PENDAHULUAN
1.3.1 Koagulasi
Kekeruhan dalam air disebabkan oleh zat-zat tersuspensi dalam bentuk lumpur
kasar, lumpur halus dan koloid. Pada permukaan koloid bermuatan listrik sehingga
koloid dalam keadaan stabil, akibatnya koloid sulit untuk mengendap. Senyawa
koagulan (seperti tawas aluminium sulfat) berkemampuan mendestabilisasi koloid
(menetralkan muatan listrik pada permukaan koloid) sehingga koloid dapat
bergabung satu sama lainnya membentuk flok dengan ukuran yang lebih besar
sehingga mudah mengendap. Tujuan percobaan Jar-Test adalah untuk menentukan
dosis koagulan yang optimum dalam pengolahan air.
1.3.2 Pengukuran pH
DEFRI AF 2110947001
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Air merupakan dasar bagi sebuah kehidupan sehingga keberadaannya selalu dicari
oleh setiap manusia. Sekitar 60-90% bagian sel mahluk hidup adalah air. Oleh
karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan, air
baku adalah air yang dipakai untuk keperluan air minum, rumah tangga, dan
industri. Air permukaan memiliki jumlah padatan tersuspensi total suspended
solid yang lebih banyak dibandingkan air sumur, jumlah padatan terlarut total
dissolved solid yang lebih sedikit, dan sifat fisiknya yang cenderung mengikuti
perubahan keadaan lingkungan. Pengelolaan sumber daya air sangat diperlukan
mengingat seberapa pentingnya air bagi mahluk hidup. Air yang digunakan dan
dikonsumsi oleh manusia memiliki standar mutu yang dikendalikan secara ketat
karena berpengaruh terhadap kualitas maupun estetika air (Istianto, 2020).
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163
2.2 Teori
2.2.1 Koagulan
DEFRI AF 2110947001
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163
pengadukan lambat yang optimal. Jika waktu pengadukan lebih lama dari waktu
pengadukan optimum maka flok yang terbentuk akan pecah, efisiensi flokulasi
akan menurun, dan kinerja membran mikrofiltrasi akan menurun ( Karama, 2014).
DEFRI AF 2110947001
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163
Proses koagulasi salah satunya dipengaruhi oleh jenis koagulan. Dalam hal
tersebut terdapat beberapa jenis koagulan seperti (Husaini,2018):
1. PAC
PAC dengan rumus kimia Aln(OH)mCl(3n-m)x merupakan suatu persenyawaan
anorganik komplek, ion hidroksil serta ion alumunium bertahap klorinasi yang
berlainan sebagai pembentuk polinuklir. Apabila mengalami hidrolisis
(penguraian karena air), akan terbentuk spesi monomer dan polymer lumayan
penting yaitu kation dari Al13O4(OH)247+ dan yang dianggap kurang penting
yaitu Al8(OH)204+. Koagulan-koagulan terpolimerisasi terdiri dari:
polyaluminium chloride (PACl) dan polyaluminium chlorohydrate (PACH).
Dalam praktek, ada sedikit perbedaan kinerja antara PACH dan PACl dalam
aplikasi pengolahan air, walaupun PACH lebih terhidrasi (hydrated). Koagulan
polialuminium secara umum mengkonsumsi tingkat alkalinitas yang lebih kecil
dibandingkan dengan alum. PACl efektif pada selang pH yang lebih lebar
dibandingkan dengan alum dan hasil penelitian menunjukkan bahwa PACl
bekerja dengan baik pada rentang pH antara 5,0-8,0.
Bahan kimia PAC dapat dibuat melalui beberapa tahapan proses yaitu
preparasi, pencampuran dan pelarutan, pengendapan dan penyaringan serta
pengeringan. Preparasi merupakan tahapan penyiapan bahan baku yang
meliputi alumina trihidratAl(OH)3, asam klorida (HCl), asam sulfat (H2SO4),
dan kalsium karbonat (CaCO3). Pada tahap pelarutan, Al(OH)3 direaksikan
dengan HCl sambil diaduk dan dipanaskan pada suhu mendidih (100-110°C)
selama 90 menit. Sisa Al yang tidak larut direaksikan dengan asam sulfat
berlebih. Kelebihan asam sulfat tersebut direaksikan dengan CaCO 3 untuk
menaikkan basisitas, sehingga kandungan sulfat dalam larutan PAC dapat
ditekan sekecil mungkin, karena sulfat merupakan pengotor yang dapat
menurunkan mutu PAC Produk yang dihasilkan dari reaksi-reaksi tersebut,
selain PAC cair juga terbentuk gipsum (CaSO4.2H2O) berupa endapan yang
selanjutnya difiltrasi (Husaini,2018).
DEFRI AF 2110947001
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163
2. Natrium Aluminat
Bahan ini bahkan kurang populer dalam penggunaannya.
Bereaksi dengan karbohidrat atau CO2 dalam air:
NaAlO2 + Ca(HCO3)2+H2O Al(OH)3 + CaCO3 + NaHCO2 CaCO3 membentuk
endapan. Penambahan kapur secukupnya hingga mencapai pH 10,5 akan
membentuk endapan Mg(OH)2. Kelebihan ion Ca dapat diendapkan pada pH
tinggi dengan menambahkan soda ash. ini masih kurang populer
penggunannya.
3. Tawas
Tawas merupakan kristal putih yang berbentuk gelatin dan mempunyai sifat
yang dapat menarik partikel-partikel lain sehingga berat, ukuran dan bentuknya
menjadi semakin besar dan mudah mengendap. Tawas merupakan nama lain
dari alumunium sulfat yang memiliki rumus kimia Al 2(SO4)3. Tawas dapat
digunakan untuk penjernihan air, melalui proses penggumpalan (koagulasi
flokulasi) padatan - padatan terlarut maupun tersuspensi di dalam air, sehingga
dapat digunakan untuk pembersihan air sumur, sebagai bahan kosmetik, zat
warna tertentu dan zat penyamak kulit (Husaini,2018).
4. Karbon aktif
Aktivasi karbon bertujuan untuk memperbesar luas permukaan arang dengan
membuka pori-pori yang tertutup sehingga memperbesar kapasitas adsorbsi.
Pori-pori arang biasanya diisi oleh hidrokarbon dan zat-zat organik lainnya
yang terdiri dari persenyawaan kimia yang ditambahkan akan meresap dalam
arang dan membuka permukaan yang mula-mula tertutup oleh komponen kimia
sehingga luas permukaan yang aktif bertambah besar. Efisiensi adsorbsi karbon
aktif tergantung dari perbedaan muatan listrik antara arang dengan zat atau ion
yang diserap. Bahan yang bermuatan listrik positif akan diserap lebih efektif
oleh arang aktif dalam larutan yang bersifat basa. Jumlah karbon aktif yang
digunakan untuk menyerap warna berpengaruh terhadap jumlah warna yang
diserap (Wagiman, 2014).
DEFRI AF 2110947001
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163
5. Activated silica
Merupakan sodium silicate yang telah direaksikan dengan sulfuric acid,
alumunium sulfate, carbon dioxide, atau klorida. Activated silica merupakan
koagulan aid, activated silica memberikan keuntungan antara lain
meningkatkan laju reaksi kimia, menurunkan dosis koagulan, memperluas
jangkauan pH optimum dan mempercepat serta memperkeras flok yang
terbentuk. Umumnya digunakan dengan koagulan alumunium dengan dosis 7–
11% dari dosis alumunium (Wagiman, 2014).
6. Bentonic clay
Digunakan pada pengolahan air yang mengandung zat warna tinggi, kekeruhan
rendah dan mineral yang rendah (Wagiman, 2014).
DEFRI AF 2110947001
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163
Acidity (pH) meter adalah alat yang dapat mengukur pH suatu larutan. Sistem
pengukuran pH meter menggunakan sistem pengukuran potensiometri. Sebuah pH
meter berisi elektroda kerja dan elektroda referensi. pH adalah konsentrasi ion
hidrogen (H+) dalam suatu larutan, yang menunjukkan tingkat keasaman dan
kebasaan. Nilai pH adalah kuantitas fisik, diukur pada skala 0 hingga 14
(Ngafifuddin, 2017).
Pengukuran pH adalah salah satu tes yang paling penting dan sering digunakan
dalam kimia air limbah. Hampir setiap fase pasokan air dan pengolahan air
limbah, misalnya asam-basa netralisasi, pelunakan air, presipitasi, koagulasi,
desinfeksi, dan pengendalian korosi, tergantung pada pH. Semakin besar pH,
maka kelarutan semakin kecil, sehingga ion aquometalik semakin sulit terbentuk,
yang akhirnya mengurangi jumlah partikel koloid yang dapat ternetralisasi
membentuk flok (Wiryono, 2014).
pH, atau keluaran hidrogen, adalah ukuran keasaman atau kebasaan suatu larutan.
Keasaman atau kebasaan suatu larutan ditentukan oleh jumlah relatif ion hidrogen
DEFRI AF 2110947001
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163
(H+) atau ion hidroksil (OH-). Larutan asam memiliki jumlah ion hidrogen (H+)
relatif tinggi dan basa memiliki jumlah ion hidroksida (OH-) relatif tinggi. pH
didefinisikan sebagai logaritma negatif dari aktivitas ion hidrogen (αH).
(Wirahardi, 2017) :
Air adalah bagian terpenting dari kehidupan organisme permukaan. Bumi adalah
70% air dan 30% daratan (dilihat dari permukaan). Air bersih memiliki beberapa
parameter fisik dan kimia yang harus dipenuhi. B. Suhu air, kejadian cahaya,
intensitas cahaya, DO, saturasi oksigen, kekeruhan (turbidity), BOD, COD, pH
air, nitrat, fosfat, E. coli. (Pramusinto, 2016).
Kekeruhan air adalah kebalikan dari kecerahan air. Kekeruhan air, atau biasa
disebut kekeruhan akuatik, adalah keadaan badan air di mana semua padatan
terdapat dalam air dalam bentuk pasir, lanau, lempung, atau partikel tersuspensi,
dan dalam bentuk konstituen hidup (biologis) seperti fitoplankton. bila ada
kemungkinan untuk melakukannya. Karena cahaya berperan penting bagi alga,
terutama dalam fotosintesis, pertumbuhan makroalga dipengaruhi oleh tingkat
DEFRI AF 2110947001
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163
kekeruhan air, karena kekeruhan air mempengaruhi penetrasi cahaya ke kolom air.
Fotosintesis pada tumbuhan laut seperti rumput laut terjadi ketika cahaya yang
kuat mencapai sel-sel alga. Oleh karena itu, jika menjadi mendung, sinar matahari
akan sulit menembus permukaan dan lapisan dalam, dan fotosintesis tidak akan
berjalan dengan baik karena terhalang oleh materi tersuspensi. Selain itu,
penetrasi yang tidak memadai ke dalam air keruh mempengaruhi kedalaman
habitat tanaman air dan dapat menyebabkan kematian (Modesta, 2015).
DEFRI AF 2110947001
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163
2.2.7.1 Jar-Test
2.2.7.2 pH Meter
pH meter adalah alat ukur yang dapat memberikan informasi tentang keasaman
suatu larutan. Sebuah probe yang terbuat dari silinder kaca non-konduktif
berfungsi sebagai sensor untuk alat pengukur ini. Keasaman dalam air dapat
diukur dengan menggunakan senyawa HCl yang merendam kawat elektroda. Dua
jenis pH meter saat ini tersedia, tergantung pada berapa lama proses direndam
dalam larutan yang diukur. Tipe pertama tidak dapat digunakan lebih dari 24 jam
dan membutuhkan rekondisi, sedangkan tipe yang kedua dapat bertahan lebih dari
24 jam, tetapi akurasinya menurun dari hari ke hari (Hadiatna, 2019).
DEFRI AF 2110947001
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163
2.2.7.3 Spektrofotometri
Metode spektrofotometri UV-Vis telah dikenal sebagai metode yang mudah dalam
pengerjaannya dan relatif luas penggunaanya jika dibandingkan metode
spektroskopi lain. Kekurangan utama dari metode ini adalah tingkat
selektivitasnya yang rendah karena adanya interferensi dari komponen lain yang
ada dalam sampel. Interferensi ini menyebabkan kenaikan nilai absorbansi dari
suatu komponen akibat adanya absorbansi komponen lain (overlapping).
Beberapa cara dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini, seperti
membandingkan absorbansi dengan blanko atau memisahkan senyawa yang ingin
dianalisis secara kimiawi sebelum dianalisis menggunakan spektrofotometer.
Kekurangan dari 2 cara yang telah disebutkan yaitu menyita waktu lebih banyak
untuk proses scan blanko, dan membutuhkan reagen atau bahan kimia tambahan.
Sebuah metode alternatif telah ditemukan untuk mengatasi masalah tersebut
melalui pendekatan manipulasi sinyal yang dibaca detektor. Metode ini dikenal
dengan metode spektrofotometri derivative (Adi Putra Wibowo, 2020)
DEFRI AF 2110947001
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163
Prinsip metode ini adalah bahwa warna yang dihasilkan dalam sampel yang
disaring menunjukkan sifat fisik sampel, seperti: B. Warna terbentuk berdasarkan
panjang gelombang (merah, hijau, kuning, dll). Tingkat kecerahan ditunjukkan
oleh jumlah cahaya yang dipantulkan dari permukaan suatu objek. Titik saturasi
ditunjukkan oleh kemurnian warna (misalnya pucat cerah). Sifat fisik di atas dapat
ditentukan oleh tingkat sifat transmisi cahaya yang ditunjukkan oleh sampel yang
disaring menggunakan spektrofotometer (Greenberg, 1992).
Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang
digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan
kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Sedangkan
peralatan yang digunakan dalam spektrofotometri disebut spektrofotometer.
Cahaya yang dimaksud dapat berupa cahaya visibel, UV dan inframerah,
sedangkan materi dapat berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan
adalah elektron valensi (Hasibuan, 2015). Spektrofotometer UV-VIS adalah salah
satu metode instrumen yang paling sering diterapkan dalam analisis kimia untuk
mendeteksi senyawa (padat/cair) berdasarkan absorbansi foton. Agar sampel dapat
menyerap foton pada daerah UV-VIS (panjang gelombang foton 200 nm – 700
nm), biasanya sampel harus diperlakukan atau derivatisasi, misalnya penambahan
reagen dalam pembentukan garam kompleks dan lain sebagainya (Irawan, 2019).
Peraturan yang digunakan untuk melihat baku mutu pH dan kekeruhan dalam
praktikum ini adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 tahun
2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Menurut PP No. 22 tahun 2021 klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 kelas:
1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum,
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut;
2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
DEFRI AF 2110947001
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163
pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut;
3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan
air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain
yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut;
4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
Tabel 2.1 Peraturan Baku Mutu pH
Kelas
Parameter Satuan Keterangan
I II III IV
Tidak berlaku untuk air
pH 6-9 6-9 6-9 6-9 gambut (berdasarkan
kondisi alaminya)
Sumber: PP Nomor 22 tahun 2021
DEFRI AF 2110947001
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163
DEFRI AF 2110947001
DAFTAR PUSTAKA
Adi Putra Wibowo. 2020. Validitas Metode Spektrofotometri UV-Vis Derivatif Zero
Crossing dalam Analisis Multikomponen Senyawa Obat pada Sediaan
Farmasi. Universitas Islam Indonesia.
Arnaldi dan Feridan. 2013. Pengolahan Air Lumut dengan Kombinasi Proses
Koagulasi dan Ultrafiltrasi. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol.2,
No. 2. Semarang : Universitas Diponogoro.
Azmi, Zulfian, Saniman dan Ishak. 2016. Sistem Penghitung pH pada Air Tambak
Berbasis Mikrokontroller. Jurnal SANTIKOM Vol. 15, No. 2, 101-108.
Bogor : STIMK Triguna Dharma.
Hadiatna, Febrian dan Ratna Susana. 2019. Rancang Bangun Smart pH Meter
sebagai Alat Ukur Pemantau Larutan Nutrisi. ELKOMIKA, Vol. 7 No. 2.
Bandung : Institut Teknologi Nasional Bandung.
Herawati, Astrid, Riistika Asti, Bambang Ismuyanto, Juliananda, dan A.S. Dwi
Saptati N. Hidayati. 2017. Pengaruh pH dan Dosis Koagulan Ekstrak Biji
Kelor dalam Koagulasi Terhadap Pengurangan Kekeruhan Limbah Cair.
Jurnal Rekayasa Bahan Alam dan Energi Berkelanjutan Vol. 1, No. 1.
Malang : Universitas Brawijaya.
Ngafifuddin .2017. Optimasi Tawas untuk Koagulasi Air Keruh dengan Penanda.
Yogyakarta : BATAN.
Peraturan Menteri Kesehatan Lingkungan hidup Nomor 492 tahun 2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum diatur bahwa nilai turbidity adalah
sebesar 5 NTU.