Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan kebutuhan pokok manusia sehari-hari sehingga kualitas air harus memenuhi
syarat fisik, kimia, mikrobiologis dan radioaktifitas. Air dibutuhkan untuk keperluan umum.
Beberapa parameter fisik yang digunakan untuk menentukan kualitas air meliputi suhu,
kekeruhan, warna, daya hantar listrik, jumlah zat padat terlarut, rasa dan bau. Pencemaran dan
penurunan kualitas air dapat terjadi karena peningkatan aktivitas manusia sehingga
membahayakan kelangsungan hidup berbagai jenis biota air dan akan mengancam kehidupan
manusia. Salah satu metode untuk memperbaiki kualitas air adalah dengan meningkatkan kadar
oksigen dalam air dengan transfer oksigen.
Aerasi adalah salah satu metode transfer oksigen yang dilakukan secara fisik. Transfer
oksigen adalah salah satu jenis transfer gas dimana dalam hal ini gas yang ditransfer adalah
oksigen. Aerasi adalah pemasukan oksigen dari udara ke dalam larutan. Fungsi utama aerasi
adalah melarutkan oksigen ke dalam air untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air
dan melepaskan kandunngan gas-gas yang terlarut dalam air. Oksigen terlarut (DO) adalah
jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorbs atmosfer/udara.
Secara umum, penentuan kadar oksigen dilakukan dengan metode titrasi Winkler. Kelebihan
metode Winkler adalah lebih mudah karena hanya dilakukan dengan cara titrasi, lebih teliti dan
akurat apabila dibandingkan dengan cara alat menggunakan DO-meter.

1.2 Tujuan
a. Mahasiswa mampu mengetahui kebutuhan oksigen dalam proses aerasi sesuai
karakteristik air yang digunakan.
b. Mahasiswa mampu menganalisis oksigen terlarut yang dilakukan menggunakan metode
titrasi dengan winkler.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Fungsi Aerasi


Aerasi merupakan pemasukan oksigen dari udara ke dalam larutan atau suatu proses
dimana gas (biasanya udara) dan air berada di dalam suatu kontak antara satu dengan lain
yang bertujuan untuk memindahkan zat-zat yang mudah menguap dalam air. Zat yang mudah
menguap tersebut meliputi oksigen, karbon dioksida, nitrogen, hidrogen sulfida, methan, dan
berbagai komponen anorganik yang dapat menyebabkan bau dan rasa dalam proses aerasi.
Berdasarkan penjelasan tersebut, aerasi merupakan istilah lain dari transfer gas yang lebih
dikhususkan pada transfer gas oksigen atau proses penambahan oksigen ke dalam air
(Rosariawari et al., 2018).
Aerasi memiliki fungsi utama melarutkan oksigen ke dalam air untuk meningkatkan kadar
oksigen terlarut dalam air dan melepaskan kandungan gas-gas yang terlarut dalam air serta
membantu pengadukan air. Proses aerasi sangat penting terutama pada pengolahan limbah
yang proses pengolahan biologinya memanfaatkan bakteri aerob. Dengan tersedianya oksigen
yang mencukupi selama proses biologi maka bakteri aerob tersebut dapat bekerja dengan
optimal. Hal ini akan bermanfaat dalam penurunan konsentrasi zat organik di dalam air limbah.
Selain diperlukan untuk proses metabolisme bakteri aerob, kehadiran oksigen juga bermanfaat
untuk proses oksidasi senyawa-senyawa kimia di dalam air limbah serta untuk menghilangkan
bau (Yuniarti et al., 2019).

2.2 Pengertian Oksigen Terlarut


Oksigen terlarut adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan
absorbs atmosfer atau udara. Oksigen terlarut (DO) dapat digunakan sebagai salah satu
parameter kimia untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan. Semakin banyak jumlah
DO (dissolved oxygen) maka kualitas air semakin baik. Jika kadar oksigen terlarut terlalu rendah
maka akan menimbulkan bau tidak sedap sebagai akibat dari degradasi anaerobik yang terjadi.
Satuan DO dinyatakan dalam persentase saturasi. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen
adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhir berupa nutrien
yang akhirnya dapat memberikan kesuburan pada perairan. Dalam kondisi anaerobic, oksigen
yang dihasilkan akan mereduksi senyawa senyawa kimia menjadi lebih sederhana dalam bentuk
nutrien dan gas. Karena proses oksidasi dan reduksi tersebut, peranan oksigen terlarut sangat
penting dalam membantu mengurangi beban pencemaran pada perairan (Rosariawari et al.,
2018).

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Oksigen Terlarut dalam Cairan


Kelarutan oksigen dalam air dapat dipengaruhi oleh suhu, tekanan parsial gas-gas yang ada
di udara maupun yang ada di air, salinitas serta persenyawaan unsur-unsur yang mudah
teroksidasi di dalam air. Kelarutan oksigen akan menurun apabila suhu dan salinitas meningkat.
Oksigen terlarut dalam suatu perairan juga akan menurun akibat pembusukan dan respirasi dari
hewan serta tumbuhan yang kemudian diikuti dengan meningkatnya CO2 bebas dan
menurunnya pH. Sealin itu, oksigen (O2) dalam suatu perairan tidak lepas dari pengaruh
parameter lain seperti karbon dioksida, alkalinitas, suhu, pH, dan sebagainya. Pertumbuhan
oksigen terlarut dalam air membutuhkan sumber energi, seperti unsur karbon (C) yang diperoleh
dari bahan organik yang berasal dari ganggang yang mati maupun oksigen dari udara
(Rosariawari et al., 2018).
2.4 Penjelasan Metode Winkler dalam Analisis Oksigen Terlarut
Metode Winkler secara umum banyak digunakan untuk menentukan kadar oksigen terlarut.
Prinsip metode titrasi Winkler adalah oksigen di dalam sampel akan mengoksidasi MnSO 4 yang
ditambahkan ke dalam larutan pada keadaan alkalis sehingga terjadi endapan MnO 2-.
Penambahan asam sulfat dan kalium iodide menyebabkan dibebaskannya iodin yang ekuivalen
dengan oksigen terlarut. Iodin yang dibebaskan tersebut kemudian dianalisis dengan metode
titrasi iodometri dengan larutan standard tiosulfat dan indikator kanji (Septiawan et al., 2014).
Penentuan oksigen terlarut (DO) dengan cara titrasi berdasarkan metode Winkler dinilai
lebih analitis apabila dibandingkan dengan cara alat menggunakan DO meter. Hal yang
perlu diperhatikan dalam titrasi iodometri adalah penentuan titik akhir titrasinya, standarisasi
larutan tiosulfat dan pembuatan larutan standar kaliumbikromat yang tepat. Dengan
mengikuti prosedur penimbangan kaliumbikromat dan standarisasi tiosulfat secara analitis
maka akan diperoleh hasil penentuan oksigen terlarut yang lebih akurat (Suseno, 2018).

2.5 Pengertian Transfer Oksigen dan Faktor yang Mempengaruhi


Transfer oksigen adalah salah satu jenis transfer gas dimana dalam hal ini gas yang
ditransfer adalah oksigen. Transfer gas adalah proses fisik dimana molekul-molekul gas
berpindah antara fase cair dan fase gas pada interfase cair gas. Proses transfer oksigen terjadi
dalam tiga fase. Pada fase pertama, molekul-molekul oksigen ditransfer pada permukaan zat
cair yang disusun oleh molekul-molekul air hingga terjadi kesetimbangan pada kedua interfase.
Pada fase kedua, molekul-molekul oksigen dipaksa melewati lapisan interfase ini dengan proses
difusi molekuler. Dan pada fase ketiga, oksigen bercampur dengan seluruh air (Lutfihani, 2015).
Dalam proses transfer tersebut, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perpindahan
oksigen, diantaranya yaitu suhu air, kejenuhan oksigen, karakteristik air, dan turbulensi air.
Koefisien transfer gas (KLa) akan meningkat seiring dengan kenaikan suhu. Konsentrasi jenuh
oksigen (Cs) di dalam air tergantung dari suhu dan tekanan parsial oksigen yang memiliki
kontak dengan air. Dalam praktiknya, ada perbedaan nilai KLa untuk air bersih dengan KLa air
limbah yang mengandung materi tersuspensi, surfaktan (detergen) dalam larutan dan perbedan
temperatur. Turbulensi akan menurunkan derajat tahanan liquid – film dimana laju perpindahan
masa oksigen terjadi karena percepatan laju pergantian permukaan bidang kontak yang
berakibat pada defisit oksigen (driving-force) tetap terjaga konstan serta akan meningkatkan
nilai koefisien perpindahan oksigen (KLa) (Zilmy et al., 2022).
                                                                                                                     
DAFTAR PUSTAKA

Lutfihani A. 2015. Analisis Penurunan Kadar Besi (Fe) dengan Menggunakan Tray Aerator dan
Diffuser Aerator. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Rosariawari F, Wahjudijanto I, dan Rachmanto TA. 2018. Peningkatan effektifitas aerasi dengan
menggunakan micro bubble generator (MBG). Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan 8(2):88-
97.
Septiawan M, Sedyawati SMR, dan Mahatmanti FW. 2014. Penurunan limbah cair industri tahu
menggunakan tanaman cattail dengan sistem constructed wetland. Indonesian Journal
of Chemical Science 3(1):22-27.
Suseno RB. 2018. Pengembangan Alat Kondensasi Atmospheric Water Sample
Generator Pengukur Konsentrasi Oksigen Udara Ambien dan Pemanfaatannya
sebagai Buku Manual Prosedur Penggunaan Alat Untuk Mendukung Praktikum.
Skripsi. Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Jember.
Yuniarti DP, Komala R, dan Aziz S. 2019. Pengaruh proses aerasi terhadap pengolahan limbah
cair pabrik kelapa sawit di PTPN VII secara aerobik. Jurnal Redoks 4(2):7-16.
Zilmy DO, Utomo KP, dan Kadaria U. 2022. Pengaruh koefisien transfer gas (KLa) terhadap
penurunan parameter besi (Fe) dalam air sumur gali menggunakan multiple tray aerator.
Jurnal Rekayasa Lingkungan Tropis 3(1):91-100.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai