Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM LINGKUNGAN
PENGUJIAN DO DAN BOD DENGAN TITRASI
DISUSUN OLEH :

NAMA : ROSI MAYLANI


NIM : 185100900111038
KELOMPOK : M5
ASISTEN :

Ahmad Raihan Darmawan Nazarina Firda


Dinda Amelia Ramadhani Nina Wahyuwardani
Dianita Dwi Agustin Rafika Aisha Damayanti
Made Dewi Suastini Zalfa Karina

LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi
kehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum sehingga merupakan
modal dasar dan faktor utama pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi
terselenggaranya kesehatan yang baik yakni tersedianya air yang memadai dari segi
kuantitas dan kualitasnya yaitu memenuhi syarat kebersihan dan keamanan. Meningkatnya
kegiatan manusia akan menimbulkan berbagai masalah, salah satunya tercemarnya air
pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampaui daya
dukungnya. Pencemaran yang mengakibatkan penurunan kualitas air dapat berasal dari
limbah terpusat (point sources) dan limbah tersebar (non point sources). Limbah terpusat
seperti limbah industri, limbah usaha peternakan, limbah perhotelan, dan limbah rumah
sakit. Sedangkan limbah tersebar seperti limbah pertanian, limbah perkebunan dan limbah
domestik.
Apabila air limbah yang mengandung bahan pencemar langsung dialirkan ke danau,
badan air, sungai dan telaga tanpa diolah terlebih dahulu maka air limbah dapat
menyebabkan air tidak dapat dikonsumsi secara layak oleh manusia, gangguan terhadap
kesehatan, dan mengakibatkan kematian kehidupan air yang ada di dalamnya. Maka dari
itu perlu adanya pengolahan limbah terlebih dahulu agar tidak terjadi pencemaran.
Pengolahan air limbah bertujuan untuk memperbaiki kualitas air limbah, mengurangi BOD,
COD, dan partikel tercampur, menghilangkan bahan nutrisi, komponen beracun,
menghilangkan zat tersuspensi, mendekomposisi zat organik, dan menghilangkan
mikroorganisme patogen. Salah satu pengolahan air limbah yang mudah dilakukan
diantaranya pengolahan air limbah secara kimia dilakukan untuk menghilangkan partikel-
partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan
zat organik beracun dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan.

1.2 Tujuan
a. Mahasiswa mampu memahami prinsip pengujian kualitas air dengan parameter BOD.
b. Mahasiswa dapat mengetahui cara kerja pengujian DO dengan metode titrasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Dissolved Oxygen


DO merupakan oksigen terlarut yang digunakan untuk mengukur kualitas
kebersihan air. Semakin besar nilai kandungan DO menunjukan bahwa kualitas air
tersebut semakin bagus. Oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen (DO) juga dapat
diartikan sebagai salah satu parameter mengenai kualitas air. Tersedianya oksigen
terlarut didalam air sangat menentukan kehidupan di perairan tersebut. Menurut PP No.
82 Tahun 2001, baku mutu kandungan DO di sungai adalah 6 Mg/L (Prahutama, 2013).
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/DO) sebagai salah satu senyawa terpenting
untuk mendukung kelangsungan hidup organisme perairan, berasal dari proses
fotosintesis oleh autotrof dan difusi melalui udara, serta aliran yang masuk (inflow) ke
dalam perairan. Aliran masuk (inflow) berperan sebagai salah satu sumber DO dalam
perairan. Aliran tersebut dapat berperan sebagai pemasok DO jika DO yang dibawanya
melebihi DO pada perairan yang dituju. DO selanjutnya digunakan untuk respirasi
organisme dan dekomposisi bahan organik. Pemanfaatan DO adalah untuk respirasi
organisme perairan, dekomposisi bahan organik oleh mikroba, dan proses-proses kimiawi
(Hamzah, 2014).
Menurut Mubarak (2010), oksigen terlarut adalah jumlah oksigen terlarut dalam air
yang berasal dari fotosintesis dan absorbsi atmosfer/udara. Oksigen terlarut di suatu
perairan sangat berperan dalam proses penyerapan makanan oleh makhluk hidup dalam
air. Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan
mengamati beberapa parameter kimia seperti oksigen terlarut (DO). Semakin banyak
jumlah DO (dissolved oxygen) maka kualitas air semakin baik.jika kadar oksigen terlarut
yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik
yang mungkin saja terjadi.

2.2 Sumber Oksigen Beserta Penjelasanya


Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses
metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk
pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi
bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam
suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis
organisme yang hidup dalam perairan tersebut. Kecepatan dif usi oksigen dari udara,
tergantung dari beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa
air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut (Sinaga et al., 2016).
Sumber utama oksigen dalam air berasal dari difusi udara dan hasil fotosintesis
organisme berklorofil yang hidup dalam suatu perairan dan dibutuhkan oleh organisme
untuk mengoksidasi zat hara yang masuk kedalam tubuhnya. Kecepatan difusi oksigen
dari udara ke dalam air berlangsung sangat lambat, oleh sebab itu fitoplankton merupakan
sumber utama penyediaan oksigen terlarut dalam perairan. Oksigen dalam air
dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk proses respirasi dan menguraikan zat
organik menjadi anorganik oleh mikroorganisme. Banyaknya oksigen yang dibutuhkan
untuk proses respirasi dan penguraian zat-zat organik oleh mikro organisme dinyatakan
dengan Apparent Oxygen Utilization (AOU). Dalam suatu perairan yang masih alami, nilai
AOU umumnya positif. Namun untuk perairan yang banyak mengandung zat-zat organik,
nilai AOU menjadi negatif yang berarti jumlah oksigen yang dibutuhkan lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah oksigen yang tersedia (Patty, 2018).
2.3 Metode Analisis Dissolved Oxygen
Oksigen terlarut dapat dianalisis atau ditentukan dengan dua macam cara, yaitu
metoda titrasi dengan cara Winkler dan metode elektrokimia. Metoda titrasi dengan cara
Winkler secara umum banyak digunakan untuk menentukan kadar oksigen terlarut.
Prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri. Sampel yang akan dianalisis terlebih
dahulu ditambahkan larutan MnCl2 den NaOH - KI, sehingga akan terjadi endapan MnO 2.
Dengan menambahkan H 2SO4 atau HCl maka endapan yang terjadi akan larut kembali
dan juga akan membebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan oksigen terlarut.
Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat
(Na2S2O3) dan menggunakan indikator larutan amilum (kanji). Cara penentuan oksigen
terlarut dengan metoda elektrokimia adalah cara langsung untuk menentukan oksigen
terlarut dengan alat DO meter. Prinsip kerjanya adalah menggunakan probe oksigen yang
terdiri dari katoda dan anoda yang direndam dalam larutan elektrolit. Pada alat DO meter,
probe ini biasanya menggunakan katoda perak (Ag) dan anoda timbal (Pb). Secara
keseluruhan, elektroda ini dilapisi dengan membran plastik yang bersifat semi permeable
terhadap oksigen (Rinaldo, 2016).
Prinsip metode Winkler adalah oksigen didalam sampel akan mengoksidasi MnSO4
yang ditambahkan ke dalam larutan pada keadaan alkalis, sehingga terjadi endapan
MnO2 . Penambahan asam sulfat dan kalium iodida menyebabkan dibebaskannya iodin
yang ekuivalen dengan oksigen terlarut. Iodin yang dibebaskan tersebut kemudian
dianalisis dengan metode titrasi iodometri dengan larutan standar tiosulfat dan indikator
kanji. Kelebihan metode Winkler dalam menganalisis oksigen terlarut (DO) adalah lebih
mudah karena hanya dilakukan cara titrasi, lebih teliti dan akurat apabila dibandingkan
dengan cara alat DO-meter. Hal yang perlu diperhatikan dalam titrasi iodometri adalah
penentuan titik akhir titrasinya, standarisasi larutan tiosulfat dan penambahan indikator
amilumnya, sedangkan cara DO-meter, harus memperhatikan suhu dan salinitas sampel
yang akan diperiksa. Di samping itu, sebagaimana lazimnya alat yang digital, peranan
kalibrasi alat sangat menentukan akurasinya hasil penentuan. Berdasarkan pengalaman
di lapangan, penentuan oksigen terlarut dengan cara titrasi lebih dianjurkan untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat. Alat DO-meter masih dianjurkan jika sifat
penentuannya hanya bersifat kisaran (Septiawan et al., 2014).

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dissolved Oxygen Beserta Penjelasannya


Kadar oksigen terlarut di suatu perairan terkadang cenderung rendah jika dibandingkan
dengan di berbagai perairan lainnya. Kecenderungan menurunnya oksigen terlarut di
perairan ini sangat dipengaruhi oleh meningkatnya bahan-bahan organik yang masuk ke
perairan disamping faktor-faktor lainnya diantaranya kenaikan suhu, salinitas, respirasi,
adanya lapisan di atas permukaan air, senyawa yang mudah teroksidasi dan tekanan
atmosfir. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan kadar oksigen
terlarut biasanya disebabkan perubahan kualitas perairan akibat banyaknya limbah yang
mengandung karbon organik (Simanjuntak, 2012).
Beberapa faktor yang mempengaruhi penyebaran kandungan DO di laut antara lain
suhu, salinitas, aktivitas biologi dan arus serta proses pencampuran yang dapat
mengubah pengaruh-pengaruh dari kegiatan biologi lewat gerakan massa air dan proses
difusi. Kenaikan suhu air laut akan diikuti dengan penurunan kadar DO. Faktor ketinggian
geografis biasanya dihubungkan dengan kadar O2. Udara kering mengandung 20,93%
oksigen pada semua ketinggian dengan tekanan rata-rata barometrik 760 mmHg.
Komposisi udara bersih mengandung oksigen 20,95%. Ketika ketinggian bertambah,
kadar oksigen tetap sama namun jumlah partikel O 2 mengalami pengurangan yang
signifikan akibat turunnya tekanan barometrik (Tahir, 2016).
2.5 Peran dari Dissolved Oxygen
Bobot kriging diperoleh dari hasil variansi estimasi minimum dengan memperluas
penggunaan semivariogram. Kriging memberikan lebih banyak bobot pada sampel
dengan jarak terdekat dibandingkan dengan sampel dengan jarak lebih jauh. Nilai bobot
Ordinary kriging adalah sebuah nilai tertentu yang konstan yang dimiliki oleh
semivariogram untuk jarak tertentu sampai dengan jarak yang tidak terhingga. Range
adalah jarak maksimum dimana masih terdapat korelasi antar data. Jarak euclid
merupakan jarak antara lokasi yang satu dengan lokasi yang lain yang didasarkan pada
garis lintang dan garis bujur (Prahutama, 2013).
Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena
oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organic dan anorganik
dalam air. Selain itu, oksigen dapat menentukan kondisi biologis yang dilakukan oleh
organisme aerob atau anaerob. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah untuk
mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrient yang
pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam kondisi anaerobik, oksigen
yang dihasilkan akan mereduksi senyawa-senyawa kimia menjadi lebih sederhana dalam
bentuk nutrien dan gas. Karena proses oksidasi dan reduksi inilah maka peranan oksigen
terlarut sangat penting untuk membantu mengurangi beban pencemaran pada perairan
secara alami maupun secara perlakuan aerobik yang ditujukan untuk memurnikan air
buangan industri dan rumah tangga (Mubarak, 2010).

2.6 Hubungan Antara DO, BOD, dan COD


Sumber utama oksigen terlarut dalam air adalah difusi dari udara dan hasil fotosintesis
organisme yang mempunyai klorofil yang hidup di perairan. Semakin tinggi kandungan
Dissolved Oxygen (DO) semakin bagus kualitas air tersebut. BOD sangat penting untuk
menelusuri aliran pencemaran karena dapat menentukan beban pencemaran akibat air
buangan dan mendesain sistem pembuangan secara biologis bagi air tercemar. COD
menggambarkan jumlah total bahan organik yang ada, sehingga nilai COD akan lebih
besar daripada nilai BOD karena jumlah senyawa organik yang dapat dioksidasi secara
kimiawi lebih besar dibandingkan secara biologis. COD juga nilainya lebih besar dari BOD
hal ini dikarenakan bahan organik yang ada sengaja diurai secara kimia dengan
menggunakan oksidator kuat kalium bikromat pada kondisi asam dan panas dengan
katalisator perak sulfat (Yulis, 2018).
BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu jumlah oksigen terlarut yang
diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi
bahan organik dalam kondisi aerobik. BOD sebagai suatu ukuran jumlah oksigen yang
digunakan oleh populasi mikroba yang terkandung dalam perairan sebagai respon
terhadap masuknya bahan organik yang dapat diurai. Sedangkan COD atau Chemical
Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengurai seluruh bahan
organik yang terkandung dalam air. Pengaruh dari DO, BOD, dan COD yang terdapat
pada suatu air akan mempengaruhi kualitas air tersebut, sehingga dapat ditentukan baik
atau tidaknya air yang akan digunakan. Jika nilai DO pada air semakin tinggi, maka
kualitas air akan semakin baik dan pada umumnya pada suhu 20°C tingkat DO maksimal
adalah 9 ppm. Berbeda dengan DO, jika nilai BOD semakin tinggi maka semakin buruk
kualitas air dan akan menurunkan nilai DO, dikarenakan banyaknya kandungan
mikroorganisme pada air (Santoso, 2018).
2.7 Tinjauan Bahan
2.7.1 MnSO 4
Suatu media tanah netral atau alkalin yang ditambahkan larutan MnSO4
menunjukkan adanya peningkatan kelarutan kation di dalam larutan dan fase
tanahnya, dan diikuti oleh menghilangnya ion mangan dari larutan tanah setelah
beberapa hari masa inkubasi. Mangan(II) sulfat biasanya mengacu pada senyawa
anorganik. Senyawa ini adalah prekursor logam mangan dan banyak senyawa
kimia lainnya. Mangan sulfat membentuk berbagai hidrat: monohidrat, tetrahidrat,
pentahidrat, dan heptahidrat. Mangan sulfat adalah produk sampingan dari berbagai
oksidasi yang signifikan secara industri yang menggunakan mangan dioksida,
termasuk pembuatan hidroquinon dan anisaldehida (Tahir, 2016).

2.7.2 Larutan NaOH + KI


NaOH merupakan senyawa yang sangat reaktif, terutama pada suhu tinggi.
Senyawa ini dapat menimbulkan luka bakar. Larutan ini biasanya digunakan dalam
laboratorium kimia. Larutan ini larut dalam air. Natrium Hidroksida terbentuk
dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida
membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di
berbagai macam bidang industri (Rinaldo, 2016).

2.7.3 H2SO4
Asam sulfat (H2SO4) merupakan zat kimia yang paling banyak digunakan pada
proses pikel oleh masyarakat penyamak kulit. Penggunaan asam sulfat sering
disatukan dengan dengan asam formiat pada proses pikel karena memiliki sifat yang
saling melengkapi. Asam sulfat memiliki daya ionisasi asam lebih kuat sehingga
asam sulfat lebih mudah dan lebih banyak beraksi dengan zat-zat didalam kulit.
Banyaknya asam sulfat yang berikatan dengan zat didalam kulit akan memudahkan
terikatnya krom dengan kolagen kulit yang dapat tersamak penuh (fulltan).
Kelemahan asam sulfat adalah dapat menyebabkan bagian luar kulit menjadi kasar
(Gumilar et al., 2010).

2.7.4 Na2S2O3
Natrium tiosulfat (Na2S2O3) adalah suatu senyawa kimia dan obat-obatan.
Padatannya adalah zat kristal yang efloresen yang larut dengan baik dalam air. Bila
dipanaskan hingga 300°C, senyawa ini terurai menjadi natrium sulfat dan
natrium polisulfida. Senyawa ini digunakan untuk mendeklorinasi air keran termasuk
menurunkan kadar klorin untuk digunakan dalam akuarium serta kolam renang.
Titrasi pada standarisasi larutan Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) dengan standar primer
kalium dikromat ( K2Cr2O7), ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi natrium
tiosulfat yang sesungguhnya karena senyawa tersebut tergolong dalam larutan
standar sekunder. Larutan standar yang dipergunakan dalam kebanyakan proses
iodometrik adalah natrium tiosulfat (Samsuar et al., 2017).

2.7.5 Indikator Lugol


Iodin lugol adalah larutan yang merupakan gabungan dari senyawa kalium
iodida dengan iodin dalam air. Lugol adalah obat dan desinfektan yang digunakan
untuk sejumlah penggunaan tertentu. Efek samping yang ditimbulkan dari
penggunaan larutan ini antara lain alergi, sakit kepala, muntah, dan inflamasi
terhadap bagian putih pada mata. Lugol atau kalium iodide digunakan untuk
menunjukan kandungan bahan makanan jenis amilum atau tepung. Bila makanan
yang kita tetesi lugol menghitam, maka makanan tersebut mengandung karbohidrat
(Riwayati, 2013).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Fungsi Alat dan Bahan


a. Botol Winkler : sebagai wadah atau tempat perlakuan
b. Pipet ukur : untuk mengambil larutan dengan volume tertentu
c. Pipet tetes : untuk mengambil larutan dalam skala tetes
d. Buret : sebagai tempat atau wadah titran
e. Statif dan Klem Bosh head: sebagai rangkaian alat titrasi
f. Air sungai : sebagai sampel perlakuan
g. MnSO4 50% 50 ml : sebagai reagen
h. Larutan NaOH + Kl : sebagai reagen
i. H2SO4 4N 50 ml : sebagai reagen
j. Na2S2O3 0,01 N : sebagai titran
k. Indikator Lugol : sebagai reagen

3.2 Gambar Alat dan Bahan

Gambar 3.1 Botol winkler Gambar 3.2 Pipet tetes Gambar 3.3 Bulb

Gambar 3.4 Buret Gambar 3.5 Statif Gambar 3.6 Pipet Ukur

Gambar 3.8 Sampel air


Gambar 3.7 Klem bosh Gambar 3.9 H2SO4 4N
sungai
head
Gambar 3.12 Na2S2O3
Gambar 3.10 Indikator Gambar 3.11 MnSO4 50% 0,01 N
Lugol

3.3 Cara Kerja

Alat dan bahan

Disiapkan

Botol winkler
Diisi dengan air sampel sampai penuh dan ditutup
pelan-pelan sampai tidak ada gelembung udara

MnSO4 dan NaOH+KI

Ditambahkan 1 ml, lalu ditutup dan


dihomogenkan (tidak ada gelembung udara),
serta didiamankan selama 15 menit
H2SO4
Ditambahkan 1 ml, ditutup dan dikocok, serta
didiamkan selama 15 menit sampai larutan
berwarna kuning
Erlenmeyer
Dipindahkan 50 ml larutan kedalam
erlenmeyer

Titrasi

- Dititrasikan Na2S2O3 0,01 N hingga larutan


berwarna kuning muda
- Ditambahkan 10 tetes indikator lugol sampai
berwarna biru
- Dititrasi lagi Na2S2O3 0,01 N hingga warna
biru lenyap
Catat hasil

Gambar 3.13 Diagram Alir Cara Kerja Pengujian DO dan BOD dengan Metode Titrasi
Sumber: data diolah, 2020
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Praktikum


Air Deras
a. Jenis Air : Air deras
b. Lokasi : Sungai Sengkaling
c. Parameter : Biologi
d. Cuaca : Cerah berawan
e. Tanggal dan Waktu Pengambilan : Sabtu, 23 Maret 2019/10.00
f. Nama : M5

Tabel 4.1 DHP Air Deras


No. Perlakuan Hasil
1. Sampel dimasukkan dalam gelas Berwarna kuning keruh
winkler
2. Sampel ditambah 1 mL MnSO 4 Berwarna bening
3. Sampel + 1mL MnSO 4 + 2mL - Sebelum dikocok : Flok lebih banyak
(NaOH + KI) dibanding air deras, flok melayang, warna
agak kuning
- Setelah dikocok : Flok lebih banyak
dibanding air deras flok melayang, warna
kuning ke orenan (terdapat 2 layer)
- Setelah didiamkan : Flok lebih banyak
dibanding air deras, flok mengendap dan
warna kuning keorenan pada bagian bawah,
berwana putih keruh dibagian atas (terdapat
2 layer)
4. Sampel + 1mL MnSO 4 + 2mL - Sebelum dikocok : Flok lebih besar dan
(NaOH + KI) + H2SO4 2 mL melayang warna keorenan
- Setelah dikocok : flok melayang berwarna
coklat ukuran besar
- Setelah didiamkan : flok besar mengendap,
flok warna coklat, air berwarna kuning jernih
5. Titrasi larutan dengan Na2S2O3 - Volume yang digunakan 3,8 mL
0,01 N - Berwarna putih bening namun masih ada
warna kuning sedikit
6. Larutan ditambah 10 tetes lugol Berwarna bening ke orenan
7. Titrasi Larutan dengan Na2S2O3 - Volume yang digunakan 3,4 mL
0,01 N - Berwarna bening

Perhitungan :
𝑚𝐿 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑇ℎ𝑖𝑜𝑠𝑢𝑙𝑓𝑎𝑡 𝑥 8000 𝑚𝐿 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑇ℎ𝑖𝑜𝑠𝑢𝑙𝑓𝑎𝑡 𝑥 8000
DO = DO5 =
𝑉𝑙𝑎𝑟𝑡 𝑉𝑙𝑎𝑟𝑡
7,5 𝑚𝑙 𝑥 0,01 𝑥 8000 3,4 𝑚𝑙 𝑥 0,01 𝑥 8000
= = 6 𝑚𝑔/𝑙 = = 2,72 𝑚𝑔/𝑙
100 𝑚𝑙 100 𝑚𝑙

BOD = DO 0 – DO5 = 6-2,72 = 3,28 mg/l


Air Tenang
a. Jenis Air : Air aliran tenang
b. Lokasi : Sungai Sengkaling
c. Parameter : Biologi
d. Cuaca : Cerah berawan
e. Tanggal dan Waktu Pengambilan : Sabtu, 23 Maret 2019/10.00
f. Nama : M5

Tabel 4.2 DHP Air Tenang


No. Perlakuan Hasil
1. Sampel dimasukkan dalam Berwarna kuning keruh
gelas winkler
2. Sampel ditambah 1 mL MnSO 4 Berwarna bening
3. Sampel + 1mL MnSO4 + 2mL - Sebelum dikocok : Flok lebih banyak
(NaOH + KI) dibanding air deras, flok melayang, warna
agak kuning
- Setelah dikocok : Flok lebih banyak
dibanding air deras flok melayang, warna
kuning ke orenan (terdapat 2 layer)
- Setelah didiamkan : Flok lebih banyak
dibanding air deras, flok mengendap dan
warna kuning keorenan pada bagian bawah,
berwana putih keruh dibagian atas (terdapat
2 layer)
4. Sampel + 1mL MnSO 4 + 2mL - Sebelum dikocok : Flok lebih besar dan
(NaOH + KI) + H2SO4 2 mL melayang, warna keorenan, flok lebih
banyak dibanding air deras
- Setelah dikocok : flok melayang berwarna
coklat ukuran besar, flok lebih banyak
dibanding air deras
- Setelah didiamkan : flok besar mengendap,
flok warna coklat, flok lebih banyak
dibanding aliran deras, air berwarna kuning
jernih
5. Titrasi larutan dengan Na2S2O3 - Volume yang digunakan 2,9 mL
0,01 N - Berwarna putih bening namun masih ada
warna kuning sedikit
6. Larutan ditambah 10 tetes lugol Berwarna bening ke orenan
7. Titrasi Larutan dengan Na2S2O3 - Volume yang digunakan 3,1 mL
0,01 N - Berwarna bening

Perhitungan :
𝑚𝐿 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑇ℎ𝑖𝑜𝑠𝑢𝑙𝑓𝑎𝑡 𝑥 8000 𝑚𝐿 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑇ℎ𝑖𝑜𝑠𝑢𝑙𝑓𝑎𝑡 𝑥 8000
DO = DO5 =
𝑉𝑙𝑎𝑟𝑡 𝑉𝑙𝑎𝑟𝑡
7,5 𝑚𝑙 𝑥 0,01 𝑥 8000 3,1 𝑚𝑙 𝑥 0,01 𝑥 8000
= = 6 𝑚𝑔/𝑙 = = 2,48 𝑚𝑔/𝑙
100 𝑚𝑙 100 𝑚𝑙

BOD = DO 0 – DO5 = 6-2,48 = 3,52 mg/l


4.2 Analisis Data Hasil Praktikum
4.2.1 Air Deras
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, sampel air deras diambil dari Sungai
Sengkaling. Pada praktikum tersebut, terdapat 7 perlakuan yang diterapkan pada
sampel air deras. Perlakuan yang pertama, sampel dimasukkan ke dalam gelas
winkler, dimana pada perlakuan ini sampe masih berwarna kuning keruh.
Kemudian dilanjutkan dengan penambahan 1 mL MnSO 4 pada sampel yang
menghasilkan warna bening. Selanjutnya, sampel ditambahkan dengan 1 mL
MnSO4 dan 2 mL NaOH+KI. Ketika sampel belum dikocok, terdapat flok yang lebih
banyak, melayang dan berwarna agak kuning. Setelah dikocok, flok masih banyak
dan berwarna kuning keorenan (terdapat 2 layer). Setelah didiamkan, flok tersebut
mengendap dan berwarna kuning keorenan pada bagian bawah, sedangkan
airnya berwarna putih keruh. Kemudian pada pengulangan yang kedua, hasil yang
diperoleh sebelum dikocok, flok lebih besar dan melayang, serta berwarna
keorenan. Setelah dikocok, flok berukuran besar, melayang, dan berwarna coklat.
Setelah didiamkan, flok tersebut mengendap dan air di atasnya berwarna kuning
jernih. Pada perlakuan selanjutnya, sampel akan dititrasi dengan Na2S2O3 0,01 N
sebanyak 2,9 ml. hasil yang diperoleh berupa larutan yang berwarna putih bening
dengan sedikit kekuningan. Setelah ditambahkam 10 tetes lugol, larutan berubah
warna menjadi keorenan. Kemudian, larutan dititrasi kembali dengan Na2S2O3
0,01 N dan menghasilkan warna yang bening. Dari data hasil tersebut, dapat
disimpulkan bahwa reagen, titran, dan indikator warna yang digunakan dapat
mengubah sampel yang semula berwarna kuning keruh menjadi berwarna bening.

4.2.2 Air Tenang


Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, air tenang yang digunakan
sebagai sampel diperoleh dari Sungai Sengkaling. Perlakuan yang diterapkan
pada sampel tersebut sama seperti pada air deras. Pertama, sampel dimasukkan
ke dalam gelas winkler dimana sampel tersebut masih berwarna kuning keruh.
Kemudian, sampel ditambahkan dengan 1 mL MnSO 4 sehingga sampel berubah
warna menjadi bening. Selanjutnya ditambahkan lagi 1 mL MnSO4 dan 2 mL
NaOH+KI pada sampel. Sebelum dikocok, flok pada sampel tersebut lebih banyak
dan melayang serta warnanya menjadi agak kuning. Setelah dikocok,warna
sampel tersebut menjadi kuning keorenan. Setelah didiamkan flok tersebut
mengendap serta warna air di bagian atas berubah menjadi putih keruh. Perlakuan
tersebut diulang sebanyak 2 kali, yang menghasilkan flok berwarna lebih cokalt
serta air di bagian atas berwarna kuning jernih. Setelah itu, sampel dititrasi dengan
Na2S2O3 0,01 N sehingga menghasilkan warna putih bening namun masih ada
sedikit warna kuning. Kemudian larutan ditambahkan dengan 10 tetes lugol dan
menghasilkan warna bening keorenan. Perlakuan terakhir, larutan dititrasi Kembali
dengan Na2S2O3 0,01 N dan hasil akhirnya adalah berwarna bening.

4.3 Analisis Perhitungan


4.3.1 Air Deras
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, untuk mencari nilai DO, maka
terlebih dahulu diukur nilai DO-nya (DO 0 hari dan DO 5 hari). Rumus yang
digunakan untuk mencari nilai DO tersebut adalah
𝑚𝐿 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑇ℎ𝑖𝑜𝑠𝑢𝑙𝑓𝑎𝑡 𝑥 8000
. Dengan keterangan bahwa mL titran adalah
𝑉𝑙𝑎𝑟𝑡
banyak titran yang digunakan, molaritas Thiosulfat, nilai 8000 dimana nilai 8
diperoleh dari nomor atom dari oksigen, dan volume larutan. Diketahui banyaknya
titran pada hari ke-0 adalah 7,5 ml, molaritasnya adalah 0,01, dan volume larutan
7,5 𝑚𝑙 𝑥 0,01 𝑥 8000
sebanyak 100 ml. Jika dimasukkan ke dalam rumus maka dan
100 𝑚𝑙
hasil yang diperoleh adalah 6 mg/l. Sedangkan pada hari ke-5, mL titran yang
digunakan sebanyak 3,4 ml. Jika dimasukkan ke dalam rumus maka
3,4 𝑚𝑙 𝑥 0,01 𝑥 8000
dan hasil yang diperoleh adalah 2,72 mg/l. Hasil dari perhitungan
100 𝑚𝑙
DO tersebut dihitung kembali untuk memperoleh nilai BOD. Untuk memperoleh
nilai BOD tersebut adalah DO 0 dikurangi dengan DO 5, dimana nilai DO 0 sebesar 6
mg/l dikurangi nilai DO 5 sebesar 2,72 mg/l yang hasilnya adalah 3,28 mg/l. Maka
dapat disimpulkan nilai BOD pada sampel tersebut adalah sebesar 3,28 mg/l.

4.3.2 Air Tenang


Untuk menghitung BOD pada sampel air tenang, sama seperti menghitung BOD
pada air deras, yaitu dengan mencari nilai DO 0 dan DO5. Nilai DO 0 diperoleh dari
𝑚𝐿 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑇ℎ𝑖𝑜𝑠𝑢𝑙𝑓𝑎𝑡 𝑥 8000
rumus dimana mL titran yang digunakan
𝑉𝑙𝑎𝑟𝑡
sebanyak 7,5 ml dan molaritas Thiosulfat sebesar 0,01 yang dikalikan 8000,
kemudian dibagi volume larutan sebanyak 100 ml. Hasil yang diperoleh adalah
sebesar 6 mg/L. Begitu pula pada DO 5, rumus yang digunakan juga sama, dengan
nilai titran sebanyan 3,1 mL dan molaritas Thiosulfat sebanyak 0,01 yang dikalikan
dengan 8000 kemudian dibagi volume larutan sebanyak 100 ml. Hasil yang
diperoleh sebesar 2,48 mg/L. Sehingga dari nilai DO 0 dan DO 5 tersebut dapat
diperoleh nilai BOD sebesar 3,52 mg/L.

4.4 Pembahasan
4.4.1 Perbandingan Nilai BOD Sampel Air Sungai dengan Baku Mutu beserta
Peruntukannya
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil nilai BOD sampel
air deras dan air tenang. Pada sampel air deras, nilai BOD yang diperoleh sebesar
3,28 mg/l sedangkan nilai BOD pada sampel air tenang adalah sebesar 3,52 mg/l.
Kedua nilai BOD tersebut termasuk golongan ke II atau termasuk pencemaran
yang tergolong rendah. Kadar BOD merupakan salah satu parameter yang dapat
dijadikan tolak ukur beban pencemaran suatu perairan. Pemeriksaan BOD sangat
penting untuk menelusuri aliran pencemaran karena dapat menentukan beban
pencemaran akibat air buangan dan mendesain sistem pembuangan secara
biologis bagi air tercemar. Prinsip pengukuran BOD pada dasarnya cukup
sederhana, yaitu mengukur kandungan oksigen terlarut awal (DO0) dari sampel
segera setelah pengambilan contoh, kemudian mengukur kandungan oksigen
terlarut pada sampel yang telah diinkubasi selama 5 hari pada kondisi gelap dan
suhu tetap yang sering disebut dengan DO 5. Selisih DO 0 dan DO5 (DO0 - DO5)
merupakan nilai BOD yang dinyatakan dalam miligram oksigen per liter (mg/L).
Semakin tinggi kadar BOD, maka semakin tercemar suatu perairan tersebut (Yulis
et al., 2018).

4.4.2 Perbedaan Karakteristik Nilai DO pada Sampel Air Sungai Deras dan Tenang
Berdasarkan praktikum pengujian BOD dan DO, sampel yang digunakan
adalah air sungai dengan aliran derasa dan tenang. Nilai DO0 pada aliran derasa
dan tenang bernilai sama, yaitu 6 mg/L. Setelah diinkubasi selama 5 hari nilai DO
menjadi 2,72 mg/l pada aliran deras dan 2,48 mg/L pada aliran tenang.
Pengukuran DO5 dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya adalah banyaknya
titran yang digunakan, yaitu 3,4 ml pada aliran deras dan 3,1 ml pada aliran
tenang. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa air sungai deras memiliki DO
yang lebih tinggi dan nilai BOD yang lebih rendah jika dibandingkan dengan air
sungan aliran tenang.

4.4.3 Hubungan Antara DO, BOD, dan COD Berdasarkan Data Hasil Praktikum
Hasil praktikum yang telah diperoleh menunjukkan hubungan antara DO, BOD,
dan COD adalah berbanding terbalik. Dapat dilihat pada data yang telah diperoleh
yaitu, nilai DO awal yaitu 6 mg/l, pada aliran deras sebesar 2,72 mg/l sedangkan
nilai BOD nya 3,28 mg/l. Kemudian pada aliran tenang nilai DO yang didapat
adalah 2,48 mg/L sedangkan nilai BOD nya adala 3,52. Dari data hasil tersebut
dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi nilai DO, maka nilai BOD semakin rendah.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas air tersebut cukup baik karena
mengandung nilai DO yang lebih besar. Kualitas air yang buruk dapat diketahui
dengan nilai BOD dan COD yang lebih tinggi.

4.4.4 Peran DO 5 dalam perhitungan BOD


Pada praktikum pengujian DO dan BOD dilakukan inkubasi sampel selama
hari, dimana hasil dari inkubasi tersebut adalah nilai DO 5. Nilai DO0 pada sampel
air sungai aliran deras dan aliran tenang adalah sama, yaitu 6 mg/l. Nilai DO0
tersebut merupakan nilai DO yang diukur pada hari ke-0. Setelah
didiamkan/diinkubasi selama 5 hari, maka dilakukan pengukuran kembali dan
menghasilkan nilai DO 5. Nilai DO5 pada aliran deras sebesar 2,72 mg/l dan pada
aliran tenang sebesar 2,48 mg/l. Sehingga nilai DO 5 tersebut dapat dimasukkan
ke dalam rumus untuk menentukan nilai BOD pada sampel. Nilai DO5 tersebut
penting dalam perhitungan BOD, karena jika tidak ada nilai DO5 tersebut, nilai
BOD tidak dapat dicari. Pengukuran nilai DO5 tersebut juga sebagai pendeteksi
apakah masih ada oksigen di dalam sampel tersebut atau tidak.

4.4.5 Reaksi Kimia yang Terjadi dalam Metode Winkler


Pada praktikum yang dilakukan, digunakan metode winkler untuk menentukan
kadar DO pada sampel. Dalam metode winkler digunakan pengujian
menggunakan titrasi. Pengujian yang pertama adalah dengan menambahkan
MnCl2 dan NaOH+KI, dimana pada proses ini terjadi proses pengendapan.
Kemudian ditambahkan H2SO4 dan endapan akan kembali terlarut. Selanjutnya,
dilakukan proses titrasi dengan Na2S2O3. Kemudian dititrasi kembali dengan
indikator lugol. Reaksi yang terjadi selama proses tersebut adalah:
MnCl2 + NaOH Mn(OH)2 + 2NaCl
Mn(OH)2 + O2 2MnO2 + 2H2O
MnO2 + 2KI + 2H2O Mn(OH)2 + I2 + 2KOH
I2 + 2Na2S2O3 Nas2S4O6 + 2NaCl

4.4.6 Faktor-Faktor Kimia yang Mempengaruhi


Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil praktikum, seperti kadar
bahan-bahan kimia yang digunakan. Selain itu faktor kandungan serta jenis bahan
organik yang ada di dalam sampel juga akan berpengaruh terhadap hasil. Adanya
aktivitas mikroorganisme yang membutuhkan oksigen juga akan memberikan
pengaruh terhadap hasil.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
DO merupakan oksigen terlarut yang digunakan untuk mengukur kualitas kebersihan
air. Semakin besar nilai kandungan DO menunjukan bahwa kualitas air tersebut semakin
bagus. Oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen (DO) juga dapat diartikan sebagai salah
satu parameter mengenai kualitas air. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memahami
prinsip pengujian kualitas air dengan parameter BOD serta mengetahui cara kerja
pengujian DO dengan metode titrasi. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan,
didapatkan nilai DO0 pada air sungai deras dan tenang sebesar 6 mg/l, nilai DO5 pada
aliran deras sebesar 2,72 mg/l, dan nilai pada DO5 aliran tenang sebesar 2,48 mg/l.
Sedangkan nilai BOD pada sungai aliran deras sebesar 3,28 mg/l dan pada aliran tenang
sebesar 3,52 mg/l. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas air sungai tersebut cukup
baik karena memiliki nilai DO yang lebih tinggi daripada nilai BOD-nya.

5.2 Saran
Praktikum sudah berjalan lancar dan asisten praktikum juga sudah menjelaskan dengan
baik. Akan tetapi karena dilaksanakan secara online, ada beberapa kendala seperti
jaringan yang unstable.
DAFTAR PUSTAKA

Gumilar, J, Wendri SP, Eka W. 2010. Pengaruh Penggunaan Asam Sulfat dan Asam Formiat
pada Proses Pikel terhadap Kualitas Kulit. Jurnal Ilmu Ternak 10 (1):1-6
Hamzah, Faisal dan Mukti Trenggono. 2014. Oksigen Terlarut Di Selat Lombok. Jurnal Balai
Penelitian dan Observasi Laut, 1 (2): 21-35
Mubarak, AS, Diah AS, Rahayu K. 2010. Korelasi Antara Konsentrasi Terlarut pada Kepadatan
yang Berbeda dengan Skoring Warna Daphia spp. Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Kelautan 2(1): 42-50
Patty, SI. 2018. Oksigen Terlarut dan Apparent Oxygen Utilization di Perairan Selat Lembeh,
Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax 6(1): 54-60
Prahutama, Alan. 2013. Estimasi Kandungan DO (Dissolve Oxygen) di Kali Surabaya dengan
Metode Kriging. Jurnal Statistika, 1(2): 9-14
Rinaldo, Berutu. 2016. Analisis Dissolved Oxygen (DO) dan Biological Oxygen Demand (BOD)
pada Air Limbah Industri Menggunakan Metode Winkler. Tugas Akhir. Universitas
Sumatera Utara. Medan
Riwayati. 2013. Iodium Mineral Sebagai Zat Gizi. Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera 11 (22): 35-
41
Samsuar, Febri M, Merinda S. 2017. Analisis Kadar Klorin (Cl2) Sebagai Pemutih pada Rumput
Laut (Eucheuma cottonii) yang Beredar di Lampung. Jurnal Farmasi Lampung 6(2):1-
10
Santoso, AD. 2018. Keragaan Nilai DO, BOD dan COD di Danau Bekas Tambang Batu Bara.
Jurnal Teknologi Lingkungan 19(1): 89-96
Septiawan, M, Sri MRS, Fransiska WM. 2014. Penurunan Limbah Cair Industri Tahu
Menggunakan Tanaman Cattail dengan Sistem Constructed Wetland. Indonesian
Journal of Chemical Science 3(1): 23-27
Simanjuntak, Marojahan. 2012. Oksigen Terlarut dan Apparent Oxygen Utilization di Perairan
Teluk Klabat, Pulau Bangka. Jurnal Ilmu Kelautan. Vol 12 (2): 59-66
Sinaga, ELR, Ahmad M, Darma B. 2016. Profil Suhu, Oksigen Terlarut, dan pH Secara Vertikal
Selama 24 Jam di Danau Kelapa Gading Kabupaten Asahan Sumatera Utara. Omni-
Akuatika 12(2): 114-124
Tahir, RB. 2016. Analisis Sebaran Kadar Oksigen (O 2) dan Kadar Oksigen Terlarut (Dissolve
Oxygen) dengan Menggunakan Data In Situ dan Citra Satelit Landsat 8 (Studi Kasus:
Wilayah Gili Iyang Kabupaten Sumenep). Tesis. Institut Teknologi Sepuluh
Nopember. Surabaya
Yulis, Putri Ade Rahman. 2018. Analisis Kadar DO, BOD, dan COD Air Sungai Kuantan
Terdampak Penambangan Emas Tanpa Izin. Jurnal Bioterdidik: Wahana Ekspresi
Ilmiah 6(3): 23-30
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Yulis, PAR, Desti, Asyti F. 2018. Analisis Kadar DO, BOD, dan COD Air Sungai Kuantan
Terdampak Penambangan Emas Tanpa Izin. Jurnal Bioterdidik 6(3): 22-27
LAMPIRAN
LAMPIRAN TAMBAHAN
Tugas :
1. Jelaskan prinsip dari metode pengujian yang digunakan dalam praktikum
pengujian DO dan BOD pada praktikum!
Prinsip metode Winkler adalah oksigen didalam sampel akan mengoksidasi
MnSO4 yang ditambahkan ke dalam larutan pada keadaan alkalis, sehingga terjadi
endapan MnO2. Penambahan asam sulfat dan kalium iodida menyebabkan
dibebaskannya iodin yang ekuivalen dengan oksigen terlarut. Iodin yang dibebaskan
tersebut kemudian dianalisis dengan metode titrasi iodometri dengan larutan standard
tiosulfat dan indikator kanji.

2. Jelaskan secara rinci tahapan pengujian dalam metode pengujian DO dan BOD
pada praktikum!
Hal yang pertama kali dilakukan adalah menyiapkan ala dan bahan, kemudian
mengisi botol winkler dengan air sampel hingga penuh dan pastikan tidak ada
gelembung udara ketika sudah ditutup. Kemudian, tambahkan MnSO4 dan NaOH+KI
sebanyak 1 ml, ditutup, kemudian dihomogenkan dan didiamkan selama 15 menit.
Selanjutnya, menambahkan H2SO4 sebanyak 1 ml, dikocok, dan didiamkan selama 15
menit hingga larutan berwarna kuning. Larutan tersebut dipindahkan ke dalam
erlenmeyer sebanyak 50 ml. Kemudian dilakukan titrasi Na2S2O3 0,01 N hingga larutan
berwarna kuning muda. Selanjutnya ditambahkan 10 tetes indikator lugol hingga
larutan berwarna biru. Larutan dititrasi kembali dengan Na2S2O3 0,01 N hingga warna
biru hilang dan terakhir catat hasilnya.

3. Jelaskan sumber oksigen beserta faktor-faktor yang mempengaruhi dissolved


oksigen!
Oksigen di dalam air berasal dari difusi udara dan hasil fotosintesis organisme
berklorofil yang hidup di dalam suatu perairan. Udara tersebut dibutuhkan oleh
organisme untuk mengoksidasi zat hara yang masuk ke dalam tubuhnya. Beberapa
faktor yang mempengaruhi DO adalah kecepatan difusi oksigen dari udara, dimana
tergantung dari kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air (arus), dan
gelombang serta pasang surut perairan.
DATA HASIL PRAKTIKUM

Air Deras
g. Jenis Air : Air deras
h. Lokasi : Sungai Sengkaling
i. Parameter : Biologi
j. Cuaca : Cerah berawan
k. Tanggal dan Waktu Pengambilan : Sabtu, 23 Maret 2019/10.00
l. Nama : M5

No. Perlakuan Hasil


1. Sampel dimasukkan dalam gelas Berwarna kuning keruh
winkler
2. Sampel ditambah 1 mL MnSO 4 Berwarna bening
3. Sampel + 1mL MnSO 4 + 2mL - Sebelum dikocok : Flok lebih banyak
(NaOH + KI) dibanding air deras, flok melayang, warna
agak kuning
- Setelah dikocok : Flok lebih banyak
dibanding air deras flok melayang, warna
kuning ke orenan (terdapat 2 layer)
- Setelah didiamkan : Flok lebih banyak
dibanding air deras, flok mengendap dan
warna kuning keorenan pada bagian bawah,
berwana putih keruh dibagian atas (terdapat
2 layer)
4. Sampel + 1mL MnSO 4 + 2mL - Sebelum dikocok : Flok lebih besar dan
(NaOH + KI) + H2SO4 2 mL melayang warna keorenan
- Setelah dikocok : flok melayang berwarna
coklat ukuran besar
- Setelah didiamkan : flok besar mengendap,
flok warna coklat, air berwarna kuning jernih
5. Titrasi larutan dengan Na2S2O3 - Volume yang digunakan 3,8 mL
0,01 N - Berwarna putih bening namun masih ada
warna kuning sedikit
6. Larutan ditambah 10 tetes lugol Berwarna bening ke orenan
7. Titrasi Larutan dengan Na2S2O3 - Volume yang digunakan 3,4 mL
0,01 N - Berwarna bening

Perhitungan :
𝑚𝐿 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑇ℎ𝑖𝑜𝑠𝑢𝑙𝑓𝑎𝑡 𝑥 8000 𝑚𝐿 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑇ℎ𝑖𝑜𝑠𝑢𝑙𝑓𝑎𝑡 𝑥 8000
DO = DO5 =
𝑉𝑙𝑎𝑟𝑡 𝑉𝑙𝑎𝑟𝑡
7,5 𝑚𝑙 𝑥 0,01 𝑥 8000 3,4 𝑚𝑙 𝑥 0,01 𝑥 8000
= = 6 𝑚𝑔/𝑙 = = 2,72 𝑚𝑔/𝑙
100 𝑚𝑙 100 𝑚𝑙

BOD = DO 0 – DO5 = 6-2,72 = 3,28 mg/l


Air Tenang
g. Jenis Air : Air aliran tenang
h. Lokasi : Sungai Sengkaling
i. Parameter : Biologi
j. Cuaca : Cerah berawan
k. Tanggal dan Waktu Pengambilan : Sabtu, 23 Maret 2019/10.00
l. Nama : M5

No. Perlakuan Hasil


1. Sampel dimasukkan dalam Berwarna kuning keruh
gelas winkler
2. Sampel ditambah 1 mL MnSO 4 Berwarna bening
3. Sampel + 1mL MnSO 4 + 2mL - Sebelum dikocok : Flok lebih banyak
(NaOH + KI) dibanding air deras, flok melayang, warna
agak kuning
- Setelah dikocok : Flok lebih banyak
dibanding air deras flok melayang, warna
kuning ke orenan (terdapat 2 layer)
- Setelah didiamkan : Flok lebih banyak
dibanding air deras, flok mengendap dan
warna kuning keorenan pada bagian bawah,
berwana putih keruh dibagian atas (terdapat
2 layer)
4. Sampel + 1mL MnSO 4 + 2mL - Sebelum dikocok : Flok lebih besar dan
(NaOH + KI) + H2SO4 2 mL melayang, warna keorenan, flok lebih
banyak dibanding air deras
- Setelah dikocok : flok melayang berwarna
coklat ukuran besar, flok lebih banyak
dibanding air deras
- Setelah didiamkan : flok besar mengendap,
flok warna coklat, flok lebih banyak
dibanding aliran deras, air berwarna kuning
jernih
5. Titrasi larutan dengan Na2S2O3 - Volume yang digunakan 2,9 mL
0,01 N - Berwarna putih bening namun masih ada
warna kuning sedikit
6. Larutan ditambah 10 tetes lugol Berwarna bening ke orenan
7. Titrasi Larutan dengan Na2S2O3 - Volume yang digunakan 3,1 mL
0,01 N - Berwarna bening

Perhitungan :
𝑚𝐿 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑇ℎ𝑖𝑜𝑠𝑢𝑙𝑓𝑎𝑡 𝑥 8000 𝑚𝐿 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑇ℎ𝑖𝑜𝑠𝑢𝑙𝑓𝑎𝑡 𝑥 8000
DO = DO5 =
𝑉𝑙𝑎𝑟𝑡 𝑉𝑙𝑎𝑟𝑡
7,5 𝑚𝑙 𝑥 0,01 𝑥 8000 3,1 𝑚𝑙 𝑥 0,01 𝑥 8000
= = 6 𝑚𝑔/𝑙 = = 2,48 𝑚𝑔/𝑙
100 𝑚𝑙 100 𝑚𝑙

BOD = DO 0 – DO5 = 6-2,48 = 3,52 mg/l

Anda mungkin juga menyukai