KOAGULASI-FLOKULASI
Modul : Koagulasi-Flokulasi
Pembimbing : Dra. Dewi Widyabudiningsih, M.T
Oleh:
KELOMPOK 7
Salma Nabila Putri 181424027
Utary Nur Rachmani F 181424029
Kelas 3TKPB
Gambar Jartest
Mulai
Selesai
IV. PENGOLAHAN DATA
4.1 Data Pengamatan
DATA AWAL
Kekeruhan 125 NTU
pH 7
Volume air baku 800 mL
Volume flokulan 2 mL
Konsentrasi flokulan 0,001 (poly acrilamide)
DATA PAC
Konsentrasi Kekeruhan Tinggi Endapan
(ppm) (NTU) (cm)
100 4 7
200 3,8 8
300 3,5 6
400 3,25 9
500 3 10
600 2,75 10,5
DATA TAWAS
Konsentrasi Kekeruhan Tinggi Endapan
(ppm) (NTU) (cm)
15 3 20
30 2,8 24
45 2,5 22
60 2,4 25
75 2,7 26
90 2,5 28
4.2 Pengolahan Data
4.2.1 Menghitung berat yang harus dimasukan
′ 𝑥 ′ 𝑚𝑔
Berat = 𝑥 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
1000 𝑚𝐿
- PAC
100 ppm
100 𝑚𝑔
Berat PAC = 1000 𝑚𝐿 𝑥 800 𝑚𝐿 = 80 mg
200 ppm
200 𝑚𝑔
Berat PAC = 1000 𝑚𝐿 𝑥 800 𝑚𝐿 = 160 mg
300 ppm
300 𝑚𝑔
Berat PAC = 𝑥 800 𝑚𝐿 = 240 mg
1000 𝑚𝐿
400 ppm
400 𝑚𝑔
Berat PAC = 𝑥 800 𝑚𝐿 = 320 mg
1000 𝑚𝐿
500 ppm
500 𝑚𝑔
Berat PAC = 1000 𝑚𝐿 𝑥 800 𝑚𝐿 = 400 mg
600 ppm
600 𝑚𝑔
Berat PAC = 1000 𝑚𝐿 𝑥 800 𝑚𝐿 = 480 mg
- TAWAS
15 ppm
15 𝑚𝑔
Berat Tawas = 1000 𝑚𝐿 𝑥 800 𝑚𝐿 = 12 mg
30 ppm
30 𝑚𝑔
Berat Tawas = 1000 𝑚𝐿 𝑥 800 𝑚𝐿 = 24 mg
45 ppm
45 𝑚𝑔
Berat Tawas = 1000 𝑚𝐿 𝑥 800 𝑚𝐿 = 36 mg
60 ppm
60 𝑚𝑔
Berat Tawas = 1000 𝑚𝐿 𝑥 800 𝑚𝐿 = 48 mg
75 ppm
75 𝑚𝑔
Berat Tawas = 1000 𝑚𝐿 𝑥 800 𝑚𝐿 = 60 mg
90 ppm
90 𝑚𝑔
Berat Tawas = 1000 𝑚𝐿 𝑥 800 𝑚𝐿 = 72 mg
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑛
Kecepatan Pengendapan =
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑛
- PAC
100 ppm
7 𝑐𝑚
Kecepatan Pengendapan = 60 𝑚𝑖𝑛 = 0,1167 cm/min
200 ppm
8 𝑐𝑚
Kecepatan Pengendapan = 60 𝑚𝑖𝑛 = 0,1333 cm/min
300 ppm
6 𝑐𝑚
Kecepatan Pengendapan = 60 𝑚𝑖𝑛 = 0,1 cm/min
400 ppm
9 𝑐𝑚
Kecepatan Pengendapan = 60 𝑚𝑖𝑛 = 0,15 cm/min
500 ppm
10 𝑐𝑚
Kecepatan Pengendapan = 60 𝑚𝑖𝑛 = 0,1667 cm/min
600 ppm
10,5 𝑐𝑚
Kecepatan Pengendapan = = 0,175 cm/min
60 𝑚𝑖𝑛
- TAWAS
15 ppm
20 𝑐𝑚
Kecepatan Pengendapan = = 0,3333 cm/min
60 𝑚𝑖𝑛
30 ppm
24 𝑐𝑚
Kecepatan Pengendapan = 60 𝑚𝑖𝑛 = 0,4 cm/min
45 ppm
22 𝑐𝑚
Kecepatan Pengendapan = 60 𝑚𝑖𝑛 = 0,3667 cm/min
60 ppm
25 𝑐𝑚
Kecepatan Pengendapan = 60 𝑚𝑖𝑛 = 0,4167 cm/min
75 ppm
26 𝑐𝑚
Kecepatan Pengendapan = 60 𝑚𝑖𝑛 = 0,4333 cm/min
90 ppm
28 𝑐𝑚
Kecepatan Pengendapan = 60 𝑚𝑖𝑛 = 0,4667 cm/min
- PAC
100 ppm
(125−4)𝑁𝑇𝑈
Efisiensi = 𝑥 100% = 96,8%
125 𝑁𝑇𝑈
200 ppm
(125−3,8)𝑁𝑇𝑈
Efisiensi = 𝑥 100% = 96,96%
125 𝑁𝑇𝑈
300 ppm
(125−3,5)𝑁𝑇𝑈
Efisiensi = 𝑥 100% = 97,2%
125 𝑁𝑇𝑈
400 ppm
(125−3,25)𝑁𝑇𝑈
Efisiensi = 𝑥 100% = 97,4%
125 𝑁𝑇𝑈
500 ppm
(125−3)𝑁𝑇𝑈
Efisiensi = 𝑥 100% = 97,6%
125 𝑁𝑇𝑈
600 ppm
(125−2,75)𝑁𝑇𝑈
Efisiensi = 𝑥 100% = 97,8%
125 𝑁𝑇𝑈
- TAWAS
15 ppm
(125−3)𝑁𝑇𝑈
Efisiensi = 𝑥 100% = 97,6%
125 𝑁𝑇𝑈
30 ppm
(125−2,8)𝑁𝑇𝑈
Efisiensi = 𝑥 100% = 97,76%
125 𝑁𝑇𝑈
45 ppm
(125−2,5)𝑁𝑇𝑈
Efisiensi = 𝑥 100% = 98%
125 𝑁𝑇𝑈
60 ppm
(125−2,4)𝑁𝑇𝑈
Efisiensi = 𝑥 100% = 98,08%
125 𝑁𝑇𝑈
75 ppm
(125−2,7)𝑁𝑇𝑈
Efisiensi = 𝑥 100% = 97,84%
125 𝑁𝑇𝑈
90 ppm
(125−2,5)𝑁𝑇𝑈
Efisiensi = 𝑥 100% = 98%
125 𝑁𝑇𝑈
4.3 Kurva-kurva
3,5
Kekeruhan (NTU)
2,5
1,5
0 100 200 300 400 500 600 700
Konsentrasi PAC (ppm)
2,5
Kekeruhan (NTU)
1,5
0,5
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Konsentrasi Tawas (ppm)
10
Tinggi Endapan (cm)
4
0 100 200 300 400 500 600 700
Konsentrasi PAC (ppm)
25
Tinggi Endapan (cm)
20
15
10
0
0 20 40 60 80 100
Konsentrasi Twas (ppm)
V. PEMBAHASAN
Oleh: Salma Nabila Putri (181424027)
Praktikum Koagulasi dan Flokulasi ini bertujuan untuk mengukur efisiensi
koagulan dalam melakukan proses koagulasi pada air limbah, mengukur kecepatan
pengendapan menggunakan koagulan yang berbeda. Kedua tujuan tersebut merupakan
cara untuk kita mengetahui kondisi optimum untuk proses koagulasi dan flokulasi yang
dilakukan. Pada praktikum ini digunakan air baku yaitu limbah cair untuk diolah
menggunakan metode koagulasi dan flokulasi.
Proses koagulasi dilakukan dengan menambahkan koagulan ke air baku, dalam
praktikum ini koagulan yang digunakan yaitu PAC (Poly Alumunium Chloride) dan
tawas Al2(SO4)3. Proses koagulasi ini akan menyebabkan padatan tersuspensi
terdestabilasi dan membentuk flok-flok. Untuk membentuk flok-flok tersebut partikel-
partikel pada air baku harus berkontak secara intens dengan koagulan, sehingga
dilakukan pengadukan cepat pada 100 rpm selama 1 menit.
Sedangkan proses flokulasi dilakukan dengan menambahkan flokulan berupa
poly acrylamide 0,1% sebanyak 2 mL ke masing-masing air baku yang diukur. Proses
flokulasi ini akan membuat flok-flok yang telah terbentuk pada proses koagulasi saking
menyatu dan menjadi flok yang lebih besar. Agar proses tersebut dapat berlangsung,
dilakukan pengadukan lambat pada 60 rpm selama 10 menit.
Setelah proses koagulasi dan flokulasi dilakukan, air baku dimasukan ke kerucut
Imhoff dan didiamkan selama 1 jam hingga terbentuk endapan.
Dari hasil praktikum diperoleh data pengamatan dan dibuat 4 kurva yaitu:
1. Kurva Kekeruhan vs Knsentrasi PAC
Dari kurva ini dapat kita lihat bahwa semakin tinggi konsentrasi PAC, maka
kekeruhan air baku akan semakin menurun. Hal ini menunjukan bahwa semakin
banyak PAC yang ditambahkan ke air baku maka semakin banyak pula padatan
tersuspensi yang diproses membentuk flok-flok, sehingga kekeruhan air nya akan
semakin turun. Sehingga nilai optimum untuk proses koagulasi menggunakan
PAC yaitu dengan konsentrasi 600 ppm.
2. Kurva Kekeruhan vs Konsentrasi Tawas
Dari kurva ini dapat dilihat bahwa nilai kekeruhan cenderung mengalami
penurunan sampai konsentrasi tawas 60 ppm, lalu setelah itu nilai kekeruhan naik
pada konsentrasi 75 ppm dan kembali turun di konsentrasi 90 ppm. Dengan data
yang diperoleh kurva yang fluktuatif ini, kita dapat menganalisis bahwa kondisi
yang optimum untuk menghasilkan kekeruhan yang paling rendah yaitu pada
konsentrasi tawas 60 ppm dengan volume air baku 800 mL.
3. Kurva Tinggi Endapan vs Konsentrasi PAC
Tinggi endapan pada konsentrasi PAC 300 ppm merupakan yang terkecil diantara
yang lain. Selebihnya semakin tinggi konsetrasi PAC, nilai tinggi endapan terus
mengalami kenaikan. Sehingga dapat dianalisis bahwa kondisi yang paling
optimum yaitu pada konsentrasi PAC 600 ppm dengan tinggi endapan yang
paling besar yaitu 10,5 cm.
4. Kurva Tinggi Endapan vs Konsentrasi Tawas
Sama halnya pada kurva tinggi endapan vs konsentrasi PAC, pada kurva ini juga
memiliki nilai tinggi endapan yang aling besar pada konsentrasi terbesar yaitu 90
ppm. Namun dilihat dari efisiensi proses nya, pada konsentrasi 60 ppm memiliki
efisiensi yang lebih besar. Sehingga kondusi yang peling baik dalam proses
koagulasi menggunakan koagulan tawas yaitu dengan konsentrasi 60 ppm.
Dari penjelasan beberapa kurva yang diperoleh dari hasil praktikum ini, didapat
bahwa kondisi optimum untuk proses koagulasi dan flokulasi pada praktikum ini yaitu
pada konsentrasi PAC 600 ppm dengan hasil (kekeruhan akhir 2,75; tinggi endapan
10,5 cm dan efisiensi 97,8%). Sedangkan dengan koagulan tawas kondisi optimum
nya yaitu pada konsentrasi 60 ppm dengan hasil (kekeruhan akhir 2,4; tinggi endapan
25 cm dan efisiensi 98,08%).
Oleh: Utary Nur Rachmani F (181424029)
Pada praktikum “Koagulasi dan Flokulasi” dilakukan pengolahan limbah pada
air baku dengan menggunakan proses koagulasi dan flokulasi, dimana koagulasi adalah
proses destabilisasi muatan koloid padatan tersuspensi dengan suatu koagulan, sehingga
akan terbentuk flok-flok halus yang dapat diendapkan, sedangkan flokulasi merupakan
proses di mana partikel yang tidak stabil, atau partikel yang terbentuk sebagai hasil
destabilisasi, diinduksi untuk berkumpul, membuat kontak, dan dengan demikian
membentuk aglomerat yang lebih besar.
Proses destabilisasi larutan membentuk sistem koloid, proses destabilisasi yang
ditunjukkan dalam praktikum ini adalah dengan tebentuknya flok-flok, yaitu partikel-
partikel berukuran besar agar larutan (air limbah) dapat dijernihkan. Proses pembentukan
flok berukuran besar ini didapatkan melalui penambahan koagulan yang disebut proses
koagulasi. Koagulan yang ditambahkan adalah Tawas (Al 2(SO4)3) dan PAC/Poly
Aluminum Chloride. Penambahan koagulan dilakukan untuk membuat sistem koloid
menjadi tidak stabil, adanya ion Al 3+ membuat antarpartikel dalam sistem koloid yang
awalnya saling bertubrukan dan tolak menolak menjadi kesatuan dan membentuk partikel
dengan ukuran yang lebih besar.
Dilanjutkan dengan proses flokulasi. Proses flokulasi ini ditambahkan flokulan
yang bertujuan untuk membantu proses flokulasi. Flokulan yang ditambahkan dalam
praktikum ini adalah poly acrylamide 0,1%.Proses flokulasi dilakukan agar partikel koloid
yang sudah tidak stabil tadi saling berkumpul dan berkontak sehingga terbentuk flok-flok
yang lebih besar dan dapat diendapkan sehingga air limbah yang awalnya sangat keruh
mejadi lebih jernih.
Saat praktikum, dilakukan pengadukan terhadap air baku, pengukuran kekeruhan,
dan pengaturan pH 7. Pengaturan pH dilakukan karena proses koagulasi dan flokulasi
sangat dipengaruhi oleh pH. Kondisi pH optimum koagulan tawas memiliki rentang pH
koagulasi optimum 5.0 – 8.0 dan PAC memiliki pH koagulasi optimum pada 6.0 – 9.0.
Jika, dilakukan di luar range pH optimum maka proses koagulasi-flokulasi akan terganggu
dan hasilnya tidak akan optimal.
Tujuan dari praktikum ini, yaitu untuk menentukan dosis koagulan optimum yang
harus ditambahkan. Hasil yang dianalisis adalah nilai kekeruhan untuk menentukan dosis
optimum dan jenis koagulan mana yang memberikan hasil paling optimum. Maka dibuat 6
buah variasi dengan tiap variasi digunakan 800 mL air baku dan ditambahkan variasi
konsentrasi tiap koagulan untuk PAC 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, 400 ppm, 500 ppm,
dan 600 ppm dan untuk tawas 15 ppm, 30 ppm, 45 ppm, 60 ppm, 75 ppm, dan 90 ppm.
Setelah itu, dilakukan agitasi/ pengadukan menggunakan alat jartest. Terdapat 2
tahap pengadukan, yaitu pengadukan cepat dengan pengaturan 100 rpm selama 1 menit
yang bertujuan agar diperoleh campuran yang merata distribusi koagulannya sehingga
proses pembentukan gumpalan atau flok-flok dapat terjadi secara optimal. Setelah
dilakukan pengadukan cepat, dilakukan pengadukan lambat dengan pengaturan 60 rpm
selama 10 menit dan ditambahkan 1 mL flokulan poly acrylamide 0,1%, yang bertujuan
agar flok-flok tidak pecah dan terbentuknya flok yang lebih besar secara optimal sehingga
mudah mengendap.
Selanjutnya dilakukan pengendapan pada kerucut imhoff selama 1 jam. Setelah itu,
tinggi masing-masing endapan diukur. Air pada setiap sampel di kerucut imhoff
selanjutnya diukur kekeruhannya untuk mengetahui mana yang memiliki hasil paling
optimum diantara masing-masing konsentrasi koagulan yang berbeda. Tingkat kekeruhan
dicek menggunakan turbidimeter.
Berdasarkan grafik konsentrasi koagulan tawas dan PAC terhadap kekeruhan dan
tinggi endapan, grafik yang terbentuk fluktuatif, Hal ini disebabkan semakin tinggi atau
rendahnya konsentrasi tidak mempengaruhi nilai yang semakin baik atau optimum, akan
tetapi disini perlu dianalisis dengan berbagai macam variasi konsentrasi dan jenis koagulan,
mana yang menghasilkan nilai paling optimum.
Dengan menghitung efisiensi pada masing-masing data didapat hasil dan dosis
paling optimum, jenis koagulan PAC yaitu dengan konsentrasi 600 ppm, massa 480 mg,
menghasilkan kecepatan pengendapan 0,175 cm/min, efisiensi 97,8%, dan tinggi endapan
105 cm. Jenis koagulan tawas yaitu dengan konsentrasi 60 ppm, massa sebesar 48 mg,
menghasilkan kecepatan pengendapan 0,4167 cm/min, efisiensi sebesar 98,08%, dan tinggi
endapan 25 cm. Jika kedua koagulan ini dibandingkan, maka tawas yang lebih baik
digunakan.
VI. SIMPULAN
Dari hasil praktikum koagulasi dan flokulasi ini dapat kita simpulkan:
1. Koagulasi dan flokulasi merupakan proses pengolahan limbah untuk mengurangi
padatan tersuspensi dengan cara menambahkan senyawa koagulan dan flokulan.
2. Kondisi optimum untuk proses koagulasi dan flokulasi pada praktikum ini yaitu pada
konsentrasi PAC 600 ppm dengan hasil (kekeruhan akhir 2,75; tinggi endapan 10,5 cm
dan efisiensi 97,8%). Sedangkan dengan koagulan tawas kondisi optimum nya yaitu
pada konsentrasi 60 ppm dengan hasil (kekeruhan akhir 2,4; tinggi endapan 25 cm dan
efisiensi 98,08%).
Proses koagulasi dan flokulasi terjadi karena penambahan koagulan dan flokulan.
Pada koagulasi dilakukan pengadukan cepat hingga padatan tersuspensi akan membentuk
flok-flok. Sednagkan pada proses flokulasi akan terjadi penggabungan flok-flok yang
telah terbentuk menjadi flok dengan ukuran lebih besar.
Oleh: Utary Nur Rachmani F (181424029)
Koagulasi dan flokulasi adalah salah satu proses untuk pengolahan air limbah. Sebuah
contoh sampel air limbah yang terlihat berlumpur dari pabrik kertas memiliki tingkat
kekeruhan yang tinggi karena terdapat banyak partikel tersuspensi. Penambahan flokulan akan
menyebabkan partikel kecil menggumpal secara bersamaan sehingga partikel tersebut menjadi
flok-flok yang lebih besar yang akan menetap turun di dasar air.
Kerja flokulasi dan koagulasi secara detail : kekeruhan dari air berlumpur disebabkakn
oleh dua tipe partikel, yaitu partikel organik dan anorganic. Partikel organic, contohnya adalah
alga dan bakteri, dan partikel anorganik, contohnya adalah tanah liat dan lumpur. Kedua tipe
partikel tersebut secara bersamaan dapat mengapung karena ukuran yang terlalu kecil
diendapkan oleh gravitasi. Partikel tersuspensi yang sangat berat diendapkan di dasar air
disebut koloid.
Hampir semua koloid mempunyai permukaan bermuatan negative. Permukaan muatan
negative akan menarik ion bermuatan positif di dalam airs ehingga koloid membentuk lapisan
pertama. Efeknya sama dengan magnet seperti seperti kutub yang sama akan saling menolak
tetapi kutub yang berlawanan saling menarik. Kelebihan koloid membentuk lapisan yang
terdifusi kedua dengan iob bermuatan posistif dan negative yang disebut lapisan ganda.
Pembentukan lapisan ganda membentuk gaya responsif yang mana mencegah dua koloid
menumpuk/ menempel satu sama lain. Koloid- koloid tetap tersuspensi di dalam air dan
bergerak untuk mencegah tabrakan dengan koloid lain. Untuk mengatasi perilaku ini dan untuk
menggumpalkan koloid secara bersama-sama dengan membentuk flok-flok yang mana
digunakan flokulan.
Koloid tetap tersuspensi di dalam air dan bergerak untuk menghindari tabrakan dengan
koloid lain. Untuk mengatasi perilaku ini dan menggumpalkan koloid untuk pengendapan
partikel, flokulan dan koagulan digunakan. Koagulan yang biasa digunakan untuk
pengendapan partikel adalah Alum dan Ferrix. Alum dan Ferrix ideal sebagai koagulan karena
membentuk jumlah ion yang tinggi saat bersentuhan dengan air. Ion-ion ini akan mengikat
koloid dan menetralkan gaya responsif dan disini dinamakan proses desabilitas. Setelah itu
masukkan agent flokulan yang memungkinkan koloid untuk saling menempel, membentuk
gumpalan yang lebih besar dan mengendap di dasar tangki.
Dalam plant pengolahan air limbah. Proses koagulasi-flokulasi dipisahkan secara
sedimentasi dengan dua jenis pengadukan. Dalam agitasi cepat dilakukan proses koagulasi
untuk destabilitas muatan koloid padatan tersuspensi menggunakan koagulan, dan dalam
agitasi lembut flokulan ditambahkan ke tangki pencampur sebelum air memasuki tangki
sedimentasi. Flokulan ditambahkan di dalam tanki pengaduk sebelum air dimasukkan ke
tangka sedimentasi. Partikel-pertikel mengendap di dasar air sampai mereka membentuk
sludge yang mana kemudian dibuang.
Agen koagulan dan flokulan untuk air, air limbah dan mengeliminasi logam berat
seperti Boron, Fluorida, Kadmium, Timbal, Besi, Mangan, Magnese, Cromium (III) dan
Arsenik, tidak disebutkan agent koagulan dan flokulan apa yang dimasukkan.