada arah
sebaliknya dan lebih besar dari tekanan osmotic, maka yang terjadi aliran mengalir dari
konsentrasi pekat ke konsentasi rendah. Proses ini disebut reverse osmosis.
K. Pengeringan/Pengolahan lumpur
Lumpur yang dihasilkan dari proses sedimentasi diolah lebih lanjut untuk mengurangi
sebanyak mungkin air yang masih terkandung didalamnya. Proses pengolahan lumpur
yang bertujuan mengurangi kadar air tersebut sering disebut dengan pengeringan
lumpur. Ada empat cara proses pengurangan kadar air, yaitu secara alamiah, dengan
tekanan (pengepresan), dengan gaya sentrifugal dan dengan pemanasan.
Tetapi bila lumpur mengandung bahan yang berbahaya (misalnya logam berat &
phenol), maka kolam lumpur harus terbuat dari beton dan pada bagian bawah kolam
harus mempunyai saluran rembesan larutan yang kemudian harus diolah kembali. Cara
pengeringan seperti ini memang tergolong mudah dan murah, namun membutuhkan
waktu yang lama, serta tidak sesuai untuk lumpur yang mengandung zat-zat berbahaya
yang mudah menguap. Secara periodik kolam lumpur harus dikeruk untuk
memindahkan lumpur kering.
Lumpur yang dihasilkan dari proses sedimentasi diolah lebih lanjut untuk mengurangi
sebanyak mungkin air yang masih terkandung didalamnya. Proses pengolahan lumpur
yang bertujuan mengurangi kadar air tersebut sering disebut dengan pengeringan
lumpur. Ada empat cara proses pengurangan kadar air, yaitu secara alamiah, dengan
tekanan (pengepresan), dengan gaya sentrifugal dan dengan pemanasan.
3. Contoh Disain
Kedalaman bak: 7 – 10 ft
Panjang : lebar: (4 – 5 ) : 1
Perhitungan:
V 0,33 l/dt/m2
Panjang= 6 m
Lebar = 1,25 m
b. Koagulasi
Desain untuk bahan kimia (alumunium sulfat), jumlah dosis didapat dari jar test.
Contoh:
Perhitungan:
Alumunium sulfat (BJ = 2,2 kg/l) yang dibutuhkan = 40 mg/l x 5 l/dt = 200 mg/dt
2000 cc/mt
Direncanakan periode pembuatan larutan = 8 jam
Kapasitas = 1,344 m3
Kedalaman = 1,0 m
Panjang= 1,2 m
Lebar = 1,2 m
c. Flokuasi
Tenaga motor = V x m x G2 Ef
d. 0.60