Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN

DASAR TEKNIK PENGENDALIAN DAN KONSERVASI LINGKUNGAN

KUALITAS DAN KUANTITAS AIR


diajukan untuk memenuhi tugas Matakuliah Dasar Teknik Pengendalian dan
Konservasi Lingkungan

Disusun Oleh
Kelompok 5 TEP-B

Yunia Sa Paringanti 171710201017


Chusnus Chotimah 171710201026
Fiba Granza Al Ghifari 171710201053
Chairiyah Umi Rahayu 171710201060
Erma Surya Ningsih 171710201091

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan salah satu senyawa penting bagi semua makhluk hidup
yang ada di bumi ini. Fungsi air tidak dapat digantikan dengan senyawa lain.
Salah satunya ialah air diperlukan untuk transportasi zat – zat makanan dalam
bentuk larutan dan melarutkan berbagai jenis zat yang diperlukan tubuh.
Sehingga, sumber daya air perlu dijaga dengan baik dan bijak agar tetap bisa
dimanfaatkan oleh manusia serta makhluk hidup lainnya untuk kebaikan generasi
sekarang maupun generasi mendatang.
Sekarang ini, masalah utama yang timbul di kalangan masyarakat ialah
semakin pesatnya kegiatan industri terutama skala kecil (domestik) yang
membuang limbah cair ke lingkungan tanpa memperhatikan dampak negatif yag
akan diterima lingkungan tersebut. Kegiatan industri tersebut dapat memengaruhi
kualitas air yang dicampuri oleh limbah buangannya. Selanjutnya hal tersebut
akan membahayakan semua makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya
air tersebut ( kerusakan ekosistem)
Salah satu limbah hasil industri yang sering dibuang langsung ke
lingkungan perairan ialah limba cair dari proses produksi tempa. Limbah cair
sendiri merupakan limbah dalam wujud cair yang dihasilkan industri atau usaha
lainnya yang dibuang dilingkungan dan dapat menurunkan kualitas lingkungan.
Adapun batas maksimal( kriteria) yang harus dipenuhi sebelum limbah tersebut
dibuang ke lingkungan dapat dilihat pada persyaratan baku mutu limbah cair yang
tercantum dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia,
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Limbah. Namun minimnya informasi,
membuat masyarakat kurang mengetahui bahaya kandungan yang ada dalam
limbah cair yang dapat merusak ekosistem air.
Praktikum kali ini dilakukan untuk mengukur parameter yang merupakan
acuan dari kualitas air diataranya total padatan tersuspensi (TSS), total padatan
terlarut (TDS), pengukuran PH, uji kesadahan sementara dan kesadahan tetap,
alkalinitas, konduktivitas, zat padat terendap menurut imhoff, dissolved oxygen
(DO), pengukuran biological oxygen demand (BOD), chemical oxygen demand
(COD), dan analisis kekeruhan. Sehingga nantinya dapat dibandingkan untuk
mengetahui apakah limbah cair tersebut sesuai dengan baku mutu dan layak
dibuang ke lingkungan. Secara kualitatif, pengukuran kuantitas air dilakukan
melalui pengukuran debit air di lapang ( Daerah Aliran Sungai) menggunakan 2
metode, yaitu dengan current meter dan pelampung.

1.2 Tujuan
Tujuan praktikum kualitas dan kuantitas air berdasarkan latar belakang diatas
ialah sebagai berikut.
1. Memahami dan menganalisis kualitas air dengan parameter kandungan TDS,
TSS, pH, DO, BOD, COD, alkalinitas, kesadahan, zat padat terendap menurut
imhoff, dan kekeruhan pada limbah cair tempe.
2. Membandingkan hasil pengukuran terkait parameter kualitas air dengan baku
mutu limbah cair tempe.
3. Memahami dan menganalisis kuantitas air dengan melakukan pengukuran
debit air di DAS (Daerah Aliran Sungai).
4. Membandingkan metode pengukuran debit menggunakan current meter dan
menggunakan pelampung.

1.3 Manfaat
Manfaat praktikum kualitas dan kuantitas air yaitu sebagai berikut.
1. Mahasiswa dapat memahami dan menganalisis kualitas air dengan parameter
kandungan TDS, TSS, pH, DO, BOD, COD, alkalinitas, kesadahan, zat padat
terendap menurut imhoff, dan kekeruhan pada limbah cair tempe.
2. Mahasiswa dapat membandingkan hasil pengukuran terkait parameter
kualitas air dengan baku mutu limbah cair tempe.
3. Mahasiswa dapat memahami dan menganalisis kuantitas air dengan
melakukan pengukuran debit air di DAS (Daerah Aliran Sungai).
4. Mahasiswa dapat membandingkan metode pengukuran debit menggunakan
current meter dan menggunakan pelampung.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Baku Mutu


Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar
dan/atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air
limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam media air dari suatu usaha
dan/atau kegiatan (Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2014).
Tabel 1. Baku Mutu Air Limbah Industri Tempe (Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup RI Nomor 5 Tahun 2014)
BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK
INDUSTRI TAHU DAN
KECAP/TEMPE
Volume Limbah Cair Maximum per
satuan Bahan Baku
Tempe:10m3/ton Kedelai

Parameter Kadar Maximum (mg/l)


BOD5 150
COD 300
TSS 100
pH 6-9

2.2 TSS
TSS (Total Suspended Solid) atau total padatan tersuspensi merupakan
materi atau bahan tersuspensi yang menyebabkan kekeruhan air terdiri dari
lumpur, pasir halus serta jasad-jasad renik yang terutama disebabkan oleh kikisan
tanah atau erosi yang terbawa badan air (Effendi, 2003).

2.3 TDS
TDS adalah ukuran dari jumlah material yang dilarutkan dalam air. Bahan
ini dapat mencakup karbonat, bikarbonat, klorida, sulfat, fosfat, nitrat, kalsium,
magnesium,natrium, ion-ion organik, dan ion-ion lainnya. Tingkat tertentu dalam
air ion ini diperlukan untuk kehidupan akuatik. Perubahan dalam konsentrasi
TDS dapat berbahaya karena densitas air menentukanaliran air masuk dan keluar
dari sel-sel organisme. Namun, jika konsentrasi TDS terlalu tinggi atau terlalu
rendah, pertumbuhan kehidupan banyak air dapat dibatasi, dan kematian dapat
terjadi (Efendi,2003).

2.4 PH
Ph atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaaman
atau basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. pH normal memiliki
nilai 7 sementara bila nilai pH > 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa
sedangkan nilai pH< 7 menunjukkan keasaman. pH 0 menunjukkan derajat
keasaman yang tinggi, dan pH 14 menunjukkan derajat kebasaan tertinggi.
Umumnya indicator sederhana yang digunakan adalah kertas lakmus yang
berubah menjadi merah bila keasamannya tinggi dan biru bila keasamannya
rendah (Alaydrus dan Cordova, 2012).

2.5 Alkalinitas
Alkalinitas merupakan kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap pH
perairan yang terdiri atas anion-anion seperti anion bikarbonat, karbonat, dan
hidroksida, Borat, silikat, fosfat, sulfide, dan amonia dalam perairan yang dapat
menetralkan kation hidrogen. Namun pembentuk alkalnitas yang utama adalah
bikarbonat, karbonat dan hidroksida (Effendi, 2003).

2.6 Kesadahan
Kesadahan dibagi atas dua jenis kesadahan, yaitu kesadahan sementara dan
kesadahan tetap. Air yang mengandung kesadahan kalsium karbonat dan
magnesium karbonat disebut kesadahan karbonat atau kesadahan sementara,
karena kesadahan tersebut dapat dihilangkan dengan cara pemanasan atau dengan
cara pembubuhan kapur. Sementara itu Air yang mengandung kesadahan kalsium
sulfat, kalsium khlorida, magnesium sulfat dan magnesium khlorida, disebut
kesadahan tetap karena tidak dapat dihilangkan dengan cara pemanasan, tetapi
dapat dengan cara lain dan salah satunya adalah proses penukar ion (Marsidi,
2001).

2.7 DO
Oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen (DO) merupakan salah satu
parameter mengenai kualitas air. Tersedianya oksigen terlarut didalam air sangat
menentukan kehidupan di perairan tersebut (Prahutama, 2013)
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad
hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian
menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen
juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses
aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses
difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam
perairan tersebut (Salmin, 2005)

2.8 COD
Chemical Oxygen Demand (COD) merupakan jumlah total oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi (Lumaela et al,
2013).

2.9 BOD
Kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya
oksigen yang diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik,
pada kondisi aerobik. Pemecahan bahan organik diartikan bahwabahan organik
ini digunakan oleh organisme sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh
dari proses oksidasi (Pescod,1973).

2.10 Kekeruhan
Kekeruhan di dalam air bukan merupakan sifat dari air yang membahayakan
tetapi dapat menimbulkan dampak kekhawatiran terkandungnya senyawa kimia
yang berbahaya bagi makhluk hidup. Kekeruhan disebabkan oleh materi yang
tersuspensi atau tidak larut sehingga berdampak pada organisme di air
(Pramusinto dan Suryono, 2016).

2.11 Total Padatan Terendap


Padatan terendapkan adalah padatan dalam limbah cair yang mengendap
pada dasar dalam limbah cair yang mengendap pada dasar dalam waktu 1 jam.
Padatan ini biasanya diukur dalam kerucut Imhoff berskala dan dilaporkan
sebagai ml padatan terendap per liter. Padatan terendap merupakan indikator
jumlah padatan limbah yang akan mengendap dalam alat penjernih dan kolam
pengendapan. Penetapan endapan ini mudah dilakukan dan berguna bila akan
merancang sistem penanganan pengendapan (Departemen Pertanian, 2009).

2.12 Current Meter


Menurut Permana et al (2015), Current meter merupakan sebuah alat yang
ditenggelamkan ke dalam air bergerak yang dilengkapi dengan rotor (komponen
yang berputar) untuk mengetahui kecepatan aliran. Alat ini secara aktual
mengukur kecepatan titik pengukuran arus air pada tampang saluran yang terdiri
dari:
1. Rotor yaitu bagian yang berputar. Bagian ini diletakkan dimasukkan ke dalam
aliran air.
2. Alat kalibrasi yang dapat menunjukkan validitas atau keandalan current meter
tersebut .
BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum analisis air terdiri dari dua macam yaitu praktikum kuantitas
dan kualitas air. Praktikum kuantitas air dilaksanakan pada hari senin, 8 April
2019 di Sungai Antrokan, Desa Jumerto, Kabuparen Jember. Sedangkan
praktikum kualitas air dilaksanakan pada hari senin, 22 April 2019 pukul 09.40
sampai selesai dan pada hari sabtu, 26 April 2019 pukul 14.30 di Laboratorium
Teknik Pengendalian dan Konservasi Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian,
Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Total Padatan Tersuspensi (TSS)
Tabel 3.1 Alat dan Bahan Praktikum Total Padatan Tersuspensi (TSS)
Alat Bahan
Gelas ukur Sampel air
Oven Kertas saring 0,45 µm
Desikator
Neraca analitik
Botol sampel
Cawan
Pipet
3.2.2 Total Padatan Terlarut (TDS)
Tabel 3.2 Alat dan Bahan Praktikum Total Padatan Terlarut (TDS)
Alat Bahan
Gelas ukur Sampel air
Oven Kertas saring 0,45 µm
Desikator
Neraca analitik
Botol sampel
Cawan
Pipet
TDS meter
3.2.3 pH
Tabel 3.3 Alat dan Bahan Praktikum Pengukuran pH
Alat Bahan
pH meter portable Sampel air
pH meter dengan elektrode gelas NaCl
kombinasi Aquadest
Larutan penyangga pH 7
Larutan penyangga pH 10
Larutan penyangga pH 4
3.2.4 Kesadahan
Tabel 3.4 Alat dan Bahan Praktikum Pengukuran Kesadahan
Alat Bahan
Erlenmeyer 250 ml Sampel air
Desikator Aquadest
Column chromatography H2SO4
Labu takar Tisu
NaOH 0,1 N
Natrium karbonat
3.2.5 Alkalinitas
Tabel 3.5 Alat dan Bahan Praktikum Pengukuran Alkalinitas
Alat Bahan
Erlenmeyer 250 ml Sampel air
Pipet Aquadest
Buret H2SO4 0,1 N
Labu takar Indikator phenolphthalein (PP)
3.2.6 Total Padatan Terendap
Tabel 3.6 Alat dan Bahan Praktikum Pengukuran Total Padatan Terendap
Alat Bahan
Kerucut imhoff Sampel air
Alat-alat yang digunakan untuk
analisis zat padat tersuspensi
3.2.7 Dissolved Oxygent (DO)
Tabel 3.7 Alat dan Bahan Praktikum Pengukuran Dissolved Oxygent (DO)
Alat Bahan
Botol winkler ±0,1 ml Sampel air
Buret 25 atau 50 ml MnSO4 50 %
Erlenmeyer 250 atau 500 ml Alkali iodida azida
Labu takar 500 atau 1000 ml Indikator kanji atau amilum 5%
NaOH 1 N Na2S2O3 0,0025 N
H2SO4 1 N Aquadest
3.2.8 Biological Oxygen Demand (BOD)
Tabel 3.8 Alat dan Bahan Praktikum Pengukuran Biological Oxygen Demand
(BOD)
Alat Bahan
Botol winkler ±0,1 ml Sampel air
Buret 25 atau 50 ml MnSO4 50 %
Erlenmeyer 250 atau 500 ml Alkali iodida azida
Labu takar 500 atau 1000 ml Indikator kanji atau amilum 5%
Inkubator BOD Na2S2O3 0,0025 N
Aquadest
3.2.9 Chemical Oxygen Demand (COD)
Tabel 3.9 Alat dan Bahan Praktikum Pengukuran Chemical Oxygen Demand
(COD)
Alat Bahan
Spektrofotometer Sampel air
Labu takar 500 atau 1000 ml Aquadest
Reaktor COD
Reagen COD (LR, MR, atau HR)
3.2.10 Kekeruhan
Tabel 3.10 Alat dan Bahan Praktikum Pengukuran Kekeruhan
Alat Bahan
Turbidimeter TN-100 Sampel air
Cuvet Aquadest
3.2.11 Pengukuran pH, Konduktivitas dan DO menggunakan Multiparameter
Tabel 3.11 Alat dan Bahan Pengukuran pH, Konduktivitas dan DO menggunakan
Multiparameter
Alat Bahan
Beaker Glass Sampel air
Multiparameter probe Aquadest
3.2.12 Pengukuran Debit Menggunakan Current Meter
Tabel 3.12 Alat dan Bahan Pengukuran Debit Menggunakan Current Meter
Alat Bahan
Currentmeter unit Lokasi pengamatan debit
Stopwatch
Rol meter
Tali Rafia
Patok besi
3.2.13 Pengukuran Debit Menggunakan Pelampung
Tabel 3.13 Alat dan Bahan Pengukuran Debit Menggunakan Pelampung
Alat Bahan
Pelampung (botol atau balok kayu) Lokasi pengamatan debit
Stopwatch
Rol meter
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Total Padatan Tersuspensi (TSS)

Mulai

Persiapan alat
dan bahan

Pemanasan kertas saring selama 1 jam dengan


suhu 105˚C didalam oven

Kertas saring yang sudah dipanaskan, kemudian


didinginkan dalam desikator selama 15 menit

Penimbangan pada kertas saring sesudah


didinginkan

100 ml Penuangan sampel air ke dalam gelas piala yang Kertas saring
Limbah Tempe terdapat kertas saring dan corong kaca + residu

Pemanasan kertas saring yang terdapat residu


selama 1 jam dengan suhu 105˚C didalam oven

Kertas saring residu yang sudah dipanaskan,


kemudian didinginkan dalam desikator selama
15 menit

Penimbangan pada kertas saring dan residu


sesudah didinginkan

Mencatat dan
menghitung hasil
praktikum

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Praktikum Total Padatan Tersuspensi (TSS)


3.3.2 Total Padatan Terlarut (TDS)

Mulai

Persiapan alat
dan bahan

100 ml Masukkan sampel air ke


limbah tempe dalam gelas piala

Nyalakan TDS meter dengan


menekan tombol on

Masukkan probe TDS meter dan


melakukan pembacaan nilai

Untuk pembacaan sampel lainnya


Aquadest
lakukan pencucian dan pengeringan
dan tisu
terlebih dahulu pada probe TDS meter

Mencatat nilai yang


ditunjukkan

Selesai

Gambar 3.2 Diagram Alir Praktikum Total Padatan Terlarut (TDS)


3.3.3 pH

Mulai

Persiapan alat
dan bahan

100 ml Masukkan sampel air ke


limbah tempe dalam gelas piala

Nyalakan pH meter portable


dengan menekan tombol on

Masukkan probe pH meter portable


kemudian tekan hold dan melakukan
pembacaan nilai

Untuk pembacaan sampel lainnya


Aquadest lakukan pencucian dan pengeringan
dan tisu terlebih dahulu pada probe pH meter
portable

Mencatat nilai yang


ditunjukkan

Selesai

Gambar 3.3 Diagram Alir Praktikum Pengukuran pH


3.3.4 Kesadahan

Mulai

Persiapan Alat
dan Bahan

100 ml Pindahkan sampel ke


sampel erlenmeyer 250 ml

Tambahkan 2-3 tetes metil


jingga

Timbul
Titrasi dengan H2SO4 0,02 N
warna Pucat

Mencatat dan
menghitung hasil
praktikum

Selesai

Gambar 3.4 Diagram Alir Praktikum Pengukuran Kesadahan Sementara

Mulai

Siapkan Alat dan Bahan

Tambahkan NaOH dan Na2CO3 masing – masing 10 ml kedalam


labu ukur 100ml

Panaskan / uapkan hingga menjadi 40ml

Dinginkan dan saring larutan, filtrat dikumpulkan


dalam labu ukur

A
A

Cuci residu yang tertinggal di kertas saring dengan aquadest dan


tampung di dalam beaker glass

Data Kesadahan tetap

Selesai

Gambar 3.5 Diagram Alir Praktikum Pengukuran Kesadahan Tetap

3.3.5 Alkalinitas

MULAI

Pengambilan 50-100 ml sampel


dan isikan ke dalam erlenmeyer

Penambahan 2 tetes indikator


phenolphthalein (pp) dan metil
jingga

Penitrasian dengan H2SO4 0,1 N


sampai warna merah muda
berubah menjadi jernih

Perhitungan alkalinitas
berdasarkan formulanya

SELESAI

Gambar 3.6 Diagram Alir Praktikum Pengukuran Alkalinitas


3.3.6 Total Padatan Terendap
Mulai

Siapkan Alat dan Bahan

Isi kerucut imhoff dengan sampel sebanyak 1 liter

Endapkan selama 45 menit

Putar kerucut agar jonjot turun ke bawah

Endapkan selama 15 menit

Hitung volume endapan

Selesai

Gambar 3.7 Diagram Alir Pengukuran Total Padatan Terendap


3.3.7 Dissolved Oxygent (DO)
Mulai

Siapkan Alat dan Bahan

Encerkan sampel dengan beberapa konsentrasi

Tambahkan larutan mangan sulfat dan


alkali iodida azida masing – masing 1 ml.

Biarkan mengendap sempurna

Keluarkan 3 ml larutan jernih dari botol


menggunakan pipet ke erlenmeyer 500ml

Tambahkan 1 ml H2SO4 pekat ke sisa


larutan di botol winkler lalu campurkan
ke dalam erlenmeyer

Titrasi dengan Na2S2O3 hingga kuning cerah

Tambahkan amilum 1ml

Titrasi dengan Na2S2O3 hingga bening

Data DO

Selesai

Gambar 3.8 Diagram Alir Pengukuran Dissolved Oxygent (DO)


3.3.8 Chemical Oxygen Demand (COD)
Mulai
Mulai

Siapkan
Siapkan Alat
Alat dan
dan Bahan
Bahan

Masukkan
Masukkan 0,2
0,2 ml
ml sampel
sampel ke
ke botol
botol reagen
reagen

Panaskan
Panaskan menggunakan
menggunakan reaktor
reaktor COD
COD selama
selama 22 Jam
Jam

Dinginkan
Dinginkan

Ukur
Ukur Menggunakan
Menggunakan Spektrofotometer
Spektrofotometer

Data
Data COD
COD

Selesai
Selesai

Gambar 3.9 Diagram Alir Pengukuran Chemical Oxygen Demand (COD)


3.3.9 Kekeruhan
Mulai
Mulai

Siapkan
Siapkan Alat
Alat dan
dan Bahan
Bahan

Tuangkan
Tuangkan sampel
sampel ke
ke botol
botol turbidimeter
turbidimeter sampai
sampai batas
batas yang
yang
ditentukan
ditentukan

Kalibrasi
Kalibrasi alat
alat turbidimeter
turbidimeter dengan
dengan cairan
cairan kalibrasi
kalibrasi

Lakukan
Lakukan pembacaan
pembacaan kekeruhan
kekeruhan limbah
limbah

Catat
Catat nilai
nilai kekeruhan
kekeruhan LCD
LCD

Selesai
Selesai

Gambar 3.10 Diagram Alir Pengukuran Kekeruhan

3.3.10 Pengukuran pH, Konduktivitas dan DO menggunakan


Mulai
Mulai

Siapkan
Siapkan Alat
Alat dan
dan Bahan
Bahan

Tuangkan
Tuangkan 50ml
50ml sampel
sampel ke
ke beaker
beaker glass
glass

Celupkan
Celupkan sensor
sensor multiparameter
multiparameter ke tiap –– tiap
ke tiap tiap sampel
sampel

Lakukan
Lakukan pembacaan
pembacaan

Catat
Catat nilai
nilai hasil
hasil

Selesai
Selesai

Gambar 3.11 Diagram Alir Pengukuran pH, Konduktivitas dan DO menggunakan


Multiparameter
3.3.11 Pengukuran Debit Menggunakan Current Meter
Mulai
Mulai

Siapkan
Siapkan Alat
Alat dan
dan Bahan
Bahan

Ukur
Ukur Lebar
Lebar dan
dan Kedalaman
Kedalaman sungai
sungai

A
A

Bagi
Bagi menjadi
menjadi 33 bagian
bagian

Siapkan
Siapkan alat
alat Current
Current meter
meter

Ukur
Ukur debit
debit sungai
sungai alat
alat current
current meter
meter

Data
Data Debit
Debit

Selesai
Selesai

Gambar 3.12 Diagram Alir Pengukuran Debit Menggunakan Current Meter


3.3.12 Pengukuran Debit Menggunakan Pelampung
Mulai
Mulai

Botol
Botol air
air mineral
mineral berisi
berisi pasir
pasir

Cari
Cari bagian
bagian sungai
sungai yang
yang lurus
lurus dan
dan lebarnya
lebarnya hampir
hampir sama
sama

Ukur
Ukur lebar
lebar sungai
sungai lalu
lalu bagi
bagi menjadi
menjadi 33 bagian
bagian

Ukur
Ukur lebar
lebar dan
dan tinggi
tinggi penampang
penampang

Hitung
Hitung kecepatan
kecepatan aliran
aliran debit
debit sungai
sungai

Data
Data Debit
Debit

Selesai
Selesai

Gambar 3.13 Diagram Alir Pengukuran Debit Menggunakan Pelampung

BAB 4. PEMBAHASAN
4.1 Pengukuran pH
Tabel 4.1 Data pengamatan pH
Percobaan Rata-
Metode
1 2 3 rata
Multi
parameter 4,7 4,5 4,5 4,6
pH Meter 3,6 3,6 3,6 3,6

Pengukuran pH limbah tempe dilakukan dengan menggunakan multi


parameter prob dan pH meter. Sebelum pengukuran dilakukan terlebih dahulu
kalibrasi alat melalui standardisasi alat menggunakan larutan buffer pH 7,0 pH 4,0
dan pH 9,0. Kemudian sampel limbah tempe tersebut diukur. Ada pun ukuran pH
pada sampel limbah tempe menggunakan mutiparameter dan pH meter tersebut
berturut turut adalah 4,6 dan 3,6. Sehingga dapat dikatakan bahwa limbah cair
olahan tempe bersifat asam. Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industri
yang dibuang ke perairan akan mengubah pH air, dan dapat mengganggu
kehidupan organisme air. Pada baku mutu berkisar antara ph 6,5 – 8,5.
4.2 Pengukuran TSS
Tabel 4.2 Data pengamatan TSS
Filter Kering +
Ulangan Ke- Filter Kering TSS
Residu
1 2577 2650
2 2526 2655
90
3 2591 2669
Rata-rata 2565 2655

Total suspended solid atau padatan tersuspensi total (TSS) merupakan residu
dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal
2µm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. Pengukuran TSS dilakukan
dengan penyaringan sampel dengan kertas saring 0,45 μm yang kemudian
ditimbang dengan tiga kali pengulangan lalu di rata-rata. Nilai TSS rata-rata pada
limbah cair olahan tempe yaitu 90 mg/l, berarti bahwa dalam 1 liter air limbah
tempe terdapat 90 mg zat yang mengendap. Besarnya nilai TSS pada suatu
larutuan dapat menyebabkan kekeruhan pada larutan tersebut.
4.3 Pengukuran TDS
Tabel 4.3 Data pengamatan TDS
Nilai TDS
Cawan Kering +
Ulangan Ke- Cawan Kering TDS
Filtrat Gravimetri
Meter
1 49315 49956 158
2 49316 49959 159
6433
3 49316 49959 156
Rata-rata 49316 49959 158

Total padatan terlarut (TDS/Total Disolved Solid) merupakan parameter yang


menunjukkan jumlah total larutan padat yang terkandung dalam air. Nilai TDS rata-rata
menggunakan metode gravimetri pada limbah cair olahan tempe yaitu 6433 mg/l.
Sedangkan menggunakan TDS meter sebesar 158 mg/l. TDS biasanya terdiri atas
zat organik, garam organik, dan gas terlarut. Berdasarkan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No.1 Tahun 2010, menyatakan bahwa konsentrasi TDS dibagi
menjadi 3 yaitu, rendah ( <250 mg/l), sedang ( <500 mg/l), dan tinggi ( <850 mg/l).
Berdasarkan nilai TDS limbah olahan tempe masih tergolong tinggi. Arti pembacaan
6433 mg/L yaitu dalam 1 liter air limbah tempe terdapat 6433 mg zat yang
terlarut. Terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai TDS yang diukur dengan
kedua metode tersebut. Hal itu disebabkan oleh perbedaan keakuratan setiap
metode. Pengukuran menggunakan gravimetri memiliki ketelitian 0,0005
sedangkan TDS meter memiliki ketelitian 0,5. Oleh karena itu, pembacaan dengan
metode Gravimetri lebih akurat dikarenakan tingkat kesalahan yang lebih kecil.
4.4 Pengukuran Alkalinitas
Tabel 4.4 Data pengamatan Alkalinitas
Sampel Alkalinitas
Limbah
40,32
Tempe

Alkalinitas merupakan kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap pH


perairan yang terdiri atas anion-anion seperti anion bikarbonat, karbonat, dan
hidroksida, Borat, silikat, fosfat, sulfide, dan amonia dalam perairan yang dapat
menetralkan kation hidrogen. nilai alkalinitas limbah cari olahan tempe yaitu
40,32. fungsi utama alkanitas adalah sebagai penyangga fluktuasi pH air. Makin
tinggi nilai alkalinitas, makin tinggi kemampuan air untuk menyangga sehingga
fluktuasi pH rendah (Yulfiperius Dkk, 2006)
4.5 Pengukuran Kesadahan
Kesadahan air adalah kandungan minerat-mineral tertentu yang terdapat dalm
air yang pada umumnya berupa kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk
garam karbonat, garam bikarbonat ataupun garam sulfat. Adapun jenis air sadah
meliputi air sadah sementara dan air sadah tetap. Prinsip dari pengukuran
kesahadan air ditandai dengan adanya pengendapat kandungan ion Ca dan Mg.
Bendasarkan hasil pengamatan kesadahan limbah cair tempe didapatkan data
segabai berikut
Tabel 4.5 Data Hasil Pengamatan Kesadahan
Sampel Kesadaan sementara Kesadahan tetap
Limbah tempe 2 19

Berikut klasifikasi kesadahan menurut Marsidi (2011) di dalam Prakoso


(2016) :
Tabel 4.6 Klasifikasi Tingkat Kesadahan
Mg/l CaCO3 Tingkat Kesadahan
0-75 Lunak (Soft)
75-150 Sedang
150-300 Tinggi

>300 Tinggi Sekali


Berdasarkan Tabel 4.5 diatas, nilai kesadahan sementara pada sampel limbah
cait tempe ialah 2 ppm dan nilai kesadahan tetap limbah cair olahan tempe yaitu
19 ppm. Jika dibandingkan dengan klasifikasi kesadahan pada tabel 4.6 diatas
kesadahan air limbah tempe termasuk ke tingkat kesadahan lunak/ soft yang
karena berada pada kisaran 0-75 ppm.

4.6 Pengukuran DO
Tabel 4.7 Hasil pengamatan DO
parameter Nilai Baku mutu
Doo 7,15 >2 mg /l

Disolved oxigent (DO) adalah jumlah oksigenterlarut dalm di dalam air.


Oksigen terlarut tersebut sangat penting untuk menunjang keidupan ikan maupun
organisme di perairan. Kemampuan air dalam memebrsihkan pencemaran secara
alamiah bergantung pada ketersediaan kadar oksigen terlarut. Berdasarkan tabel
4.6 didapatkan nilai DO sebesar 7,15 mg/l. Nilai DO dari sampel limbah cair
tempe tersebut masih sesuai dengan standar baku mutu yaitu >2mg/l. Jadi
berdasarkan nilai DO, limbah cait tempe dapat dibuang ke lingkungan.

4.7 Pengukuran COD


Tabel 4.8 Hasil pengamatan COD
Sampel Nilai Baku mutu
Limbah 328
300 mg/l
tempe mg/l

COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang


diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organic yang terkandung didalam air.
Hal ini karena bahan organik yang ada sengaja diurai secara kimia. COD dapat
dijadikan parameter penduga jumlah total bahan organik yang ada di dalam air
terkait dengan turunnya nilai DO di dalam perairan tersebut. Nilai COD
merupakan ukuran bagi tingkat pencemaran bahan organic. Nilai COD pada
limbah cair tempe yaitu 328 mg/l. Baku mutu COD limbah tempe yaitu 300 mg/l
yang artinya kadar maksimum COD yang boleh terkandung dalam limbah adalah
300 mg/l. Kadar COD air limbah tempe melebihi nilai baku mutu yang ditetapkan
yaitu 300 mg/l.

4.8 Pengukuran BOD


Tabel 4.9 Hasil pengamatan BOD
Sampel Nilai Baku mutu
Limbah 370,11
150 mg/l
tempe mg/l

BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang


menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan mikroorganisme untuk
mengurai bahan organic dalam kondisi aerobik. Berdasarkan tabel diatas nilai
BOD pada limbah cair tempe yaitu 370,11 mg/l. Nilai BOD dari limbah cair
tempe melewati nilai baku mutu limbah cair tempe yaitu 150mg/l. Semakin tinggi
nilai BOD, maka semakin rendah kualitas air limbah karena nilai BOD
menunjukkan banyaknya zat organis yang terkandung dalam limbah tersebut.
4.9 Pengukuran Kekeruhan
Tabel. 4.10 Hasil pengamatan kekeruhan
Percobaan Rata-
Sampel
1 2 3 rata
Limbah
45,4 45,3 45,3 45,3
Tempe

Dari hasil tabel diatas di dapat nilai rata-rata kekeruhan limbah cair tempe
sebesar 45,3 Tingkat kekeruhan dapat disebabkan karena banyaknya material total
padatan terlarut dalam air.
4.10 Pengukuran Total Padatan Terendap
Tabel 4.11 Hasil Pengamatan Total Padatan Terendap
Volume Volume
Sampel
Sampel Lumpur
Limbah 1000 ml 0,1 ml
Tempe

Pengukuran IMHOFF dilakukan dengan metode volumetris dan


menggunakan kerucut Imhoff untuk mengetahui volume zat padat yang terendap.
Berdasarkan hasil pengukuran Imhoff, air limbah tempe memiliki nilai padatan
terendap sebesar 0,1 ml/l.
4.11 Pengukuran DO Lapang
Tabel 4.12 Data Hasil Pengukuran DO, Suhu dan pH
Sampel Do Suhu pH
Aquadest 6,82 - -
Air Sungai 6,82 27°C 7,3

Oksigen terlarut merupakan variabel kimia yang mempunyai peranan yang


sangat penting bagi kehidupan biota air sekaligus menjadi faktor pembatas bagi
kehidupan biota. Dari Tabel 4.11 diketahui bahwa DO atau kadar oksigen yang
terlarut dalam air di Sungai Antrokan menggunakan metode titrasi sebesar 6,82
mg/L. DO merupakan konsentrasi oksigen terlarut dalam air. Nilai pH Sungai
Antrokan cenderung netral karena mendekati angka 7 dengan suhu 27°C.
4.12 Pengukuran Debit
4.12.1 Pengukuran Debit Air Menggunakan Current Meter
Tabel 4.13 Data Hasil Pengukuran Debit Air Menggunakan Current Meter
No
Ukuran pias/segmen t(s) ke V (m/s) Debit
Pias
V.A
H A b Luas V 0,6 h
(m3/s)
I Luas I 0,12 4 4 2460 0 -
0,6173 0,6296
Luas II 0,12 0,04 0,045 5100 10
4 9
0,5637 0,5750
0,0018 20
9 7
Luas 0,5498 0,5608
10200 30
Total 7 7
II Luas I 12 35 56 5460 0 - -
0,2108 0,2403
Luas II 43 56 5940 10
5 7
0,1887 0,2151
20
5 2
Luas 0,2108 0,2403
11400 30
Total 5 7
III Luas I 120 43 36 4740 0 - -
0,2329 0,1677
Luas II 120 5 36 2460 10
5 2
0,2163 0,1557
20
8 9
0,2185 0,1573
Luas Total 30
9 8
Tabel 4.13 menyajikan data kecepatan dan debit aliran sungai Antrokan.
Berdasarkan tabel nilai debit yang terdapat pada pias 1 yaitu sebesar 0,56087 m3/s,
pias 2 dengan nilai 0,2437 m3/s, dan pias 3 memiliki nilai debit terkecil yaitu
sebesar, 0,105738 m3/s, hal ini disebabkan karena pada pias tiga terdapat banyak
batu-batu besar sehingga memperlambat kecepatan aliran sungai. Kecepatan aliran
saluran berbanding lurus dengan debit, jika kecepatan saluran tinggi, maka
semakin besar pula nilai debitnya, begitupun sebaliknya. Dari hasil perhitungan
debit menggunakan currentmeter didapatkan nilai rata-rata debit saluran sebesar
3
0,348125 m /s.
4.12.2 Pengukuran Debit Air Menggunakan Pelampung
Lebar sungai = 7,8
Panjang sungai = 4,6
Kedalaman rata – rata = 0,53

Tabel 4.14 Hasil pengukuran debit waktu pelampung mengalir


Waktu (Det)
No. Pias Waktu Rata2 (Det)
Pengulangan 1 Pengulangan 2 Pengulangan 3
1 25 39 28 30,6
2 31 25 26 27,3
3 21 27 27 25
Rata2 Total 27,6

Tabel. 4.15 Data pengukuran luas penampang sungai


Ukuran Penampang
Posisi Penampang H (m) Luas (m2)
L (m)
a b
0m 0,58 0,56 2,6 1,482
0,56 0,44 2,6 1,3
0,44 0 2,6 0,572
Luas Total 3,354
Nilai Koefisien (C) = 0,922
Kecepatan Aliran rata-rata =
0,487 m/s
Debit Saluran (Q) = 1,63 m3/s
Nilai koefisien kecepatan pengaliran dari pelampung permukaan yaitu
sebesar 0,922. Nilai koefisien tersebut kemudian digunakan untuk menghitung
besarnya kecepatan aliran rata-rata sungai dengan rumus V = yang

menghasilkan nilai sebesar 0,487 m/s. Dengan data nilai kecepatan aliran rata-rata
dan luas penampang sungai maka dapat dihitung besar debit saluran yaitu sebesar
1,63 m2/s.

.
BAB 5. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan praktikum kualitas air diatas, dapat


disimpulankan sebagai berikut
1. Kualitas air dapat ditentukan dengan beberapa parameter yaitu, TSS, TDS,
pH, kesadahan, alkalinitas,endapan, DO, COD, BOD, dan kekeruhan.
2. Hasil pengukuran kualitas air didapatkan nilai PH, TSS, COD dan BOD yang
tidak sesuai dengan baku mutu limbah cair tempe yang telah ditetapkan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa air limbah tahu berbahaya jika dibuang ke
lingkungan
3. Pengukuran kuantitas air menggunakan alat current meter memiliki
keakuratan yang lebih baik dibanding menggunakan pelampung, karena
pengaruh dari faktor gangguan seperti keadaan sungai yang berbatu dll. Lebih
bisa teratasi menggunakan current meter.
4. Hasil pengukuran debit aliran sungai menggunakan current meter didapatkan
nilai terbesar pada pias 1 yaitu sebesar 0,57507m3/det dan nilai terendah pada
pias 3 yaitu 0,15579m3/det .
DAFTAR PUSTAKA

Alaydrus, M.R. dan Cordova, H. 2012. Rancang Bangun Self Tuning PID
Kontrol pH Dengan Metode Pencarian Akar Persamaan Karakteristik.
JURNAL TEKNIK POMITS. 1(1): 1-6

Departemen Pertanian. 2009. Pedoman Desain Teknik IPAL Agroindustri: Jakarta

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya


danLingkungan. Kanisius. Yogyakarta

Lumaela, A.K., Otok, B.W., dan Sutikno. 2013. Pemodelan Chemical Oxygen
Demand (COD) Sungai di Surabaya Dengan Metode Mixed
Geographically Weighted Regression. JURNAL SAINS DAN SENI
POMITS. 2(1):100-105

Marsidi, R. 2001. Zeolit Untuk Mengurangi Kesadahan Air. Jurnal Teknologi


Lingkungan 2(1): 1-10.

Permana, R., Kironoto, B.A., dan Istiarto. 2015. A Study Of Channel Water
Current Velocity Meter With Horizontal And Vertical Axis Propeller
Type. Jurnal Potensi. 17(1): 17-22

Pescod, M. D. 1973. Investigation of Rational Effluen and Stream Standards for


Tropical Countries. A.I.T. Bangkok.

Prahutama, A. 2013. Estimasi Kandungan Do (Dissolved Oxygen) Di Kali


Surabaya Dengan Metode Kriging. Jurnal Statistika. 1(2): 9-14

Pramusinto, K. dan Suryono. 2016.Sistem Monitoring Kekeruhan Air


Menggunakan Jaringan Wireless Sensor System Berbasis Web.
Youngster Physic Journal. 5(4), 203

Prakoso, W. I. 2016. Penurunan Kadar Fe Pada Air Sumur DIII Teknik Kimia
Setelah Melewati Demineralized Water Dengan Metode
Spektofotometri. Laporan Tugas Akhir : Program Diploma Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (Do) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (Bod)
Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan.
Jurnal Oseana. 30(2):21-26

Anda mungkin juga menyukai