Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

Mata Kuliah Teknik Laboratorium Lingkungan

Nama Praktikan : Qamara Daffa


NIM : 13191047
Nama Asisten : Ramsiska Novemi
Kelompok : 3 (Tiga)

Program Studi Teknik Lingkungan


Jurusan Ilmu Kebumian dan Lingkungan
Institut Teknologi Kalimantan
2020
LAPORAN MAHASISWA
Analisis Parameter Fisik

1. Latar Belakang
Air merupakan salah satu sumber daya alam terbarukan yang paling penting dalam
kehidupan manusia. Manusia setidaknya harus mengonsumsi dua liter air setiap harinya.
Namun, air minum ternyata memiliki derajat keasaman atau biasa disebut Ph (Power of
Hydrogen). Air minum yang baik memiliki rentang nilai pH sendiri sehingga daat dikatakan
layak minum. Selain pada air minum, pH dan nilai parameter fisik lainnya pada air yang
digunakan manusia sehari-hari, harus memenuhi standar.
Oleh karena itu, penting dilakukannya praktikum analisis parameter fisik pada air. Pada
praktikum ini, parameter fisik yang akan diukur ialah suhu, pH dan kekeruhan. Ketiga sifat
fisik air ini tidak dapat terlihat secara kasat mata dengan jelas. Sehingga, perlu adanya metode
analisis dalam pengkurannya.

2. Tujuan Praktikum
Tujuan dilakukannya praktikum analisis parameter fisik ini ialah agar mahasiswa
mampu memahami atau melakukan pengukuran parameter fisik dan kimia air (Ph, kekeruhan
dan daya hantar listrik).

3. Dasar Teori
3. 1 Parameter Fisik
Pengelolaan sumber daya air sangat penting ,agar dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan dengan tingkat mutu yang diinginkan. Salah satu langkah pengelolaan yang
dilakukan adalah pemantauan dan interpretasi data kualitas air, mencakup kualitas fisika,
kimia dan biologi. Namun, sebelum melangkah pada tahap pengelolaan diperlukan
pemahaman yang baik tentang terminologi, karakteristik dan interkoneksi parameter–
parameter kualtas air. Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi
atau komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter, yaitu
parameter fisika, parameter kimia dan parameter biologi. (Effendi, 2003)
Parameter-parameter fisika yang biasa digunakan untuk menentukam kualitas air
meliputi cahaya, suhu, kecerahan dan kekeruhan, warna, konduktivitas, padatan total, padatan
terlarut, padatan tersuspensi, dan salinitas. Cahaya yang mencapai permukaan bumi dan
permukaan perairan terdiri atas cahaya langsung berasal dari matahari dan cahaya yang
disebarkan oleh awan. Jumlah radiasi yang mencapai permukaan perairan sangat dipengaruhi
oleh awan, ketinggian dari permukaan laut, letak geografis, dun musim. Selanjutnya adalah
suhu. Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut,
waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta kedalaman badan air.
(Effendi, 2003)
3. 2 Kekeruhan
Kekeruhan adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk
mengukur keadaan dasar untuk mengukur keadaan air baku dengan skala NTU
(Neplelometrix Turbidity Unit) atau JTU (Jackson Turbidity Unit). Kekeruhan dinyatakan
dalam satuan unit turbiditas, yang setara dengan 1 mg/liter SiO2. Kekeruhan ini di sebabkan
oleh adanya benda tercampur atau benda koloid dari segi estetika maupun dari segi kualitas
air itu sendiri. (Effendi, 2003)

2
Metode yang bisa diukur turbiditas suatu larutan adalah turbidimetri dengan alat
turbidmeter. Dasar dari analisis adalah turbidimetri adalah pengukuran intensitas cahaya yang
ditransmisikan sebagai fungsi dari konsentrasi fase terdispersi, bilamana cahaya dilewatkan
melalui suspensi maka sebagian dari energi radiasi yang jatuh dihambur dengan penyerapan,
pemantulan dan sisanya akan ditranmisikan. (Khopkar, 2003)

3. 3 Total Dissolved Solid (TDS)


Zat padat terlarut merupakah padatan yang terdiri dari senyawa-senyawa organik dan
anorganik yang larut di dalam air,mineral, dan garam-garamnya. (Fardiaz, 1992)
Tinggnya nilai TDS diakibatkan karena banyaknya senyawa organik maupun anorganik
yang larut dalam air maupun karena pengaruh antropagenik (limbah domestik maupun
industri). TDS biasanya disebabkan bahan anorganik yang berupa ion-ion yang biasa dijumpai
di perairan. (Iriami, 2014)
Apabila bahan buangan padat larut di dalam air, maka kepekaan atau berat jenis cairan
akan naik. Air yang mengandung larutan pekat dan berwarna gelap akan menguragi penetrasi
sinar matahari ke dalam air, sehingga jumlah oksigen akan berkurang. Hal in tentu berakibat
terhadap kehidupan organisme yang hidup didalam air . Dari segi kesehatan, apabila air yang
mengandung padatan terlarut terminum oleh manusia tidak akan memberikan efek langsung
karena efek padatan terlaut akan memberi rasa pada air seperti garam. Air yang terminum
akan menyebabkan akumulasi garam didalam ginjal manusa dalam waktu yang lama dan
mempengaruhi fungsi fisiologis ginjal. (Wardhana, 2004).

3. 4 Dissolved Oxygen (DO)


Di dalam air, oksigen memainkan peranan dalam menguraikan kompanen-komponen
kimia menjadi komponen yang lebih sederhana. Oksigen memiki kemampuan untuk
beroksida dengan zat pencemar seperti komponen organik sehingga zat pencemar tersebut
tidak membahayakan. Oksigen juga diperlukan oleh mikroorganisme, baik yang bersifat aerob
serta anaerob, dalam proses metabolisme. Dengan adanya oksigen dalam air, mikroorganisme
semakin kuat dalam menguraikan kandungan dalam air. (Illahude, 1999)
Oksigen terlarut atau sering juga disebut dengan kebutuhan oksigen merupakan salah
satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya di ukur dalam
bentuk konsentrasi ini menunjukkan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air.
Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus.
Sebaliknya jike nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar.
Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air
seperti ikan dan mikroorganisme. Selan itu kemampuan air untuk membersihkan pencemaran
juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air. Oleh sebab pangukuran parameter ini
sangat di anjurkan disamping parameter lain yang sering digunakan seperti BOD dan COD
dalam suatu perairan. (Hutabarat dan Evans, 2006)
Sumber utamn oksigen dalnm suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara
bebas dan hasil Fotosintesis organisme yang hidup dalam persiran tersebut. Kecepatan difusi
oksigen dari udara tergantung dan beberapa factor seperti kekeruhan air, suhu, salinitas,
pergerakan massa air dan udara seperti gelombang, pasang surut dan lain-lain. Pada lapisan
permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena adanya proses difusi antara air dengan
udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Keadaan oksigen terlarut berlawanan dengan
keadaan BOD, semakin tinggi BOD semakin rendah oksigen terlarut. Kandungan oksigen
3
terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan normal dan tidak tercemar oleh senyawa
beracun. Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu
8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70%. (Salmin, 2005)

3. 5 Larutan Asam Basa


Asam adalah zat yang menghasilkan ion H+ bila dilarutkan dalam air, dan basa adalah
ion yang menghasilkan ion OH-. Meskipun ide-ide itu pada dasrnya benar, definisi basa yang
lebih umum, yang mencakup zat itu tidak mengandung ion H-. Definisi seperti itu diberikan
oleh Johannes N. Bronstead (1879-1947) dan Thomas Lowry (1874-1936) yang
mendefinisikan asam adalah donor proton dan basa adalah akseptor proton. (Zumdahl, 1986)

3. 6 Suhu
Suhu air semakin dikenal oleh para ilmuwan, manajer lingkungan dan pengatur
lingkungan sebagai sumber daya terpenting dan sangat sensitif. Suhu secara langsung
mempengaruhi distribusi bution, predator interaksi mangsa, kelangsungan hidup, tingkat
pertumbuhan, waktu peristiwa sejarah hidup dan metabolisme. Secara tidak langsung,
pengatur suhu di proses aliran seperti tingkat produksi, konsumsi nutrisi dan ketersediaan
pangan, dekomposisi dan diskonsentrasi oksigen terlarut yang mempengaruhi ekologi proses
lebih lanjut. Selain itu, suhu air adalah kebutuhan untuk menunjang kepentingan prduksi air
minum dan perikanan. (Hannah et al, 2008)
Celcius (OC) secara perlahan menggantikan derajat Farenheit ( OF) sebagai satuan umum
pengukuran suhu. Namun, dalam karya ilmiah, Kelvin (K) telah menggantikan keduanya
Kelvin dan derajat Celcius adalah sama, keduanya mempunyai nilai seperseratus dari interval
antara titik beku air dan titik didih air pada tekanan atmosfer standar. Satu-satunya perbedaan
nyata antara kedua unit adalah mempunyai skala berbeda. (McMury, 2012)

4. Hasil Pengamatan
4.1 Hasil Data pH
Setelah dilakukan simulasi praktikum untuk menguji nilai pH dari keenam larutan yang
berbeda dengan volume awal 0,5 L dan volume akhir 1 L setelah penambahan air, didapatkan
hasil sebagai berikut
Tabel 4.1 Hasil Data pH
pH pH
No. Jenis Larutan
Awal Akhir
1. Drain Cleaner (Pembersih saluran air) 13,00 12,69
2. Hand Soap (Sabun Cuci Tangan) 10,00 9,65
3. Blood (Darah) 7,40 7,23
4. Spit (Air Liur) 7,40 7,25
5. Water (Air) 7,00 7,00
6. Milk (Susu) 6,50 6,71

4
4.2 Hasil Data Kekeruhan
Pengujian nilai kekeruhan diawali dengan proses standarisasi dan mendapatkan nilai
kekeruhan sebesar 20 NTU. Adapun nilai kekeruhan pada kedua larutan yang berbeda adalah
sebagai berikut
Tabel 4.2 Hasil Data Kekeruhan
Kekeruhan
No. Jenis Sampel
(NTU)
1. Drinking Water (Air Minum) 4
2. Sea Water (Air Laut) 8

4.3 Hasil Data Konduktivitas Listrik


Pengujian nilai konduktivitas listrik diawali degan proses standarisasi dengan
mendapatkan nilai konduktivitas listrik sebesar 1412 μS/cm. Adapun nilai konduktivitas
listrik pada delapan larutan yang berbeda adalah sebagai berikut
Tabel 4.3 Hasil Data Konduktivitas Listrik
Konduktivitas Listrik
No. Jenis Sampel
(μS/cm)
1. Pure Water (Air murni) 0,055
2. Typical DI Water 0,1
3. Distilled Water (Air sulingan) 0,5
4. Ro Water (Air pengolahan mesin RO) 98
5. Tap Water (Air keran) 787
6. Potable Water (Air siap minum) 1055
7. Sea Water (Air laut) 56.000
8. Brackish Water (Air payau) 100.000

4.4 Data Nilai TDS dan Suhu


Berikut tabel data nilai Total Dissolved Solid (TDS) dan suhu yang akan digunakan
untuk mencari nilai konduktivitas listrik.
Tabel 4.4 Data Nilai TDS dan Suhu
No. Parameter TDS (mg/L) Suhu °C
1. Sampel 1 172 21
2. Sampel 2 166 21
3. Sampel 3 185 21
4. Sampel 4 179 20
5. Sampel 5 172 21
4.5 Perhitungan Nilai Konduktivitas Listrik
Berdasarkan nilai TDS dan suhu yang diketahui dari lima sampel air di atas, berikut
perhitungan untuk mencari nilai konduktivitas listrik pada sampel 5.
Diketahui : TDS= 172 mg/L
Ditanya : Konduktivitas Listrik
Dijawab : TDS = (0,5 – 0,75) x Konduktivitas listrik
TDS = 0,6 x Konduktivitas listrik
172 mg/L = 0,6 x Konduktivitas listrik
172 𝑚𝑔/𝐿
Konduktivitas listrik =
0,6
Konduktivitas listrik = 286,6 μS/cm
5
5. Pembahasan
Simulasi praktikum dengan judul Analisis Parameter Fisik telah dilakukan. Praktikum
ini dilakukan dengan tujuan agar mahasiswa mampu memahami atau melakukan
pengukurangan parameter fisik dan kimia air (pH, kekeruhan, konduktivitas listrik).
Pada simulasi praktikum Analisis Parameter Fisik ini, terdapat 3 parameter yang akan
ditetukan, yaitu pH, kekeruhan dan konduktivitas listrik. Pada tahap menentukan nilai pH,
pertama masuk ke laman web pengujian pH pada link yang telah tersedia di modul. Pada
laman tersebut menunjukkan tampilan alat uji pH, wadah larutan, macam-macam larutan
sampel, serta air. Kemudian, pilih jenis larutan yang akan diuji nilai pH nya, pilih salah satu
larutan yaitu drain cleaner (pembersih saluran air) dan masukkan ke wadah sebanyak 0,5 L
dengan cara menekan tombol larutan pada web. Jika volume larutan uji lebih dari 0,5 L,
larutan dapat dikeluarkan dengan cara menekan tombol keran pembuangan pada wadah
larutan hingga volume larutan menjadi 0,5 L. Kemudian, masukkan alat sensor pH ke dalam
larutan uji dan perhatikan nilai pH yang tertera pada alat tersebut. Catat dan amati apakah nilai
pH tersebut menunjukkan larutan uji asam atau basa. Selanjutnya, campurkan air sebanyak
0,5 L ke dalam wadah berisi larutan uji sehingga volume larutan sebesar 1 L dengan menekan
tombol air pada web. Perhatikan jika terjadi perubahan nilai Ph pada alat. Catat dan amati
perubahan nilai ph setelah menambahkan air. Lalu, klik tombol riset untuk mengosongkan
kembali wadah. Ulangi langkah tersebut untuk menguji nilai ph pada kelima larutan lainnya,
yaitu hand soap (sabun cuci tangan), blood (darah), spit (air liur), water (air) dan milk (susu).
Selanjutnya, pada tahap menentukan kekeruhan, pertama yaitu, masuk ke lawan web
pengujian kekeruhan yang tertera pada modul. Pilih jenis pengujian kekeruhan dan lakukan
proses standarisasi terlebih dahulu dengan cara menekan tombol standarisasi dan amati nilai
kekeruhan pada alat. Didapatkan nilai standarisasi yaitu sebesar 20 NTU. Setelah standarisasi,
pilih salah satu sampel air yang akan diuji nilai kekeruhannya, pilih sampel air pertama yaitu
drinking water (air minum). Selanjutnya tekan tombol load sample untuk memasukkan air
sampel ke dalam alat. Catat dan amati nilai kekeruhan tersebut. Lakukan langkah tersebut
pada air sampel yang kedua yaitu pada sea water (air laut). Kemudian pada tahap terakhir
yaitu menguji nilai konduktivitas listrik, pertama masuk ke laman web pengujian
konduktivitas listrik yang tertera pada modul. Pilih jenis pengujian yaitu konduktivtas listrik
dan lakukan proses standarisasi terlebih dahulu dengan fitur yang telah tersedia dan
didapatkan nilai konduktivitas listrik sebsar 1412 μS/cm. Setelah standarisasi, pilih salah satu
sampel air yang akan diuji nilai konduktivitas listrik, pilih sampel air pertama yaitu totally
pure water (air murni). Selanjutnya tekan tombol switch on untuk menguji sampel air. Catat
dan amati nilai konduktivitas listrik tersebut. Lakukan langkah tersebut pada kedelapan air
sampel lainnya, yaitu typical DI water, wistilled water (air sulingan), RO water (air
pengolahan mesin RO), tap water (air keran), potable water (air siap minum), sea water (air
laut) dan brackish water (air payau).
Sebelum melakukan pengujian nilai pH, perlu adanya proses kalibrasi alat pH meter
terlebih dahulu. Proses kalibrasi dilakukan untuk memastikan alat kembali pada keadaan
normal demi didapatnya nilai data pengujian dengan keakurasian yang tinggi. Kalibrasi pada
pH meter menggunakan larutan buffer dengan tiga nilai pH yang berbeda, yaitu buffer pH 4,0
, pH 7,0 , dan pH 9,0. Sementara pada proses pengujian kekeruhan dan konduktivitas listrik,
alat yang digunakan juga harus dilakukan standarisasi terlebih dahulu. Karena air sampel yang
disimpan lama akan berubah kestabilannya, sehingga perlunya standarisasi agar didapatkan
nilai data yang benar dan tepat.
Adapun data nilai pH yang didapatkan dari hasil simulasi praktikum pada keenam
larutan yang berbeda, dengan volume awal 0,5 L dan volume akhir 1 L setelah penambahan
air, ialah sebagai berikut. Larutan drain cleaner (pembersih saluran air) didapatkan pH awal =
13,00 dan pH akhir menjadi 12,69. Lalu untuk larutan hand soap (sabun cuci tangan)
didapatkan pH awal = 10,00 dan pH akhir menjadi 9,65. Kemudian larutan ketiga yaitu blood
(darah) didapatkan pH awal = 7,40 dan pH akhir menjadi 7,23. Selanjutnya larutan spit (air
6
liur) didaptkan pH awal = 7,40 dan pH akhir menjadi 7,25. Lalu untuk larutan kelima yaitu
water (air) didapatkan pH awal = 7,00 dan pH akhir tetap 7,0 . Dan untuk larutan terakhir
yaitu milk (susu) didapatkan pH awal = 6,50 dan pH akhir menjadi 6,71. Pada pengukuran
nilai pH ini, setiap larutan memiliki pH yang berbeda – beda karena memiliki konsentrasi ion
H+ dan OH - dengan jumlah yang berbeda pula sehingga ion-ion tersebut menentukan
keasamaaan atau kebasaan larutan. Untuk larutan yang lebih banyak mengandung ion H+
maka nilai pH larutan tersebut menunjukkan nilai 1 hingga 6 yang artinya larutan tersebut
bersifat asam. Dan untuk larutan yang lebih banyak mengandung ion OH - maka nilai pH
larutan tersebut menunjukkan nilai 8 hingga 14 yang artinya larutan tersebut bersifat basa.
Sedangkan jika larutan tersebut mempunyai nilai pH sebesar 7, maka dapat dikatakan larutan
tersebut netral. Dan pada saat penambahan air, larutan-larutan tersebut mengalami perubahan
nilai pH. Ketika larutan berubah menjadi lebih encer karena volume yang bertambah, maka
konsentrasi ion H+ dan ion OH - yang terkandung di dalam larutan semakin kecil . Hal ini
dikarenakan masuknya air yang mempunyai nilai pH netral.
Pada pengujian nilai kekeruhan dengan dua sampel air yang berbeda, didapatkan nilai
kekeruhan sebagai berikut. Pada sampel drinking water (air minum) didapatkan nilai
kekeruhan sebesar 4 NTU. Sedangkan pada sampel sea water (air laut) didapatkan nilai
kekeruhan sebesar 8 NTU. Nilai kekeruhan pada dua jenis sampel air berbeda-beda karena
dipengaruhi oleh faktor fisik, kimia dan biologi. Faktor fisik seperti cahaya dan suhu
mempengaruhi kekeruhan karena semakin banyak cahaya masuk dan menyebabkan suhu yang
tinggi, maka semakin tinggi aktivitas dan metabolisme organisme air yang menimbulkan
kekeruhan. Selain itu, terdapat faktor kimia seperti kandungan tanah, mineral dan zat lain yang
tersuspensi sehingga mempengaruhi kondisi air. Dan faktor biologi yang mempengaruhi
kekeruhan yaitu warna pada organisme fitoplankton dan zooplankton yang dapat
mempengaruhi warna pada air.
Adapun data nilai konduktivitas listrik yang didapatkan dari delapan jenis sampel yaitu
sebagai berikut. Sampel totally pure water (air murni) didapatkan nilai 0,055 µs/cm. Lalu pada
sampel typical DI water didapatkan nilai 0,1 µs/cm. Kemudian sampel distilled water (air
sulingan) didapatkan nilai 0,5 µs/cm. Pada sampel RO water (air pengolahan mesin RO)
didapatkan nilai 98 µs/cm. Selanjutnya, sampel tap water (air keran) didapatkan nilai 787
µs/cm. Lalu pada sampel potable water (air siap minum) didapatkan nilai 1.055 µs/cm.
Kemudian sampel sea water (air laut) didapatkan nilai 56.000 µz/cm. Dan yang terakhir pada
sampel brackish water (air payau) didapatkan nilai 100.000 µs/cm. Pada kedelapan sampel air
tersebut didapatkan nilai konduktivitas listrik yang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh
suhu sampel air, berat serta muatan ion yang terkandung pada larutan sampel tersebut.
Nilai konduktivitas listrik dapat diketahui dengan memperhitungkan nilai Total
Dissolve Solid (TDS). Diketahui pada sampel 5 nilai TDS sebesar 172 mg/L dengan suhu
210C. Adapun rumus yang digunakan dalam menentukan nilai konduktivitas listrik ialah TDS
dibagi dengan koefisian bilangan antara 0,5 – 0,75. Koefisian yang digunakan adalah 0,6.
Setelah melakukan perhitungan, didapatkan nilai konduktivitas listrik sebesar 286,6 µs/cm.
Hubungan antara zat padatan terlarut (TDS) dengan konduktivitas listrik adalah ukuran zat
terlarut yang terdapat pada sebuah larutan dan digambarkan oleh PPM (Part Per Milion) atau
mg/L. Nilai TDS = Konduktivitas listrik x 0,6. Konduktivitas listrik adalah ukuran
kemampuan suatu bahan untuk menghantarkan arus listrik.
Nilai TDS pada sampel 5 adalah sebesar 172 mg/L dengan suhu sebesar 210C. Dan hasil
perhitungan nilai konduktivitas listrik ialah sebesar 286,6 µs/cm. Sedangkan pada Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu
Kesehatan Lingkungnan untuk Media Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, menunjukkan
bahwa angka TDS maksimal yang boleh terkandung dalam air yaitu sebesar 1000 mg/L
dengan nilai suhu ±30C. Sedangkan, nilai konduktivitas listrik maksimal yang boleh
terkandung dalam air adalah sebesar 1.000 µs/cm. Ketika kita membandingkan nilai pengujian
sampel air yang didapatkan dari hasil praktikum dengan nilai standar baku mutu, maka dapat
7
dikatakan bahwa nilai TDS dan konduktivitas listrik masih berada di bawah ambang batas
standar baku mutu. Akan tetapi, untuk nilai suhu telah melewati nilai satndar baku mutu.

6. Kesimpulan
Parameter fisik merupakan parameter yang dapat diamati akibat perubahan fisika atau
sifat fisik pada air, seperti pH, kekeruhan dan konduktivitas listrik. Dalam melakukan
pengujian nilai ketiga parameter di atas, harus sesuai dengan prosedur penggunaan alat seperti
harus melakukan standarisasi dan kalibrasi terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian.
Setelah melakukan pengujian, didapatkan nilai pH, kekeruhan dan konduktivitas listrik yang
berbeda-beda pada setiap larutan karena dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Dan kualitas
parameter fisik air harus berada di bawah ambang standar baku mutu yang telah ditetapkan
pemerintah untuk dapat dikatakan air tersebut layak dan baik untuk digunakan manusia.

7. Daftar Pustaka

Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan. Jakarta:
Kanisius.

Ferdiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius.

Hannah, DM, Malcolm IA, and Soulsby C. 2008. "A Comparison of Forest and Moorland Stream
Microclimate, heat exchange and thermal dynamics." Hydrological Processes 919-940.

Hutabarat, Sahala, and Stewart M. Evans. 2006. Pengantar Oseonagrafi. Jakarta: Universitas
Indonesia.

Illahude, A. Gani. 1999. Pengantar Oseonagrafi Fisika. Jakarta: Lemabaga Ilmu Pengetahuan.

Iriani, L. 2014. Analisis Kualitas Air Tanah Bebas Disktr TPA Banyuroto Desa Banyuroto Kecamatan
Nanggulan Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta. Jurnal Fakultas Geografi: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Khopkar, S. M. 2003. Konsep Dasar Kimia Alkali. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

McMurry, J.E., and Fay R. C. 2012. Chemistry Sixth Edition. America: Prentice hall.

Salmin. 2005. "Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah Satu
Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan." Jurnal Oseana 1-6.

Wardhana, Arya. 2004. DAmpak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Zumdahl, Steven. 1986. Chemistry Ninth Edition. USA: Cengage Learning.

8
Lampiran

9
10
11

Anda mungkin juga menyukai