Disusun Oleh:
Kelompok 2
TEP-C
Firmansya (141710201033)
Anggara Dwi Y (141710201037)
Siti Khuzaimatul U (141710201064)
Puri Rahayu (141710201074)
Agnesa Arunggi G.H (141710201104)
2.2.5 Imhoff
Analisis Imhoff adalah salah satu cara yang digunakan untuk mengetahui
jumlah zat terendap pada sampel air dengan menggunakan kerucut imhoff. Analisis
imhoff juga merupakan salah satu contoh metode gravimetri. Analisis imhoff ini
memerlukan waktu selama 1 jam dikarenakan harus menunggu dan hanya dapat
digunakan untuk kadar komponen yang cukup besar. Suatu kesalahan kecil, secara
relatif akan berakibat besar. Kendati demikian gravimetri masih dipergunakan
untuk keperluan analisis karena waktu pengerjaannya yang tidak perlu terus-
menerus dilakukan analis karena setiap tahapan pengerjaan memakan waktu yang
cukup lama. Sebagian analisis gravimetri menyangkut unsur yang akan ditentukan
menjadi senyawa murni yang stabil dan mudah diubah ke dalam bentuk yang dapat
ditimbang. Berikut gambar tabung kerucut yang digunakan untuk pengukuran
secara imhoff.
BAB 3. METODOLOGI
Air
Sawah
Selesai
Air
Sawah
Selesai
Air
Sawah
Selesai
Air
Sawah
Selesai
Air
Sawah
Selesai
3.3.8 Uji DO
Mulai
Air
Sawah
Menambahkan 2 ml alkali-iodida-azida
Selesai
Air
Sawah
Selesai
4.1 Hasil
Analisis dan pengukuran kualitas air dengan sampel air sawah di lakukan di
laboratorium dan Air sungai dilakukan di praktikum lapang (Air sungai Antirogo).
Hasil dari pengukuran kualitas air dilakukan berdasarkan parameter tiap sampel.
Berikut adalah hasil pengukuran.
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Do, pH, T dan TDS Air Sungai (dilapang) dengan
Multiparameter
Berikut Standart baku mutu air sawah berdasarkan pp nomer 82 tahun 2001
Table
4.2 PEMBAHASAN
4.2.1. Air Sungai
Berdasarkan hasil analisis dan pengukuran air sungai mengunakan alat ukur
Multiparameter data yang diperoleh yaitu seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.1.
Pengukuran diatas tujuannya yaitu untuk mendapatkan 4 parameter yang dapat
mewakilkan kondisi air disungai tersebut yaitu DO, pH, T (suhu) dan TDS. Nilai
hasil pengukuran berturut-turut dari 4 parameter yaitu 2,8 ppm, 6,69 pH, 27,37 ◦C,
dan 198 ppm.
Dalam menentukan baku mutu kualitas air dapat dilakukan dengan
membandingkan beberapa parameter tersebut dan dibandingkan dengan baku
mutunya, apabila air tersebut akan dikonsumsi otomatis harus menyesuaikan
dengan batu mutu air minum. Namun, juga perlu di lakukan pengujian parameter
an-organik dan pengolahan terlebih dahulu untuk membunuh bakteri-bakteri yang
menyebabkan penyakit atau mengganggu kesehatan.
4.2.2 TDS
Hasil pengukuran total padatan terlarut pada sampel air sawah adalah 226,7
mg/l. Menurut SK Dirjen RLPS bahwa parameter TDS dengan nilai <1000
termasuk dalam status kelas air yang baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa air
sawah itu baik atau tingkat pencemaran rendah dilihat dari parameter TDS. Nilai
total padatan terlarut yang didapatkan pada penelitian ini lebih tinggi dari nilai
total padatan tersuspensi. Hal ini menggambarkan bahwa padatan yang masuk
ke sawah lebih banyak yang berbentuk padatan yang ukurannya kecil (padatan
terlarut), atau padatan yang terdapat di air sawah lebih didominasi oleh
padatan yang berasal dari limbah-limbah organik.
4.2.4 TSS
4.2.5 Kesadahan
Berdasarkan indicator kualitas air, indicator kesadahan juga menjadi salah
satu penentu pengukuran kualitas air sehingga perlu dilakukan uji kesadahan
sementara dan kesadahan tetap pada air sawah. Berdasarkan praktikum didapatkan
nilai kesadahan sementara air sawah sebesar 0,8 mg/l dan kesadahan tetap sebesar
4,8 mg/l. Sehingga didapatkan kesadahan total pada sampel air sawah yaitu 5,6 mg/l
dan baku mutu air pada kesadahan adalah 5 mg/l. Oleh karena itu dapat dikatakan
bahwa air sawah memiliki selisih sedikit dengan baku mutu. Dan berdasarkan kadar
kalsium di dalam air maka tingkat kesadahan sampel air sawah yaitu sebagai air
lunak (soft water).
4.2.7 BOD
BOD5 merupakan parameter yang dapat digunakan untuk menggambarkan
keberadaan bahan organik di perairan. Nilai BOD5 yang tinggi menunjukkan
semakin besarnya bahan organik yang terdekomposisi menggunakan sejumlah
oksigen di perairan. Hasil pengukuran didapatkan nilai BOD5 air sawah yaitu 78,56
ppm. Nilai BOD5 pada analisis kualitas air sawah ini melebihi baku mutu yang ada
pada pp nomor 82 tahun 2001. Pada perairan yang relatif tenang (stagnant) seperti
air sawah, limbah organik yang masuk dimungkinkan akan mengendap dan
terakumulasi pada subtrat dasar perairan, sehingga proses dekomposisi meningkat
dan menyebabkan kandungan oksigen terlarut menurun
4.2.8 DO
Hasil pengukuran kandungan oksigen terlarut pada air sawah
berkisarantara 2,48 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa air sawah oksigennya
tinggi sebagai akibat dari terjadinya peningkatan jumlah limbah organik yang
ada pada pertanian. Menurut sumber menunjukkkan bahwa Kandungan
oksigen tersebut pada air sawah termasuk kedalam air yang tercemar sedang.
Kandungan oksigen terlarut ini memberikan gambaran bahwa secara umum
air sawah sudah tercemar oleh bahan organik yang mudah terurai.
4.2.9 COD
Parameter lain yang juga dapat digunakan sebagai penduga pencemaran
limbah organik adalah COD. Nilai COD menggambarkan total oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat
didegradasi secara biologi (biodegradable) maupun yang sukar didegradasi (non
biodegradable) menjadi CO2 dan H2O.
Dari hasil analisis kualitas air sawah menunjukkan bahwa nilai COD air
sawah berkisar 302,5mg/l. Nilai COD air sawah lebih tinggi atau mempunyai selisih
banyak dari nilai BOD. Nilai COD yang diperoleh pada penelitian ini jauh lebih
besar dibandingkan BOD5. Menurut Metcalf and Eddy (1979), perbedaan nilai
COD dengan BOD5 biasanya terjadi pada perairan tercemar karena bahan organik
yang mampu diuraikan secara kimia lebih besar dibandingkan penguraian secara
biologi.
BAB 5. KESIMPULAN
𝑇 𝑥 𝑁 𝑥 0,2 𝑥 1000
OT atau DO (ppm) = 0,025.𝐴
6,5
= 6,25 = 1,04 ppm
10,5
=3,125 = 3,36 ppm
Keterangan:
N = Normalitas titran
DO5
𝑇 𝑥 𝑁 𝑥 0,2 𝑥 1000
OT atau DO (ppm) = 0,025.𝐴
15,5
= 6,25 = 2,48 ppm
7,5
=3,125 = 2,4 ppm
Keterangan:
N = Normalitas titran
PENGUKURAN BOD
(𝑋0−𝑋5)−(𝐵0−𝐵5)(1−𝑃)
BOD =
𝑃
(3,36−2,4)−(1,04−2,48)(1−0,03)
=
0,03
(0,96)−(−1,44)(0,97)
= 0,03
0,96+1,3968
= 0,03
=78,56 ppm
Titrasi Blanko
Vo Vt Vt-Vo
16,7 17,5 0,8
=5,6 ppm