Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PENGERTIAN DAN PROSES KOAGULASI-FLOKULASI DAN SEDIMENTASI

2.1 Pengertian Koagulasi-Flokulasi

2.1.1 Koagulasi

Pengertian dan Definisi Koagulasi. Koagulasi adalah proses perubahan cairan atau larutan menjadi
gumpalan-gumpalan lunak baik secara seluruhan ataupun hanya sebagian. Atau dengan kata lain,
koagulasi adalah proses penggumpalan suatu cairan atau larutan sehingga terbentuk padatan lunak
ataupun keras seperti gel. Dalam kamus besar bahasa Indonesia definisi koagulasi adalah suatu kata yang
berhubungan dengan keadaan atau perihal menjadi keras atau padat, baik secara keseluruhan ataupun
sebagian cairan sebagai akibat dari perubahan kimiawi.

2.1.2 Flokulasi

Flokulasi adalah suatu proses aglomerasi (penggumpalan) partikel-partikel terdestabilisasi


menjadi flok dengan ukuran yang memungkinkan dapat dipisahkan oleh sedimentasi dan filtrasi. Proses
flokulasi dalam pengolahan air bertujuan untuk mempercepat proses penggabungan flok - flok yang telah
dibibitkan pada proses koagulasi. Partikel-partikel yang telah distabilkan selanjutnya saling bertumbukan
serta melakukan proses tarik-menarik dan membentuk flok yang ukurannya makin lama makin besar serta
mudah mengendap. Gradien kecepatan merupakan faktor penting dalam desain bak flokulasi. Jika nilai
gradien terlalu besar maka gaya geser yang timbul akan mencegah pembentukan flok, sebaliknya jika
nilai gradient terlalu rendah/tidak memadai maka proses penggabungan antar partikulat tidak akan terjadi
dan flok besar serta mudah mengendap akan sulit dihasilkan. Untuk itu nilai gradien kecepatan proses
flokulasi dianjurkan berkisar antara 90/detik hingga 30/detik. Untuk mendapatkan flok yang besar dan
mudah mengendap maka bak flokulasi dibagi atas tiga kompartemen, dimana pada kompertemen pertama
terjadi proses pendewasaan flok, pada kompartemen kedua terjadi proses penggabungan flok, dan pada
kompartemen ketiga terjadi pemadatan flok. Pengadukan lambat (agitasi) pada proses flokulasi dapat
dilakukan dengan metoda yang sama dengan pengadukan cepat pada proses koagulasi, perbedaannya

2
terletak pada nilai gradien kecepatan di mana pada proses flokulasi nilai gradien jauh lebih kecil
dibanding gradien kecepatan koagulasi.

2.2 Proses Koagulasi dan flokulasi

Pada proses koagulasi - flokulasi terdiri dari dua tahap besar, yaitu :
Penambahan koagulan. Proses Penjernihan Air dengan Penambahan Koagulan Pengolahan air
bersih didasarkan pada sifat-sifat koloid, yaitu koagulasi dan absorpsi. Adsorpsi adalah penyerapan ion
atau penyerapan listrik pada permukaan koloid.Koagulasi adalah peristiwa pengendapan atau
penggumpalan partikel koloid. Proses koagulasi terjadi akibat tidak stabilnya sistem koloid; yang
disebabkan penambahan zat elektrolit ke dalam sistem koloid tersebut. Sistem koloid stabil bila koloid
tersebut bermuatan positif atau bermuatan negatif. Jika muatan pada sistem koloid tersebut dilucuti
dengan cara menetralkan muatannya, maka koloid tersebut menjadi tidak stabil lalu terkoagulasi
(menggumpal). Kegunaan koagulasi yaitu memudahkan partikel - partikel tersuspensi yang sangat lembut
dan bahan-bahan koloidal di dalam air menjadi agregat / jonjot (proses sebelum penggumpalan) dan
membentuk flok, sehingga dapat dipisahkan dengan proses pengendapan. Koagulan: zat pengendap yang
dtambahkan pada proses pengendapandan penyaringan.
Pengadukan campuran koagulan - flokulasi air umpan, yang terdiri dari :

3
A. Pengadukan cepat
Pengadukan cepat (Rapid mixing) merupakan bagian dari proses Koagulasi. Tujuan pengadukan
cepat adalah untuk mempercepat dan menyeragamkan penyebaran zat kimia melalui air yang diolah, serta
untuk menghasilkan dispersi yang seragam dari partikel - partikel koloid, dan untuk meningkatkan
kesempatan partikel untuk kontak dan bertumbukan satu sama lain

Rapid Mixing

B. Pengadukan pelan

Pengadukan pelan (pada proses flokulasi) ini bertujuan menggumpalkan partikel - partikel
terkoagulasi berukuran mikro menjadi partikel - partikel flok yang lebih besar. Flok-flok ini kemudian
akan beragregasi/berkumpul dengan partikel-partikel tersuspensi lainnya. Setelah pengadukan pelan
selesai flok - flok yang terbentuk dibiarkan mengendap. Setelah proses pralakuan koagulasi - flokulasi
selesai, derajat keasaman (pH) air umpan mikrofiltrasi akan turun. Selanjutnya air umpan jernih hasil
koagulasi dialirkan ke reservoir kedua agar terpisah dari endapan - endapan yang terbentuk. Air inilah
yang kemudian akan diumpankan pada proses mikrofiltrasi oleh membran. Untuk itu nilai gradien
kecepatan proses flokulasi dianjurkan berkisar antara 90/detik hingga 30/detik.

Slow Mixing

4
 Tahapan Pada Proses Koagulasi dan Flokulasi
Penjelasan dari Proses koagulasi-flokulasi
1. Partikel koloid tidak bisa mengendap karena bersifat stabil.
2. Kestabilan koloid dapat diganggu dengan penambahan koagulan dan pengadukan cepat.
3. Partikel yang tidak stabil cenderung untuk saling berinteraksi dan bergabung membentuk flok yang
berukuran besar.

Proses Flokulasi Partikel Koloid

2.3 Pengertian Sedimentasi

5
Sedimentasi adalah pemisahan solid dari liquid menggunakan pengendapan secara gravitasi untuk
menyisihkan suspended solid. Sedangkan unit sedimentasi merupakan suatu unit operasi yang berfungsi
untuk memisahkan solid dan liquid dari suspensi untuk menghasilkan air yang lebih jernih dan
konsentrasi lumpur yang lebih kental melalui pengendapan secara gravitasi.

2.3.1 Proses Sedimentasi

Proses pengendapan partikel suspensi di dalam air dimulai dari masuknya air ke kolam
pengendapan melalui bagian inlet dan disebarkan menuju ruang pengendapan. Penempatan baffle atau
adukan di belakang inlet diperlukan untuk meredam enerji aliran dan menyebarkan aliran serta
memperkecil ruang tak berguna dalam kolam.
Selanjutnya di ruang pengendapan terjadi pemisahan partikel suspensi yang terdapat di dalam air.
Partikel-partikel suspensi akan mengendap dan terkumpul di daerah kantong lumpur, sedang airnya
mengalir menuju ke bagian outlet melalui suatu sistem peluapan, sehingga hanya air lapis atas saja yang
masuk ke dalam saluran outlet untuk dibawa ke proses selanjutnya. Endapan/lumpur yang terkumpul di
dalam kantong lumpur ditarik menuju ke bagian pengeluaran lumpur dengan menggunakan sebuah
scrapper/garuk dan selanjutnya dikeluarkan dengan pompa lumpur dibawa menuju ke tempat
pemrosesan lumpur. Scrapper digerakkan dengan sangat perlahan untuk menjaga agar lumpur yang
sudah mengendap tidak terusik dan melayang lagi. Scrapper biasanya berupa sebuah plat atau rangka
gerak yang dilengkapi dengan sudu-sudu penggaruk dan digerakkan dengan motor listrik atau dapat pula
digerakkan secara manual dengan menggunakan kayuh.

Secara ringkas proses unit sedimentasi yaitu :


Umumnya proses sedimentasi dilakukan secara gravitasi. Sehingga nantinya flok-flok atau padatan kasar
akan terendapkan. Namun, padatan yang sangat kecil atau mikroflok yang nantinya bebas dari proses
sedimentasi akan di proses kembali di filtrasi. Ada pun arah alirannya, yaitu :
 Horizontal/ radial
 Vertikal
 Dengan kemiringan : plate settler
Waktu pengendapan tergantung ukuran partikel. Kecepatan mengendap umumnya berkisar antara 1-2
jam.

2.3.2 Tujuan dan Fungsi Unit Sedimentasi pada Proses Pengolahan Air Minum

Pada pengolahan air minum, terapan sedimentasi ditujukan untuk:


a. Pengendapan air permukaan untuk penyisihan partikel diskret khususnya pada pengolahan
dengan filter pasir cepat.
b. Pengendapan flok hasil koagulasi - flokulasi, khususnya sebelum disaring dengan filter pasir
cepat.
c. Pengendapan lumpur hasil pembubuhan soda - kapur pada proses penurunan kesadahan.

6
d. Pengendapan lumpur pada penyisihan besi dan mangan dengan oksidasi (Anonim, 2007).

Secara keseluruhan, fungsi unit sedimentasi dalam instalasi pengolahan adalah:


a. Mengurangi beban kerja unit filtrasi dan memperpanjang umur pemakaian unit penyaring
selanjutnya.
b. Mengurangi biaya operasi instalasi pengolahan.

 Bentuk bak sedimentasi :


1. Persegi Panjang (Rectangular)
Bentuk bak ini umumnya digunakan pada instalasi pengolahan air dengan kapasitas besar. Bak
berbentuk segi empat umumnya mempunyai lebar 1,5 hingga 6 meter, panjang bak sampai 76 meter, dan
kedalaman lebih dari 1,8 meter. Pada bak ini, air mengalir horizontal dari inlet menuju outlet, sementara
partikel mengendap ke bawah (Anonim, 2007).
Bentuk kolam memanjang sesuai arah aliran, sehingga dapat mencegah kemungkinan terjadinya
aliran pendek (short-circuiting). Bentuk ini secara hidraulika lebih baik karena tampang alirannya cukup
seragam sepanjang kolam pengendapan. Dengan demikian kecepatan alirannya relatif konstan, sehingga
tidak akan mengganggu proses pengendapan partikel suspensi. Selain itu pengontrolan kecepatan aliran
juga lebih mudah dilaksanakan. Namun demikian, bentuk ini mempunyai kelemahan kurangnya panjang
peluapan terutama apabila ukurannya kurang lebar, sehingga laju peluapan nyata menjadi terlalu besar
dan menyebabkan terjadinya gangguan pada bagian akhir kolam pengendapan. Untuk mengatasi hal
tersebut, maka ambang peluapan harus diperpanjang, misalnya dengan menambahkan kisi-kisi saluran
peluapan di depan outlet.

Bak sedimentasi bentuk segi empat.

2. Lingkaran (circular)
Bentuk bak ini umumnya digunakan pada instalasi pengolahan air dengan kapasitas yang lebih
kecil. Bak berbentuk lingkaran umumnya berdiameter 10,7 hingga 45,7 meter dan kedalaman 3 hingga
4,3 meter. Aliran air dapat secara horizontal ke arah radial dan umumnya menuju ke tepi lingkaran atau
dengan aliran arah vertikal.

7
Pada kapasitas yang sama, pada kolam pengendapan berbentuk lingkaran ini kemungkinan
terjadinya aliran pendek (short-circuiting) lebih besar daripada kolam pengendapan berbentuk segi empat,
terutama apabila ambang peluapan tidak level sehingga aliran air menuju ke satu sisi tertentu saja. Bentuk
ini secara hidraulika kurang baik karena tampang alirannya tidak seragam, sehingga kecepatan alirannya
tidak konstan. Karena itu timbul kesulitan dalam pengontrolan kecepatan aliran dan semakin besar
dimensi bangunan pengontrolan kecepatan menjadi lebih sulit lagi.
Pada kolam pengendapan berbentuk lingkaran kelemahan kurangnya panjang peluapan hampir
tidak pernah dijumpai karena ambang peluapan dibangun sepanjang keliling lingkaran. Namun demikian
sering dijumpai panjang peluapan agak berlebihan, sehingga aliran melewati ambang peluapan berupa
aliran yang sangat tipis. Untuk mengatasi hal tersebut maka ambang peluapan harus diperpendek dengan
cara memasang ambang peluapan yang berbentuk seperti huruf V (V-notch) atau seperti huruf U (U-
notch). Keuntungan lain dari kolam pengendapan berbentuk lingkaran adalah mekanisme pengumpulan
lumpur lebih sederhana dengan memasang scrapper yang bergerak memutar dan pemeliharaan lebih
mudah.

Bak sedimentasi bentuk lingkaran aliran horizontal.

Bak sedimentasi bentuk lingkaran aliran vertikal.

Bagian-bagian dari bak sedimentasi

8
Bagian-bagian bak sedimentasi

a. Zona Inlet atau struktur influen (tempat air masuk ke dalam bak).
Zona inlet mendistribusikan aliran air secara merata pada bak sedimentasi dan menyebarkan
kecepatan aliran yang baru masuk. Jika dua fungsi ini dicapai, karakteristik aliran hidrolik dari bak akan
lebih mendekati kondisi bak ideal dan menghasilkan efisiensi yang lebih baik. Zona influen didesain
secara berbeda untuk kolam rectangular dan circular. Khusus dalam pengolahan air, bak sedimentasi
rectangular dibangun menjadi satu dengan bak flokulasi. Sebuah baffle atau dinding memisahkan dua
kolam dan sekaligus sebagai inlet bak sedimentasi. Desain dinding pemisah sangat penting, karena
kemampuan bak sedimentasi tergantung pada kualitas flok.

Contoh-contoh konstruksi inlet kolam pengendapan

b. Zona pengendapan (tempat flok/partikel mengalami proses pengendapan).


Dalam zona ini, air mengalir pelan secara horizontal ke arah outlet, dalam zona ini terjadi proses
pengendapan. Lintasan partikel tergantung pada besarnya kecepatan pengendapan.

9
c. Zona lumpur (tempat lumpur mengumpul sebelum diambil ke luar bak).
Dalam zona ini, lumpur terakumulasi. Sekali lumpur masuk area ini, ia akan tetap disana. Kadang
dilengkapi dengan sludge collector/scapper.

d. Zona Outlet atau struktur efluen (tempat dimana air akan meninggalkan bak).
Seperti zona inlet, zona outlet atau struktur efluen mempunyai pengaruh besar dalam
mempengaruhi pola aliran dan karakteristik pengendapan flok pada bak sedimentasi. Biasanya
weir/pelimpah dan bak penampung limpahan digunakan untuk mengontrol outlet pada bak sedimentasi.
Selain itu, pelimpah tipe V-notch atau orifice terendam biasanya juga dipakai. Diantara keduanya, orifice
terendam yang lebih baik karena memiliki kecenderungan pecahnya sisa flok lebih kecil selama
pengaliran dari bak sedimentasi menuju filtrasi.

Contoh-contoh konstruksi outlet kolam pengendapan.

Selain bagian-bagian utama di atas, sering bak sedimentasi dilengkapi dengan settler. Settler
dipasang pada zona pengendapan, dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi pengendapan.

2.3.4 Tipe Sedimentasi


Berdasarkan pada jenis partikel dan kemampuan partikel untuk berinteraksi, sedimentasi dapat
diklasifikasikan ke dalam empat tipe, yaitu:

1. Sedimentasi tipe I/ Plain Settling/Discrete particle

10
Sedimentasi tipe I merupakan pengendapan partikel diskret, yaitu partikel yang dapat mengendap
bebas secara individual tanpa membutuhkan adanya interaksi antar partikel. Sebagai contoh sedimentasi
tipe I adalah pengendapan lumpur kasar pada bak prasedimentasi untuk pengolahan air permukaan dan
pengendapan pasir pada grit chamber.

2. Sedimentasi tipe II (Flocculant Settling)


Sedimentasi tipe II adalah pengendapan partikel flokulen dalam suspensi, di mana selama
pengendapan terjadi saling interaksi antar partikel. Selama operasi pengendapan, ukuran partikel flokulen
bertambah besar, sehingga kecepatannya juga meningkat. Sebagai contoh sedimentasi tipe II adalah
pengendapan partikel hasil proses koagulasi-flokulasi pada pengolahan air minum maupun air limbah.

3. Sedimentasi tipe III dan IV/Hindered Settling (Zone Settling)


Sedimentasi tipe III adalah pengendapan partikel dengan konsentrasi yang lebih pekat, di mana
antar partikel secara bersama-sama saling menahan pengendapan partikel lain disekitarnya. Karena itu
pengendapan terjadi secara bersama-sama sebagai sebuah zona dengan kecepatan yang konstan. Pada
bagian atas zona terdapat interface yang memisahkan antara massa partikel yang mengendap dengan air
jernih. Sedimentasi tipe IV merupakan kelanjutan dari sedimentasi tipe III, dimana terjadi pemampatan
(kompresi) massa partikel hingga diperoleh konsentrasi lumpur yang tinggi. Sebagai contoh sedimentasi
tipe III dan IV ini adalah pengendapan lumpur biomassa pada final clarifier setelah proses lumpur aktif.
Tujuan pemampatan pada final clarifier adalah untuk mendapatkan konsentrasi lumpur biomassa yang
tinggi untuk keperluan resirkulasi lumpur ke dalam reactor lumpur aktif.

Pengendapan pada final clarifier untuk proses lumpur aktif

11
Tipe Sedimentasi

Sedimentasi pada Pengolahan Air Minum


Aplikasi teori sedimentasi pada pengolahan air minum adalah pada perancangan bangunan prasedimentasi
dan sedimentasi II.
a. Prasedimentasi
Bak prasedimentasi merupakan bagian dari bangunan pengolahan air minum yang berfungsi
untuk mengendapkan partikel diskret yang relatif mudah mengendap (diperkirakan dalam waktu 1 hingga
3 jam). Teori sedimentasi yang dipergunakan dalam aplikasi pada bak prasedimentasi adalah teori
sedimentasi tipe I karena teori ini mengemukakan bahwa pengendapan partikel berlangsung secara
individu (masing-masing partikel, diskret) dan tidak terjadi interaksi antar partikel.
b. Sedimentasi II
Bak sedimentasi II merupakan bagian dari bangunan pengolahan air minum yang berfungsi
untuk mengendapkan partikel hasil proses koagulasi-flokulasi yang relatif mudah mengendap (karena
telah menggabung menjadi partikel berukuran besar). Tetapi partikel ini mudah pecah dan kembali
menjadi partikel koloid. Teori sedimentasi yang dipergunakan dalam aplikasi pada bak sedimentasi II
adalah teori sedimentasi tipe II karena teori ini mengemukakan bahwa pengendapan partikel berlangsung
akibat adanya interaksi antar partikel.

BAB III
KESIMPULAN SARAN

3.1. Kesimpulan

Koagulasi – flokulasi :
Merupakan proses berkelanjutan, dimana koagulasi adalah proses awal dengan pengadukan
cepat untuk menyatukan koloid - koloid menjadi flok - flok kecil. Kemudian dilanjutkan dengan proses

12
flokulasi yaitu pengadukan lambat untuk membentuk flok menjadi lebih besar sehingga lebih mudah
untuk dipisahkan dengan air. Proses koagulasi memiliki beberapa kelebihan yaitu lebih cepat, efektif dan
efisien menghilangkan bahan-bahan limbah dalam bentuk koloid, dengan menambahkan koagulan.
Sedangkan Sedimentasi :

Merupakan tahap awal dalam proses pengolahan air minum dari serangkaian prosesnya.
Sedimentasi sendiri pada prinsipnya memisahkan antara solid dan liquid yang terdapat dalam air, dengan
tujuan menyisihkan suspended solid. Terdapat empat tipe sedimentasi yang berbeda pada penggunaan
koagulan sebagai pengendap suspended solid. Dengan adanya proses sedimentasi ini sangat berguna
dalam membunuh bakteri sekitar 50% yang kita tahu bahwa adanya batasan jumlah bakteri dalam air
yang akan dikonsumsi. Tetapi dalam hal ini membutuhkan setidaknya lahan yang cukup luas untuk
melakukan proses sedimentasi air minum.

3.2. Saran
Air merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, maka kita harus menghemat air karena tanpa air
manusia tidak dapat memenuhi kebutuhannya. Karena kita tahu bahwa untuk menghasilkan satu tetes
air minum atau air baku membutuhkan proses pengolahan yang panjang dan rumit. Oleh karena itu
keberadaan air bersih sangatlah penting bagi kehidupan manusia.

13

Anda mungkin juga menyukai