Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mekanika merupakan ilmu yang mempelajari mengenai analisis gaya yang bekerja pada
sistem struktur pada keadaan statis dan seimbang. Dalam bidang mekanika struktur salah
satunya mempelajari mengenai perubahan bentuk atau defleksi. Defleksi merupakan
perubahan bentuk suatu struktur dikarenakan beban yang diberikan pada struktur tersebut.
Pada perhitungan defleksi dapat menggunakan beberapa metode seperti metode integrasi
ganda dan metode luas momen.
Metode luas momen merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menghitung
defleksi pada struktur. Metode ini didasarkan pada penggunaan momen inersia untuk
menghitung defleksi pada suatu titik dalam struktur yang diberi beban. Perhitungan defleksi
termasuk berperan penting dalam berbagai bidang seperti teknik sipil, mekanik, dan lain
sebagainya. Karena dengan defleksi tersebut maka struktur bangunan dapat diperhitungkan
dengan tepat.

1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui defleksi yang dihasilkan dari suatu pembebanan dengan metode
luas momen
b. Untuk mengetahui teori dari pembebanan dengan menggunakan metode luas
momen
c. Untuk mengetahui dan menggambarkan free body diagram serta momen lentur
d. Untuk memahami pengaruh sudut terhadap defleksi yang dihasilkan
e. Untuk memahami pengaruh jarak tumpuan terhadap defleksi yang terjadi
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Pembebanan Sederhana


Dalam perancangan suatu struktur maka dibutuhkan perhitungan mengenai beban yang
mengenainya agar struktur tersebut dapat bertahan dengan baik. Bangunan seperti gedung
dan jembatan dapat berdiri kokoh pada dasarnya dikarenakan terdapat keseimbangan gaya
aksi dan gaya reaksi. Berdasarkan bebannya gaya dapat dibagi menjadi dua yaitu beban
terpusat dan beban merata. Pembebanan sederhana dapat disebut juga sebagai balok
sederhana yang memiliki definisi yaitu suatu konstruksi yang ditopang oleh dua titik tumpu
yaitu sendi dan rol (Sholeh, 2019).
Pembebanan sederhana merupaka pemberian beban yang sederhana pada suatu
struktur. Beban tersebut dapat berupa beban mati, beban hidup, atau kombinasi keduanya.
Beban mati merupakan beban tetap yang terjadi pada suatu struktur, sedangkan beban
hidup merupakan beban yang bervariasi terjadi pada suatu struktur. Pembebanan sederhana
memiliki peran penting sebagai langkah awal dalam analisis struktur sebelum melakukan
pembebanan yang lebih kompleks. Pada pembebanan sederhana dapat digunakan untuk
menentukan kapasitas beban struktur, reaksi gaya pada titik tertentu, dan distribusi tegangan
(Jarson, 2015).

2.2 Pengertian Defleksi dan macam-macamnya


Defleksi merupakan perubahan posisi atau bentuk suatu benda yang diakibatkan oleh
beban. Perubahan bentuk atau deformasi tersebut dapat dijelaskan berdasarkan defleksi
dari posisi sebelum mengalami pembebanan. Defleksi pada suatu struktur dapat diukur
dengan cara mengukur perubahan jarak antara dua titik pada struktur tersebut sebelum dan
setelah diberikan beban. Besarnya defleksi pada struktur dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti besar beban, jenis dan sifat bahan struktur, serta bentuk dan ukuran struktur (Isworo
et al., 2019).
Defleksi terdiri dari beberapa macam antara lain yaitu defleksi elastis, defleksi vertikal,
defleksi horizontal, defleksi struktur, dan lain sebagainya. Defleksi elastis merupakan defleksi
yag terjadi pada benda elastis seperti pegas. Defleksi elastis benda akan kembali ke bentuk
semula setelah tidak adanya beban. Kemudian defleksi vertikal dan horizontal merupakan
perubahan bentuk yang terjadi pada arah vertikal atau horizontal. Sedangkan defleksi
struktur merupakan perubahan bentuk yang terjadi pada struktur bangunan seperti jembatan
atau gedung. Pada defleksi struktur dapat berdampak terhadap kinerja struktur dan
keamanan penggunanya (Zastempowski and Bochat, 2015).

2.3 Pengertian Momen Lentur


Momen lentur merupakan gaya yang dibutuhkan untuk melengkungkan suatu benda
seperti balok. Momen lentur tersebut dapat terjadi ketika suatu benda mengalami tegangan
dikarenakan beban yang diterimanya sehingga menyebabkan perubahan bentuk pada suatu
benda tersebut. Penggunaan momen lentur pada umumnya berperan penting dalam desain
struktur hingga mesin karena dapat mempengaruhi kekuatan benda tersebut. Momen lentur
berhubungan pula dengan kuat tarik lentur yaitu kemampua suatu benda untuk menahan
gaya yang diberikan hingga mengalami kerusakan (Pane et al., 2015).
Penerapan momen lentur banyak digunakan dalam struktur bangunan seperti jembatan
hingga perhitungan mekanika dalam menghitung torsi yang dibutuhkan untuk memutar suatu
benda. Momen lentur juga dapat didefinisikan sebagai jumlah aljabar dari semua komponen
momen gaya luar yang bekerja pada bagian balok yang terisolasi. Suatu benda yang diberi
beban akan mengalami perubahan bentuk dan maka dari itu timbul momen lentur sebagai
perlawanan dari benda tersebut terhadap beban luar (Mubarot, 2017).

2.4 Macam-macam Teori Pengukuran Defleksi Metode Luas Momen Beserta


Penjelasannya
Pengukuran defleksi dapat diukur dengan menggunakan beberapa metode antara lain
yaitu metode luas momen, metode integrasi ganda, metode energi, dan metode superposisi.
Beberapa metode tersebut merupakan metode dengan penyelesaian matematik dan dapat
digunakan untuk solusi pembebanan berbagai bahan material. Metode tersebut memiliki
kelemahan tersendiri yang menyebabkan harus memilih metode yang tepat untuk
menyelesaikan suatu permasalahan defleksi. Metode luas momen dapat digunakan untuk
menetapkan defleksi yang dikaitkan dengan diagram momen (Pala’biran et al., 2019).
Metode integrasi ganda merupakan metode yang digunakan untuk menurunkan
persamaan defleksi dalam analisis secara teoritis sebagai pembanding dengan pengujian
eksperimetal. Sedangkan metode luas momen dapat digunakan untuk menetapkan
kemiringan dan lendutan bahan mengenai luas diagram momen. Pengukuran defleksi
menggunakan metode luas momen lebih praktis dikarenakan proses perhitungan dilakukan
tidak secara matematis namun bersifat numeris. Terdapat beberapa tahapan yang harus
dilakukan pada setiap metode untuk pengukuran defleksi (Yusuf et al., 2020).

2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lendutan (Defleksi)


Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi lendutan atau defleksi antara lain
yaitu besarnya gaya yang diberikan pada benda, kekuatan dan elastisitas bahan, ukuran dan
bentuk benda, temperatur, serta nilai ketidakpastian. Nilai ketidakpastian dapat
mempengaruhi defleksi pada suatu bahan. Kemudian semakin besar gaya yang diberikan
pada benda maka semakin besar pula defleksinya. Lalu perubahan suhu dapat
mempengaruhi defleksi benda karena dapat mempengaruhi sifat elastis benda, peningkatan
suhu dapat membuat bahan menjadi lebih lunak dan elastis sehingga dapat meningkatkan
defleksi (Putera et al., 2022).
Bahan yang lebih kuat dan elastis akan mengalami defleksi yang lebih kecil daripada
bahan yang lebih lemah dan kaku. Kemudian ukuran dan bentuk benda dapat
mempengaruhi defleksi, benda yang lebih besar dan lebih tipis cenderung mengalami
defleksi yang lebih besar daripada benda yang lebih kecil dan lebih tebal. Selain itu, defleksi
juga dipengaruhi oleh kekuatan bahan atau struktur. Semakin kaku struktur suatu bahan
maka semakin kecil nilai defleksinya (Wirawan, 2016).

2.6 Pengertian Modulus Elastisitas


Modulus elastisitas merupakan ukuran sifat elastis suatu bahan atau kemampuan suatu
bahan untuk kembali ke bentuk semula setelah diberikan tekanan hingga mengalami
deformasi. Modulus elastisitas dapat didefinisikan sebagai rasio antara tegangan dengan
regangan pada suatu bahan tersebut. Modulus elastisitas dapat menggambarkan kekakuan
suatu bahan yang berarti bahwa apabila suatu bahan memiliki nilai modulus elastisitas yang
besar, maka semakin kecil perubahan bentuk yang terjadi ketika diberi tegangan (Sulaeman,
2018).
Bahan dengan modulus elastisitas yang tinggi cenderung lebih kaku dan sulit
dideformasi, sedangkan bahan dengan modulus elastisitas yang rendah cenderung lebih
lunak dan mudah dideformasi. Modulus elastisitas sering digunakan dalam bidang rekayasa
untuk merancang struktur dan komponen yang kuat. Modulus elastisitas juga dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu ukuran dan beban bahan, sifat agregat material, kecepatan
pembebanan, dan lain sebagainya (Rompas et al., 2013).
2.7 Pengertian Free Body Diagram
Free body diagram merupakan suatu diagram yang menunjukkan semua gaya yang
bekerja pada suatu benda atau sistem. Diagram tersebut dapat digunakan untuk
menganalisis gaya yang bekerja pada suatu benda sehingga dapat membantu dalam
memprediksi pergerakan benda tersebut. Pembuatan free body diagram memiliki tujuan
untuk memudahkan dalam mencari gaya-gaya yang tidak diketahui. Diagram ini
menggambarkan pula semua gaya luar yang bekerja pada suatu benda dalam arah x dan y
(Mardini et al., 2018).
Terdapat tiga langkah penting yang harus dilakukan dalam pembuatan free body
diagram. Langkah pertama yatu membuat diagram terlebih dahulu, kemudian penentuan
grafik vector gaya, dan terakhir yaitu penentuan resultan gaya apabila diperlukan.
Penerapan free body diagram ini dapat digunaka dalam bidang teknik sipil untuk
menganalisis dan memprediksi gerakan benda serta struktur. Dengan adanya diagram ini
dapat mengidentifikasi gaya yang dominan pada suatu benda dan menghitung hasilnya
(Aviani et al., 2015).
BAB III
METODE

3.1 Alat dan Bahan


Tabel 3.1 Fungsi Alat dan Bahan beserta Gambar
No. Alat dan Bahan Fungsi Gambar
1. Beban Sebagai bahan
perlakuan

Gambar 3.1 Beban


Sumber: Dokumentasi pribadi, 2023
2. Busur Untuk mengukur
sudut

Gambar 3.2 Busur


Sumber: Dokumentasi pribadi, 2023
3. Jangka sorong Untuk mengukur
ketebalan plat

Gambar 3.3 Jangka sorong


Sumber: Dokumentasi pribadi, 2023
4. Penggaris Untuk mengukur
ketinggian dan
panjang plat
Gambar 3.4 Penggaris
Sumber: Dokumentasi pribadi, 2023
5. Plat Untuk meletakkan
beban
Gambar 3.5 Plat
Sumber: Dokumentasi pribadi, 2023
6. Sistem Sebagai rangkaian
pembebanan alat dalam
sederhana melakukan
pengujian

Gambar 3.6 Sistem pembebanan


sederhana
Sumber: Dokumentasi pribadi, 2023
7. Timbangan Untuk mengukur
analitik massa beban

Gambar 3.7 Timbangan analitik


Sumber: Dokumentasi pribadi, 2023

3.2 Cara Kerja

Gambar 3.8 Cara Kerja Praktikum Defleksi dengan Metode Luas Momen
Sumber: Data diolah, 2023
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Analisa Prosedur


Dalam praktikum defleksi dengan metode luas momen ini terdapat beberapa langkah
kerja atau prosedur yang harus dilakukan untuk mendapatkan data hasil praktikum. Langkah
pertama yaitu menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini. Alat dan
bahan tersebut antara lain yaitu beban, busur, jangka sorong, penggaris, plat, sistem
pembebanan sederhana, dan timbangan analitik. Kemudian menimbang massa beban 1 dan
beban 2 dengan menggunakan timbangan analitik. Setelah itu melakukan pengukuran
terhadap dimensi pembebanan yang terdiri dari panjang, lebar, dan tebal plat. Lalu
mengukur panjang plat sebesar 1/4L, 1/2L, dan 3/4L. Kemudian setiap titik tersebut diukur
ketinggiannya dari permukaan sebagai tinggi awal. Selanjutnya meletakkan beban 1 pada
titik 1/4L, 1/2L, dan 3/4L secara bergantian dan diukur tinggi akhirnya pada setiap titik
tersebut serta mengukur sudut yang terbentuk. Kemudian langkah kerja tersebut dilakukan
dengan beban yang berbeda yaitu menggunakan beban 2 hingga didapatkannya data untuk
beban 1 dan beban 2 pada titik 1/4L, 1/2L, dan 3/4L. Hasil data tersebut dicatat dan diolah
sehingga mendapatkan data dengan perhitungan analitik.

4.2 Analisa Hasil


4.2.1 Data Hasil Praktikum
4.2.2 Isi Tabel di Bawah ini dan Jelaskan!
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran dan Perhitungan Defleksi
Letak Defleksi (DD1)
Beban 1 Beban 2
L1 0,0321 0,039
L2 0,1027 0,1248
L3 0,0963 0,1169

Tabel 4.2 Hasil Pengukuran dan Perhitungan Defleksi Maksimum


Letak Defleksi Maksimum (δD)
Beban 1 Beban 2
L1 0,0257 0,0311
L2 0,0684 0,0832
L3 0,0385 0,0467

Dalam percobaan ini didapatkan beberapa data setelah dilakukannya perhitungan


yaitu nilai defleksi dan defleksi maksimum. L1 merupakan letak beban pada jarak ¼ plat,
L2 merupakan letak beban pada jarak ½ plat, dan L3 merupakan letak beban pada jarak
¾ plat. Beban yang digunakan terdiri dari dua beban yang berbeda yaitu beban 1
sebesar 0,7 kg dan beban 2 sebesar 0,85 kg. Perhitungan defleksi pada percobaan ini
dapat menggunakan rumus DD1=a x θA dan defleksi maksimum dapat menggunakan
rumus δD = DD1 – tD / A. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan maka
diperoleh hasil untuk beban 1, defleksi yang dihasilkan pada L1,L2,L3 secara berurutan
yaitu sebesar 0,0321 m3, 0,1027 m3, 0,0963 m3. Kemudian untuk beban 2 defleksi yang
didapatkan pada L1,L2,L3 secara berurutan yaitu sebesar 0,039 m3, 0,1248 m3, 0,1169
m3. Setelah didapatkan nilai defleksi dari masing-masing beban tersebut maka dapat
dilakukan perhitungan defleksi maksimum. Berdasarkan perhitungan yang telah
dilakukan maka diperoleh hasil untuk beban 1, defleksi maksimum yang dihasilkan pada
L1,L2,L3 secara berurutan yaitu sebesar 0,0257 m3, 0,0684 m3, 0,0385 m3. Kemudian
untuk beban 2 defleksi maksimum yang didapatkan pada L1,L2,L3 secara berurutan
yaitu sebesar 0,0311 m3, 0,0832 m3, 0,0467 m3.

4.2.3 Perbandingan antara Hasil Uji Praktikum dengan Hitungan Analitik


Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh data mengenai dua massa
beban yaitu massa beban 1 sebesar 0,7 kg dan massa beban 2 sebesar 0,85 kg.
Kemudian dilakukan pengukuran panjang, lebar, dan tebal plat secara berurutan
sebesar 62,1 cm, 3 cm, dan 0,1 cm. Lalu diketahui pula nilai gravitasi sebesar 9,81 m/s 2
dan modulus elastisitas sebesar 200 x 10 9 Pa. Selain itu, diperoleh pula data hasil
praktikum berupa nilai defleksi dan nilai defleksi maksimum. Berdasarkan praktikum
yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa hasil perhitungan analitik terdapat
perbedaan. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti ketika proses
pengukuran sudut yang dikarenakan faktor manusia yang dapat mempengaruhi hasil
perhitungan defleksi. Selain itu, faktor pengamatan dan pengukuran yang dilakukan oleh
manusia dapat mempengaruhi hasil perhitungan. Kemudian juga disebabkan oleh
peletakan beban pada tiap titik yang berbeda sehingga nilai defleksi yang diperoleh juga
berbeda.

4.2.4 Faktor yang Menyebabkan Sudut Terbentuk pada Saat Praktikum


Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat diketahui beberapa data
salah satunya mengenai sudut. Terbentuknya sudut dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti beban yang diberikan, kekakuan plat, tegangan lentur, dan bahan yang
digunakan. Beban yang diberikan dapat mempengaruhi sudut yang terbentuk, karena
apabila semakin besar beban yang diberikan maka semakin besar pula sudut yang
terbentuk. Hal tersebut juga berhubungan dengan kekakuan batang atau plat yang
digunakan, apabila semakin kaku plat maka semakin kecil sudut yang terbentuk. Jenis
bahan yang digunakan dalam percobaan berhubungan dengan modulus elastisitas
setiap material untuk berubah bentuk dan kembali ke bentuk semula.

4.2.5 Hubungan Jarak dengan Defleksi


Dalam praktikum ini juga didapatkan beberapa grafik hubungan salah satunya
yaitu grafik jarak dengan defleksi. Jarak titik pembebanan ini juga berhubungan dengan
tumpuan. Apabila semakin jauh jarak titik pembebanan terhadap tumpuan, maka
semakin besar pula nilai defleksinya. Hal tersebut berarti hubungan jarak dengan
defleksi yaitu berbanding lurus. Berdasarkan grafik hubungan jarak dengan defleksi
yang telah dibuat maka dapat diketahui bahwa nilai defleksi semakin besar seiring
dengan menjauhnya jarak titik pembebanan terhadap tumpuan. Kemudian defleksinya
menurun lagi seiring dengan mendekatnya jarak titik pembebanan terhadap tumpuan.

4.2.6 Hubungan Sudut dan Beban dengan Defleksi


Dalam praktikum ini juga didapatkan grafik hubungan mengenai defleksi dengan
sudut, dan defleksi dengan beban. Sudut akan terbentuk setelah plat diberi perlakuan
yang berhubungan pula dengan jarak tumpuan dengan beban. Apabila semakin jauh
jarak tumpuan dengan beban maka semakin besar sudut yang terbentuk dan semakin
besar pula defleksinya. Kemudian apabila semakin besar massa beban yang digunakan
maka defleksi yang terjadi juga akan semakin besar. Berdasarkan grafik yang telah
dibuat maka dapat diketahui hubungan sudut dengan defleksi yaitu berbanding lurus
dan hubungan beban dengan defleksi yaitu berbanding lurus pula. Hal tersebut sudah
sesuai literatur yang menyatakan bahwa hubungan sudut dan beban dengan defleksi
yaitu berbanding lurus.
4.3 Aplikasi Defleksi dalam Bidang TEP
Terdapat beberapa pengaplikasian defleksi dalam bidang TEP seperti pada konstruksi
jembatan. Salah satu faktor penting dalam pembuatan konstruksi jembatan yaitu meninjau
terhadap perhitungan defleksi. Hal tersebut dikarenakan defleksi dalam pembuatan
konstruksi jembatan berpengaruh langsung terhadap keselamatan dan kekuatan jembatan
dalam menerima beban dan lain sebagainya. Apabila jembatan tidak dirancang dengan baik
maka dapat menyebabkan kinerja jembatan yang tidak maksimal. Defleksi yang terjadi pada
jembatan ketika waktu siang dan malam juga dapat berbeda. Maka dari itu perhitungan
defleksi dalam konstruksi jembatan menjadi faktor penting (Nusantara, 2018).
Defleksi juga diterapkan pada analisis rangka alat pembuat briket sampah organik.
Defleksi dapat mempengaruhi kekuatan rangka dalam menerima beban dan sangat
berpengaruh pada hasil kinerja dari alat tersebut. Apabila berat beban yang diterima rangka
terlalu besar dan melebihi dari kemampuannya maka akan terjadi perubahan bentuk atau
defleksi. Rancangan rangka ini nantinya akan disimulasikan dengan memberikan beban
statis ke arah gaya gravitasi sehingga dapat diketahui tegangan pada batang serta
defleksi yang terjadi (Pamungkas et al., 2020).
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dalam praktikum materi defleksi dengan metode luas momen ini memiliki tujuan untuk
mengetahui defleksi pembebanan dengan metode luas momen, mengetahui teori dari
pembebanan dengan metode luas momen, menggambarkan free body diagram serta
momen lentur, memahami pengaruh sudut terhadap defleksi yang dihasilkan, dan
memahami pengaruh jarak tumpuan terhadap defleksi yang terjadi. Defleksi merupakan
perubahan posisi atau bentuk suatu benda yang diakibatkan oleh beban. Pada percobaan ini
dilakukan pengukuran dengan menggunakan sistem pembebanan sederhana. Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui mengenai hubungan antara jarak dengan
defleksi, sudut dengan defleksi, dan beban dengan defleksi. Hubungan antara jarak dengan
defleksi yaitu berbanding lurus, apabila semakin jauh jarak tumpuan dengan beban yang
diberikan maka defleksi juga akan semakin besar. Kemudian diketahui pula hubungan sudut
dan beban dengan defleksi yaitu berbanding lurus. Apabila semakin besar beban yang
diberikan maka defleksi akan semakin besar pula sehingga sudut yang terbentuk juga akan
semakin besar. Defleksi dapat diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari seperti pada
konstruksi jembatan karena defleksi berperan penting dalam konstruksi tersebut.

5.2 Kritik dan Saran


Alat pengujian yang digunakan dalam praktikum ini sebaiknya diganti dengan yang lebih
baik agar hasil dan data praktikum yang didapatkan juga lebih baik. Dalam mengikuti
rangkaian kegiatan praktikum, praktikan sebaiknya memahami fungsi dari alat dan bahan
yang akan digunakan. Selain itu, praktikan juga diharapkan mengerti dan memahami prinsip
dan prosedur dari praktikum yang akan dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Aviani I Erceg N, & Mešić, V. 2015. Drawing and using free body diagrams: Why it may be
better not to decompose forces. Physical Review Special Topics-Physics Education
Research, 11(2), 020137.
Isworo H, Ghofur A, Cahyono GR, Riadi JS. 2019. Analisis displacement pada chasis mobil
listrik wasaka. Jurnal Teknik Mesin 6(2): 94-104.
Jarson JU. 2015. Analisis pengaruh letak bahan terhadap defleksi balok segi empat dengan
tumpuan engsel-roll-roll. Jurnal Rekayasa Mesin 6(3): 167-170.
Mardini A, Djamas D, Putra A. 2018. Dampak penerapan free body diagram terhadap
kemampuan peserta didik menyelesaikan soal-soal hukum newton dalam
pembelajaran fisika SMA. Pillar of Physics Education 11(2): 65-72.
Mubarot IS. 2017. Perancangan Konstruksi Mesin Press Panas Pneumatik Berbasis 2
Kontrol Relay dengan Bantuan Software Solidwork. Skripsi. Jurusan Teknik Mesin,
Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Pala’biran OA, Windah RS, Pandaleke R. 2019. Perhitungan lendutan balok taper kantilever
dengan menggunakan sap2000. Jurnal Sipil Statik 7(8): 1039-1048.
Pane FP, Tanudjaja H, Windah RS. 2015. Pengujian kuat tarik lentur beton dengan variasi
kuat tekan beton. Jurnal Sipil Statik 3(5): 313-321.
Putera RM, Widyanto SA, Paryanto. 2022. Rancang bangun sistem pengukuran defleksi
crankshaft dengan perangkat aplikasi penampil pola defleksi. Jurnal Teknik Mesin
10(3): 277-286.
Rompas GP, Pangouw JD, Pandaleke R, Mangare JB. 2013. Pengaruh pemanfaatan abu
ampas tebu sebagai substitusi parsial semen dalam campuran beton ditinjau
terhadap kuat tarik lentur dan modulus elastisitas. Jurnal Sipil Statik 1(2): 82-89.
Sholeh MN. 2019. Mekanika Rekayasa Ilmu Dasar Teknik Sipil. Penerbit Deepublish,
Yogyakarta.
Sulaeman W. 2018. Modulus elastisitas berbagai jenis material. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu
Teknik 3(2): 127-138.
Wirawan IDGP. 2016. Analisis Defleksi Vertikal Jembatan Suramadu Menggunakan GPS
CORS (Continously Operating Reference Station). Skripsi. Jurusan Teknik
Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.
Yusuf N, Hariadi, Tawar ASA. 2020. Perbandingan eksperimen defleksi batang kantilever
berprofil strip terhadap persamaan teoritis untuk bahan Fe dan Al. Rang Teknik
Journal 3(1): 89-93.
Zastempowski M and Bochat A. 2015. Mathematical modelling of elastic deflection of a
turbular cross-section. Polish Maritime Research 22(2): 93-100.
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Nusantara FP. 2018. Studi Eksperimental Perilaku Abutment Tanpa Wing Wall dan dengan
Wing Wall Terhadap Defleksi Horizontal dan Momen Lentur pada Jembatan dalam
Menahan Beban Tumbukan (Collision) Akibat Gempa. Skripsi. Fakultas Teknik,
Universitas Brawijaya.
Pamungkas GA, Priambadi IGN, Komaladewi AAIAS. 2020. Analisis defleksi pada rangka
alat pembuat briket sampah organik. Jurnal Mettek 6(2): 121-128.
LAMPIRAN LITERATUR
LAMPIRAN LITERATUR TAMBAHAN

Anda mungkin juga menyukai