Anda di halaman 1dari 5

Flokulasi

Proses flokulasi dalam pengolahan air bertujuan untuk mempercepat proses penggabungan
flok-flok yang telah dibibitkan pada proses koagulasi.Partikel-partikel yang telah distabilkan
selanjutnya saling bertumbukan serta melakukan proses tarik-menarik dan membentuk flok yang
ukurannya makin lamamakin besar serta mudah mengendap. Gradien kecepatan merupakan
faktor penting dalam desain bak flokulasi. Jika nilai gradien terlalu besar maka gaya geser yang
timbul akan mencegah pembentukan flok, sebaliknya jika nilai gradient terlalu rendah/tidak
memadai maka proses penggabungan antar partikulat tidak akan terjadi dan flok besar serta mudah
mengendap akan sulit dihasilkan.
Untuk mendapatkan flok yang besar dan mudah mengendap maka bak flokulasi dibagi atas
tiga kompartemen, dimana pada kompertemen pertama terjadi proses pendewasaan flok, pada
kompartemen kedua terjadi proses penggabungan flok, dan pada kompartemen ketiga terjadi
pemadatan flok.
Pengadukan lambat (agitasi) pada proses flokulasi dapat dilakukan dengan metoda yang
sama dengan pengadukan cepat pada proses koagulasi, perbedaannya terletak pada nilai gradien
kecepatan di mana pada proses flokulasi nilai gradien jauh lebih kecil dibanding gradien kecepatan
koagulasi.
Pengadukan lambat adalah pengadukan yang dilakukan dengan gradien kecepatan kecil
(20 sampai 100 detik-1) selama 10 hingga 60 menit atau nilai GTd (bilangan Champ) berkisar
48000 hingga 210000. Untuk menghasilkan flok yang baik, gradien kecepatan diturunkan secara
bertahap agar flok yang telah terbentuk tidak pecah lagi dan berkesempatan bergabung dengan
yang lain membentuk gumpalan yang lebih besar.
Tujuan dilakukan flokulasi pada air limbah selain lanjutan dari proses koagulasi yaitu:
 Meningkatkan penyisihan Suspended Solid (SS) dan BOD dari pengolahan fisik
 Memperlancar proses conditioning air limbah, khususnya limbah industri.
 Meningkatkan kinerja secondary-clarifier dan proses lumpur aktif
 Sebagai pretreatment untui proses pembentukan secondary effluent dalam filtrasi.
Operasional dan Pemeliharaan bak flokulasi seperti:

 Penyisihan schum yang mengapung pada bak flokulasi dilakukan setiap hari secara
manual menggunakan alat sederhana (jala), biasanya dilakukan pada pagi hari;
 Pengontrolan ukuran flok yang terbentuk melalui pengamatan visual;
 Pemeriksaan kemungkinan tumbuhnya algae pada dinding tangki dan baffle;
 Pengontrolan kecepatan mixer jika pengadukan dilakukan menggunakan
mechanical mixer. Pengoperasian mixer membutuhkan perawatan yang lebih besar
dari penggunaan flokulator baffle
SEDIMENTASI

Definisi Unit Sedimentasi


Unit sedimentasi merupakan peralatan yang berfungsi untuk memisahkan solid dan liquid
dari suspensi untuk menghasilkan air yang lebih jernih dan konsentrasi lumpur yang lebih
kental melalui pengendapan secara gravitasi.
Tujuan Sedimentasi
Secara keseluruhan, fungsi unit sedimentasi dalam instalasi pengolahan adalah:
a. Mengurangi beban kerja unit filtrasi dan memperpanjang umur pemakaian unit penyaring
selanjutnya;
b. Mengurangi biaya operasi instalasi pengolahan.
Sedangkan sedimentasi pada pengolahan air minum ditujukan untuk:
a. Pengendapan air permukaan untuk penyisihan partikel diskret khususnya pada pengolahan
dengan filter pasir cepat
b. Pengendapan flok hasil koagulasi-flokulasi, khususnya sebelum disaring dengan filter pasir
cepat
c. Pengendapan lumpur hasil pembubuhan soda-kapur pada proses penurunan kesadahan
d. Pengendapan lumpur pada penyisihan besi dan mangan dengan oksidasi.
Bentuk – bentuk bak sedimentasi.
1. Segi empat (rectangular)

Pada bak ini, air mengalir horisontal dari inlet menuju outlet, sementara partikel mengendap ke
bawah

2. Lingkaran (circular) - center feed.

Pada bak ini, air masuk melalui pipa menuju inlet bak di bagian tengah bak, kemudian air mengalir
horisontal dari inlet menuju outlet di sekeliling bak, sementara partikel mengendap ke bawah
(Gambar 8.2). Secara tipikal bak persegi mempunyai rasio panjang : lebar antara 2 : 1 – 3 : 1.

3. Lingkaran (circular) - periferal feed.

Pada bak ini, air masuk melalui sekeliling lingkaran dan secara horisontal mengalir menuju ke outlet
di bagian tengah lingkaran, sementara partikel mengendap ke bawah (Gambar 8.3).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe periferal feed menghasilkan short circuit yang lebih kecil
dibandingkan tipe center feed, walaupun center feed lebih sering digunakan. Secara umum pola
aliran pada bak lingkaran kurang mendekati pola ideal dibanding bak pengendap persegi panjang.
Meskipun
demikian, bak lingkaran lebih sering digunakan karena penggunaan peralatan pengumpul
lumpurnya lebih sederhana.
Bagian – bagian bak sedimentasi

1. Zona Inlet atau struktrur influent: tempat air masuk ke dalam bak.
Zona inlet mendistribusikan aliran air secara merata pada bak sedimentasi dan menyebarkan
kecepatan aliran yang baru masuk. Jika dua fungsi ini dicapai, karakteristik aliran hidrolik dari bak
akan lebih mendekati kondisi bak ideal dan menghasilkan efisiensi yang lebih baik.
Zona influen didesain secara berbeda untuk kolam rectangular dan circular. Khusus dalam
pengolahan air, bak sedimentasi rectangular dibangun menjadi satu dengan bak flokulasi. Sebuah
baffle atau dinding memisahkan dua kolam dan sekaligus sebagai inlet bak sedimentasi. Disain
dinding pemisah sangat penting, karena kemampuan bak sedimentasi tergantung pada kualitas flok.

2. Zona pengendapan: tempat flok/partikel mengalami proses pengendapan.


Dalam zona ini, air mengalir pelan secara horisontal ke arah outlet, dalam zona ini terjadi proses
pengendapan. Lintasan partikel tergantung pada besarnya kecepatan pengendapan.
3. Zona lumpur: tempat lumpur mengumpul sebelum diambil ke luar bak. Kadang dilengkapi
dengan sludge collector/scrapper. Dalam zona ini lumpur terakumulasi. Sekali lumpur masuk area
ini ia akan tetap disana.
4. Zona Outlet atau struktur efluen: tempat di mana air akan meninggalkan bak, biasanya
berbentuk pelimpah (weir). Seperti zona inlet, zona outlet mempunyai pengaruh besar dalam
mempengaruhi pola aliran dan karakteristik pengendapan flok pada bak sedimentasi. Biasanya
weir/pelimpah dan bak penampung limpahan digunakan untuk mengontrol outlet pada bak
sedimentasi. Selain itu, pelimpah tipe V-notch atau orifice terendam biasanya juga dipakai. Diantara
keduanya, orifice terendam yang lebih baik karena memiliki kecenderungan pecahnya sisa flok lebih
kecil selama pengaliran dari bak sedimentasi menuju filtrasi.
Selain bagian-bagian utama di atas, sering bak sedimentasi dilengkapi dengan settler. Settler
dipasang pada zona pengendapan (Gambar 9.5) dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi
pengendapan.

Filtrasi

Anda mungkin juga menyukai