Anda di halaman 1dari 9

2.

3 Alternatif Pengolahan
Pemilihan alternatif pengolahan yang akan digunakan dalam instalasi pengolahan air minum
disesuaikan dengan kualitas air baku yang akan diolah, dengan mempertimbangkan segi teknis
dan segi ekonomis. Untuk pemiliohan alternatif pengolahan air minum di kota Tabanan dengan
menggunakan air daribsungai Yeh Empas sebagai sumbetr air baku akan dikaji menggunakan
matriks pengolahan air minum (JICA, 1990)

Berdasarkan matriks di atas dapat dilihat bahwa untuk alternatif pengolahan air minum
menggunakan unit pengolahan yaitu sreening, pra-sedimentasi, aerasi, koagulasi-flokulasi,
filtrasi dan sedimentasi.
Intake (Screening)
318 L/dtk

Aerasi
318 L/dtk
Pra pengolahan

Pra-sedimentasi
318 L/dtk

Koagulasi
318 L/dtk

Flokulasi I
159 L/dtk

Flokulasi II
159 L/dtk Pengolahan utama

Sedimentasi I
159 L/dtk

Sedimentasi II
159 L/dtk

Filtasi I 79,5 L/dtk


Filtasi I 79,5 L/dtk
Filtasi I 79,5 L/dtk
Filtasi I 79,5 L/dtk
Filtasi I 79,5 L/dtk
Kolam lumpur Filtasi I 79,5 L/dtk

Desinfeksi I
159 L/dtk

Desinfeksi II
159 L/dtk

Reservoir I 159 L/dtk


Reservoir II 159 L/dtk
1. Intake (Screening)
Intake merupakan bangunan pengambilan air baku. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
1) Debit intake jauh lebih kecil dari debit sumber air baku.
2) Tinggi air minimum, maksimum dan rata-rata dari sumber air baku.
3) Kecepatan aliran pada iar permukaan/ sungai bila digunakan air sungai
4) Perhatikan kondisi lumpur jangan terbawa.
Komponen intake terdiri dari bangunan sadap, sumur pengumpul (sump well), screening
(coarse screen dan fine screen), pompa intake (dengan bell mouth strainer, pipa suction,
discharge, valve dan aksesoris lainnya (Firdfaus,dkk. 2019).
Tabel kriteria dsain intake

2. Aerasi
Aerasi adalah proses pengelolaan air dengan cara menghubungkan air baku nyang akan
diolah dengan udara, dimana dalam prosesnya akan terjadi pembuangan zat yang kurang
baik bagi tubuh dan menambahkan zat yang baik bagi tubuh.Secara umum fungsi proses
aerasi dalam pengolahan air yang layak konsumsi bagi kebutuhan manusia :
• Sebagai pelarut oksigen ke dalam air secara langsung sehingga jumlah oksigen dalam air
pun bertambah.
• Membantu sirkulasi air maupun oksigen antara bagian atas air dengan bagian dasar air.
• Mengurangi jumlah dari beragam zat yang tercemar yang terkandung di dalam air
sehingga airnya kembali bersih dan sehat.
3. Pra-sedimentasi
Prasedimentasi merupakan pengolahan tahap awal yang berfungsi untuk memisahkan
partikel-partikel padat yang mudah mengendap tanpa menggunakan bahan kimia, melainkan
dengan gaya gravitasi. Prasedimentasi adalah bangunan awal dalam pengolahan air bersih.
Bangunan ini memiliki fungsi sebagai tempat pengendapan partikel diskrit seperti pasir,
kotoran yang terbawa oleh air, dan zat-zat padat lainnya. Prasedimentasi bisa juga disebut
sebagai plain sedimentation karena prosesnya bergantung dari gravitasi dan tidak termasuk
koagulasi dan flokulasi. karena itu prasedimentasi merupakan proses pengendapan secara
gravitasi sederhana tanpa campuran bahan kimia koagulan (Pratama,dkk.2021).
Kriteria desain
No Komponen Kriteria Satuan
1 Surface Loading 20 - 80 𝑀3 /𝑀2 /hr
2 Td 0,5 - 3 Jam
3 P:L 4:1–6:1
4 P:H 5 : 1 – 20 : 1
5 Nfr < 10−5
6 Nre < 2.000
7 Kedalaman (H) 1,5 – 2,5 M
8 V inlet 0,2 – 0,5 M/det
9 Tinggi air di V notch 0,03 – 0,05 M
10 Viscositas 0,9 – 10,6
11 Weir Loading 0,002 – 0,003
12 Kadar Lumpur 5-8 %
13 Slope bak lumpur 1-2 %
15 Tinggi free board >0,3 M
15 V (suhu air 27𝑜 C 0,864*10−6
Sumber : Christoper & Okun, 1991
4. Koagulasi - Flokulasi
Koagulasi adalah penambahan koagulan yang disertai dengan pengadukan cepat sehingga
menghasilkan partikel tersuspensi yang halus, sedangkan flokulasi adalah pengadukan
secara lambat untuk mengumpulkan dan mengendapkan partikel-partikel atau flok-flok yang
terbentuk. Koagulasi dan flokulasi ini terjadi adanya destabilisasi dan tumbukan antar
partkel bebas (Reynold, 1982: 15). Pada prinsipnya ada dua aspek yang penting didalam
proses koagulasi dan flokulasi yaitu :
1) Pembubuhan bahan kimia koagulan
2) Pengadukan bahan kimia tersebut dengan air baku
Proses koagulasi-flokulasi merupakan kesatuan proses terangkai yang tidak bisa dipisahkan.
Koagulasi adalah proses kimia berupa pencampuran senyawa kimia dengan air secara
homogen yang dapat memecah partikel koloid. Flokulasi adalah proses lanjutan setelah
koagulasi yang bertujuan untuk mempercepat penggabungan partikelpartikel koloid.
Kecepatan pengadukan yang dinyatakan dengan gradien kecepatan (G) merupakan
parameter utama dalam proses pengadukan (koagulasi-flokulasi). Besar kecilnya angka
gradien kecepatan (G) dan waktu tinggal (td) dipengaruhi oleh kualitas kekeruhan air baku
dan jenis air baku yang diolah (Hariono & Marsono, 2022)
Tabel kriteria desain koagulasi - flokulasi
Kriteria Desain
Komponen
Koagulasi Flokulasi
Gradien Kecepatan (G) 25- - 1500 detik 20 - 80 detik
Waktu detensi (td) 15 - 60 detik 15 - 45 detik
4 5
G.td 10 - 10 104 - 105
Sumber : Ebeling, 2004, Fair, 1971, Hadi, 2012, Lee dan Lin 2000, Droste, 1977
5. Sedimentasi
Sedimentasi merupakan proses pemisahan solid-liquid dengan cara pengendapan secara
gravitasi untuk menyisihkan padatan tersuspensi. Proses sedimentasi pada pengolahan air
minum ditujukan untuk menyisihkan flok hasil koagulasiflokulasi (sebelum masuk ke unit
filtrasi). Efisiensi pengendapan pada unit sedimentasi bergantung pada waktu pengendapan
atau waktu detensi (td) dan over flowrate (v0).
Tabel kriteria desain sedimentasi

Sumber SNI 6774 : 2008

Kriteria desain sedimentasi lanjutan


CATATAN: luas bak yang tertutupi oleh pelat/tabung pengendap, waktu retensi pada
pelat/tabung pengendap, pembuangan lumpur sebagian.
6. Filtrasi
Filtrasi adalah proses pemisahan padatan dan larutan, dimana larutan tersebut dilewatkan
melalui suatu media berpori atau materi berpori lainnya untuk menyisihkan partikel
tersuspensi yang sangat halus sebanyak mungkin. Filtrasi bertujuan untuk memisahkan
partikel tersuspensi dari fluida (cair maupun gas). Partikel tersebut dapat berupa lumpur, zat
warna, zat organik, plankton, bakteri, partikel dari proses penurunan kesadahan, dan
sebagainya (Hariono & Marsono, 2022)
Kriteria Filter Pasir Cepat Filter Pasir Lambat
Kecepatan filtrasi 4 – 21 m/jam 0,1 – 0,4 m/jam
Ukuran bed Kecil, 40 – 400 𝑚2 Besar, 2000 𝑚2
Kedalaman bed 30 – 45 cm kerikilk, 60 – 70 30 cm kerikil, 90 -110 cm
cm pasir, tidak berkurang pasir, berkurang 50 – 80
saat pencucian cm saat pencucian
Ukuran pasir Effective size > 0,55 mm, Effective size 0,25-0,3
uniformity coefficient <1,5 mm, uniformity
coefficient 2-3
Distribusi ukuran media Terstratifikasi Tidak terstratifikasi
Sistem underdrain Pipa lateral berlubang yang Sama dengan filter cepat
mengalirkan air ke pipa atau batu kasar dan beton
utama berlubang sebagai saluran
utama
Kehilangan energi 30 cm saat awal, hingga 275 6 cm saat awal, hingga
cm saat akhir 120 cm saat akhir
Filter run (jarak waktu 12 – 72 jam 20 – 60 hari
pencucian)
Metode pembersihan Mengangkat kotoran dan Mengambil lapisan pasir
pasir ke atas dengan di permukaan dan
backwash mencucinya
Jumlah air untuk pembersihan 1 – 6% dari air tersaring 0,2 – 0,6% dari air
tersaring
Biaya konstruksi Relatif tinggi Rtelatif rendah
Biaya operasi Relatif tinggi Relatif rendah
Biaya depresiasi Relatif tinggi Relatif rendah
Sumber : Schulz dan Okun (1984)
7. Desinfeksi
Desinfeksi bertujuan untuk membunuh bakteri, protozoa, dan virus serta ukuran partikel
disinfeksi yang dikehendaki adalah berukuran kecil dan yang tidak bersifat racun terhadap
manusia (Al-Layla, 1978:219). Menurut Al-Layla (1980), disinfeksi ialah proses untuk
membunuh bakteri-bakteri patogen penyebab penyakit, mikroorganisme dan sebagai
oksidator dalam air. Syarat disinfeksi antara lain :
1) Dapat mematikan semua jenis organisme patogen dalam air
2) Dapat membunuh kuman yang dimaksud dalam waktu singkat
3) Ekonomis dan dapat dilaksanakan dengan mudah
4) Air tidak boleh menjadi toksik
5) Dosis diperhitungkan agar terdapat residu untuk mengatasi adanya kontaminan dalam
bakteri.
Tabel kriteria desinfeksi
Kriteria Desinfeksi
Diameter pipa penguras 0,5 – 13 cm
Sisaklor di outlet reservoir 0,2 – 1 mg/L
Waktu kontak 10 – 15 menit
Kecepatan aliran 2 – 4,5 m/menit

8. Resevoir
Reservoar adalah tanki penyimpanan air yang berlokasi pada instalasi. Air yang sudah
diolah disimpan pada tanki ini untuk kemudian ditransfer ke sistem distribusi. Desain dari
reservoar meliputi pemilihan dari ukuran dan bentuknya, pertimbangan lain meliputi
proteksi terhadap air yang disimpan, proteksi struktur reservoir, dan proteksi pekerja
pemeliharaan pekerja.
Kriteria Reservoir
Konstruksi Beton bertulang baja, bagian atap dan yang
terendam tanah dilapisi bahan kedap air
Jumlah Bak 2 bak, cadangan apabila salah satu bak rusak
atau dicuci
Freeboard Minimal 30 cm
Dasar bak Minimal 15 cm dari muka air minum
Kemiringan dasar bak 0,5% – 1% ke arah pipa penguras
Sumber : Tjokrokusumo, 1998

Kepustakaan BAB II
Al-Layla and Anis. 1978. Effect of Salinity on Agriculture in Iraq. Journal of the Irrigation and
Drainage Division, Vol. 104 (2).
Droste, R.L., Theory and Practice of Water and Wastewater Treatment, John Wiley & Sons, Inc.,
1997
Ebeling, James M. dan Sarah R. Ogden. 2004. Application of Chemical Coagulation Aids for the
Removal of Suspended Solids (TSS) and Phosphorus from the Microscreen
Effluent Discharge of an Intensive Recirculating Aquaculture System. North
American Journal of Aquaculture 66, 198 – 207.
Fair, Geyer, dan Okun. 1971. Water and Wastewater Engineering, Vol II. John Wiley and Sons,
Inc.
Firdaur Azzam, Zahro Septi, Fitrianti Diars. 2019. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air
Minum Kecamatan Bubutan Kota Surabaya
Gading Ananda Putra Pratama, Erwana Dewi, Anerasari Meidinariasty. 2021. Proses Pengolahan
Air Pada Prasedimentasi Ditinjau dari Laju Alir dan Waktu Pengendapan Di
PLTG Borang. Jurnal Pendidikan dan Teknologi Indonesia (JPTI)
Hadi, Wahyono. 2012. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Surabaya : ITS Press.
Hariono Amanda dan Marsono Bowo. 2022 . Uprating Instalasi Pengolahan Air Minum
Konstruksi Baja
JICA (1990), The Study On Urban Drainage and Waste Water Disposal Project in the Ciry of
Jakarta
Leopold, Peter dan Sue D. Freese. 2009. A Simple Guide to the Cemistry, Selection and Use of
Chemicals for Water and Wastewater Treatment. South Africa : Water Research
Commission.
Reynolds, Tom D. 1982. Unit Operations and Processes in Environmental Engineering (2nd Ed).
USA: PWS Publishing Company.
Schulz, C.R. and Okun, D.A. (1984) Surface Water Treatment for Communities in Developing
Countries. John Wiley and Sons, NewYork. Computational Water, Energy, and
Environmental Engineering, Vol.5 No.2
SNI 6774:2008. Tata cara perencanaan unit paket instalasi pengolahan air
Tjokrokusumo. 1998. PengantarEnjineringLingkungan. STTL “YLH”. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai