JURUSAN GEOGRAFI
MEI 2018
I. JUDUL
Laporan Proyek Kualitas Air Sungai Metro
II. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu melakukan pengambilan sampel air pada wilayah Sungai
Metro
2. Mahasiswa mampu melakukan uji lab pada sampel yang diambil berdasarkan
parameter yang ditentukan
3. Mahasiswa mampu melakukan pemetaan kualitas air pada Sungai Metro
4. Mahasiswa mampu melakukan analisis hasil ujilab dan hasil pemetaan yang
dilakukan
DHL
Daya hantar listrik atau DHL merupakan daya hantar listrik dari suatu
benda atau suatu zat dan kemampuan benda itu sendiri untuk menghantarkan
listrik. DHL air menurut The American Society For Testing Material (Arislan
Alik. 1989) dalam Latifah (2014) adalah suatu kebalikan tahanan dalam ohm
yang diukur pada muka tanah yang berlawanan dalam cm x cm3 pada suhu 250C
diukur dalam micromho (s). Oleh karena itu, semakin banyak garam – garam
terlarut yang terionisasi, semakin tinggi pula niliai DHL pada air. Konduktivitas
dinyatakan dengan satuan p mhos/cm atau p Siemens/cm. Dalam analisa air,
satuan yang biasa digunakan adalah µmhos/cm. Air suling (aquades) memiliki
nilai DHL sekitar 1 µmhos/cm, sedangkan perairan alami sekitar 20 – 1500
µmhos/cm. (Effendi, 2003).
Suspensi
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas air dibagi menjadi 3 yaitu antara
lain faktor fisika, faktor kimia, dan faktor biologi. Salah satu faktor fisika yang
mempengaruhi kualitas air yakni Zat Padat Terlarut (TDS) dan Residu
Tersuspensi (TSS). Muatan padatan terlarut adalah seluruh kandungan partikel
baik berupa bahan organik maupun anorganik yang telarut dalam air. Bahan-
bahan tersuspensi dan terlarut pada perairan alami tidak bersifat toksik, akan
tetapi jika berlebihan dapat meningkatkan kekeruhan selanjutnya akan
menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air dan akhirnya akan
berpengaruh terhadap proses fotosíntesis di perairan. Perbedaan pokok antara
kedua kelompok zat ini ditentukan melalui ukuran/diameter partikel-partikelnya.
Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak
terlarut dan tidak dapat langsung mengendap, terdiri dari partikel-partikel yang
ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat, bahan-
bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme, dan sebagainya (Nasution,
2008) . Padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid atau TSS) adalah bahan-
bahan tersuspensi (diameter > 1µm) yang tertahan pada saringan milli-pore
dengan daiameter pori 0.45µm (Effendi, 2003). Zat padat tersuspensi merupakan
tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen, dan berfungsi sebagai
bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat menghalangi kemampuan
produksi zat organik di suatu perairan (Tarigan dan Edward, 2003).
(Sastrawijaya, 2000) menyatakan bahwa konsentrasi TSS dalam perairan
umumnya terdiri dari fitoplankton, zooplankton, limbah manusia, limbah hewan,
lumpur, sisa tanaman dan hewan, serta limbah industri. Bahan-bahan yang
tersuspensi di perairan alami tidak bersifat toksik, akan tetapi jika jumlahnya
berlebihan dapat meningkatkan nilai kekeruhan yang selanjutnya menghambat
penetrasi cahaya matahari ke kolom air (Effendi, 2000). Menurut Koerbiono,
1985, terdapat empat macam sumber penghasil bahan organik terlarut dalam air
yaitu (1) berasal dari daratan (2) proses pembentukan organism yang telah mati
(3) perubahan metabolik-metabolik elektro seluler oleh algae terutama
fitoplankton dan (4) ekspresi zooplankton dan hewan-hewan lainnya.
Penentuan besarnya suspensi dapat dihitung dengan Metode Gravimetri.
Gravimetri merupakan pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan paling
sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Kesederhanaan
itu kelihatan karena dalam gravimetri jumlah zat ditentukan dengan cara
menimbang langsung massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain. Analisis
gravimetri sangat penting dalam bidang kimia analisis, meskipun telah didengar
bahwa teknik gravimetri telah digantikan dengan metode instrumen. Masih
banyak kasus dimana teknik gravimetri merupakan pilihan terbaik untuk
memecahkan suatu problem analisis yang khusus. Bagian terbesar dari penentuan
secara analisis gravimetri meliputi transformasi unsur atau radikal senyawa murni
stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan
teliti.
Metode gravimetri memerlukan waktu yang cukup lama, adanya pengotor
pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor koreksi dapat digunakan.
Langkah pengukuran pada gravimetri adalah pengukuran berat. Analit secara fisik
dipisahkan dari semua komponen lainnya maupun dengan pelarutnya. Persyaratan
yang harus dipenuhi agar gravimetri dapat berhasil ialah terdiri dari proses
pemisahan yang harus cukup sempurna sehingga kualitas analit yang tidak
mengendap tidak ditentukan dan zat yang ditimbang harus mempunyai susunan
tertentu dan harus murni atau mendekati murni. Jika tidak demikian hasil yang
akan diperoleh akan salah. Pada umumnya dua hal yang perlu diingat pada
penentuan faktor garvimetri yaitu berat molekul analit yang merupakan
pembilang dan berat zat yang ditimbang yang merupakan penyebut.
Kandungan Mg
Magnesium (Mg) adalah logam alkali tanah yang cukup berlimpah pada
perairan alami. Bersama dengan kalsium, magnesium merupakan penyusun utama
kesadahan. Garam-garam magnesium bersifat mudah larut dan cenderung
bertahan sebagai larutan, meskipun garam-garam kalsium telah mengalami
presipitasi (pengendapan). Magnesium karbonat dan magnesium hidroksida
mengalami pengendapan pada pH > 10. Magnesium sulfat dan magnesium
klorida bersifat sangat mudah larut, sehingga perairan yang mengalami kontak
dengan perairan tersebut akan banyak mengandung magnesium (Wetzel, 1975
dalam Effendi, 2017).
Beberapa jenis batuan misalnya dolomit, forsterite, serpentine, olivine, dan
magnesite banyak mengandung magnesium. Akan tetapi, sumber utama
magnesium di perairan adalah ferro magnesium dan magnesium karbonat yang
terdapat pada batuan. Beberapa industri yang menggunakan magnesium adalah
industri kimia, semen, tekstil, kertas, bahan peledak dan sebagainya. Jika
kandungan Ca dan kesadahan total telah diketahui, maka untuk menentukan
kandungan Mg dapat menggunakan rumus:
Kandungan Mg = Kesadahan Total – Kandungan Ca
Perairan dapat diklasifikasikan tingkat kesadahannya menurut kandungan
Mg. Klasifikasinya dapat dilihat pada tabel berikut:
V. LANGKAH KERJA
1. Observasi lapangan
a. Membuat peta titik lokasi titik sampel
b. Mencari lokasi titik observasi
c. Mengambil data lapangan seperti penampang melintang sungai, dan debit
air
2. Pengambilan sampel air
a. Mempersiakan alat dan bahan
b. Mencari sampel air yang dibutuhkan
3. Uji laboratorium
a. Penentuan pH air, DHL, suspensi, warna bau dan rasa, kadar Ca, kadar
Cl, kadar Mg, dan kesadahan total
4. Analisis hasil
a. Melakukan perhitungan pada hasil uji laboratoium
b. Mengumpulkan hasil dari uji laboratoium
c. Mengaitkan segala parameter yang ada terhadap baku mutu air
d. Membandingkan ke enam lokasi observasi sesuai berdasarkan parameter
keseluruhan
5. Menyusun laporan
DIAGRAM ALIR
Lokasi observasi
Uji Laboratium
pH air
Data Observasi DHL
Pengambilan Suspensi
sampel air Warna, bau, rasa
Panjang penampang Kadar Ca
melintang Kadar Cl
Debit air Kadar Mg
Kesadahan total
Analisis hasil
Membandingkan
lokasi lain
Menyusun
laporan
VI. HASIL
1. Peta Lokasi Titik Sampel
No Parameter Keterangan
Perhitungan
Perhitungan Suspensi
( 1 g−0,9 g ) x 1000
TTS ¿
100
0,1 g x 1000
¿
100
100
¿
100
¿ 1 g/liter
= 1000 mg/liter
No Parameter Keterangan
0 0
1. Titik Koordinat 7 56’34” S 112 36’00” E
2. Jenis limbah yang masuk Limbah domestik
3. Warna Coklat kekuningan
4. Bau Busuk mneyengat
5. Rasa sepat
6. Temperatur air 270
7. pH Air 7,1
8. DHL 0,00
9. Suspensi 1000 mg/liter
10. Kadaar Ca 20 ppm
11. Kadar Cl 39,84 ppm
12. Kadar Mg 7,296ppm
13. Kesadahan Total 80 ppm
Sumber: Dokumen Penulis
Perhitungan
1. Ph air = 7,1
2. Dhl = 0,00
3. Ca dan cl
4. Penentuan Ca
1000
ppmCa= x faktor x ml titran
ml sampel air
1000
ppmCa= x 0,50 x 1 ml
25 ml
1000
ppm Ca= x 0,50
25 ml
ppm Ca=20 ml
5. Penentuan Cl
1000
ppmCl= x faktor x ml titran
ml sampel air
1000
ppmCa= x 0,498 x 2 ml
25 ml
ppm Ca=39,84 ml
1000
ppmCa= x 0,50 x 1 m
25 ml
ppm Ca=20 ml
1000
1. ppmkesadahan total = x faktor x ml titran
ml sampel air
1000
ppmkesadahan total= x 0,50 x 4 ml
25
ppmkesadahan total=80 ml
2. epmkesadahan total =ppm kesadahan total x 0,02
epm kesadahan total=80 x 0,02
epm kesadahan total=1,6 ml
3. epmCa= ppmCa x 0,05
epmCa=20 x 0,05
epmCa=1ml
4. epm Mg=epmkesadahan total −epmCa
epm Mg=1,6 ml−1 ml
epm Mg=0,6 ml
5. ppm Mg=12,16 x epm Mg
ppm Mg=12,16 x 0,6 ml
ppm Mg=7,296 ml
6. Suspensi
Tabel 6: Berat Suspensi
No Keterangan Berat
.
1. Kertas saring sebelum dioven 1,1 gr
2. Kertas saring setelah dioven 1,2 gr
3. Volume sisa air 50 ml
4. Berat cawan 41,6 gr
Sumber: Dokumentasi Penulis
Hasil perhitungan
Perhitungan :
( a−b ) x 1000
Mg/liter zat padat total ¿
c
Keterangan:
a = berat cawan + residu sesudah pemanasan pada suhu 1050
b = berat cawan kosong sebelum pemanasan pada suhu 1050
c = volume sampel (volume sampel) ml
( 1,2 g−1,1 g ) x 1000
¿
100
0,1 g x 1000
¿
100
100
¿
100
¿ 1 g/liter
= 1000 mg/liter
c. Kelompok 3 (Karangbesuki)
Tabel 7: Data Observasi Kelompok 3
No Parameter Keterangan
1. Titik Koordinat 676415.62 mE;9120699.79 mS
2. Jenis limbah yang masuk Pertanian dan Rumah tangga
3. Warna Bening kecokelatan
4. Bau Tidak berbau
5. Rasa Sedikit manis
6. Temperatur air 25º C
7. pH Air 7,22
8. DHL 0,00
9. Suspensi 2000 mg/lt
10. Kadaar Ca 20 ppm
11. Kadar Cl 19,92 ppm
12. Kadar Mg 2,43 ppm
13. Kesadahan Total 60 ppm
Sumber: Dokumen Penulis
Perhitungan
1. Suspensi
Diketahui:
a = 1,1 gr
b = 1 gr
c = 50 ml
( a−b ) × 1000
TTS ¿
c
( 1,1−1 ) × 1000
¿
50
100
¿ =2 gr / L 2000 mg/L
50
2. Kadar Ca
Diketahui:
Volume sampel air = 25 ml
faktor = 0,50
Titran = 1 ml
Perhitungan:
1000
ppm CA2+ ¿ × faktor ×titran
sampel air
1000
¿ ×0,50 ×1
25
¿ 20 ppm
3. Kadar Cl
Diketahui:
Volume sampel air = 25 ml
faktor = 0,498
Titran = 1 ml
Perhitungan:
1000
ppm CL- ¿ × faktor ×titran
sampel air
1000
¿ ×0,498 ×1
25
¿ 19,92 ppm
4. Kadar Mg
Diketahui:
Volume sampel air = 25 ml
faktor = 0,50
Titran Ca = 1 ml
Titran Mg = 5 ml
Perhitungan:
Epm Kesadahan Total ¿ ppm kesadahan × 0,02
= 60 x 0,02
= 1,2
Epm Ca ¿ ppm Ca× 0,05
= 20 x 0,05
=1
Epm Mg = epm kesadahan total – epm Ca
= 1,2 – 1
= 0,2
Ppm Mg = 12,16 x epm Mg
= 12,16 x 0,2
= 2,43 ppm
5. Kesadahan Total
1000
ppm Kesadahan Total ¿ × faktor ×titran Mg
sampel air
1000
¿ ×0,50 ×3
25
¿ 60 ppm
NO PARAMETER KETERANGAN
1. Titik Koordinat 07°58’27”S dan 112°36’25”E
Perhitungan
e) Perhitungan Suspensi
mg ( a−b ) x 1000
zat padat total=
L c
mg ( 2.6−1.6 ) x 1000
zat padat total=
L 50
mg
zat padat total=1 gr /l 1000 mg/L
L
NO PARAMETER KETERANGAN
1. Titik Koordinat -7991668 E - 07° 59.492’ (112612041 N-
112° 36.717’)
2. Jenis limbah yang masuk Rumah Tangga dan Kandang
3. Warna Coklat keruh
4. Bau Tidak sedap
5. Rasa Tidak Berasa
6. Temperatur air 24.8° C
7. pH Air 7,3
8. DHL 0.00
9. Suspensi 4000 mg/l
10. Kadaar Ca 20 ppm
11. Kadar Cl 19,92 ppm
12. Kadar Mg 1,512 ppm
13. Kesadahan Total 56 ppm
Sumber : Dokumen Penulis
Perhitungan
( a−b ) x 1000
1. Suspensi = Mg/liter zat padat total ¿
c
Keterangan:
a = berat cawan + residu sesudah pemanasan pada suhu 1050
b = berat cawan kosong sebelum pemanasan pada suhu 1050
c = volume sampel (volume sampel) ml
Keterangan Berat
B Kertas sebelum oven 1,1
A Kertas sesudah oven 1,3 g
C Volume air 25 ml
(1,2−1,1 ) x 1000
Suspensi = = 4 g/l = 4000 mg/l
25
2. Penentuan Ca
1000
ppm Ca= x faktor x ml titran
ml sampel air
1000
ppm Ca= x 0,50 x 1 ml
25 ml
1000
ppm Ca= x 0,50
25 ml
ppm Ca=20 ml
3. Penentuan Cl
1000
4. ppmCa= x faktor x ml titran
ml sampel air
1000
5. ppmCa= x 0,498 x 1 ml
25 ml
1000
6. ppm Ca= x 0,498
25 ml
7. ppm Ca=19,92 ml
8. Penentuan Mg
1000
1. ppm kesadahan total= x faktor x ml titran
ml sampel air
1000
Ppm Kesadahan Total = ×0,5 ×2,8=¿ 56 ml
25
2. Ppm Mg = 12,6 ×epm Mg
epm Mg = epm kesadahan total−epm Ca
epm kesadahan total = kesadahan total x 0,02
¿ 56 ×0,02=1,12
epm Ca ¿ ppm Ca× 0,05
= 20 ×0,05=1
Epm Mg = 1,12−1
= 0,12
Ppm Mg = 12,6 ×0,12 = 1,512 ml
9. Penentuan kesadahan total
1000
ppm kesadahan total= x faktor x ml titran
ml sampel air
1000
Ppm Kesadahan Total = ×0,5 ×2,8=¿ 56 ml
25
10. Debit (Q)
Q =VxA
Kecepatan arus (V) rata-rata = 0.8 m/s
Luas penampang (A) rata-rata = Lebar rata-rata x Kedalaman
rata-rata
= 7m x 0.7m
= 4.9 m2
Debit (Q) = 0.8 m/s x 4.9 m2
= 3.92 m3/s
NO PARAMETER KETERANGAN
1. Titik Koordinat X = 678270 ; Y = 9114657
b. Perhitungan Kadar Ca
1000
2+¿= × 0,50 ×ml titran
ml sampel air
ppmCa ¿
1000
2+¿= × 0,50 ×1
25
ppmCa ¿
2+¿=20
ppm
ppm Ca¿
c. Perhitungan Kadar Cl
1000
−¿= ×0,498 × ml titran
ml sampel air
ppm Cl ¿
1000
−¿= × 0,498× 1,2
25
ppmCl ¿
−¿=23,9
¿ ppm
ppmCl
d. Perhitungan Kadar Mg
Epm KesadahanTotal= ppm kesadahan total × 0,02
Epm KesadahanTotal=60 × 0,02
Epm KesadahanTotal=1,2
2+ ¿× 0,05
¿
2+¿=ppmCa
Epm Ca ¿
2+¿=20× 0,05
¿
Epm Ca
2+ ¿=1
¿
Epm Ca
2+¿
2+¿=Epm Kesadahan Total−Epm Ca¿
Epm Mg ¿
2+¿=1,2−1
Epm Mg¿
2+¿=0,2
¿
Epm Mg
2+¿
¿
2+¿=12,16× Epm Mg
Ppm Mg¿
2+¿=12,16× 0,2
¿
Ppm Mg
2+¿=2,432
¿ ppm
Ppm Mg
e. Perhitungan Kesadahan Total
1000
2+¿= × 0,50 ×ml titran
ml sampel air
ppmCa ¿
1000
2+¿= × 0,50 ×3
25
ppmCa ¿
2+¿=60
ppm
ppm Ca ¿
VII. PEMBAHASAN
pH dan DHL
pH
Pada 6 daerah yang telah diuji kualitas air sungainya, memiliki hasil nilai
pH air rata – rata pada kadar normal, untuk daerah tlogomas memiliki nilai pH
sebesar 7,5, daerah merjosari memiliki nilai pH 7,1, daerah karangbesuki 7,22,
daerah pisang candi 7,9, daerah tanjungrejo 7,3, dan untuk daerah bandung
rejosari memiliki nilai pH sebesar 7,42. Hasil dari pengukuran pH yang telah
dilakukan pada keenam daerah tersebut dapat diindikasikan bahwa pH air
termasuk kedalam kategori netral, sehingga air pada wilayah tersebut memiliki
kualitas air yang baik. Fluktuasi nilai pH tersebut dipengaruhi oleh adanya
buangan limbah rumah tangga dan limbah kendang ke tiap daerah yang menjadi
titik sampel pengukuran kualitas air. Pengukuran tertinggi pada titik pengamblian
sampel di daerah pisang candi yaitu 7,9 yang dipengaruhi oleh adanya kegiatan
domestik dan kotoran hewan. Mengacu pada PP No. 82 Tahun 2001 maka pH dari
keenam daerah tersebut masih dalam ambang batas baku mutu air semua
golongan badan air. Hal ini dapat diindikasikan kehidupan biota akuatik masih
dalam kondisi yang cukup baik. Menrut Effendi (2003) sebagian besar biota
akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7 – 8,5.
Menurut Warlina (2004) Limbah sabun dan deterjen juga akan mempengaruhi pH
dalam air sehingga menaikkan tingkat kadar pH air, sehingga dapat mengganggu
kehidupan organisme didalam air. Deterjen yang menggunakan bahan non –
fosfat akan menaikkan pH air sampai sekitar 10,5 – 11.
DHL
Suspensi
a. Kelurahan Tlogomas
Menurut permen KLH no.68 tahun 2016 tentang baku mutu air limbah
domestik TSS kadar maksimun hanya 30 mg/l dari sehingga dapat diketahui
bahwa kadar TSS telah mencapai ambang batas maksimun yang telah ditetapkan
oleh permen KLH no.68 tahun 2016. Menurut Sugiharto (2008) menyatakan air
limbah yang dikeluarkan kemudian mengalis pada suatu aliran DAS sangat tidak
baik, sehingga ketika dikeluarkan butuh pengolahan apabila limbah tidak dapat
dikelola dengan secara baik akan dapat menimbulkan gangguan baik terhadap
lingkungan maupun terhadap kehidupan sekitar aliran limbah. Air yang memiliki
kandungan TSS cukup tinggi jika di konsumsi oleh manusia akan berbahaya pada
kesehatan manusia, mengingat kandungan limbah yang tersuspensi pada aliran
air.
b. Merjosari
c. Karangbesuki
Kualitas baku mutu air sangatlah penting mengingat air merupak sumber
yang paling utama bagi kehidupan manusia. Pemanfaatan air untuk menunjang
seluruh kehidupan manusia jika tidak dibarengi dengan tindakan bijaksana dalam
pengelolaannya akan mengakibatkan kerusakan pada sumberdaya air. Oleh
karena itu dalam penetapan kualitas air telah ditetapkan dalam PP RI No. 82
Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
jika dikategorikan termasuk kedalam kelass IV air yang peruntukannya dapat
digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
d. Pisang Candi
Kualitas baku mutu air sangatlah penting mengingat air merupak sumber
yang paling utama bagi kehidupan manusia Pemanfaatan air untuk menunjang
seluruh kehidupan manusia jika tidak dibarengi dengan tindakan bijaksana dalam
pengelolaannya akan mengakibatkan kerusakan pada sumberdaya air. Oleh
karena itu dalam penetapan kualitas air telah ditetapkan dalam PP RI No. 82
Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
jika dikategorikan termasuk kedalam kelass IV air yang peruntukannya dapat
digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
e. Tanjungrejo
Kualitas baku mutu air sangatlah penting mengingat air merupak sumber
yang paling utama bagi kehidupan manusia Pemanfaatan air untuk menunjang
seluruh kehidupan manusia jika tidak dibarengi dengan tindakan bijaksana dalam
pengelolaannya akan mengakibatkan kerusakan pada sumberdaya air. Oleh
karena itu dalam penetapan kualitas air telah ditetapkan dalam PP RI No. 82
Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
jika dikategorikan termasuk kedalam kelass IV air yang peruntukannya dapat
digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
f. Bandungrejosari
Stasiun keenam berada di Kelurahan Bandungrejosari dengan koordinat x
678270 dan y 9114657 menujukkan nilai TSS yang sama dengan stasiun pertama
yakni sebesar 1000 mg/liter yang artinya dalam satu liternya terdapat 1000 mg
yang tersuspensi. Pada saat pengambilan di stasiun keenam memiliki ciri fisik
yang hampir sama, warna airnya berwarna cokelat kekuningan, berbau pesing,
tidak berasa, serta limbah jenis yang dikeluarkan merupakan limbah domestik dan
kandang. Pengujian kandungan TSS dilakukan di laboroturim yang bertujuan
mengetahui besarnya kandungan TSS sehingga dapat dianalisis lebih lanjut.
Ferrayati (2016) menyatakan bahwa dalam perjalannya air melarutkan dan
membawa kandungan material yang dilaluinya. Jika air melalui tanah dan
bebatuan , maka air tersebut akan membawa partikel yang dilaluinya.
Kualitas baku mutu air sangatlah penting mengingat air merupak sumber
yang paling utama bagi kehidupan manusia Pemanfaatan air untuk menunjang
seluruh kehidupan manusia jika tidak dibarengi dengan tindakan bijaksana dalam
pengelolaannya akan mengakibatkan kerusakan pada sumberdaya air. Oleh
karena itu dalam penetapan kualitas air telah ditetapkan dalam PP RI No. 82
Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
jika dikategorikan termasuk kedalam kelass IV air yang peruntukannya dapat
digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Berdasarkan hasil pengambilan sampel air yang dilakukan pada enam titik
pengamatan. Pengambilan sampel air dilakukan pada sungai yang terbagi pada
enam lokasi administrasi yang berbeda yaitu Kelurahan Tlogomas, Kelurahan
Merjosari, Kelurahan Karangbesuki, Kelurahan Pisang Candi, Kelurahan
Tanjungrejo, dan Kelurahan Bandungrejosari. Dari hasil pengambilan sampel
tersebut kemudian di analisis mengenai bau, warna dan rasa yang masing-masing
lokasi pengambilan sampel air tersebut memiliki bau, warna dan rasa yang
berbeda.
Selanjutnya hasil pengambilan sampel yang memiliki bau, warna dan rasa
tersebut dianalisis sesuai dengan lokasi pengambilan sampel dan lingkungan
sekitarnya. Kelurahan Tlogomas, pada lokasi pengambilan sampel air yaitu
sungai memiliki bau amis dan juga bau sabun, warna dari air tersebut adalah
keruh kecoklatan dan rasa nya yaitu sedikit manis. Berdasarkan dari hasil tersebut
dapat diketahui bahwa bau, warna dan rasa tersebut adalah pengaruh dari limbah
rumah tangga dan juga peternakan. Limbah tersebut tersuspensi sehingga
mengalami pengendapan dan menimbulkan warna air menjadi keruh kecoklatan.
Selain itu juga limbah rumah tangga yang menghasilkan sabun menyebabkan air
tersebut menjadi berbau sabun. Hal ini berarti bahwa dari masyarakat sekitar
penggunaan sabun dilakukan secara berlebih. Dan rasa yang dihasilkan yaitu
sedikit manis juga terjadi akibat pengaruh dari limbah dari sekitar sungai.
Kelurahan Karangbesuki juga memiliki bau, warna dan juga rasa yang
berbeda dari kedua kelurahan sebelumnya yang letaknya juga berbedakatan. Bau
yang ada pada sampel air yang dilakukan pengambilan sampel pada sungai yang
ada di wilayah administrasi Karangbesuki adalah tidak berbau, warna yang
bening kecoklatan dan memiliki rasa yang sedikit manis. Kondisi air yang seperti
ini dapat dikatakan lebih baik dari kondisi air yang ada pada sampel air yang ada
pada dua lokasi yang berbeda sebelumnya. Kondisi air tersebut dipengaruhi oleh
limbah yang masuk ke dalam aliran sungai yaitu limbah pertanian dan juga
limbah rumah tangga. Hal ini berarti bahwa limbah yang masuk ke dalam sungai
akibat pengaruh dari aktifitas pertanian dan bahan organik dalam penggunaan
tersebut menjadikan air tersuspensi dan menghasilkan warna yang bening dan
warna yang bening walaupun terdapat warna kecoklatan. Rasa yang sedikit manis
terdapat dari bahan organik dari limbah yang masuk ke sungai.
Selanjutnya kondisi yang berbeda juga terjadi pada kondisi air yang ada di
sungai Kelurahan Pisang Candi. Sampel air memiliki bau yang tidak berbau,
warna yang keruh dan juga tidak ada rasa. Sedangkan limbah pencemar yang ada
di sungai tersebut bermacam-macam mulai dari limbah rumah tangga, sampah
plastik dan sampah alami, kotoran hewan dan juga manusia. Karena pengaruh
dari kepadatan penduduk yang ada di sekitar daerah aliran sungai menyebabkan
pengaruh limbah yang dihasilkan juga bermacam-macam. Keadaan tersebut dapat
mempengaruhi keadaan fisik air yaitu menyebabkan air memiliki warna yang
keruh karena suspensi dari bahan-bahan pencemar yang masuk ke dalam air
sungai.
Kadar Cl
Cl- atau klorida merupakan ion dari atom unsur klorin, klorin memuat ion
negatif yang mudah berikatan dengan unsur lain. Dengan pelepasan ion klorida
maka akan membentuk ikatan senyawa seperti potassium klorida atau zodium
klorida (garam), sehingga dapat dikatakan pengujian klorin merupakan uji
terhadap kandungan garam dalam air. pada uji lab, pengujian dilakukan dengan
menggunakan metode Mohr, dengan melakukan titrasi sampel air menggunakan
larutan standar AgNO3 dan larutan indikator K2CrO4. Pada saat dilakukan tritasi
sampel air mengalami perubahan menjadi merah dan terdapat endapan
didalamnya. Hal ini mengindikasikan terdapatnya kandungan klorin dalam air
sungai.
Pengujian dilakukan berdasarkan sampel air yang diambil disepanjang
Sugai Metro dengan pembagian wilayah meliputi, Tlogomas, Merjosari,
Karangbesuki, Pisangcandi, Tanjungrejo, Bandungrejosari. Berdasarkan hasil
pengujian lab dapat diklasifikasikan kandungan klorida dalam air pada masing-
masing sampel meliputi, 1). Tlogomas sebesar 39,84 ppm termasuk dalam
kategori lunak, 2). Merjosari sebesar 39,84 ppm termasuk dalam kategori lunak,
3). Karangbesuki sebesar 19,92 ppm termasuk dalam kategori lunak, 4).
Pisangcandi sebesar 39,84 ppm termasuk dalam kategori lunak, 5). Tanjungrejo
sebesar 19,92 ppm termasuk dalam kategori lunak, 6). Bandungrejosari sebesar
23,9 ppm termasuk dalam kategori lunak.
Berdasarkan hasil klasifikasi diatas dapat diketahui bahwa kandungan
Klorin pada Sungai Metro Kota Malang termasuk dalam kategori lunak, hal ini
berdasarkan pengambilan sampel air pada titik-titik yang telah dipilih untuk
diambil sampel pada wilayah terkait. Berdasarkan nilai klorin diatas kandungan
Cl- paling tinggi terdapat pada wilayah Tlogomas, Merjosari, dan Pisangcandi
sebesar 39,84 ppm. Dari hasil tersebut dapat diidentifikasi bahwa wilayah terkait
memiliki karakteristik keruangan yang sama dimana terdapat permukiman padat
penduduk dibantaran atau sekitar sungai yang mengeluarkan limbah domestik dan
limbah peternakan yang melakukan pembuangan secara langsung ke sungai, hal
ini berdampak pada pelepasan kandungan ion negative yang banyak dalam air
sebagai akibat reaksi dari keberadaan limbah organik kotoran sapid an limbah
rumah tangga, sehingga pada sampel air wilayah terkait mempunyai kesamaan
mempunyai kandungan klorin yang paling tinggi apabila dibandingkan dengan
titik atau wilayah pengujian lain.
Kandungan klorin paling sedikit terdapat pada wilayah Karangbesuki dan
Tanjungrejo dengan kandungan klorin sebesar 19,92 ppm. Apabila dilihat
berdasarkan karakteristik keruangan hal ini berpengaruh terhadap kandungan
klorin dalam air dimana pada wilayah terkait aktivitas disekitar sungai berupa
pertanian dan peternakan serta aktivitas permukiman. Kegiatan pertanian dan
peternakan wilayah dekat sungai berpengaruh terhadap kondisi limbah yang
dibuang berupa sisa pestisida dan kotoran ternak serta sisa aktivitas rumah
tangga, tetapi pada wilayah ini limbah yang dikeluarkan tidak sebesar dan
sebanyak pada wilayah padat permukiman, sehingga kandungan klorin dalam air
mempunyai kadar yang rendah.
Kandungan klorin dalam air sungai berpengaruh terhadap kehidupan
ekosistem didalam sungai, dimana setiap mahluk hidup pasti membutuhkan klorin
untuk keseimbangan dalam tubuhnya. Air sungai pada sampel terdapat kandungan
klorin karean aktifitas morfologi sungai dari hulu hingga transportasi disekitar
sungai dan dipengaruhi pula oleh aktivtas sosial ekonomi yatau keruangan yang
berada pada wilayah sekitar sungai atau bantaran sungai. hal tersebut akan
berpengaruh terhadap proses penambahan dan pengurangan ion-ioan dalam
sungai, aktivitas ini juga dapat berpengaruh terhadap keberadaan kandungan
klorin dalam air sungai.
Meskipun dibutuhkan dalam kehidupan tapi kandungan garam adalam suatu
tubuh perairan juga perlu diperhatikan apabila kandungan klorin sangat tinggi
seperti, maka air akan bersifat asin, dan korosif, selain itu air akan mengalami
ketidak seimbangan sehingga dapat menggangu atau merusak kehidupan
ekosistem dalam air. Sehingga kadar klorin dalam suatu tubuh perairan harus
berada pada kisaran nilai yang telah ditentukan.
Menurut menurut Winarno, 1986 dalam Srihapsari 2006, dapat
diklasifikasikan bahwa kandungan klorin dalam sungai metro dalam kategori
rendah, serta apabila berdasarkan SNI, yang telah ditentukan maka tubuh
peraiaran mempunyai kadar klorin yang seimbang apabila berada dalam takaran
dibawah 400 mg/ l. (SNI 06-6989.22-2004). Hal ini menandakan kandungan
klorin masih seimbang serta dapat digunakan sebagai tempat hidup atau
ekosistem yang baik pada tubuh perairan sekitar sungai metro.
Kadar Ca dan Mg
Dari hasil penelitian di 6 kelurahan, maka air di Sungai Metro masih masuk
dalam ambang batas kadar kalsium maupun magnesium untuk air minum. Hal ini
dikarenakan kadar kalsiumnya tidak lebih dari 75 ppm dan magnesiumnya tidak
lebih dari 50 ppm. Jadi, ditinjau dari kadar kalsium dan magnesiumnya air
tersebut masih dapat diolah untuk digunakan dalam aktivitas manusia.
Kesadahan Total
Agung Utami, (2009). Analisis kadar klorida pada air limbah dengan
metode argentrometri. Medan:Universitas Sumatera Utara.
AIR, P.P.T.P.K. & AIR, D.P.P., 2002. Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Thaun
2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
Presiden Republik Indonesia.
Dian Wuri, Rahayu Muji, dkk. 2015. Penetapan Kesadahan Total CaCO3 Air
Sumur di Dusun Cekelan Kemusu Boyolali Dengan Metode
Kompleksometri. Yogyakarta
Effendi, Hefni. 2017. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Ferryati Masitoh, 2018. Modul praktikum kualitas air, Universitas Negeri Malang.
Ghino. (2010, Maret 23).Penentuan Kadar Kesadahan Air dengan Metode Titrasi
EDTA. Retrieved from Watch and Lear. (online) (portal garuda).
Diakses pada 12 Maret 2018.
Harjadi W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia.
Harvey, D. 2000. Modern Analytical Chemistry. Boston: The McGraw-Hill
Companies, 314-316.
Hendrawan, Diana. "Kualitas air sungai dan situ di DKI Jakarta." Makara
Journal of Technology 9.1 (2005).
Latifah, D., 2014. Analisis Daya Hantar Listrik (DHL) Airtanah Asin Dan
Dampak Pada Peralatan Rumah Tangga di Kecamatan Grogol (Doctoral
dissertation, Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Nasution, M.I., 2008. Penentuan Jumlah Amoniak dan Total Padatan Tersuspensi
Pada Pengolahan Air Limbah PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate
Dolok Merangkir
Nicola, F., 2015. Hubungan antara konduktivitas, TDS (Total Dissolved Solid)
dan TSS (Total Suspended Solid) dengan Kadar Fe2+ dan Fe Total Pada
Air Sumur Gali.
Novita, S., 2012. Pengaruh Variasi Kuat Arus Listrik dan Waktu Pengadukan
Pada Proses Elektrokoagulasi Untuk Penjernihan Air Baku PDAM
Tirtanadi IPA Sunggal. Skripsi. Departemen Fisika Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam. Medan:Universitas Sumatera Utara.
Pratiwi, Nurul Arini. 2013. Pengembangan Lembar Kerja Siswa Untuk Praktikum
Kesadahan Air Berbasis Model Pembelajaran Siklus 7E Di SMA.
Universitas Pendidikan Indonesia.
Sa’adah, Nur Rahmi dan Winarti, Puji. 2009. Pengolahan Limbah Cair Domestik
Menggunakan Lumpur Aktif Proses Anaerob. (Skripsi). Semarang:
Universitas Diponegoro
Said & Ruliasih. 2010. Penghilangan Kesadahan Dalam Air Minum. (Online)
(http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuAirMinum/BAB9SADAH.pdf)
diakses pada 19 Maret 2018
Svehla, G.1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan Semimiko
Edisi Ke Lima. Jakarta: PT.Kalman Media Pustaka.
Tarigan, M.S, dan Edward. 2003. Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi (Total
Suspended Solid) di Perairan Raha. Makara. Sulawesi Tenggara. Dalam
Lestari, Indah Budi. 2009. Pendugaan Konsentrasi Total Suspended Solid
(online)
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/12523/C09ibl.pdf;js
essionid=2F56A957135B741186D15654ED5B8A5A?sequence=2 Diakses
pada Sabtu 5 Mei 2018
Zulaikha. 2016. Analisa Kadar Kapur Pada Air Sumur di Kecamatan Sumber
Manjing Wetan Kabupaten Malang
X. LAMPIRAN
Dokumentasi Kegiatan