Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

SATUAN OPERASI TEKNIK LINGKUNGAN


Analisis Kebutuhan Oksigen pada Aerasi
DISUSUN OLEH :

NAMA : Muhamad Ikbal Nur Umar

NIM : 215100900111027

KELOMPOK : O2

ASISTEN :
Abdurrahim’ Azmi I Wayan Ardiana
Dian Sari Gladys Janggul Laili Anisa
Fadhilah Diana M. Enstein Bagas Tryanjas
Fransisco Edward Perez Ni Luh Wayan Yugi
Gracia Marthauli Siahaan Nurul Sakinah Barus
Gusni Amalia Vianti Santa Gabriell Br Brahmana

LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2023
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan sumber daya alam yang memiliki peran sangat penting dalam
kehidupan makhluk hidup. Manusia biasanya menggunakan air untuk kebutuhan hidup
sehari-hari. Ditinjau dari kualitas, air harus harus memenuhi syarat secara fisik, kimia, dan
mikrobiologi. Terdapat berbagai zat dan senyawa dalam air yang dapat mempengaruhi
kualitas suatu perairan. Kandungan zat atau senyawa dalam air biasanya berupa padatan
yang dapat dibedakan menjadi zat padat terlarut dan zat padat yang tersuspensi. Di dalam
suatu badan air, oksigen berperan dalam menguraikan komponen-komponen kimia menjadi
komponen yang lebih sederhana. Oksigen memiliki kemampuan untuk beroksida dengan zat
pencemar berupa komponen organik. Oksigen juga diperlukan oleh mikroorganisme baik
yang bersifat aerob serta anaerob dalam melakukan proses metabolisme. Adanya oksigen
tersebut, akan membuat mikroorganisme semakin giat dalam menguraikan kandungan di
dalam air.
Salah satu metode untuk menambahkan oksigen terlarut di dalam air, dapat dilakukan
dengan metode aerasi. Aerasi merupakan salah satu proses dari transfer gas yang lebih
dikhususkan pada transfer oksigen dari fase gas ke fase cair. Aerasi memiliki fungsi untuk
meningkatkan kandungan oksigen terlarut, menghilangkan kandungan gas-gas terlarut yang
mampu menimbulkan bau, oksidasi kandungan besi dalam air, serta mereduksi kandungan
amonia dalam air melalui proses nitrifikasi. Proses penambahan atau penginjeksian oksigen
ini dilakukan dalam sebuah reaktor dengan menggunakan diffuser berpori yang berbentuk
tube/tabung dan disk. Konsentrasi oksigen terlarut tergantung pada faktor fisika dan biologi.
Beberapa faktor fisika yang mempengaruhi konsentrasi atau kelarutan oksigen terlarut dalam
air antara lain suhu, salinitas, dan tekanan atmosfer.

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui kebutuhan oksigen dalam proses aerasi sesuai
karakteristik air yang digunakan.
2. Mahasiswa mampu menganalisis oksigen terlarut yang dilakukan
menggunakanmetode titrasi dengan winkler.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Fungsi Aerasi


Aerasi merupakan proses menambahkan konsentrasi oksigen ke dalam limbah cair,
agar proses oksidasi biologi oleh mikroba berjalan sesuai rencana. Pada prinsipnya aerasi
adalah mencampurkan air dengan udara atau bahan lain sehingga air yang beroksigen
rendah mampu menerima kontak dengan oksigen atau udara. Hal tersebut terjadi karena
saat injeksi udara dalam air semakin bertambah sehingga kontak air dengan udara semakin
maksimal. Aerasi lebih mengutamakan unsur mekanisasi dari pada unsur biologi sehingga
termasuk pengolahan secara fisika. Aerasi sendiri memerlukan alat yang disebut aerator.
Prinsip kerja aerator adalah menambahkan oksigen terlarut ke dalam air (Dhamayanthie dan
Fauzi, 2017).
Aerasi merupakan salah satu proses dari transfer gas yang lebih dikhususkan pada
transfer oksigen dari fase gas ke fase cair. Aerasi memiliki fungsi untuk meningkatkan
kandungan oksigen terlarut, menghilangkan kandungan gas – gas terlarut yang mampu
menimbulkan bau, oksidasi kandungan besi dalam air, serta mereduksi kandungan ammonia
dalam air melalui proses nitrifikasi. Kandungan oksigen dalam air tersebut. Jika oksigen
meningkat, zat-zat yang mudah menguap seperti hidrogen sulfida dan metana yang
mempengaruhi rasa dan bau dapat dihilangkan. Pada proses aerasi terjadi proses yaitu
proses reduksi BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand)
secara aerob, digunakan aerator sebagai penghasil oksigen yaitu dengan cara
menempatkan aerator di dalam kolam aerasi sehingga menghasilkan oksigen berupa buih
udara yang tercampur dengan air (Asadiya, 2018).

2.2 Pengertian Oksigen Terlarut


Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) merupakan konsentrasi atau jumlah kandungan
oksigen yang terdapat di dalam air. Oksigen terlarut yang berada di dalam air berasal dari
hasil fotosintesis fitoplankton maupun tumbuhan air lain dan difusi dari atmosfer. Dissolved
Oxygen ini menjadi salah satu parameter pengukuran tingkat kualitas air. Tingginya jumlah
oksigen di dalam air mengindikasikan bahwa kualitas air tersebut baik dan belum terjadi
pencemaran. Sebaliknya rendahnya jumlah oksigen mengindikasikan menurunnya kualitas
air. Selain itu, nilai DO juga dapat menunjukkan kemampuan air untuk membersihkan
pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air. Kandungan oksigen terlarut
dalam air sangat penting untuk ekosistem air. Oksigen dibutuhkan untuk respirasi bagi
sebagian besar organisme air. Untuk mendukung kehidupan organisme perairan secara
normal kandungan oksigen terlarut dalam perairan minimal 2 ppm (Septiani et al., 2022). 

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Oksigen Terlarut dalam Cairan


Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi oksigen terlarut dibagi menjadi faktor
fisika dan biologi. Faktor fisika meliputi suhu, salinitas, dan tekanan atmosfer. Kelarutan
oksigen akan menurun apabila suhu dan salinitas meningkat. Oksigen terlarut dalam suatu
perairan juga akan menurun akibat pembusukan dan respirasi dari hewan serta tumbuhan
yang kemudian diikuti dengan meningkatnya CO2 bebas dan menurunnya pH. Sedangkan
faktor biologis seperti kepadatan organisme perairan, karena semakin padat organisme
perairan maka laju respirasi juga akan semakin meningkat. Adanya peningkatan respirasi
tersebut akan menyebabkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air dimana penurunan
konsentrasi oksigen terlarut hingga batas titik kritis. Selain faktor tersebut beberapa faktor
lain tingkat kedalamannya dan kekeruhan juga menjadi faktor yang mempengaruhi oksigen
terlarut. Semakin tinggi tingkat kekeruhan dan kedalaman air, maka proses fotosintesis
dalam air akan terhambat sehingga oksigen terlarut menjadi rendah (Sidabutar et al., 2019).
2.4 Penjelasan Metode Winkler dalam Analisis Oksigen Terlarut
Metode Winkler merupakan sebuah metode yang biasa digunakan untuk menentukan
kadar oksigen yang terlarut di dalam suatu perairan. Prinsip metode Winkler adalah oksigen
di dalam sampel akan mengoksidasi suatu ikatan senyawa logam dalam air, sehingga terjadi
endapan dari hasil reaksi tersebut. Penambahan asam sulfat dan kalium iodida
menyebabkan dibebaskannya iodin yang ekuivalen dengan oksigen terlarut. Iodin yang
dibebaskan tersebut kemudian dianalisis dengan metode titrasi iodometri. Kelebihan metode
Winkler dalam menganalisis oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) adalah lebih mudah karena
hanya dilakukan cara titrasi, lebih teliti dan akurat apabila dibandingkan dengan cara alat DO
meter (Septiawan et al., 2014).
Prinsip dari metode Winkler adalah oksigen di dalam sampel akan mengoksidasi MnSO4
yang ditambahkan ke dalam larutan pada keadaan alkalis. Kemudian perlu ditambahkan
asam sulfat dan kalium iodide agar iodin bebas. Iodin yang bebas tersebut akan ekuivalen
dengan oksigen terlarut. Analisis dengan metode titrasi iodometri dilakukan pada iodin yang
dibebaskan dengan menggunakan larutan standar tiosulfat dan indikator kanji. Kelebihan
dari metode Winkler adalah lebih mudah karena hanya dilakukan dengan cara titrasi. Selain
itu, metode Winkler juga lebih teliti dan akurat jika dibandingkan dengan cara alat DO meter.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan titrasi iodometri adalah penentuan titik
akhir titrassi, standar larutan triosulfat, dan indikator amilum. Sedangkan jika menggunakan
DO meter, hal yang harus diperhatikan yaitu adalah suhu dan salinitas dari sampel
(Pitalokasari et al., 2021).

2.5 Pengertian Transfer Oksigen dan Faktor yang Mempengaruhi


Transfer oksigen didefinisikan sebagai proses perpindahan molekul-molekul gas dari
satu fase ke fase lain, biasanya dari fase gas ke fase cair. Transfer gas yang berasal dari
fase gas ke fase cair akan menyebabkan konsentrasi gas meningkat pada fase cair. Transfer
oksigen akan terjadi apabila kadar oksigen pada badan air belum mencapai tingkat saturasi.
Apabila kadar oksigen terlarut di peraian mencapai saturasi dan berada dalam
kesetimbangan dengan kadar oksigen di atmosfer maka proses transfer oksigen tidak akan
berlangsung. Fungsi transfer oksigen untuk meningkatkan kandungan oksigen yang
terkandung dalam suatu perairan. Terdapat beberapa macam cara transfer gas, beberapa
diantaranya ialah absorpsi dan desorpsi. Absorpsi merupakan suatu proses yang bertujuan
untuk menciptakan kondisi optimum yang dapat melarutkan gas-gas di udara ke dalam fase
cair. Sedangkan, desorpsi adalah suatu proses yang berlawanan dengan absorpsi, dimana
pada adsorpsi gas-gas yang terlarut di dalam air akan ditransfer ke fase gas (Dharmawan et
al., 2021).
Transfer oksigen adalah proses penambahan atau penginjeksian gas dimana dalam
hal ini gas yang ditransfer adalah oksigen. Proses transfer oksigen terbagi dalam tiga fase.
Fase pertama molekul-molekul oksigen ditransfer pada permukaan zat cair hingga terjadi
kesetimbangan pada kedua interfase. Fase kedua, molekul-molekul oksigen dipaksa
melewati lapisan interfase dengan proses difusi. Dan pada fase ketiga oksigen bercampur
dengan seluruh air. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi transfer oksigen adalah
suhu, kejenuhan kelarutan gas, karakteristik air, serta derajat turbulensi. Semakin tinggi
suhu, maka kadar O2 akan semakin menurun. Kenaikan suhu air juga dapat mengguraikan
derajat kelarutan mineral sehingga kelarutan logam berat pada air tinggi. Selain itu beberapa
faktor lain seperti koefisien transfer gas dan karakteristik air juga dapat mempengaruhi
proses transfer oksigen (Lutfihani, 2015).
DAFTAR PUSTAKA

Asadiya A. 2018.Pengolahan Air Limbah Domestik Menggunakan Proses Aerasi,


Pengendapan, dan Filtrasi Media Zeolit-Arang Aktif. Skripsi. Departemen Teknik
Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya.
Dhamayanthie I, Fauzi A. 2017. Pengaruh bakteri pada bak aerasi di unit waste water
treatment. Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(3): 40-49.
Dharmawan A, Wahyuningsih S, Novita E. 2021. Laju deoksigenasi dan reoksigenasi sungai
bedadung (studi kasus di desa tamansari dan desa lojejer jember). Jurnal Keteknikan
Pertanian, 9(1): 1-8.
Lutfihani A. 2015. Analisis Penurunan Kadar Besi (Fe) dengan Menggunakan Tray Aerator
dan Diffuser Aerator. Skripsi. Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Pitalokasari OD, Fikri S, Ayudia D. 2021. Validasi metode pengujian biochemical oxygen
demand (bod) dalam air laut secara titrimetri berdasarkan sni 6989.72: 2009. Jurnal
Ecolab, 15(1): 63-75
Septiani W, Khairuddin, Yamin M. 2022. The evidence of cadmium (cd) heavy metal in south
asian apple snail (pila ampullacea) on the batu kuta village narmada district. Jurnal
Biologi Tropis, 22(2): 339-344.
Septiawan M, Sedyawati SMR, Mahatmanti FW. 2014. Penurunan limbah cair industri tahu
menggunakan tanaman cattail dengan sistem constructed wetland. Indonesian Journal
of Chemical Science, 3(1): 22-27.
Sidabutara EA, Sartimbula A, Handayania M. 2019. Distribusi suhu, salinitas dan oksigen
terlarut terhadap kedalaman di perairan teluk prigi kabupaten trenggalek. Journal of
Fisheries and Marine Research, 3(1): 46-52.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai