Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN

PROYEK KUALITAS AIR SUNGAI METRO

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kualitas Air

Dosen Pengampu : Ibu Ferryati Masitoh, S.Si, M.Si

Asisten Dosen : Unsila Tammiya Artaman

Disusun Oleh Kelompok 6:

1. Irvan Ardiansyah (160722614667)


2. Mirza Ramadhiny (160722614670)
3. Novia Eka Wardani (160722614620)
4. Reni Lestari (160722614621)
5. Yuda Siswanto (160722614659)
6. Yulius Eka Aldianto (160722614623)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN GEOGRAFI

MEI 2018

I. JUDUL
Laporan Proyek Kualitas Air Sungai Metro
II. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu melakukan pengambilan sampel air pada wilayah Sungai
Metro
2. Mahasiswa mampu melakukan uji lab pada sampel yang diambil berdasarkan
parameter yang ditentukan
3. Mahasiswa mampu melakukan pemetaan kualitas air pada Sungai Metro
4. Mahasiswa mampu melakukan analisis hasil ujilab dan hasil pemetaan yang
dilakukan

III. DASAR TEORI


Kadar pH dan DHL
pH
Nilai pH merupakan salah satu parameter yang praktis bagi pengukuran
kesuburan suatu perairan. Banyak reaksi kimia penting yang terjadi pada
tingkatan pH yang sulit. Menurut jenis dan aktivitas biologinya suatu perairan
dapat mengubah pH dari unit penanganan limbahnya. Tetapi pada umumnya batas
toleransi ikan adalah berkisar pada pH 4 “Aerd penth point” sampai pH 2 “Basie
death point”. Perairan yang memiliki kadar pH 6,5 – 8,5 merupakan perairan
yang sangat ideal untuk tempat hidup dan produktifitas organisme air.
Derajat keasaman sering juga digunakan untuk memperoleh gambaran
tentang kemampuan atau perairan dalam memproduksi garam mineral. Garam
mineral merupakan faktor penentu bagi semua proses produksi di suatu perairan.
Derajat keasaman perairan merupakan suatu parameter penting dalam
pemantauan kualitas air, dengan mengetahui jumlah kadar pH suatu perairan kita
dapat mengetahui tingkat produktifitas perairan tersebut. Kandungan pH dalam
suatu perairan dapat berubah-ubah sepanjang hari akibat dari proses fotosintesis
tumbuhan air. Derajat keasaman suatu perairan juga sangat menentukan
kelangsungan hidup organisme dan merupakan resultan sifat kimia, fisika
perairan.

DHL
Daya hantar listrik atau DHL merupakan daya hantar listrik dari suatu
benda atau suatu zat dan kemampuan benda itu sendiri untuk menghantarkan
listrik. DHL air menurut The American Society For Testing Material (Arislan
Alik. 1989) dalam Latifah (2014) adalah suatu kebalikan tahanan dalam ohm
yang diukur pada muka tanah yang berlawanan dalam cm x cm3 pada suhu 250C
diukur dalam micromho (s). Oleh karena itu, semakin banyak garam – garam
terlarut yang terionisasi, semakin tinggi pula niliai DHL pada air. Konduktivitas
dinyatakan dengan satuan p mhos/cm atau p Siemens/cm. Dalam analisa air,
satuan yang biasa digunakan adalah µmhos/cm. Air suling (aquades) memiliki
nilai DHL sekitar 1 µmhos/cm, sedangkan perairan alami sekitar 20 – 1500
µmhos/cm. (Effendi, 2003).
Suspensi
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas air dibagi menjadi 3 yaitu antara
lain faktor fisika, faktor kimia, dan faktor biologi. Salah satu faktor fisika yang
mempengaruhi kualitas air yakni Zat Padat Terlarut (TDS) dan Residu
Tersuspensi (TSS). Muatan padatan terlarut adalah seluruh kandungan partikel
baik berupa bahan organik maupun anorganik yang telarut dalam air. Bahan-
bahan tersuspensi dan terlarut pada perairan alami tidak bersifat toksik, akan
tetapi jika berlebihan dapat meningkatkan kekeruhan selanjutnya akan
menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air dan akhirnya akan
berpengaruh terhadap proses fotosíntesis di perairan. Perbedaan pokok antara
kedua kelompok zat ini ditentukan melalui ukuran/diameter partikel-partikelnya.
Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak
terlarut dan tidak dapat langsung mengendap, terdiri dari partikel-partikel yang
ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat, bahan-
bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme, dan sebagainya (Nasution,
2008) . Padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid atau TSS) adalah bahan-
bahan tersuspensi (diameter > 1µm) yang tertahan pada saringan milli-pore
dengan daiameter pori 0.45µm (Effendi, 2003). Zat padat tersuspensi merupakan
tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen, dan berfungsi sebagai
bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat menghalangi kemampuan
produksi zat organik di suatu perairan (Tarigan dan Edward, 2003).
(Sastrawijaya, 2000) menyatakan bahwa konsentrasi TSS dalam perairan
umumnya terdiri dari fitoplankton, zooplankton, limbah manusia, limbah hewan,
lumpur, sisa tanaman dan hewan, serta limbah industri. Bahan-bahan yang
tersuspensi di perairan alami tidak bersifat toksik, akan tetapi jika jumlahnya
berlebihan dapat meningkatkan nilai kekeruhan yang selanjutnya menghambat
penetrasi cahaya matahari ke kolom air (Effendi, 2000). Menurut Koerbiono,
1985, terdapat empat macam sumber penghasil bahan organik terlarut dalam air
yaitu (1) berasal dari daratan (2) proses pembentukan organism yang telah mati
(3) perubahan metabolik-metabolik elektro seluler oleh algae terutama
fitoplankton dan (4) ekspresi zooplankton dan hewan-hewan lainnya.
Penentuan besarnya suspensi dapat dihitung dengan Metode Gravimetri.
Gravimetri merupakan pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan paling
sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Kesederhanaan
itu kelihatan karena dalam gravimetri jumlah zat ditentukan dengan cara
menimbang langsung massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain. Analisis
gravimetri sangat penting dalam bidang kimia analisis, meskipun telah didengar
bahwa teknik gravimetri telah digantikan dengan metode instrumen. Masih
banyak kasus dimana teknik gravimetri merupakan pilihan terbaik untuk
memecahkan suatu problem analisis yang khusus. Bagian terbesar dari penentuan
secara analisis gravimetri meliputi transformasi unsur atau radikal senyawa murni
stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan
teliti.
Metode gravimetri memerlukan waktu yang cukup lama, adanya pengotor
pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor koreksi dapat digunakan.
Langkah pengukuran pada gravimetri adalah pengukuran berat. Analit secara fisik
dipisahkan dari semua komponen lainnya maupun dengan pelarutnya. Persyaratan
yang harus dipenuhi agar gravimetri dapat berhasil ialah terdiri dari proses
pemisahan yang harus cukup sempurna sehingga kualitas analit yang tidak
mengendap tidak ditentukan dan zat yang ditimbang harus mempunyai susunan
tertentu dan harus murni atau mendekati murni. Jika tidak demikian hasil yang
akan diperoleh akan salah. Pada umumnya dua hal yang perlu diingat pada
penentuan faktor garvimetri yaitu berat molekul analit yang merupakan
pembilang dan berat zat yang ditimbang yang merupakan penyebut.

Warna, Bau, dan Rasa

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor


907/MENKES/SK/VII/2002, diketahui bahwa syarat air minum yang dapat
dikonsumsi manusia adalah tidak berbau. Air minum yang berbau, selain tidak etis
juga tidak disukai oleh masyarakat. Bau air dapat memberi kualitas petunjuk
terhadap kualitas air, misalnya bau amis dapat disebabkan oleh adanya algae
dalam air tersebut.
Air minum biasanya tidak memberikan rasa (tawar). Air yang berasa
menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan. Efek
yang dapat ditimbulkan terhadap kesehatan manusia tergantung pada penyebab
timbulnya rasa. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
907/MENKES/SK/VII/2002, diketahui bahwa syarat air minum yang dapat
dikonsumsi manusia adalah tidak berasa.
Air minum sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetika dan untuk
mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang
berwarna. Warna dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air. Warna pada
air disebabkan oleh adanya partikel hasil pembusukan bahan organik, ion-ion
metal alam (besi dan mangan), plankton, humus, buangan industri, dan tanaman
air. Adanya oksida besi menyebabkan air berwarna kemerahan, sedangkan oksida
mangan menyebabkan air berwarna kecoklatan atau kehitaman. Kadar besi
sebanyak 0,3 mg/l dan kadar mangan0,5 mg/l sudah cukup dapat menimbulkan
warna pada peairan (pevy et al., 1985 dalam Effendi, 2003). Kalsium karbonat
yang berasal dari daerah berkapur menimbulkan warna kehijauan pada perairan.
Ca dan Cl
Air sadah dibagi menjadi dua yaitu air sadah sementara dan air sadah tetap.
Air sadah sementara yaitu air yang kesadahannya disebabkan oleh kalsium dan
magnesium dari karbohidrat dan bikarbonat, sedangkan air sadah permanen atau
tetap disebutkan oleh garam kalsium sulfat dan klorida. Manfaat penentuan
kesadahan sementara dan kesadahan permanen yaitu untuk mengetahui tingkat
kesadahan air karena air sadah dapat menimbulkan kerak sehingga dapat
menyumbat pipa saluran air panas seperti radiator yang digunakan dalam mesin-
mesin pertanian.
Tabel 1 : Derajat kesadahan air

Derajat kesadahan ar Ca2+ (ppm)


Lunak <50
Agak sadah 50-100
Sadah 100-200
Sangat sadah >200
Sumber : Asisten Praktikum
Standar kualitas air minum yang digunakan di Indonesia dikeluarkan oleh
Departemen Kesehatan RI melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
907 Tahun 2002 tentang Kualitas Air bersih, menetapkan kadarstandar kandungan
Ca dalam air maksimal 500mg/L. Untuk mengetahui kadar Ca dalam air perlu
dilakukan analisis kandungan Ca dalam air.
EDTA (ethylene diamine tetraacetic) merupakan suatu kompleks kelat yang
larut ketika ditambahkan ke dalam suatu larutan yang mengandung kation logam
tertentu seperti Ca2+dan Mg2+, dimana akan membentuk kompleks dengan logam-
logam tersebut. Ketika ditambahkan suatu indikator EBT ke dalam larutan yang
mengandung kompleks tersebut maka akan menghasilkan perbahan warna pada
pH tertentu, sehingga dengan prinsip ini nilai kesadahan air dapat dianalisis.
Kadar ion klorida (Cl-) dapat ditentukan dengan metode Titrasi. Salah
satu jenis titrasi yaitu Volumetri yang terdiri dari Asidimetri, Alkalimetri,
Oksidimetri, dan Argentometri. Titrasi Argentometri merupakan salah
satu cara untuk menentukan kadar zat (salah satunya ion Cl -) dalam
suatu larutan yang dilakukan dengan pembentukan endapan bersama ion
Ag+. Titrasi Argentometri digunakan untuk menetapkan kadar garam-garam
halogenida, sianida, tiosianida, dan fosfat (Agung, 2009).
Anion Cl- dengan larutan perak nitrat AgNO 3 membentuk endapan
perak klorida, AgCl, yang seperti dadih dan putih. Ia tak larut dalam air dan
dalam asam nitrat encer tetapi larut dalam larutan amonia encer dan dalam
larutan-larutan kalium sianida dan tiosulfat (G. Svehla, 1985: 346).
Cl- dalam sampel air dapat diuji dengan metode Mohr, yaitu dengan
menitrasikan sampel air menggunakan larutan standar AgNO3 dan larutan
indikator K2CrO4. Dalam penambahan AgNO3 yang berlebihan akan menimbulkan
reaksi sehingga akan membentuk Ag2CrO4 yang menimbulkan warna merah.
Akibat titrasi Ph berkisar antara 7,0 – 10,5. Dalam keadaan asam kepekaan pada
metode ini kurang baik karena CrO 42- bereaksi dengan H+ membentuk Cr2O7-2
yang juga akan menimbulkan warna merah. Larutan tidak menjadi basa sebab
AGOH akan mengendap lebih dahulu daripada Ag 2CrO4. CaCo3 dapat dipakai
untuk merubah Ph asam dalam air tanpa mengubah kebasaan larutan.
Reaksi yang terjadi:
1. Cr + AgNO3 > AgCl + NO3 (Putih)
2. K2CrO4 + 2AgNO3 > Ag2CrO4 + 2 K NO3 (merah)
3. Dalam kondisi asam (Ph > 7) 2 K2CrO4 + 2H+ > K2CrO7 + 2H2O
(Merah)
4. Dalam suasana Basa (Ph = 10,5 ) Ag+ + OH > AgOH

Kandungan Mg
Magnesium (Mg) adalah logam alkali tanah yang cukup berlimpah pada
perairan alami. Bersama dengan kalsium, magnesium merupakan penyusun utama
kesadahan. Garam-garam magnesium bersifat mudah larut dan cenderung
bertahan sebagai larutan, meskipun garam-garam kalsium telah mengalami
presipitasi (pengendapan). Magnesium karbonat dan magnesium hidroksida
mengalami pengendapan pada pH > 10. Magnesium sulfat dan magnesium
klorida bersifat sangat mudah larut, sehingga perairan yang mengalami kontak
dengan perairan tersebut akan banyak mengandung magnesium (Wetzel, 1975
dalam Effendi, 2017).
Beberapa jenis batuan misalnya dolomit, forsterite, serpentine, olivine, dan
magnesite banyak mengandung magnesium. Akan tetapi, sumber utama
magnesium di perairan adalah ferro magnesium dan magnesium karbonat yang
terdapat pada batuan. Beberapa industri yang menggunakan magnesium adalah
industri kimia, semen, tekstil, kertas, bahan peledak dan sebagainya. Jika
kandungan Ca dan kesadahan total telah diketahui, maka untuk menentukan
kandungan Mg dapat menggunakan rumus:
Kandungan Mg = Kesadahan Total – Kandungan Ca
Perairan dapat diklasifikasikan tingkat kesadahannya menurut kandungan
Mg. Klasifikasinya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Kadar Kesadahan Suatu Perairan

Kesadahan (mg/liter) Klasifikasi Perairan


<34 Lunak (Soft)
34–55 Menengah (Moderately Hard)
55–124 Sadah (Hard)
>124 Sangat Sadah (Very Hard)
Sumber : Asisten Praktikum
Kadar magnesium maksimum yang diperkenankan untuk kepentingan air
minum adalah 50 mg/liter (McNeely et al., 1979; Peavy et al., 1985; Effendi,
2017).
Kesadahan Total
Permasalahan yang sering dijumpai pada pelayanan air bahwa kualitas air
tanah maupun air sungai yang digunakan masyarakat kurang memenuhi syarat
sebagai air bersih yang sehat bahkan di beberapa tempat bahkan tidak layak untuk
digunakan. Air yang layak digunakan, mempunyai standar persyaratan tertentu
yakni persyaratan fisis, kimiawi dan bakteriologis, dan syarat tersebut merupakan
satu kesatuan, sehingga apabila ada satu saja parameter yang tidak memenuhi
syarat maka air tesebut tidak layak untuk digunakan. Salah satu parameter kimia
dalam persyaratan kualitas air adalah jumlah kandungan unsur Ca2+ dan
Mg2+dalam air yang keberadaannya biasa disebut kesadahan air (Dian Wuri,
2015).
Air sadah adalah air yang di dalamnya terlarut garam-garam kalsium dan
magnesium air sadah tidak baik untuk mencuci karena ion-ion Ca 2+ dan Mg2+ akan
berikatan dengan sisa asam karbohidrat pada sabun dan membentuk endapan
sehingga sabun tidak berbuih. Senyawa-senyawa kalsium dan magnesium ini
relatif sukar larut dalam air, sehingga senyawa-senyawa ini cenderung untuk
memisah dari larutan dalam bentuk endapan atau precipitation yang kemudian
melekat pada logam (wadah) dan menjadi keras sehingga mengakibatkan
timbulnya kerak (Bintoro, 2008).
Kesadahan air yang tinggi menimbulkan kerugian secara teknis dan
terhadap kesehatan manusia. Kerugian yang ditimbulkan dari penggunaan air
yang mempunyai kesadahan tinggi adalah menurunkan efisiensi penggunaan
sabun, menimbulkan kerak pada peralatan dapur yang digunakan untuk memasak,
infeksi saluran kencing, jika digunakan untuk mandi dapat menyebabkan iritasi
kulit, dan untuk keramas dapat menyebabkan rambut lengket dan bergetah
(Nurhayati, 2010). Air sadah dibagi menjadi dua yaitu air sadah sementara dan air
sadah tetap. Air sadah sementara yaitu air yang kesadahannya disebabkan oleh
kalsium dan magnesium dari karbohidrat dan bikarbonat, sedangkan air sadah
permanen atau tetap disebutkan oleh garam kalsium sulfat dan klorida.
Pada umumnya kesadahan menunjukkan jumlah kalsium karbonat dalam
milligram perliter atau bagian perjuta. Kesadahan dalam air sangat tidak
dikehendaki baik untuk penggunaan rumah tangga maupun untuk penggunaan
industri. Berdasarkan PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang
persyaratan kualitas air bersih, kadar maksimum kesadahan (CaCO3) yang
diperbolehkan adalah 500 mg/L sedangkan untuk nilai kesadahan Ca maksimum
adalah 200 ppm, sedangkan nilai kesadahan Mg adalah 150 ppm (Dian Wuri, dkk,
2015).
Tabel 3 : Derajat Kesadahan berdasarkan Kandungan Ca2+ dan Mg

Derajat Kesadahan Ca2+ (ppm) Mg2+


Lunak 50-100 <34
Agak Sadah 50-100 34-55
Sadah 100-200 55-124
Sangat Sadah >200 >124
Sumber : Asisten Praktikum
EDTA (ethylene diamine tetraacetic) merupakan suatu kompleks kelat
yang larut ketika ditambahkan ke dalam suatu larutan yang mengandung kation
logam tertentu seperti Ca2+dan Mg2+, dimana akan membentuk kompleks
dengan logam-logam tersebut. Ketika ditambahkan suatu indikator EBT ke dalam
larutan yang mengandung kompleks tersebut maka akan menghasilkan perbahan
warna pada pH tertentu, sehingga dengan prinsip ini nilai kesadahan air dapat
dianalisis.

IV. ALAT DAN BAHAN


1. Penentuan pH
A. ALAT
a. pH meter
b. Gelas beker 50 ml
B. BAHAN
a. Sampel air
b. Aquades
2. Penentuan DHL
A. ALAT
a. Konductivity tester
b. Gelas beker 50 ml
B. BAHAN
a. Sampel air
b. Aquades
3. Suspensi
A. ALAT
a. Eksikaton
b. Oven
c. Timbangan Analitk
d. Cawanmetri
e. Gelas beker ukuran 250 ml
f. Gelas ukur
g. Corong
B. BAHAN
a. Air sampel
b. Kertas saring
4. Warna, Bau, dan Rasa
A. ALAT
a. Indra perasa
b. Indra penglihat
B. BAHAN
a. Air sampel
5. Penentuan Ca
A. ALAT
a. 2 gelas ukur 10 ml
b. Pipet
c. Erlenmeyer
d. Buret
e. Statif
f. Gelas beker 250 ml
B. BAHAN
a. Air sampel
b. NH2OH – HCl 3%
c. Larutan indikator Murexide
d. Larutan standar Na2EDTA 1,00 ml =0,5 mg Ca2
e. NaCN dan KCN 2,5%
f. NaOH 2N
6. Penentuan Kadar Cl
A. ALAT
a. 2 gelas ukur 10 ml
b. Pipet
c. Erlenmeyer
d. Buret
e. Statif
f. Gelas Beker 250 ml
B. BAHAN
a. Air sampel
b. Larutan indikator Potassium Chromate K2CrC4
c. Larutan standar AgNO3 1,00 ml = 0,50 mg Cr
7. Penentuan Kadar Mg
A. ALAT
a. Statif
b. Buret
c. Pipet
d. Gelas ukur 10 ml
e. Gelas beker 250 ml
f. Tabung erlenmeyer
B. BAHAN
a. Sampel air
b. Aquades
c. NH4OH
d. Larutan EBT
e. Na2EDTA
f. KCN
g. NH2OH HCl 3%
8. Kesadahan Total
A. ALAT
a. Statif
b. Buret
c. Pipet
d. Gelas ukur 10 ml
e. Gelas beker 250 ml
f. Tabung erlenmeyer
B. BAHAN
a. Penentuan kadar Ca2+
a). Sampel air
b). NH2OH-HCL 3%
c). Larutan indikator Murexide
d). Larutan standar Na2EDTA 1%
e). Larutan KCN
f). NAOH 2N
g). Aquades
b. Penentuan kadar Mg2+
a). Sampel air
b). NH4OH
c). Na2EDTA
d). Larutan KCN
e). NH2OH HCl 3%
f). Aquades

V. LANGKAH KERJA
1. Observasi lapangan
a. Membuat peta titik lokasi titik sampel
b. Mencari lokasi titik observasi
c. Mengambil data lapangan seperti penampang melintang sungai, dan debit
air
2. Pengambilan sampel air
a. Mempersiakan alat dan bahan
b. Mencari sampel air yang dibutuhkan
3. Uji laboratorium
a. Penentuan pH air, DHL, suspensi, warna bau dan rasa, kadar Ca, kadar
Cl, kadar Mg, dan kesadahan total

4. Analisis hasil
a. Melakukan perhitungan pada hasil uji laboratoium
b. Mengumpulkan hasil dari uji laboratoium
c. Mengaitkan segala parameter yang ada terhadap baku mutu air
d. Membandingkan ke enam lokasi observasi sesuai berdasarkan parameter
keseluruhan
5. Menyusun laporan
DIAGRAM ALIR

Peta Lokasi Titik


Sampel

Lokasi observasi

Uji Laboratium
pH air
Data Observasi DHL
Pengambilan Suspensi
sampel air Warna, bau, rasa
Panjang penampang Kadar Ca
melintang Kadar Cl
Debit air Kadar Mg
Kesadahan total

Baku mutu air

Analisis hasil

Membandingkan
lokasi lain

Menyusun
laporan
VI. HASIL
1. Peta Lokasi Titik Sampel

Gambar 1:Peta Lokasi Titik Sampel


Sumber : Penulis, 2018

2. Data Hasil Obervasi Setiap Kelompok


a. Kelompok 1 (Kelurahan Tlogomas)
Tabel 4 : Data Observasi Kelompok 1

No Parameter Keterangan

1 Titik Koordinat 676115 mT;9122221mU 49 S

Limbah Rumah Tangga dan


2 Jenis Limbah yang Masuk
Peternakan
3 Warna Keruh Kecoklatan
4 Bau Amis dan Sabun
5 Rasa Sedikit Manis
6 Temperatur Air 24˚C
7 pH Air 7,5
8 DHL 0,0 µmhos/cm
9 Suspensi 1000 mg/L
10 Kadar Ca 20 ppm
11 Kadar Cl 39,84 ppm
12 Kadar Mg 12,16 ppm
13 Kesadahan Total 40
Sumber : Dokumen Penulis

Perhitungan

 Perhitungan Suspensi
( 1 g−0,9 g ) x 1000
TTS ¿
100
0,1 g x 1000
¿
100
100
¿
100
¿ 1 g/liter
= 1000 mg/liter

 Perhitungan Kadar Ca2+


1000
ppm Ca2+ = × faktor × ml titran
ml sampel air
1000
= × 0,5 × 1
25
= 40 × 0,5 × 1
= 20 ppm
 Perhitungan Cl-
1000
ppm Cl- = × faktor × ml titran
ml sampel air
1000
= × 0,498 × 2
25
= 40 × 0,498 × 2
= 39,84 ppm
 Perhitungan Kesadahan Total
1000
Kesadahan Total = × faktor × ml titran
ml sampel air
1000
= × 0,5 × 2
25
= 40 ppm
 Perhitungan Kadar Mg2+

Epm Kesadahan Total ¿ ppm kesadahan × 0,02


= 40 x 0,02
=2
Epm Ca ¿ ppm Ca× 0,05
= 20 x 0,5
=1
Epm Mg = epm kesadahan total – epm Ca
=2–1
=1
Ppm Mg = 12,16 x epm Mg
= 12,16 x 1
= 12,16 ppm (Lunak)

b. Kelompok 2 (Kelurahan Merjosari)


Tabel 5: Data Observasi Kelompok 2

No Parameter Keterangan
0 0
1. Titik Koordinat 7 56’34” S 112 36’00” E
2. Jenis limbah yang masuk Limbah domestik
3. Warna Coklat kekuningan
4. Bau Busuk mneyengat
5. Rasa sepat
6. Temperatur air 270
7. pH Air 7,1
8. DHL 0,00
9. Suspensi 1000 mg/liter
10. Kadaar Ca 20 ppm
11. Kadar Cl 39,84 ppm
12. Kadar Mg 7,296ppm
13. Kesadahan Total 80 ppm
Sumber: Dokumen Penulis

Perhitungan
1. Ph air = 7,1
2. Dhl = 0,00
3. Ca dan cl
4. Penentuan Ca
1000
ppmCa= x faktor x ml titran
ml sampel air
1000
ppmCa= x 0,50 x 1 ml
25 ml
1000
ppm Ca= x 0,50
25 ml
ppm Ca=20 ml

5. Penentuan Cl
1000
ppmCl= x faktor x ml titran
ml sampel air
1000
ppmCa= x 0,498 x 2 ml
25 ml
ppm Ca=39,84 ml
1000
ppmCa= x 0,50 x 1 m
25 ml
ppm Ca=20 ml

1000
1. ppmkesadahan total = x faktor x ml titran
ml sampel air

1000
ppmkesadahan total= x 0,50 x 4 ml
25
ppmkesadahan total=80 ml
2. epmkesadahan total =ppm kesadahan total x 0,02
epm kesadahan total=80 x 0,02
epm kesadahan total=1,6 ml
3. epmCa= ppmCa x 0,05
epmCa=20 x 0,05
epmCa=1ml
4. epm Mg=epmkesadahan total −epmCa
epm Mg=1,6 ml−1 ml
epm Mg=0,6 ml
5. ppm Mg=12,16 x epm Mg
ppm Mg=12,16 x 0,6 ml
ppm Mg=7,296 ml

6. Suspensi
Tabel 6: Berat Suspensi
No Keterangan Berat
.
1. Kertas saring sebelum dioven 1,1 gr
2. Kertas saring setelah dioven 1,2 gr
3. Volume sisa air 50 ml
4. Berat cawan 41,6 gr
Sumber: Dokumentasi Penulis

Hasil perhitungan
Perhitungan :

( a−b ) x 1000
Mg/liter zat padat total ¿
c

Keterangan:
a = berat cawan + residu sesudah pemanasan pada suhu 1050
b = berat cawan kosong sebelum pemanasan pada suhu 1050
c = volume sampel (volume sampel) ml
( 1,2 g−1,1 g ) x 1000
¿
100
0,1 g x 1000
¿
100
100
¿
100
¿ 1 g/liter

= 1000 mg/liter
c. Kelompok 3 (Karangbesuki)
Tabel 7: Data Observasi Kelompok 3

No Parameter Keterangan
1. Titik Koordinat 676415.62 mE;9120699.79 mS
2. Jenis limbah yang masuk Pertanian dan Rumah tangga
3. Warna Bening kecokelatan
4. Bau Tidak berbau
5. Rasa Sedikit manis
6. Temperatur air 25º C
7. pH Air 7,22
8. DHL 0,00
9. Suspensi 2000 mg/lt
10. Kadaar Ca 20 ppm
11. Kadar Cl 19,92 ppm
12. Kadar Mg 2,43 ppm
13. Kesadahan Total 60 ppm
Sumber: Dokumen Penulis

Perhitungan
1. Suspensi
Diketahui:
a = 1,1 gr
b = 1 gr
c = 50 ml

( a−b ) × 1000
TTS ¿
c
( 1,1−1 ) × 1000
¿
50
100
¿ =2 gr / L  2000 mg/L
50
2. Kadar Ca
Diketahui:
Volume sampel air = 25 ml
faktor = 0,50
Titran = 1 ml

Perhitungan:
1000
ppm CA2+ ¿ × faktor ×titran
sampel air
1000
¿ ×0,50 ×1
25
¿ 20 ppm

3. Kadar Cl
Diketahui:
Volume sampel air = 25 ml
faktor = 0,498
Titran = 1 ml

Perhitungan:
1000
ppm CL- ¿ × faktor ×titran
sampel air
1000
¿ ×0,498 ×1
25
¿ 19,92 ppm

4. Kadar Mg
Diketahui:
Volume sampel air = 25 ml
faktor = 0,50
Titran Ca = 1 ml
Titran Mg = 5 ml
Perhitungan:
Epm Kesadahan Total ¿ ppm kesadahan × 0,02
= 60 x 0,02
= 1,2
Epm Ca ¿ ppm Ca× 0,05
= 20 x 0,05
=1
Epm Mg = epm kesadahan total – epm Ca
= 1,2 – 1
= 0,2
Ppm Mg = 12,16 x epm Mg
= 12,16 x 0,2
= 2,43 ppm

5. Kesadahan Total
1000
ppm Kesadahan Total ¿ × faktor ×titran Mg
sampel air
1000
¿ ×0,50 ×3
25
¿ 60 ppm

d. Kelompok 4 (Pisang Candi)


Tabel 8: Data Observasi Kelompok 4

NO PARAMETER KETERANGAN
1. Titik Koordinat 07°58’27”S dan 112°36’25”E

2. Jenis limbah yang masuk Limbah rumah tangga, sampah – sampah


plastic dan alami, kotoran hewan dan
kotoran manusia
3. Warna Keruh
4. Bau Tidak berbau
5. Rasa Tidak ada rasa
6. Temperatur air 28°
7. pH Air 7.9
8. DHL 0.0
9. Suspensi 1000 mg/mL
10. Kadar Ca 20 ppm
11. Kadar Cl 40 ppm
12. Kadar Mg 4,86 ppm
13. Kesadahan Total 70 ppm
Sumber: Dokumen Penulis

Perhitungan

a) Perhitungan Kadar Ca2+


K
ppmCa²+ ¿ x F x Vol . tritan( mL)
Vol . Sampel Air (mL)
1000
ppm Ca²+ ¿ x 0.5 x 5
25
ppm Ca²+ ¿ 20
b) Perhitungan Kadar Cl-
1000
x Faktor (0.498)x mLtritan
mL sampel
1000
x 0.498 x 2=39,84
25
c) Perhitungan Kadar Mg
 Epm Kesadahan Total
ppm Kesadahan x Faktor (0.02)
70 x 0.02=1,4
 Epm Ca
ppm Ca x Faktor (0.05)
20 x 0.05=1
 Epm Mg
Epm KesadahanTotal x Epm Ca
1,4−1=0.4
 Ppm Mg
Faktor ( 12.16 ) x Epm Mg
12.16 x 0,4=4,86
d) Perhitungan Kesadahan Total
K
¿ x F x Vol . tritan ( mL )
Vol . Sampel Air ( mL )
1000
¿ x 0.5 x 3,5=70
25

e) Perhitungan Suspensi
mg ( a−b ) x 1000
zat padat total=
L c
mg ( 2.6−1.6 ) x 1000
zat padat total=
L 50
mg
zat padat total=1 gr /l  1000 mg/L
L

e. Kelompok 5 (Kelurahan Tanjung Rejo)


Tabel 9: Data Observasi Kelompok 5

NO PARAMETER KETERANGAN
1. Titik Koordinat -7991668 E - 07° 59.492’ (112612041 N-
112° 36.717’)
2. Jenis limbah yang masuk Rumah Tangga dan Kandang
3. Warna Coklat keruh
4. Bau Tidak sedap
5. Rasa Tidak Berasa
6. Temperatur air 24.8° C
7. pH Air 7,3
8. DHL 0.00
9. Suspensi 4000 mg/l
10. Kadaar Ca 20 ppm
11. Kadar Cl 19,92 ppm
12. Kadar Mg 1,512 ppm
13. Kesadahan Total 56 ppm
Sumber : Dokumen Penulis

Perhitungan
( a−b ) x 1000
1. Suspensi = Mg/liter zat padat total ¿
c
Keterangan:
a = berat cawan + residu sesudah pemanasan pada suhu 1050
b = berat cawan kosong sebelum pemanasan pada suhu 1050
c = volume sampel (volume sampel) ml

Keterangan Berat
B Kertas sebelum oven 1,1
A Kertas sesudah oven 1,3 g
C Volume air 25 ml

(1,2−1,1 ) x 1000
Suspensi = = 4 g/l = 4000 mg/l
25
2. Penentuan Ca
1000
ppm Ca= x faktor x ml titran
ml sampel air
1000
ppm Ca= x 0,50 x 1 ml
25 ml
1000
ppm Ca= x 0,50
25 ml
ppm Ca=20 ml
3. Penentuan Cl
1000
4. ppmCa= x faktor x ml titran
ml sampel air
1000
5. ppmCa= x 0,498 x 1 ml
25 ml
1000
6. ppm Ca= x 0,498
25 ml
7. ppm Ca=19,92 ml
8. Penentuan Mg
1000
1. ppm kesadahan total= x faktor x ml titran
ml sampel air
1000
Ppm Kesadahan Total = ×0,5 ×2,8=¿ 56 ml
25
2. Ppm Mg = 12,6 ×epm Mg
 epm Mg = epm kesadahan total−epm Ca
 epm kesadahan total = kesadahan total x 0,02
¿ 56 ×0,02=1,12
 epm Ca ¿ ppm Ca× 0,05
= 20 ×0,05=1
Epm Mg = 1,12−1
= 0,12
Ppm Mg = 12,6 ×0,12 = 1,512 ml
9. Penentuan kesadahan total
1000
ppm kesadahan total= x faktor x ml titran
ml sampel air
1000
Ppm Kesadahan Total = ×0,5 ×2,8=¿ 56 ml
25
10. Debit (Q)
Q =VxA
Kecepatan arus (V) rata-rata = 0.8 m/s
Luas penampang (A) rata-rata = Lebar rata-rata x Kedalaman
rata-rata
= 7m x 0.7m
= 4.9 m2
Debit (Q) = 0.8 m/s x 4.9 m2
= 3.92 m3/s

f. Kelompok 6 (Kelurahan Bandungrejosari)


Tabel 10: Data Observasi Kelompok 6

NO PARAMETER KETERANGAN
1. Titik Koordinat X = 678270 ; Y = 9114657

2. Jenis limbah yang masuk Rumah tangga dan kandang


3. Warna Cokelat kekuning-kuningan
4. Bau Berbau pesing
5. Rasa Tidak berasa
6. Temperatur air 25º C
7. pH Air 7,42
8. DHL 0,001
9. Suspensi 1000 mg/liter
10. Kadar Ca 20 ppm
11. Kadar Cl 23,9 ppm
12. Kadar Mg 2,432 ppm
13. Kesadahan Total 60 ppm
Sumber : Dokumen Penulis
Perhitungan
a. Perhitungan Suspensi
 Diket : a = 1,1 gr
b = 1,0 gr
c = 100 mL
 Dit : TSS = ……?
 Jawab :
( 1,1−1,0 ) × 1000
TSS=
100
TSS=1 gr/liter
TSS=1000 mg/liter

b. Perhitungan Kadar Ca
1000
2+¿= × 0,50 ×ml titran
ml sampel air
ppmCa ¿
1000
2+¿= × 0,50 ×1
25
ppmCa ¿

2+¿=20
ppm
ppm Ca¿

c. Perhitungan Kadar Cl
1000
−¿= ×0,498 × ml titran
ml sampel air
ppm Cl ¿
1000
−¿= × 0,498× 1,2
25
ppmCl ¿
−¿=23,9
¿ ppm
ppmCl

d. Perhitungan Kadar Mg
 Epm KesadahanTotal= ppm kesadahan total × 0,02
Epm KesadahanTotal=60 × 0,02
Epm KesadahanTotal=1,2
2+ ¿× 0,05
¿
 2+¿=ppmCa
Epm Ca ¿
2+¿=20× 0,05
¿
Epm Ca
2+ ¿=1
¿
Epm Ca
2+¿
 2+¿=Epm Kesadahan Total−Epm Ca¿
Epm Mg ¿
2+¿=1,2−1
Epm Mg¿
2+¿=0,2
¿
Epm Mg
2+¿
¿
 2+¿=12,16× Epm Mg
Ppm Mg¿
2+¿=12,16× 0,2
¿
Ppm Mg
2+¿=2,432
¿ ppm
Ppm Mg
e. Perhitungan Kesadahan Total
1000
2+¿= × 0,50 ×ml titran
ml sampel air
ppmCa ¿
1000
2+¿= × 0,50 ×3
25
ppmCa ¿

2+¿=60
ppm
ppm Ca ¿
VII. PEMBAHASAN

pH dan DHL

pH

Pada 6 daerah yang telah diuji kualitas air sungainya, memiliki hasil nilai
pH air rata – rata pada kadar normal, untuk daerah tlogomas memiliki nilai pH
sebesar 7,5, daerah merjosari memiliki nilai pH 7,1, daerah karangbesuki 7,22,
daerah pisang candi 7,9, daerah tanjungrejo 7,3, dan untuk daerah bandung
rejosari memiliki nilai pH sebesar 7,42. Hasil dari pengukuran pH yang telah
dilakukan pada keenam daerah tersebut dapat diindikasikan bahwa pH air
termasuk kedalam kategori netral, sehingga air pada wilayah tersebut memiliki
kualitas air yang baik. Fluktuasi nilai pH tersebut dipengaruhi oleh adanya
buangan limbah rumah tangga dan limbah kendang ke tiap daerah yang menjadi
titik sampel pengukuran kualitas air. Pengukuran tertinggi pada titik pengamblian
sampel di daerah pisang candi yaitu 7,9 yang dipengaruhi oleh adanya kegiatan
domestik dan kotoran hewan. Mengacu pada PP No. 82 Tahun 2001 maka pH dari
keenam daerah tersebut masih dalam ambang batas baku mutu air semua
golongan badan air. Hal ini dapat diindikasikan kehidupan biota akuatik masih
dalam kondisi yang cukup baik. Menrut Effendi (2003) sebagian besar biota
akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7 – 8,5.
Menurut Warlina (2004) Limbah sabun dan deterjen juga akan mempengaruhi pH
dalam air sehingga menaikkan tingkat kadar pH air, sehingga dapat mengganggu
kehidupan organisme didalam air. Deterjen yang menggunakan bahan non –
fosfat akan menaikkan pH air sampai sekitar 10,5 – 11.

DHL

Hasil pengukuran sampel air di enam daerah yaitu tlogomas, merjosari,


karangbesuki, pisang candi, tanjungrejo, dan bandung rejosari mendapatkan nilai
DHL atau daya hantar listrik sebesar 0 µmhos/cm. pada keenam sampel tersebut
memiliki tingkat keasaman yang lemah sehingga daya hantar listrik pada sampel
air tersebut lemah. Menurut Novita (2012) daya hantar listrik pada air tergantung
pada konsentrasi ion dan suhu air, oleh karena itu padatan terlarut akan
mempengaruhi kenaikan daya hantar listrik. Semakin tinggi daya hantar listrik
dalam air, maka air akan terasa payau sampai asin. Tetapi pada daerah bandung
rejosari memiliki hasil nilai DHL sebesar 0,001 µmhos/cm dibandingkan dengan
kelima dearah yang memiliki nilai DHL sebesar 0 µmhos/cm. Hal ini disebabkan
karena kondisi lingkungan disekitar aliran sungai tersebut terdapat banyaknya
limbah rumah tangga dan kandang yang secara langsung aliran sungai tersebut di
jadikan sebagai tempat alternatif pembuangan akhir. Sehingga terdapat adanya
sedikit sekali garam terlarut dari hasil limbah yang dibuang ke sungai atau
aktivitas MCK yang kemudian mengalami proses ionisasi, menurut Effendi
(2003) semakin banyak garam – garam terlarut yang dapat terionisasi, semakin
tinggi pula nilai DHL. Selain itu, bilangan valensi dan konsentrasi ion – ion
terlarut sangat berpengaruh terhadap nilai DHL. Asam, basa dan garam
merupakan penghantar listrik yang baik, sedangkan bahan organic (sukrosa dan
benzene) yang tidak dapat mengalami disionisasi merupakan penghantar listrik
yang jelek. Jika mengacu pada PP Kepmenkes No. 907/2002 dalam Nicola (2015)
yang menetapkan batas maksimum konduktivitas standard air minum sebesar 125
µmhos/cm, sehingga dari hasil DHL yang dihasilkan dari keenam daerah tersebut
masih memenuhi kriteria standar kualitas air minum dan air sungai di enam
daerah kualitas air sungainya masih tetap terjaga.

Suspensi
a. Kelurahan Tlogomas

Stasiun pertama berada dilokasi Kelurahan Tlogomas dengan koordinat x


676115 dan y 9122221 menujukkan nilai TSS (Total Suspended Solid) sebesar
1000 mg/l yang artinya di dalam perliternya terdapat 1000 mg kandungan
sedimen yang tersuspensi didalam air. Pada saat pengambilan air yang berada di
stasiun pertama memiliki kondisi berwarna kekeruhan dan sedikit kecokelatan,
berbau amis, dan memiliki rasa yang sedikit manis. Penentuan uji TSS
dilaboratorium bertujuan untuk mengetahui kualitas baku mutu air sehingga akan
diketahui tingkat kelayakan konsumsi air. Ferrayati (2016) menyatakan bahwa
dalam perjalannya air melarutkan dan membawa kandungan material yang
dilaluinya. Jika air melalui tanah dan bebatuan , maka air tersebut akan membawa
partikel yang dilaluinya.

Hasil pengamatan yang dilakukan di Kali Metro Kelurahan Tlogomas


merupakan jenis limbah buangan limbah domestik rumah tangga dan peternakan.
Kedua indikator tersebut salah penyebab dari kekeruhan dari Kali Metro.
Menurut Effendi (2003) menyatakan kekeruhan dapat mempengaruhi kualitas
perairan yang akan berdampak pada jumlah padatan suspensi. Nilai padatan
suspensi berbanding lurus dengan nilai kekeruhan apabila keduanya memiliki
nilai yang tergolong tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa padatan suspensi
memilki nilai korelasi positif terhadap suspensi. Kandungan NAB (Nilai Ambang
Batas) yang ditetapkan oleh Kementerian KLH untuk kepentingan perikanan dan
tanaman konservasi yakni hanya sebesar < 80 ppm sedangkan untuk kepentingan
pariwisata (mandi selam dan renang) yaitu < 23 ppm.

Menurut permen KLH no.68 tahun 2016 tentang baku mutu air limbah
domestik TSS kadar maksimun hanya 30 mg/l dari sehingga dapat diketahui
bahwa kadar TSS telah mencapai ambang batas maksimun yang telah ditetapkan
oleh permen KLH no.68 tahun 2016. Menurut Sugiharto (2008) menyatakan air
limbah yang dikeluarkan kemudian mengalis pada suatu aliran DAS sangat tidak
baik, sehingga ketika dikeluarkan butuh pengolahan apabila limbah tidak dapat
dikelola dengan secara baik akan dapat menimbulkan gangguan baik terhadap
lingkungan maupun terhadap kehidupan sekitar aliran limbah. Air yang memiliki
kandungan TSS cukup tinggi jika di konsumsi oleh manusia akan berbahaya pada
kesehatan manusia, mengingat kandungan limbah yang tersuspensi pada aliran
air.

Menurut Diana (2005) menyatakan Air merupakan sumberdaya alam yang


mempunyai fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup
lainnya serta sebagai modal dasar dalam pembangunan. Dengan perannya yang
sangat penting, air akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi/komponen
lainnya. Pemanfaatan air untuk menunjang seluruh kehidupan manusia jika tidak
dibarengi dengan tindakan bijaksana dalam pengelolaannya akan mengakibatkan
kerusakan pada sumberdaya air. Oleh karena itu dalam penetapan kualitas air
telah ditetapkan dalam PP RI No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air jika dikategorikan termasuk kedalam
kelass IV air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.

b. Merjosari

Stasiun kedua berada di Kelurahan Merjosari dengan koordinat 7056’34” S


112036’00” E menujukkan nilai TSS yang sama dengan stasiun pertama yakni
sebesar 1000 mg/liter yang artinya dalam satu liternya terdapat 1000 mg/liter
yang tersuspensi. Pada saat pengambilan di stasiun kedua memiliki ciri fisik yang
hampir sama, warna airnya berwarna cokelat kekuningan, berbau busuk
menyengat, rasa sepat, serta limbah jenis yang dikeluarkan merupakan limbah
domestik. Pengujian kandungan TSS dilakukan di laboroturim yang bertujua
mengetahui besarnya kandungan TSS sehingga dapat dianalisis lebih lanjut.
Ferrayati (2016) menyatakan bahwa dalam perjalannya air melarutkan dan
membawa kandungan material yang dilaluinya. Jika air melalui tanah dan
bebatuan , maka air tersebut akan membawa partikel yang dilaluinya.

Hasil pengamatan yang dilakukan di Kali Metro Kelurahan Merjosari


merupakan jenis limbah buangan limbah domestik rumah tangga satu indikator
tersebut salah penyebab dari kekeruhan dari Kali Metro. Menurut Effendi (2003)
menyatakan kekeruhan dapat mempengaruhi kualitas perairan yang akan
berdampak pada jumlah padatan suspensi. Nilai padatan suspensi berbanding
lurus dengan nilai kekeruhan apabila keduanya memiliki nilai yang tergolong
tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa padatan suspensi memilki nilai korelasi
positif terhadap suspensi. Kandungan NAB (Nilai Ambang Batas) yang
ditetapkan Keputusan Menteri Negara KLH Tentang Pedoman Penetapan Baku
Mutu Lingkungan tahun 1988 untuk kepentingan perikanan dan tanaman
konservasi yakni hanya sebesar < 80 ppm sedangkan untuk kepentingan
pariwisata (mandi selam dan renang) yaitu < 23 ppm. Nilai tersebut juga sudah
melewati ambang batas nilai TSS untuk limbah domestik yang telah ditetapkan
permen KLH.

Menurut Diana (2005) menyatakan air merupakan sumberdaya alam yang


mempunyai fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup
lainnya serta sebagai modal dasar dalam pembangunan. Dengan perannya yang
sangat penting, air akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi/komponen
lainnya. Pemanfaatan air untuk menunjang seluruh kehidupan manusia jika tidak

dibarengi dengan tindakan bijaksana dalam pengelolaannya akan


mengakibatkan kerusakan pada sumberdaya air. Oleh karena itu dalam penetapan
kualitas air telah ditetapkan dalam PP RI No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air jika dikategorikan termasuk
kedalam kelass IV air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.

c. Karangbesuki

Stasiun ketiga berada di Kelurahan Karangbesukidengan koordinat x


676415.62 dan y 9120699 menujukkan nilai TSS yang sama dengan stasiun
pertama yakni sebesar 2000mg/liter yang artinya dalam satu liternya terdapat
2000 mg yang tersuspensi angka yag jauh lebih besar daripada sebelumnya. Pada
saat pengambilan di stasiun ketiga memiliki ciri fisik yang hampir sama, warna
airnya berwarna kecokelatan, berbau busuk menyengat, rasa agak manis, serta
limbah jenis yang dikeluarkan merupakan pertanian dan domestik. Pengujian
kandungan TSS dilakukan di laboroturim yang bertujua mengetahui besarnya
kandungan TSS sehingga dapat dianalisis lebih lanjut. Ferrayati (2016)
menyatakan bahwa dalam perjalannya air melarutkan dan membawa kandungan
material yang dilaluinya. Jika air melalui tanah dan bebatuan , maka air tersebut
akan membawa partikel yang dilaluinya.

Hasil pengamatan yang dilakukan di Kali Metro Kelurahan Karangbesuki


merupakan jenis limbah buangan limbah domestik rumah tangga dan pertanian
indikator tersebut salah penyebab dari kekeruhan dari Kali Metro. Menurut
Effendi (2003) menyatakan kekeruhan dapat mempengaruhi kualitas perairan
yang akan berdampak pada jumlah padatan suspensi. Nilai padatan suspensi
berbanding lurus dengan nilai kekeruhan apabila keduanya memiliki nilai yang
tergolong tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa padatan suspensi memilki nilai
korelasi positif terhadap suspensi. Kandungan NAB (Nilai Ambang Batas) yang
ditetapkan oleh Keputusan Menteri Negara KLH Tentang Pedoman Penetapan
Baku Mutu Lingkungan tahun 1988 untuk kepentingan perikanan dan tanaman
konservasi yakni hanya sebesar < 80 ppm sedangkan untuk kepentingan
pariwisata (mandi selam dan renang) yaitu < 23 ppm. Nilai tersebut juga sudah
melewati ambang batas nilai TSS untuk limbah domestik yang telah ditetapkan
permen KLH.

Kualitas baku mutu air sangatlah penting mengingat air merupak sumber
yang paling utama bagi kehidupan manusia. Pemanfaatan air untuk menunjang
seluruh kehidupan manusia jika tidak dibarengi dengan tindakan bijaksana dalam
pengelolaannya akan mengakibatkan kerusakan pada sumberdaya air. Oleh
karena itu dalam penetapan kualitas air telah ditetapkan dalam PP RI No. 82
Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
jika dikategorikan termasuk kedalam kelass IV air yang peruntukannya dapat
digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

d. Pisang Candi

Stasiun keempat berada di Kelurahan Pisang Candi dengan koordinat


7058’27” S 112036’25” E menujukkan nilai TSS yang sama dengan stasiun
sebelumnya yakni sebesar 1000 mg/liter yang artinya dalam satu liternya terdapat
1000 mg yang tersuspensi. Pada saat pengambilan di stasiun kedua memiliki ciri
fisik yang hampir sama, warna airnya berwarna keruh, tidak berbau , tidak berasa,
serta limbah jenis yang dikeluarkan merupakan limbah domestik, kotoran hewan,
serta kotoran manusia. Pengujian kandungan TSS dilakukan di laboroturim yang
bertujuan mengetahui besarnya kandungan TSS sehingga dapat dianalisis lebih
lanjut. Ferrayati (2016) menyatakan bahwa dalam perjalannya air melarutkan dan
membawa kandungan material yang dilaluinya. Jika air melalui tanah dan
bebatuan , maka air tersebut akan membawa partikel yang dilaluinya.

Hasil pengamatan yang dilakukan di Kali Metro Kelurahan Pisang Candi


merupakan jenis limbah buangan limbah domestik rumah tangga satu indikator
tersebut salah penyebab dari kekeruhan dari Kali Metro. Menurut Effendi (2003)
menyatakan kekeruhan dapat mempengaruhi kualitas perairan yang akan
berdampak pada jumlah padatan suspensi. Nilai padatan suspensi berbanding
lurus dengan nilai kekeruhan apabila keduanya memiliki nilai yang tergolong
tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa padatan suspensi memilki nilai korelasi
positif terhadap suspensi. Kandungan NAB (Nilai Ambang Batas) yang
ditetapkan oleh Keputusan Menteri Negara KLH Tentang Pedoman Penetapan
Baku Mutu Lingkungan tahun 1988 untuk kepentingan perikanan dan tanaman
konservasi yakni hanya sebesar < 80 ppm sedangkan untuk kepentingan
pariwisata (mandi selam dan renang) yaitu < 23 ppm. Nilai tersebut juga sudah
melewati ambang batas nilai TSS untuk limbah domestik yang telah ditetapkan
permen KLH.

Kualitas baku mutu air sangatlah penting mengingat air merupak sumber
yang paling utama bagi kehidupan manusia Pemanfaatan air untuk menunjang
seluruh kehidupan manusia jika tidak dibarengi dengan tindakan bijaksana dalam
pengelolaannya akan mengakibatkan kerusakan pada sumberdaya air. Oleh
karena itu dalam penetapan kualitas air telah ditetapkan dalam PP RI No. 82
Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
jika dikategorikan termasuk kedalam kelass IV air yang peruntukannya dapat
digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

e. Tanjungrejo

Stasiun kelima berada di Kelurahan Tanjungrejo menujukkan nilai TSS


yang lebih besar dengan stasiun pertama yakni sebesar 4000 mg/liter yang artinya
dalam satu liternya terdapat 4000 mg yang tersuspensi. Pada saat pengambilan di
stasiun kelima memiliki ciri fisik yang hampir sama, warna airnya berwarna
cokelat keruh, berbau busuk menyengat, tidak berasa, serta limbah jenis yang
dikeluarkan merupakan limbah domestik dan kandang. Pengujian kandungan TSS
dilakukan di laboroturim yang bertujua mengetahui besarnya kandungan TSS
sehingga dapat dianalisis lebih lanjut. Ferrayati (2016) menyatakan bahwa dalam
perjalannya air melarutkan dan membawa kandungan material yang dilaluinya.
Jika air melalui tanah dan bebatuan , maka air tersebut akan membawa partikel
yang dilaluinya.

Hasil pengamatan yang dilakukan di Kali Metro Kelurahan Tanjungrejo


merupakan jenis limbah buangan limbah domestik rumah tangga satu indikator
tersebut salah penyebab dari kekeruhan dari Kali Metro. Menurut Effendi (2003)
menyatakan kekeruhan dapat mempengaruhi kualitas perairan yang akan
berdampak pada jumlah padatan suspensi. Nilai padatan suspensi berbanding
lurus dengan nilai kekeruhan apabila keduanya memiliki nilai yang tergolong
tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa padatan suspensi memilki nilai korelasi
positif terhadap suspensi. Kandungan NAB (Nilai Ambang Batas) yang
ditetapkan oleh Keputusan Menteri Negara KLH Tentang Pedoman Penetapan
Baku Mutu Lingkungan tahun 1988 untuk kepentingan perikanan dan tanaman
konservasi yakni hanya sebesar < 80 ppm sedangkan untuk kepentingan
pariwisata (mandi selam dan renang) yaitu < 23 ppm. Nilai tersebut juga sudah
melewati ambang batas nilai TSS untuk limbah domestik yang telah ditetapkan
permen KLH.

Kualitas baku mutu air sangatlah penting mengingat air merupak sumber
yang paling utama bagi kehidupan manusia Pemanfaatan air untuk menunjang
seluruh kehidupan manusia jika tidak dibarengi dengan tindakan bijaksana dalam
pengelolaannya akan mengakibatkan kerusakan pada sumberdaya air. Oleh
karena itu dalam penetapan kualitas air telah ditetapkan dalam PP RI No. 82
Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
jika dikategorikan termasuk kedalam kelass IV air yang peruntukannya dapat
digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

f. Bandungrejosari
Stasiun keenam berada di Kelurahan Bandungrejosari dengan koordinat x
678270 dan y 9114657 menujukkan nilai TSS yang sama dengan stasiun pertama
yakni sebesar 1000 mg/liter yang artinya dalam satu liternya terdapat 1000 mg
yang tersuspensi. Pada saat pengambilan di stasiun keenam memiliki ciri fisik
yang hampir sama, warna airnya berwarna cokelat kekuningan, berbau pesing,
tidak berasa, serta limbah jenis yang dikeluarkan merupakan limbah domestik dan
kandang. Pengujian kandungan TSS dilakukan di laboroturim yang bertujuan
mengetahui besarnya kandungan TSS sehingga dapat dianalisis lebih lanjut.
Ferrayati (2016) menyatakan bahwa dalam perjalannya air melarutkan dan
membawa kandungan material yang dilaluinya. Jika air melalui tanah dan
bebatuan , maka air tersebut akan membawa partikel yang dilaluinya.

Hasil pengamatan yang dilakukan di Kali Metro Kelurahan


Bandungrejosari merupakan jenis limbah buangan limbah domestik rumah tangga
satu indikator tersebut salah penyebab dari kekeruhan dari Kali Metro. Menurut
Effendi (2003) menyatakan kekeruhan dapat mempengaruhi kualitas perairan
yang akan berdampak pada jumlah padatan suspensi. Nilai padatan suspensi
berbanding lurus dengan nilai kekeruhan apabila keduanya memiliki nilai yang
tergolong tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa padatan suspensi memilki nilai
korelasi positif terhadap suspensi. Kandungan NAB (Nilai Ambang Batas) yang
ditetapkan oleh Keputusan Menteri Negara KLH Tentang Pedoman Penetapan
Baku Mutu Lingkungan tahun 1988 untuk kepentingan perikanan dan tanaman
konservasi yakni hanya sebesar < 80 ppm sedangkan untuk kepentingan
pariwisata (mandi selam dan renang) yaitu < 23 ppm. Nilai tersebut juga sudah
melewati ambang batas nilai TSS untuk limbah domestik yang telah ditetapkan
permen KLH.

Kualitas baku mutu air sangatlah penting mengingat air merupak sumber
yang paling utama bagi kehidupan manusia Pemanfaatan air untuk menunjang
seluruh kehidupan manusia jika tidak dibarengi dengan tindakan bijaksana dalam
pengelolaannya akan mengakibatkan kerusakan pada sumberdaya air. Oleh
karena itu dalam penetapan kualitas air telah ditetapkan dalam PP RI No. 82
Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
jika dikategorikan termasuk kedalam kelass IV air yang peruntukannya dapat
digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Warna, Bau, dan Rasa

Berdasarkan hasil pengambilan sampel air yang dilakukan pada enam titik
pengamatan. Pengambilan sampel air dilakukan pada sungai yang terbagi pada
enam lokasi administrasi yang berbeda yaitu Kelurahan Tlogomas, Kelurahan
Merjosari, Kelurahan Karangbesuki, Kelurahan Pisang Candi, Kelurahan
Tanjungrejo, dan Kelurahan Bandungrejosari. Dari hasil pengambilan sampel
tersebut kemudian di analisis mengenai bau, warna dan rasa yang masing-masing
lokasi pengambilan sampel air tersebut memiliki bau, warna dan rasa yang
berbeda.

Selanjutnya hasil pengambilan sampel yang memiliki bau, warna dan rasa
tersebut dianalisis sesuai dengan lokasi pengambilan sampel dan lingkungan
sekitarnya. Kelurahan Tlogomas, pada lokasi pengambilan sampel air yaitu
sungai memiliki bau amis dan juga bau sabun, warna dari air tersebut adalah
keruh kecoklatan dan rasa nya yaitu sedikit manis. Berdasarkan dari hasil tersebut
dapat diketahui bahwa bau, warna dan rasa tersebut adalah pengaruh dari limbah
rumah tangga dan juga peternakan. Limbah tersebut tersuspensi sehingga
mengalami pengendapan dan menimbulkan warna air menjadi keruh kecoklatan.
Selain itu juga limbah rumah tangga yang menghasilkan sabun menyebabkan air
tersebut menjadi berbau sabun. Hal ini berarti bahwa dari masyarakat sekitar
penggunaan sabun dilakukan secara berlebih. Dan rasa yang dihasilkan yaitu
sedikit manis juga terjadi akibat pengaruh dari limbah dari sekitar sungai.

Kelurahan Merjosari yang letaknya dekat dengan Kelurahan Tlogomas


memiliki hasil sampel air yang dianalisis di laboratorium yaitu bau yang
dihasilkan adalah busuk menyengat, warna coklat kekuningan dan rasa yang
sepat. Tetapi keadaan fisik air yang ada di Kelurahan Merjosari dan juga
Tlogomas berbeda. Hal ini karena pengaruh dari limbah yang mencemari sungai
tersebut. Limbah yang masuk ke sungai tempat pengambilan sampel air adalah
limbah domestik. Sehingga limbah-limbah tersebut tercampur antara satu dengan
yang lain dan mengalami perkumpulan di sungai tersebut. Hal ini menjadikan bau
air menjadi busuk menyengat dan kandungan limbah yang tersuspensi pada
sungai menyebabkan warna air menjadi coklat kekuningan dan juga rasa yang
sepat. Dapat diketahui bahwa kondisi air tersebut akibat pengaruh dari kondisi
lingkungan yaitu limbah yang masuk ke dalam sungai tersebut merupakan limbah
domestik, karena pengaruh dari padatnya penduduk yang ada di sekitar wilayah
administrasi Kelurahan Merjosari.

Kelurahan Karangbesuki juga memiliki bau, warna dan juga rasa yang
berbeda dari kedua kelurahan sebelumnya yang letaknya juga berbedakatan. Bau
yang ada pada sampel air yang dilakukan pengambilan sampel pada sungai yang
ada di wilayah administrasi Karangbesuki adalah tidak berbau, warna yang
bening kecoklatan dan memiliki rasa yang sedikit manis. Kondisi air yang seperti
ini dapat dikatakan lebih baik dari kondisi air yang ada pada sampel air yang ada
pada dua lokasi yang berbeda sebelumnya. Kondisi air tersebut dipengaruhi oleh
limbah yang masuk ke dalam aliran sungai yaitu limbah pertanian dan juga
limbah rumah tangga. Hal ini berarti bahwa limbah yang masuk ke dalam sungai
akibat pengaruh dari aktifitas pertanian dan bahan organik dalam penggunaan
tersebut menjadikan air tersuspensi dan menghasilkan warna yang bening dan
warna yang bening walaupun terdapat warna kecoklatan. Rasa yang sedikit manis
terdapat dari bahan organik dari limbah yang masuk ke sungai.

Selanjutnya kondisi yang berbeda juga terjadi pada kondisi air yang ada di
sungai Kelurahan Pisang Candi. Sampel air memiliki bau yang tidak berbau,
warna yang keruh dan juga tidak ada rasa. Sedangkan limbah pencemar yang ada
di sungai tersebut bermacam-macam mulai dari limbah rumah tangga, sampah
plastik dan sampah alami, kotoran hewan dan juga manusia. Karena pengaruh
dari kepadatan penduduk yang ada di sekitar daerah aliran sungai menyebabkan
pengaruh limbah yang dihasilkan juga bermacam-macam. Keadaan tersebut dapat
mempengaruhi keadaan fisik air yaitu menyebabkan air memiliki warna yang
keruh karena suspensi dari bahan-bahan pencemar yang masuk ke dalam air
sungai.

Kemudian kondisi fisik air yang ada di Kelurahan Tanjungrejo. Pada


sampel air sungai di lokasi pengambilan sampel memiliki bau yang tidak sedap,
warna yang coklat keruh dan rasa yang tidak berasa. Bau tidak sedap tersebut
dapat di indikasikan bahwa terkontaminasi adanya pembuangan limbah kandang
yang menghasilkan kotoran dibuang menuju sungai. Selain di indikasikan akibat
dari limbah kandang kondisi fisik air tersebut juga pengaruh dari limbah rumah
tangga. Sehingga limbah yang masuk ke dalam aliran sungai juga mempengaruhi
kondisi fisik air karena limbah tersebut terbuang terus menerus ke sungai. Dan
menyebabkan kondisi fisik air menjadi berubah akibat dari pengendapan maupun
percampuran dari bahan-bahan organik yang menyebabkan kondisi fisik air
berubah.

Dan lokasi pengambilan sampel yang terakhir yaitu Kelurahan


Bandungrejosari. Diperoleh hasil bau yang pesing, warna yang coklat kekuning-
kuningan dan juga rasa yang tidak berasa. Ha ini terjadi akibat dari pengaruh
kondisi lingkungan sekitar daerah aliran sungai yang padat penduduk dan
membuang limbahnya sembarangan. Meningat aliran sungai yang ada juga sudah
tidak deras lagi pada musim kemarau seperti ini. Limbah pencemar yang masuk
ke aliran sungai merupakan limbah rumah tangga dan juga limbah kandang.
Karena di sekitar daerah aliran sungai tersebut pembuangan limbah ke sungai
secara berlebihan dan juga pengaruh dari padatnya penduduk di sekitar sungai
menyebabkan bahan organik dari limbah mengalami suspensi dan mengikuti
aliran sungai sehingga pada aliran sungai mengalami material limbah yang
tertransport ke aliran sungai pada lokasi pengambilan sampel.

Kadar Cl

Cl- atau klorida merupakan ion dari atom unsur klorin, klorin memuat ion
negatif yang mudah berikatan dengan unsur lain. Dengan pelepasan ion klorida
maka akan membentuk ikatan senyawa seperti potassium klorida atau zodium
klorida (garam), sehingga dapat dikatakan pengujian klorin merupakan uji
terhadap kandungan garam dalam air. pada uji lab, pengujian dilakukan dengan
menggunakan metode Mohr, dengan melakukan titrasi sampel air menggunakan
larutan standar AgNO3 dan larutan indikator K2CrO4. Pada saat dilakukan tritasi
sampel air mengalami perubahan menjadi merah dan terdapat endapan
didalamnya. Hal ini mengindikasikan terdapatnya kandungan klorin dalam air
sungai.
Pengujian dilakukan berdasarkan sampel air yang diambil disepanjang
Sugai Metro dengan pembagian wilayah meliputi, Tlogomas, Merjosari,
Karangbesuki, Pisangcandi, Tanjungrejo, Bandungrejosari. Berdasarkan hasil
pengujian lab dapat diklasifikasikan kandungan klorida dalam air pada masing-
masing sampel meliputi, 1). Tlogomas sebesar 39,84 ppm termasuk dalam
kategori lunak, 2). Merjosari sebesar 39,84 ppm termasuk dalam kategori lunak,
3). Karangbesuki sebesar 19,92 ppm termasuk dalam kategori lunak, 4).
Pisangcandi sebesar 39,84 ppm termasuk dalam kategori lunak, 5). Tanjungrejo
sebesar 19,92 ppm termasuk dalam kategori lunak, 6). Bandungrejosari sebesar
23,9 ppm termasuk dalam kategori lunak.
Berdasarkan hasil klasifikasi diatas dapat diketahui bahwa kandungan
Klorin pada Sungai Metro Kota Malang termasuk dalam kategori lunak, hal ini
berdasarkan pengambilan sampel air pada titik-titik yang telah dipilih untuk
diambil sampel pada wilayah terkait. Berdasarkan nilai klorin diatas kandungan
Cl- paling tinggi terdapat pada wilayah Tlogomas, Merjosari, dan Pisangcandi
sebesar 39,84 ppm. Dari hasil tersebut dapat diidentifikasi bahwa wilayah terkait
memiliki karakteristik keruangan yang sama dimana terdapat permukiman padat
penduduk dibantaran atau sekitar sungai yang mengeluarkan limbah domestik dan
limbah peternakan yang melakukan pembuangan secara langsung ke sungai, hal
ini berdampak pada pelepasan kandungan ion negative yang banyak dalam air
sebagai akibat reaksi dari keberadaan limbah organik kotoran sapid an limbah
rumah tangga, sehingga pada sampel air wilayah terkait mempunyai kesamaan
mempunyai kandungan klorin yang paling tinggi apabila dibandingkan dengan
titik atau wilayah pengujian lain.
Kandungan klorin paling sedikit terdapat pada wilayah Karangbesuki dan
Tanjungrejo dengan kandungan klorin sebesar 19,92 ppm. Apabila dilihat
berdasarkan karakteristik keruangan hal ini berpengaruh terhadap kandungan
klorin dalam air dimana pada wilayah terkait aktivitas disekitar sungai berupa
pertanian dan peternakan serta aktivitas permukiman. Kegiatan pertanian dan
peternakan wilayah dekat sungai berpengaruh terhadap kondisi limbah yang
dibuang berupa sisa pestisida dan kotoran ternak serta sisa aktivitas rumah
tangga, tetapi pada wilayah ini limbah yang dikeluarkan tidak sebesar dan
sebanyak pada wilayah padat permukiman, sehingga kandungan klorin dalam air
mempunyai kadar yang rendah.
Kandungan klorin dalam air sungai berpengaruh terhadap kehidupan
ekosistem didalam sungai, dimana setiap mahluk hidup pasti membutuhkan klorin
untuk keseimbangan dalam tubuhnya. Air sungai pada sampel terdapat kandungan
klorin karean aktifitas morfologi sungai dari hulu hingga transportasi disekitar
sungai dan dipengaruhi pula oleh aktivtas sosial ekonomi yatau keruangan yang
berada pada wilayah sekitar sungai atau bantaran sungai. hal tersebut akan
berpengaruh terhadap proses penambahan dan pengurangan ion-ioan dalam
sungai, aktivitas ini juga dapat berpengaruh terhadap keberadaan kandungan
klorin dalam air sungai.
Meskipun dibutuhkan dalam kehidupan tapi kandungan garam adalam suatu
tubuh perairan juga perlu diperhatikan apabila kandungan klorin sangat tinggi
seperti, maka air akan bersifat asin, dan korosif, selain itu air akan mengalami
ketidak seimbangan sehingga dapat menggangu atau merusak kehidupan
ekosistem dalam air. Sehingga kadar klorin dalam suatu tubuh perairan harus
berada pada kisaran nilai yang telah ditentukan.
Menurut menurut Winarno, 1986 dalam Srihapsari 2006, dapat
diklasifikasikan bahwa kandungan klorin dalam sungai metro dalam kategori
rendah, serta apabila berdasarkan SNI, yang telah ditentukan maka tubuh
peraiaran mempunyai kadar klorin yang seimbang apabila berada dalam takaran
dibawah 400 mg/ l. (SNI 06-6989.22-2004). Hal ini menandakan kandungan
klorin masih seimbang serta dapat digunakan sebagai tempat hidup atau
ekosistem yang baik pada tubuh perairan sekitar sungai metro.

Kadar Ca dan Mg

Ion kalsium dan magnesium merupakan contoh kation divalent (valensi


dua). Kalsium dan magnesium ini merupakan dua unsur utama penyusun
kesadahan air. Hasil perhitungan kadar kalsium dan magnesium pada 6 kelurahan
yang dilalui oleh Sungai Metro diperoleh nilai sebagai berikut: Kelurahan
Tlogomas kadar kalsium dan magnesiumnya sebesar 20 ppm dan 12,16 ppm,
Kelurahan Merjosari sebesar 20 ppm dan 7,296 ppm, Kelurahan Karangbesuki
sebesar 20 ppm dan 2,432 ppm, Kelurahan Pisangcandi sebesar 20 ppm dan 4,86
ppm, Kelurahan Tanjungrejo sebesar 20 ppm dan 1,512 ppm, Kelurahan
Bandungrejosari sebesar 20 ppm dan 2,432 ppm. Berdasarkan klasifikasi perairan
menurut tingkat kesadahan ditinjau dari kandungan Ca dan Mg, maka semua
kelurahan yang menjadi lokasi sampel penelitian termasuk dalam kategori lunak
(soft). Artinya, sampel air Sungai Metro di Kelurahan Tlogomas, Merjosari,
Karangbesuki, Pisangcandi, Tanjungrejo, dan Bandungrejosari termasuk dalam
kelas kesadahan rendah. Tingkat kesadahan yang rendah ini dipengaruhi oleh
lokasi penelitian yang berada pada dataran antar gunung, sehingga mendapat
pengaruh dari aktivitas vulkanik. Daerah vulkan memiliki kandungan besi yang
lebih tinggi dibanding dengan kandungan kapurnya (Sudarmadji, dkk, 2016).
Lokasi penelitian juga sangat jauh dari wilayah yang memiliki komposisi batuan
kapur (daerah karst). Daerah karst ini banyak terdapat di wilayah Kabupaten
Malang bagian selatan, karena wilayah tersebut merupakan daerah pengangkatan
sehingga banyak mengandung kapur. Kondisi geologi inilah yang menyebabkan
air di lokasi penelitian memiliki tingkat kesadahan rendah.

Selain kondisi geologi, kawasan sekitar sungai juga mempunyai pengaruh


dalam penurunan tingkat kesadahan, terutama kawasan yang menghasilkan
limbah dari deterjen maupun sabun. Dari tabel hasil observasi dapat dilihat bahwa
limbah yang masuk ke dalam Sungai Metro meliputi limbah rumah
tangga/domestik, limbah peternakan/kandang, limbah pertanian, maupun sampah-
sampah plastik serta kotoran hewan dan manusia. Jumlah limbah paling besar
yang masuk ke dalam sungai adalah limbah rumah tangga/domestik. Limbah
domestik biasanya berupa air buangan hasil penggunaan untuk kebersihan,
misalnya limbah dapur, kamar mandi, cucian, dan sebagainya (Sa’adah dan
Winarti, 2009). Limbah domestik ini akan banyak mengandung sabun maupun
deterjen, sehingga sabun dan deterjen ini akan semakin banyak yang masuk ke
dalam sungai. Sabun dan deterjen akan bereaksi dengan kation divalent penyusun
kesadahan (kalsium dan magnesium), sehingga akan menghasilkan endapan.
Semakin banyak reaksi antara sabun/deterjen dengan kalsium maupun
magnesium, maka jumlah endapan yang dihasilkan akan semakin banyak pula.
Akibatnya, air akan mengalami pelunakan, sehingga tingkat kesadahan air akan
semakin berkurang. Jika tingkat kesadahan air ini mulai berkurang, maka busa-
busa akan mulai terbentuk.

Dari hasil penelitian di 6 kelurahan, maka air di Sungai Metro masih masuk
dalam ambang batas kadar kalsium maupun magnesium untuk air minum. Hal ini
dikarenakan kadar kalsiumnya tidak lebih dari 75 ppm dan magnesiumnya tidak
lebih dari 50 ppm. Jadi, ditinjau dari kadar kalsium dan magnesiumnya air
tersebut masih dapat diolah untuk digunakan dalam aktivitas manusia.

Kandungan kalsium dan magnesium dalam air tidak memiliki implikasi


langsung dengan kesehatan manusia (Tebbut, 1992 dalam Effendi, 2017). Di
perairan alami, ion kalsium dan magnesium dapat menghambat toksik dari logam
berat. Hal ini dikarenakan ion kalsium dan magnesium akan membentuk senyawa
kompleks dengan logam-logam berat tersebut. Dalam jumlah tertentu, unsur
kalsium dan magnesium memiliki peranan penting bagi makhluk hidup. Kalsium
dapat berperan dalam pembentukan tulang dan pengaturan permeabilitas dinding
sel. Kalsium juga berperan dalam pembangunan struktur sel pada tanaman serta
perbaikan struktur tanah. Beberapa hewan maupun tumbuhan akuatik
membutuhkan kalsium dalam pertumbuhannya. Kadar kalsium yang tinggi relatif
tidak berbahaya, bahkan dapat menurunkan toksisitas beberapa senyawa kimia.
Begitu juga dengan magnesium yang tidak bersifat toksik, bahkan magnesium
juga bersifat menguntungkan bagi fungsi hati dan sistem saraf. Pada tumbuhan,
magnesium terdapat pada klorofil.

Air yang banyak mengandung kalsium maupun magnesium apabila


dipanaskan akan cenderung membentuk endapan (Brown, 1987 dalam Effendi,
2017). Dengan sifat yang demikian, maka tingkat kesadahan yang terlalu tinggi
atau kandungan kalsium maupun magnesium yang terlalu tinggi tidak baik untuk
aktivitas domestik maupun industri. Karena sifatnya yang dapat mengendapkan
sabun, maka sabun akan sulit untuk berbusa. Dengan kondisi seperti ini,
diperlukan sabun dalam jumlah banyak agar dapat berbusa. Hal ini sangat tidak
efektif dalam penggunaannya, karena memakan waktu yang lama untuk berbusa
dan membutuhkan biaya penggunaan sabun yang lebih besar. Selain itu, karena
saat dapat membentuk endapan saat dipanaskan, maka air sadah ini akan
menyebabkan kerak pada dinding peralatan logam yang digunakan untuk
pemanasan. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan logam yang
digunakan dalam proses pemanasan tersebut. Oleh karena itu diperlukan
penghilangan kesadahan atau pelunakan dalam air sehingga air dapat lebih efektif
untuk digunakan. Menurut Said dan Ruliasih (2010), proses penghilangan
kesadahan pada air dapat dilakukan dengan cara pemanasan, proses pengendapan
kimia, dan pertukaran ion.

Kesadahan Total

Penentuan kesadahan total suatu perairan dapat dilihat dari kandungan


kalsium (Ca2+) dan magnesium (Mg2+). Berdasarkan perhitungan tingkat
kesadahan pada tiap Keluharan yang dilewati oleh Sungai Metro didapatkan hasil
kesadahan total yang tidak jauh berbeda. Hasil perhitungan kesadahan total 6
Kelurahan bisa dilihat dari tabel berikut:

Tabel 12 : Total Kesadahn Total Tiap Kelurahan


Kelompok Kelurahan Kesadahan Total Klasifikasi
1 Tlogomas 40 ppm Lunak
2 Merjosari 80 ppm Menengah
3 Karangbesuki 60 ppm Menengah
4 Pisang Candi 70 ppm Menengah
5 Tanjungrejo 56 ppm Menengah
6 Bandungrejosari 60 ppm Menengah
Sumber: Dokumen Penulis

Kandungan magnesium kalsium dalam air dapat dijadikan patokan dalam


menentukan kesadahan total. Tingkat kesadahan total dalam air sudah diatur
dalam beberapa baku mutu air. Sutrisno (2006) memaparkan bahwa air
berdasarkan tingkat kesadahannya diklasifikasikan sebagai berikut: kesadahan <
50 mg/L tergolong air lunak, 50-150 mg/L tergolong air menengah, 150-300 mg/L
tergolong air sadah, dan > 300 mg/L merupakan air sangat sadah. Berdasarkan
penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa tingkat kesadahan total dari 6
Kelurahan yang diambil sebagai sempel memiliki tingkat kesadahan dari lunak
hingga menengah.

Perbedaan dalam kadar kesadahan tiap Kelurahan disebabkan adanya


perbedaan penggunaan lahan. Air yang sadah sebenarnya tidak begitu berbahaya
jika dikonsumsi. Akan tetapi, dapat menyebabkan beberapa masalah seperti
pemborosan sabun di rumha tangga. Air sadah yang bercampur sabun tidak dapat
membentuk busa, akan tetapi membentuk gumpalan soap scum (sampah sabun)
yang sukar dihancurkan. Efek ini timbul karena ion 2+ menghancurkan sifat
surfaktan dari sabun dengan membentuk endapan padat.

Tubuh manusia memang membutuhkan kalsium dan magnesium sebagai zat


yang digunakan tubuh untuk tubuh akan tetapi kebutuhan tersebut memiliki kadar
tertentu. Tubuh manusia akan mengalami gangguan jika kandungan kalsium dan
magnesium dalam tubuh berlebihan, gangguan-gangguan yang dapat terjadi
seperti batu ginjal hingga terganggunya saraf otot rusak (Zulaikha, 2016). Di
suatu perairan yang mengandung banyak senyawa Ca 2+ dan Mg2+ menyebabkan
melekat pada logam sehingga menjadi keras, hal ini disebabkan karena senyawa-
senyawa sukar untuk larut dalam air sehingga bersifat memisah dalam
membentuk endapan (Bintoro, 2008). Hal ini mengharuskan kawasan industri
harus memperhatikan kesadahan air jika ada kontak dengan kegiatan produksinya
agar meghindari kerusakan-kerusakan yang memungkinkan terjadi pada peralatan
industri tersebut.

Berdasarkan PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang


persyaratan kualitas air bersih, kadar maksimum kesadahan (CaCO3) yang
diperbolehkan adalah 500 mg/L sedangkan untuk nilai kesadahan Ca maksimum
adalah 200 ppm, sedangkan nilai kesadahan Mg adalah 150 ppm. Dari baku mutu
air menurut PERMENKES RI di atas dapat disimpulkan bahwa air Sungai Metro
masih dalam keadaan kualitas baik karena kadar kesadahan air yang dimiliki
masih di bawah dari kadar CaCO3 yang ditentukan.
VIII. KESIMPULAN

Pengambilan sampel dilakukan pada wilayah sepanjang sungai Metro


dengan titik yang telah ditentukan, berada pada sekitar wilayah Tlogomas,
Merjosari, Karangbesuki, Pisangcandi, Tanjungrejo, Bandungrejosari.
Berdasarkan parameter yang telah ditentukan dilakukan uji lab, diantaranya Ph,
DHL, Suspensi, kandungan Ca dan Cl, kadar Mg, serta Kesadahan Total.
Berdasarkan hasil uji lab tersebut dilakukan pembuatan peta identifikasi kualitas
air pada masing-masing titik pengambilan sampel, sepanjang Sungai Metro.
Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa secara keselurahan sungai
Metro pada sepanjang titik yang diambil sampel airnya mengindikasikan bahwa
sungai Metro termasuk dalam kategori tercemar Ringan hal ini mengacu pada
hasil uji lab pada setiap parameter. Faktor yang berpengaruh terhadap
pencemaran yang ada di Sungai Metro yaitu, aktivitas manusia dibantaran sungai
baik berupa permukiman, peternakan ataupun pertanian yang mengeluarkan
limbah organic dan anorganik serta limbah cair dan padat yang berdampak pada
akumulasi material pencemar dalam sungai Metro.
IX. DAFTAR PUSTAKA

Agung Utami, (2009). Analisis kadar klorida pada air limbah dengan
metode argentrometri. Medan:Universitas Sumatera Utara.

AIR, P.P.T.P.K. & AIR, D.P.P., 2002. Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Thaun
2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
Presiden Republik Indonesia.

Bintoro. 2008. Penentuan Kesadahan Sementara dan Kesadahan Permanen

Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Depkes RI, Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


416/MENKES/PER/IX/1990 Tentang Persyaratan Kualitas Air Bersih.
Jakarta, 1990

Dian Wuri, Rahayu Muji, dkk. 2015. Penetapan Kesadahan Total CaCO3 Air
Sumur di Dusun Cekelan Kemusu Boyolali Dengan Metode
Kompleksometri. Yogyakarta

Effendi, H. 2003. Telaah kualitas air. Yogyakarta: Kanisius

Effendi, Hefni. 2017. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Ferryati Masitoh, 2018. Modul praktikum kualitas air, Universitas Negeri Malang.
Ghino. (2010, Maret 23).Penentuan Kadar Kesadahan Air dengan Metode Titrasi
EDTA. Retrieved from Watch and Lear. (online) (portal garuda).
Diakses pada 12 Maret 2018.
Harjadi W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia.
Harvey, D. 2000. Modern Analytical Chemistry. Boston: The McGraw-Hill
Companies, 314-316.

Hendrawan, Diana. "Kualitas air sungai dan situ di DKI Jakarta." Makara
Journal of Technology 9.1 (2005).

Kementrian KLH. 1988. Keputusan Menteri Negara KLH Tentang Pedoman


Penetapan Baku Mutu Lingkunga. Jakarta

Latifah, D., 2014. Analisis Daya Hantar Listrik (DHL) Airtanah Asin Dan
Dampak Pada Peralatan Rumah Tangga di Kecamatan Grogol (Doctoral
dissertation, Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Nasution, M.I., 2008. Penentuan Jumlah Amoniak dan Total Padatan Tersuspensi
Pada Pengolahan Air Limbah PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate
Dolok Merangkir

Nicola, F., 2015. Hubungan antara konduktivitas, TDS (Total Dissolved Solid)
dan TSS (Total Suspended Solid) dengan Kadar Fe2+ dan Fe Total Pada
Air Sumur Gali.

Novita, S., 2012. Pengaruh Variasi Kuat Arus Listrik dan Waktu Pengadukan
Pada Proses Elektrokoagulasi Untuk Penjernihan Air Baku PDAM
Tirtanadi IPA Sunggal. Skripsi. Departemen Fisika Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam. Medan:Universitas Sumatera Utara.

Nurhayati, I. 2010. Kombinasi Media Filtrasi untuk Penurunan Kesadahan dan


Besi. Jurnal Teknik. ISSN : 1412-1867. Vol. 8. No. 1

PP RI No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian


Pencemaran Air

Pratiwi, Nurul Arini. 2013. Pengembangan Lembar Kerja Siswa Untuk Praktikum
Kesadahan Air Berbasis Model Pembelajaran Siklus 7E Di SMA.
Universitas Pendidikan Indonesia.

Sa’adah, Nur Rahmi dan Winarti, Puji. 2009. Pengolahan Limbah Cair Domestik
Menggunakan Lumpur Aktif Proses Anaerob. (Skripsi). Semarang:
Universitas Diponegoro

Said & Ruliasih. 2010. Penghilangan Kesadahan Dalam Air Minum. (Online)
(http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuAirMinum/BAB9SADAH.pdf)
diakses pada 19 Maret 2018

Sastrawijaya, A. T., 2000. Pencemaran Lingkungan. Jakarta:Rineka Cipta.

Sudarmadji, dkk. 2016. Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu. Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press

Sugiharto. 2008. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta:UI-Press

Sutrisno. 2006. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: PT Rineka Cipta

Svehla, G.1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan Semimiko
Edisi Ke Lima. Jakarta: PT.Kalman Media Pustaka.

Tarigan, M.S, dan Edward. 2003. Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi (Total
Suspended Solid) di Perairan Raha. Makara. Sulawesi Tenggara. Dalam
Lestari, Indah Budi. 2009. Pendugaan Konsentrasi Total Suspended Solid
(online)
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/12523/C09ibl.pdf;js
essionid=2F56A957135B741186D15654ED5B8A5A?sequence=2 Diakses
pada Sabtu 5 Mei 2018

Warlina, L. 2004. Pencemaran air: sumber, dampak dan penanggulangannya.


Winarno, F. G. 1986. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Zulaikha. 2016. Analisa Kadar Kapur Pada Air Sumur di Kecamatan Sumber
Manjing Wetan Kabupaten Malang
X. LAMPIRAN
Dokumentasi Kegiatan

Pengukuran DHL Pengukuran pH air

Uji kandungan Ca Proses titrasi


Keadaan sekitar sungai (1) Kondisi sekitar sungai (2)

Pengambilan sampel air (1) Pengambilan sampel air (2)

Suhu air sungai Kondisi sungai dari jembatan


Pengukuran Debit Sungai Kondisi Aliran Sungai

Kondisi Sampah Sekitar Sungai Kondisi Sekitar Sungai

Anda mungkin juga menyukai