Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum

Tujuan percobaan pada praktikum sulfat adalah:


1. Mengetahui kadar sulfat dalam sampel air dengan menggunakan larutan Salt
Acid dan BaCl ;
2

2. Mengetahui metode analisis sulfat dengan menggunakan spektrofotometer.

1.2 Metode Praktikum

Metode yang digunakan pada percobaan ini adalah spektrofotometri.

1.3 Prinsip Praktikum

Prinsip pada praktikum kali ini adalah ion sulfat dalam air dengan penambahan
kristal BaCl akan membentuk koloid tersuspensi (kekeruhan). Semakin tinggi
2

konsentrasi sulfat cairan akan semakin keruh. Kekeruhan yang terjadi diukur
dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm.
Reaksi :
SO42- + Ba2+ BaSO4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Eksisting

Kondisi eksisting sampel air yang di ambil bersumber dari dari irigasi tepat nya di
Kelurahan Limau Manis, Kecamatan Pauh. Pada Jumat, 23 September 2022 pada
pukul 14.42 WIB keadaan cuaca cerah berawan. Berada pada koordinat 0°55'40"
Lintang Selatan dan 100°25'40" Bujur Timur dengan elevasi 88 meter di atas
permukaan laut. Aliran arusnya turbulen dengan pH 7,1 dan DO 6,4 mg/L. Aliran
irigasi ini biasa digunakan oleh masyarakat untuk aktivitas sehari-hari seperti
mencuci kendaraan bermotor dan mencuci baju.

2.2 Definisi Sulfat

Sulfat merupakan sejenis anion poliatom dengan rumus SO42- yang memiliki massa
molekul 96,06 satuan massa atom. Ion sulfat terdiri dari atom pusat sulfur yang
dikelilingi oleh empat atom oksigen dalam susunan tetrahedral. Ion sulfat
bermuatan negatif dua dan merupakan basa konjugat dari ion hidrogen sulfat
(bisulfat), HSO4- dan yang merupakan basa konjugat dari asam sulfat, H2SO4 (Fella,
2016).

Sulfat merupakan salah satu ion dari sekian banyak anion-anion utama yang
terdapat di dalam perairan alam. Sulfat di dalam lingkungan seperti air dapat berada
secara alamiah atau dari aktivitas manusia. Ion sulfat cukup sulit dihilangkan dari
air, sehingga untuk memisahkannya harus memakai metode membran
elektrodialisis dan cara mentedeksi ion tersebut dapat menggunakan metode uji
kualitatif maupun kuantitatif (Ananda, 2019).

Asam sulfat adalah asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut dalam air pada
semua perbandingan, yang merupakan salah satu produk utama industri kimia yang
memiliki banyak kegunaan dalam berbagai proses yaitu pelarut, pereaksi, suasana
asam, pengawetan, dan lain-lain. Ciri-ciri asam sulfat antara lain cair, bening, tidak
berbau. Asam sulfat memiliki bentuk cair sehingga asam sulfat sering digunakan
untuk pengawetan kayu secara rendaman, karena asam sulfat larut dalam air
(Listyorini, 2018).
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163

2.3 Sumber Sulfat di Perairan

Sulfur anorganik terutama terdapat dalam bentuk sulfat (SO 4), yang merupakan
bentuk sulfur utama di perairan dan tanah. Ion sulfat yang bersifat larut dan
merupakan bentuk oksidasi utama sulfur adalah salah satu anion terutama di
perairan, menempati urutan kedua setelah bikarbonat. Sulfat yang berikatan dengan
hidrogen membentuk asam sulfat dan sulfat yang berikatan dengan logam alkali
merupakan bentuk sulfur yang paling banyak ditemukan di danau dan sungai.
Reduksi anion sulfat menjadi hidrogen sulfida pada kondisi anaerob dalam proses
dekomposisi bahan organik menimbulkan bau yang kurang sedap dan
meningkatkan korosifitas logam. Proses reduksi yang dilakukan oleh bakteri
heterotrof ini banyak terjadi di dasar laut. Polusi sulfat di perairan diantaranya
berasal dari bahan-bahan kimia yang mengandung sulfat seperti pupuk ZA
(Amonium Sulfat), pestisida, dan lain-lain. Seperti halnya nitrat, sulfat juga sangat
mudah larut dalam air sehingga akan mudah pula terbawa air cucian dan aliran
permukaan (Hadiarti, 2015).

2.4 Dampak Kelebihan Sulfat di Perairan

Konsentrasi sulfat yang tinggi didalam air (>250 mg/L) mempunyai efek patogen
terhadap manusia, terutama gangguan dalam proses pencernaan. Sulfat penting
dalam penyediaan air untuk umum maupun untuk industri, karena kecenderungan
air untuk mengandungnya dalam jumlah yang cukup besar untuk membentuk kerak
air yang keras pada ketel dan alat pengubah panas. Ion sulfat juga merupakan
sesuatu yang penting dalam penyediaan air untuk umum karena pengaruh
pencucian perut yang terjadi pada manusia apabila dalam konsentrasi yang cukup
besar. Alasan inilah yang menjadi dasar US Public Health Service Standart
menyatakan satu batas yang tinggi 200 mg/L dalam air yang akan digunakan untuk
konsumsi manusia (Fella, 2016).

DEFRI AF 2110947001
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163

2.5 Metode Spektrofotometri

Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari


spektrofotometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari
spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur
intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Jadi spektrofotometer
digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditansmisikan,
direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan
spektrometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat terseleksi dan ini
diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celahoptis.
Spektrofotometri UV-Vis merupakan pengukuran serapan cahaya di daerah
ultraviolet (200-400 nm) dan sinar tampak (400-800 nm) oleh suatu senyawa.
Serapan cahaya uv atau sinar tampak mengakibatkan transisi elektronik, yaitu
promosi elektron-elektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke
orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi. Absorbsi spektrofotometri UVVis
adalah istilah yang digunakan ketika radiasi ultraviolet dan cahaya tampak
diabsorbsi oleh molekul yang diukur. Alatnya disebut UV-Vis spektrofotometer
(Fella, 2016).

Prinsip kerja Spektrometer UV-Vis yaitu apabila cahaya monokromatik melalui


suatu media (larutan), maka Sebagian cahaya tersebut diserap (I), Sebagian
dipantulkan (Ir), dan Sebagian lagi dipancarkan (It). Aplikasi rumus tersebut dalam
pengukuran kuantitatif dilaksanakan dengan cara komparatif menggunakan kurva
kalibrasi dari hubungan konsentrasi deret larutan alat untuk Analisa suatu unsur
yang berkadar rendah baik secara kuantitatif maupun kualitatif, pada penentuan
secara kualitatif berdasarkan puncak-puncak yang dihasilkan spektrum dari suatu
unsur tertentu pada panjang gelombang tertentu, sedangkan penentuan secara
kuantitatif berdasarkan nilai absorbansi yang dihasilkan dari spektrum dengan
adanya senyawa pengompleks sesuai unsur yang di analisisnya. Adapun yang
melandasi pengukuran spektometer ini dalam penggunaannya adalah hukum
Lambert-beer yaitu bila suatu cahaya monokromatis dilewatkan melalui suatu
media yang transparan, maka intensitas cahaya monokromatis dilewatkan melalui

DEFRI AF 2110947001
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163

suatu media yang transparan, maka intensitas cahaya ditransmisikan sebanding


denangan tebal dan kepekaan media larutan yang digunakan (Yanlinastuti &
Fatimah, 2016).

2.6 Teknologi Pengolahan Sulfat

Presipitasi kimia umunya digunakan di fasilitas pengolahan air untuk


menghilangkan kesadahan dan logam terlarut seperti besi, mangan, dan logam
terlarut lainnya. Koagulasi dengan garam logam seperti alumunium sulfat atau
senyawa besi lebih efektif daripada pelunakkan dengan kapur untuk menghilangkan
bahan organik alami. Presipitasi kimia juga dapat digunakan sebagai pra-
perlakukan atau perlakuan antara dalam system desalinasi membran untuk
mengurangi potensi scaling membran oleh garam mineral, sehingga meningkatkan
laju konversi dari air baku menjadi produk dan mengurangi jumlah konsentrat sisa
yang dihasilkan (Suprihatin & Suparno, 2013). Kelebihan dari teknik pengolahan
presipitasi adalah dapat digunakan untuk mengendapkan kadar sulfat yang tinggi,
sedangkan kekurangannya adalah menghasilkan limbah lanjutan berupa BaSO 4
yang butuh dihilngkan dengan proses lanjutan (Fauji & Perdana, 2017).

2.7 Peraturan Terkait Sulfat

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, baku mutu air diklasifikasikan
menjadi 4 (empat) kelas, yaitu:
1. Kelas satu merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air
baku air minum, dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut;
2. Kelas dua yaitu air yang peruntukannya digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut;
3. Kelas tiga merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman,

DEFRI AF 2110947001
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163

dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut;
4. Kelas empat merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
mengairi pertanaman dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup telah ditetapkan baku mutu kadar
sulfat di perairan, dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Baku Mutu Air Nasional Menurut PP No. 22 Tahun 2021
Kelas
Parameter Satuan Keterangan
I II III IV
Sulfat (SO42- ) mg/L 300 300 300 400 (-)
Sumber: PP No. 22 Tahun 2022 Lampiran VI

DEFRI AF 2110947001
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan sulfat ini adalah:
1. Magnetic stirrer 1 set
Berfungsi untuk mengaduk larutan atau sampel yang bertujuan untuk
menghomogenkan larutan tersebut;
2. Gelas ukur 10 ml, dan 50 ml masing-masing 1 buah
Berfungsi untuk mengukur volume cairan atau larutan yang akan digunakan;
3. Beaker glass 100 ml 7 buah
Berfungsi untuk mengukur dan mencampurkan bahan yang akan dianalisa dalam
praktikum dengan volume sedang;
4. Labu ukur 100 ml 6 buah
Berfungsi untuk mengencerkan suatu bahan ataupun larutan sampel;
5. Corong
Berfungsi untuk memindahkan cairan dari suatu wadah ke wadah lain dan
membantu proses penyaringan dengan kertas saring;
6. Pipet tetes 1 buah
Berfungsi untuk mengambil larutan sampel dalam jumlah kecil dan membantu
pemindahan sampel;
7. Spatula
Berfungsi untuk mengambil dan memindahkan sampel yang akan diuji;
8. Kuvet Spektro
Berfungsi untuk menempatkan larutan yang akan di ukur absorbsinya pada
spektrofotometer;
9. Pinset
Berfungsi untuk menjepit atau mengambil magnet dalam magnetic stirrer.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163

3.2 Bahan dan Reagen


3.2.1 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
1. Larutan standar sulfat dari K2SO4
Berfungsi sebagai larutan standar atau untuk pembuatan larutan standar sulfat
dengan berbagai variasi konsentrasi;
2. Kristal BaCl2
Berfungsi sebagai bahan yang akan mengendapkan ion sulfat dalam suasana
asam;
3. Sampel
Berfungsi sebagai bahan yang akan diuji kandungan sulfatnya.

3.2.2 Reagen

Reagen yang digunakan pada praktikum ini adalah:

Larutan Salt Acid. Berfungsi sebagai larutan buffer untuk menstabilkan pH larutan
standar dan juga larutan sampel yang akan diuji. Dilarutkan 240 gr NaCl dalam
aquadest tambahkan 20 ml HCl pekat, kemudian diencerkan dengan aquadest
sampai volume 1 L.

3.2 Cara Kerja


3.2.1 Larutan Sampel

Cara kerja untuk larutan sampel pada praktikum ini adalah:


1. 50 ml sampel air diambil kemudian disaring menggunakan kertas saring dan
dimasukan ke dalam beaker glass, ditambahkan 10 ml larutan Salt Acid dan
sedikit kristal BaCl2;
2. Larutan diaduk menggunakan magnetic stirrer selama 5 menit;
3. Sampel air yang telah diaduk dimasukkan ke dalam kuvet spektro untuk
dianalisis nilai absorbansinya menggunakan spektrofotometer dengan panjang
gelombang 420 nm.

DEFRI AF 2110947001
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163

3.3.2 Larutan Standar

Cara kerja untuk pembuatan larutan standar pada praktikum ini adalah:
1. Larutan standar dengan konsentrasi 0, 10, 20, 30, 40, 50 ppm. Kemudian
dilakukan perhitungan dengan rumus pengenceran sehingga didapatkan volume
larutan standar masing masing 0, 1, 2, 3, 4, 5 ml;
2. Masing-masing larutan induk tersebut dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml
dan diencerkan dengan aquadest sampai batas labu dan dihomogenkan;
3. Masing-masing larutan induk yang telah diencerkan diambil sebanyak 50 ml dan
dimasukkan ke beaker glass;
4. Ditambahkan 10 ml larutan Salt Acid dan sedikit kristal BaCl2 ke dalam larutan
tersebut kemudian di aduk dengan magnetic stirrer selama 5 menit;
5. Larutan standar yang telah diaduk dimasukkan ke dalam kuvet spektro dan
dianalisis nilai absorbansinya menggunakan spektrofotometer dengan panjang
gelombang 420 nm.

3.4 Rumus

Adapun rumus yang digunakan dalam praktikum sulfat yaitu:


1. Rumus Pengenceran;
V1 x M1 = V2 x M2
Keterangan:
V= Volume larutan (ml).
M= Molaritas konsentrasi larutan (ppm)

DEFRI AF 2110947001
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Data

Data yang diperoleh dari hasil praktikum sulfat ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Hasil Analisa Larutan Standar


Konsentrasi (ppm) (X) Absorban (Y)
0 0,067
10 0,074
20 0,076
30 0,089
40 0,112
50 0,118
Sumber: Data Hasil Praktikum Kimia Lingkungan 2022

Tabel 4.2 Hasil Analisa Sampel


Larutan Absorban
Sampel 0,084
Sumber: Data Hasil Praktikum Kimia Lingkungan, 2022

4.2 Perhitungan

4.2.1 Larutan Standar

Pengenceran larutan induk menjadi larutan standar dalam labu ukur 100 mL
menggunakan rumus:

V1.M1 = V2.M2

a. Volume Pembuatan Larutan Standar Konsentrasi 0 ppm:

V1.M1 = V2.M2

V1.1000 ppm = 100 ml.0 ppm

V1 = 0 ml

b. Volume Pembuatan Larutan Standar Konsentrasi 10 ppm:

V1.M1 = V2.M2

V1.1000 ppm = 100 ml.10 ppm

V1 = 1 ml
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163

c. Volume Pembuatan Larutan Standar Konsentrasi 20 ppm:

V1.M1 = V2.M2

V1.1000 ppm = 100 ml.20 ppm

V1 = 2 ml

d. Volume Pembuatan Larutan Standar Konsentrasi 30 ppm:

V1.M1 = V2.M2

V1.1000 ppm = 100 ml.30 ppm

V1 = 3 ml

e. Volume Pembuatan Larutan Standar Konsentrasi 40 ppm:

V1.M1 = V2.M2

V1.1000 ppm = 100 ml.40 ppm

V1 = 4 ml

f. Volume Pembuatan Larutan Standar Konsentrasi 50 ppm:

V1.M1 = V2.M2

V1.1000 ppm = 100 ml.50 ppm

V1 = 5 ml

Tabel 4.3 Perhitungan Pengenceran Larutan Standar


No. M1 (ppm) V1 (ml) M2 (ppm) V2 (ml)
1 1000 0 0 100
2 1000 1 10 100
3 1000 2 20 100
4 1000 3 30 100
5 1000 4 40 100
6 1000 5 50 100
Sumber: Data Hasil Praktikum Kimia Lingkungan, 2022

DEFRI AF 2110947001
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163

4.2.2 Regresi Linear

4.2.2 Perhitungan Regresi Linear


Gambar 1. Hubungan Konsentrasi Larutan Standar Dengan Absorban

0,12

0,1
Absorban

0,08

0,06

0,04
0 10 20 30 40 50 60
konsentrasi mg/L

Sumber: Data Hasil Praktikum Kimia Lingkungan, 2022

Berikut perhitungan konsentrasi sulfat sampel air (x) jika diketahui absorban y =
0,084 maka dapat diketahui kadar sulfat dalam sampel, yaitu:

y = 0,00109x + 0,06209
0,084 = 0,00109x + 0,06209
0,02191 = 0,00109
X = 20,1
Jadi, konsentrasi sulfat di dalam sampel sebesar 20,1 mg/L.

DEFRI AF 2110947001
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163

4.3 Pembahasan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang tentang


Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup batas sisa sulfat
terikat diperairan pada kelas II sebesar 300 mg/L, sedangkan hasil analisis dan
pengukuran pada sampel didapatkan konsentrasi sulfat sebesar 20,1 mg/L, sehingga
dapat disimpulkan sampel dari Irigasi ini masih berada di bawah standar baku mutu
yang telah di tetapkan. Air yang berada di Irigasi aman untuk digunakan sebagai
sumber air untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, pengairan pertanaman, dan peruntukan lain yang mempersyaratkan
baku mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Tingginya kadar sulfat di
perairan dapat di akibatkan dari limbah sulfur yang berasal dari limbah pertanian,
limbah ternak, aktivitas mandi dan mencuci. Limbah sulfat yang di hasilkan
umumnya bersumber dari bahan-bahan kimia seperti pupuk, pestisida dan lainnya.

Konsentrasi sulfat yang tinggi didalam air (>300 mg/L) mempunyai efek patogen
terhadap manusia, terutama gangguan dalam proses pencernaan. Sulfat penting
dalam penyediaan air untuk umum maupun untuk industri, karena kecenderungan
air untuk mengandungnya dalam jumlah yang cukup besar untuk membentuk kerak
air yang keras pada ketel dan alat pengubah panas. Sulfat juga mempengaruhi
tulangan beton terhadap pengaruh unsur kimia yang dapat menyebabkan korosi.
Kandungan sulfat yang tinggi diperairan menyebabkan efek negatif seperti
berkurangnya DO dan berubah nya pH air, sehingga dapat menganggu biota di
perairan.

Ada beberapa cara pengolahan sulfat seperti presipitasi, separasi menggunakan


membran, pengolahan secara biologis, dan karbon aktif. Salah satu pengolahan
untuk menurunkan kadar sulfat adalah presipitasi kimia. Presipitasi kimia
umumnya digunakan di fasilitas pengolahan air untuk menghilangkan kesadahan
dan logam terlarut seperti besi, mangan, dan logam terlarut lainnya. Koagulasi
dengan garam logam seperti alumunium sulfat atau senyawa besi lebih efektif
daripada pelunakkan dengan kapur untuk menghilangkan bahan organik alami.
Presipitasi kimia juga dapat digunakan sebagai pra-perlakukan atau perlakuan

DEFRI AF 2110947001
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163

antara dalam sistem desalinasi membran untuk mengurangi potensi scaling


membran oleh garam mineral, sehingga meningkatkan laju konversi dari air baku
menjadi produk dan mengurangi jumlah konsentrat sisa yang dihasilkan. Kelebihan
dari teknik pengolahan presipitasi adalah dapat digunakan untuk mengendapkan
kadar sulfat yang tinggi, sedangkan kekurangannya adalah menghasilkan limbah
lanjutan berupa BaSO4 yang butuh dihilangkan dengan proses lanjutan. Sarjana
Teknik Lingkungan dapat berperan aktif dalam meminimalisir kontaminan dalam
air dengan menerapkan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) yang sesuai untuk
industri karena limbah industri yang kandungannya melebihi baku mutu adalah
sumber pencemar sulfat untuk perairan. Perairan tersebut mengandung kadar sulfat
tinggi dan ingin menjadikan air tersebut sebagai air baku untuk air minum, tentunya
kita akan melakukan pengolahan, jika kadar sulfat tidak melewati ambang baku
mutu yang telah ditetapkan, maka kita tidak perlu lagi melakukan pengolahan untuk
mengurangi konsentrasi sulfatnya tetapi harus menjaga dan dilakukan pemantauan
secara berkala agar badan air tidak tercemar dan melebihi baku mutu yang telah
ditetapkan.
Peran Sarjana Teknik Lingkungan adalah dapat melakukan analisa tentang kadar
sulfat diperairan sehingga dapat mengetahui apakah perairan tersebut digunakan
sesuai peruntukannya atau tidak. Sarjana Teknik Lingkungan juga diharapkan dapat
melakukan pengolahan yang inovatif untuk mengatasi perairan yang telah tercemar
sulfat. Selain itu, seorang Sarjana Teknik Lingkungan dapat melakukan sosialisasi
kepada masyarakat tentang kadar zat kimia yang dapat mencemari lingkungan, hal
ini berujuan agar masyarakat dapat lebih berhati-hati dalam penggunaan suatu
bahan yang dapat membuat lingkungan perairan tercemar.

DEFRI AF 2110947001
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum sulfat ini, dapat disimpulkan bahwa:


1. Konsentrasi sulfat yang diperoleh dari hasil pengukuran kandungan sulfat pada
sampel sebesar 20,1 mg/L yang telah memenuhi standar baku mutu dimana
untuk kelas 1-3 adalah 300 mg/L dan kelas 4 sebesar 400 mg/L;
2. Kelebihan sulfat di perairan mampu membahayakan biota di perairan. Hal
tersebut dapat merusak ekosistem mahluk hidup didalamnya. Kelebihan sulfat
juga mempunyai efek patogen terhadap manusia, terutama gangguan dalam
prooses pencernaan;
3. Salah satu teknologi pengolahan yang dapat digunakan untuk mengurangi kadar
sulfat adalah presipitasi kimia;
4. Sarjana Teknik Lingkungan diharapkan mampu menciptakan teknologi baru
dan inovasi baru yang tepat dalam mengolah limbah sulfat diperairan.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan setelah melakukan percobaan ini adalah:
1. Praktikan diharapkan memahami prinsip dan prosedur praktikum serta lebih
teliti lagi dalam melakukan percobaan agar tidak terjadi kesalahan;
2. Masyarakat harus menyadari pentingnya pengaruh kadar sulfat di dalam air
minum bagi lingkungan dan kesehatan;
3. Pemerintah sebaiknya secara berkelanjutan melakukan audit atau pengawasan
terhadap baku mutu perairan, agar sulfat tidak menyebabkan pencemaran pada
lingkungan dantidak menimbulkan bahaya bagi kesehatan;
4. Sarjana Teknik Lingkungan sebaiknya memahami baku mutu dan fungsi sulfat
dalam air sehingga diharapkan mampu menemukan solusi dan teknologi yang
tepat untuk mengolah limbah sulfat di perairan.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163

DEFRI AF 2110947001

Anda mungkin juga menyukai