Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagian besar struktur yang memiliki dimensi langsing atau tipis dan
mengalami tegangan tekan akan mengalami masalah instabiltas tekuk atau
buckling. Buckling merupakan suatu proses dimana suatu struktur tidak
mampu mempertahankan bentuk aslinya, sedemikian rupa berubah bentuk
dalam rangka menemukan keseimbangan baru. Konsekuensi buckling pada
dasarnya adalah masalah geometrik dasar, dimana terjadi lendutan besar
sehingga akan mengubah bentuk struktur. Fenomena tekuk atau buckling
dapat terjadi pada sebuah kolom, lateral buckling balok, pelat dan cangkang
(shell). Peristiwa buckling dapat terjadi pada batang langsing yang
mendapatkan tekanan aksial. Batang plat tipis adalah batang yang mempunyai
perbandingan panjang dan jari-jari girasi penampang yang besar. Analisis
buckling merupakan teknik yang digunakan untuk menghitung beban
buckling, beban kritis pada struktur yang menjadikan kondisi tidak stabil dan
ragam buckling (mode shape), 1 2 karateristik bentuk yang berhubungan
dengan respon struktur yang yang mengalami buckling. Ada dua teknik
analisis buckling untuk memprediksi beban buckling dan ragam struktur
buckling, yaitu analisis nonlinear buckling dan analisa eigenvalue linear
buckling. Metode analisis instabilitas secara umum ada dua jenis yaitu
bifurcation (eigenvalue, linear) buckling dan snap through (nonlinear)
buckling. Pada metode pertama, analisis bifurcation buckling, beban kritis
buckling di analisis pada titik bifurkasi dari idealisasi struktur elastic linear
dengan penyelesaian masalah nilai eigen. Meskipun analisis pendekatan
dengan nilai eigen ini hasilnya tidak konservatif akan tetapi karena lebih cepat
metode ini digunakan sebagai pendekatan awal. Sedangkan metode kedua,
snap through (nonlinear) buckling, biasanya lebih akurat dengan teknik
analisis non linear. Pada analisis non linear snap through buckling struktur
dianalisis terhadap beban yang meningkat secara gradual tahap demi tahap
sampai beban batas. Silinder atau komponen berdinding tipis yang mengalami
pembebanan tekan rentan terhadap buckling. Euler Buckling dimana anggota
Applied Mechanics Laboratory Mechanical
Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University
subjek long slender dengan gaya tekan bergerak lateral ke arah kekuatan
seperti gambar
Pada abad ke-18, para insinyur dan ilmuwan mulai memahami gejala
buckling sebagai dampak dari beban tekan pada elemen struktural.
Pemahaman ini tumbuh bersamaan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
tentang elastisitas material. Pada pertengahan abad ke-19, Saint-Venant
menyusun teori buckling pertama yang mengeksplorasi perilaku kolom
panjang yang terkena beban aksial. Seiring berjalannya waktu, pengembangan
teori buckling semakin matang. Pada awal abad ke-20, sejumlah penelitian
mendalam dilakukan oleh tokoh-tokoh seperti Timoshenko dan Euler, yang
membuat kontribusi signifikan terhadap pemahaman fenomena buckling pada
struktur panjang. Pada pertengahan abad ke-20, dengan munculnya komputer
dan teknologi simulasi numerik, analisis menjadi lebih terperinci dan presisi.
Sejak itu, pemahaman dan pemodelan buckling terus berkembang sejalan
dengan kemajuan dalam metode numerik dan eksperimental. Perancangan
struktur untuk menghindari buckling menjadi lebih canggih, dan teknik-teknik
pencegahan yang lebih efisien diterapkan dalam industri teknik mesin. Hari
ini, pemahaman terhadap buckling memainkan peran krusial dalam
perancangan komponen mesin, struktur pesawat terbang, bangunan bertingkat
tinggi, dan berbagai aplikasi rekayasa lainnya. Teknik mesin Buckling adalah
fenomena mekanika struktur yang terjadi ketika suatu struktur mengalami
deformasi yang tidak stabil dan tiba-tiba melengkung atau roboh karena beban
yang diterapkan melebihi kapasitas batasnya. Dalam konteks teknik mesin,
buckling memiliki dampak signifikan terutama pada elemen struktural yang
panjang dan ramping, seperti kolom, balok, atau rangka. Fenomena buckling
ini disebabkan oleh ketidakstabilan yang timbul dalam struktur karena adanya
gaya tekan yang bekerja pada salah satu atau lebih sumbu utama struktur.
Pentingnya memahami buckling dalam teknik mesin terletak pada konsekuensi
serius yang dapat timbul akibat ketidakstabilan struktural ini. Struktur yang
tidak stabil dapat menyebabkan kegagalan secara keseluruhan atau sebagian
dari sistem, Oleh karena itu, analisis buckling menjadi kritis dalam
Applied Mechanics Laboratory Mechanical
Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University
perancangan dan pemodelan struktural, di mana insinyur perlu
mempertimbangkan segala hal.
1.2 Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui yang terjadi pada tumpuan engsel-engsel.
2. Untuk mengetahui yang terjadi pada tumpuan engsel-jepit.
3. Untuk mengetahui yang terjadi pada tumpuan jepit-jepit.
BAB II
TEORI DASAR UMUM
Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah y akibat adanya
pembebanan vertikal yang diberikan pada balok atau batang. Deformasi
pada balok sangat mudah dijelaskan berdasarkan defleksi balok dari
posisinya sebelum mengalami pembebanan. Defleksi diukur dari permukaan
netral awal ke posisi netral setelah terjadi deformasi. Konfigurasi yang
diasumsikan dengan deformasi dikenal sebagai kurva elastis dari balok.
Applied Mechanics Laboratory Mechanical
Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University
Elastisitas merupakan sifat yang menyebabkan sebuah benda kembali ke
bentuk semula apabila gaya yang bekerja padanya dihilangkan. Sebuah
benda yang kembali sepenuhnya ke bentuk semula disebut elastis sempurna,
sedangkan benda yang tidak kembali sepenuhnya ke bentuknya dikatakan
elastis parsial (Yusuf, Hariadi, & Agung, 2020).
Defleksi dibagi menjadi tiga jenis menurut pembebanan yang terjadi pada
batang, diantaranya adalah:
1. Defleksi lateral (lendutan)
Defleksi lateral terjadi pada batang rigid yaitu batang lurus yang kaku
atau jika pembebanan yang sejajar dengan penampang atau tegak lurus
terhadap sumbu batang. Perubahan bentuk suatu batang akibat
pembebanan arah vertikal dan posisi batang horizontal, hingga
membentuk sudut defleksi, kemudian kembali ke posisi semula. Hal ini
hanya terjadi jika beban yang diberikan tegak lurus dengan permukaan
batang. (Suhartono, 2007).
2. Defleksi aksial (regangan)
Defleksi aksial terjadi apabila beban diberikan pada luas permukaan.
Perubahan bentuk suatu batang akibat pembebanan arah vertikal (tarik,
tekan) hingga membentuk sudut defleksi, dan posisi batang vertikal,
kemudian kembali ke posisi semula (Suhartono, 2007).
3. Defleksi oleh gaya geser atau puntir pada batang
Jika mengalami beban lentur, suatu batang kontinu akan melendut.
Unsur-unsur suatu mesin harus kuat dan tegar untuk mempertahankan
ketelitian terhadap pengaruh beban yang diberikan (Suhartono, 2007).
Penyebab gerak suatu benda adalah gaya. Pada gerak rotasi, sesuatu yang
menyebabkan benda untuk berotasi atau berputar disebut momen gaya atau
torsi. semakin besar torsi, semakin besar pengaruhnya terhadap gerakan
benda yang berotasi. dalam hal ini, semakin besar torsi, semakin besar
perubahan kecepatan sudut yang dialami benda. Perubahan kecepatan sudut
sama dengan percepatan sudut. Jadi kita bisa mengatakan bahwa torsi
sebanding alias berbanding lurus dengan percepatan sudut benda. Perlu
diketahui bahwa benda yang berotasi juga memiliki massa (Nurhudayah,
2019).
Bumi yang selalu dalam keadaan rotasi memiliki inersia rotasi. Jadi,
momen inersia adalah ukuran besarnya kecenderungan berotasi yang
ditentukan oleh keadaan benda atau partikel penyusunnya. Kecenderungan
sebuah benda untuk mempertahankan keadaan diam atau bergerak lurus
Applied Mechanics Laboratory Mechanical
Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University
beraturan disebut dengan Inersia (Tisarna, 2019).
Defenisi momen untuk mencari gaya-gaya reaksi tumpuan berbeda
dengan mencari momen pada satu titk. Hal ini salah satu faktor utama
kenapa orang sulit mempelajari ilmu mekanika teknik statika. Momen
terjadi apabila sebuah gaya bekerja mempunyai jarak tertentu dari titik yang
akan menahan momen tersebut dan besarnya momen tersebut adalah
besarnya gaya dikalikan dengan jaraknya. Satuan untuk momen adalah
satuan berat jarak (m, kgm, kgcm dan sebagainya) (Govindjee, 2020).
Momen inersia disebut juga dengan momen kelembaman. Data momen
inersia suatu penampang dari struktur diperlukan pada perhitungan-
perhitungan tegangan lentur, tegangan geser, tegangan torsi dan sebagainya.
Adapun momen inersia adalah suatu sifat kekakuan yang ditimbulkan
perkalian luas dengan kuadrat jarak ke suatu garis lurus atau sumbu. Momen
inersia dilambangkan dengan I (Govindjee, 2020). Ada dua macam momen
inersia yaitu:
a. Momen inersia linier yaitu momen inersia terhadap suatu garis lurus atau
sumbu. Jika terhadap sumbu x adalah Ix dan jika terhadap sumbu y adalah
Iy (Tisarna, 2019).
b. Momen inersia polar yaitu momen inersia terhadap suatu titik
perpotongan dua garis lurus atau sumbu. Dengan kata lain, bahwa inersia
polar adalah jumlah momen inersia linier terhadap sumbu x dan sumbu
y . Momen inersia polar dilambangkan dengan Ip (Tisarna, 2019).
Momen inersia menyatakan ukuran kelembaman suatu benda untuk
berotasi terhadap porosnya. Momen inersia suatu bendan bergantung pada
poros rotasinya, dimana semakin tersebar massa benda terhadap poros
rotasinya semakin besar juga momen inersianya. Momen inersia partikel (I)
merupakan hasil kali antara massa partikel (m) dan kuadrat jarak partikel
diukur dari sumbu putar (r2). Momen inersia sebuah partikel dirumuskan
sebagai berikut:
I =mr ²
Keterangan:
I = Momen inersia (kg.m2)
Applied Mechanics Laboratory Mechanical
Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University
m = Massa benda (kg)
r = Jarak partikel ke poros (m) (Tisarna, 2019).
Momen inersia untuk sistem partikel adalah:
2
I =Σ mi r i
Besarnya momen inersia tergantung pada bentuk benda, jarak sumbu
putar ke pusat massa, dan posisi benda relatif terhadap sumbu putar. Untuk
balok non prismatis perhitungan inersia dilakukan dalam metode numerik
(Tisarna, 2019).
Gerak rotasi dan translasi tidak dapat dipisahkan dari momen inersia. Hal
ini dikarenakan, momen inersia adalah besaran turunan yang dipengaruhi
oleh jari-jari suatu benda. Apabila suatu benda memiliki jari-jari maka
benda tersebut akan memiliki kecepatan sudut dan membuatnya berotasi
(Minan, Rizaldi, Nulaela, Nursetia, & Susilawati, 2018).
Jika momen inersia besar maka benda akan sulit untuk melakukan
perputaran dari keadaan diam dan semakin sulit berhenti ketika dalam
keadaan berotasi, itu sebabnya momen inersia juga disebut sebagai momen
rotasi (Minan, Rizaldi, Nulaela, Nursetia, & Susilawati, 2018).
Applied Mechanics Laboratory Mechanical
Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul
beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang
memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada
suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya
(collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse)
seluruh struktur. SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah
komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial
tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga
kali dimensi lateral terkecil (Dewantara, 2019).
Menurut Wang (1986) dalam bukunya menjelaskan bahwa jenis-jenis
kolom ada tiga, yaitu :
1. Kolom ikat (tie column).
2. Kolom spiral (spiral column).
3. Kolom komposit (composite column) (Dewantara, 2019).
Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan Dipohusodo, 1994), ada
tiga jenis kolom beton bertulang yaitu :
1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral
Kolom ini merupakan kolom beton yang ditulangi dengan batang
tulangan pokok memanjang, yang pada jarak spasi tertentu diikat dengan
pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan ini berfungsi untuk
memegang tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh pada tempatnya
(Revaldo, Supriani, & Islam, 2013).
2. Kolom menggunakan pengikat spiral
Bentuknya sama dengan yang pertama hanya saja sebagai pengikat
tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral yang dililitkan keliling
membentuk heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi dari tulangan
spiral adalah memberi kemampuan kolom untuk menyerap deformasi
cukup besar sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya
kehancuran seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan
tegangan terwujud (Revaldo, Supriani, & Islam, 2013).
Applied Mechanics Laboratory Mechanical
Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University
3. Kolom komposit
Kolom komposit merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat
pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau
tanpa diberi batang tulangan pokok memanjang (Revaldo, Supriani, &
Islam, 2013).
2. Kolom sirkular
Kolom sirkular adalah kolom yang dirancang khusus yang sebagian
besar digunakan dalam tiang pancang dan ketinggian bangunan
tertentu. Kolom sirkular dibuat dengan bekisting khusus yang lebih
sulit (Dewantara, 2019).
3. Kolom berbentuk L
Kolom berbentuk L adalah kolom yang digunakan di sudut-sudut
dinding bangunan dan memiliki karakteristik yang sama dari kolom 8
persegi panjang atau persegi. Kolom berbentuk L memiliki daya tahan
lebih baik terhadap gaya lateral (Dewantara, 2019).
4. Kolom berbentuk T
Kolom berbentuk T ini digunakan berdasarkan persyaratan desain
struktur. Kolom Berbentuk T banyak digunakan dalam pembangunan
jembatan (Dewantara, 2019).
5. Bentuk kolom baja
Ada berbagai standar dan bentuk bangun kolom baja. Bentuk
umum kolom baja termasuk H, I, dan T (Dewantara, 2019).
6. Bentuk kolom komposit
Kolom ini umumnya memiliki variasi bentuk penampang persegi,
persegi panjang dan lingkaran (Dewantara, 2019).
Kolom dibedakan menjadi dua, kolom dengan pengaku dan kolom tanpa
pengaku. Bila dalam suatu bangunan selain portal terdapat dinding–dinding
atau struktur inti yang memiliki gaya yang relatif tinggi dibanding dengan
portal, maka struktur demikian dikatakan struktur dengan pengaku
(Dewantara, 2019). Kolom akan melentur akibat momen dan momen
Applied Mechanics Laboratory Mechanical
Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University
tersebut akan cenderung menimbulkan tekanan pada satu sisi kolom dan
tarikan pada sisi lainnya. Tergantung pada besar relatif momen dan beban
aksial, banyak cara yang dapat menyebabkan runtuhnya kolom. Maka dapat
diketahui tipe kolom berdasarkan pembebanannya, yaitu :
1. Mengalami beban aksial yang besar dan memiliki eksentrisitas sebesar
nol sehingga tidak mengalami momen. Untuk kondisi ini, keruntuhan
akan terjadi oleh hancurnya beton dan semua tulangan dalam kolom
mencapai tegangan leleh dalam tekan (Gambar 2.10a).
2. Mengalami beban aksial besar dan memiliki eksentrisitas yang kecil
maka timbul momen yang kecil dengan seluruh penampang tertekan.
Jika suatu kolom menerima momen lentur kecil, seluruh kolom akan
tertekan tetapi tekanan disatu sisi akan lebih besar dari sisi lainnya.
Tegangan tekan maksimum dalam kolom akan sebesar 0,85fc ' dan
keruntuhan akan terjadi oleh runtuhnya beton dan semua tulangan
tertekan (Gambar 2.10b).
3. Eksentrisitas membesar sehingga gaya tarik mulai terjadi pada satu sisi
kolom. Jika eksentrisitas ditingkatkan dari kasus sebelumnya, gaya tarik
akan mulai terjadi pada satu sisi kolom dan baja tulangan pada sisi
tersebut akan menerima gaya tarik yang lebih kecil dari tegangan leleh.
Pada sisi yang lain tulangan mendapat gaya tekan (Gambar 2.10c).
4. Kondisi beban berimbang. Saat eksentrisitas terus ditambah, akan
dicapai suatu kondisi dimana tulangan pada sisi tarik mencapai leleh
dan pada saat yang bersamaan, beton pada sisi lainnya mencapai tekan
maksimum 0,85fc. Kondisi ini disebut kondisi pada beban berimbang,
balanced (Gambar 2.10d).
5. Mengalami momen yang besar dan beban aksial yang kecil. Jika
eksentrisitas terus ditambah, keruntuhan terjadi akibat tulangan meleleh
sebelum hancurnya beton (Gambar 2.10e)
6. Momen lentur murni. Pada kondisi ini, keruntuhan terjadi seperti halnya
pada sebuah balok (Gambar 2.10f) (Revaldo, Supriani, & Islam, 2013).
Applied Mechanics Laboratory Mechanical
Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University
Efek buckling terjadi pada sebuah kolom yang mendapat beban tekan
dalam arah aksial terhadap sumbu batang. Beban aksial tersebut apabila
sudah mencapai beban kritis dari kolom akan mengakibatkan defleksi
lateral. Beban kritis adalah beban kerja terkecil yang diterima kolom
sehingga terjadi defleksi lateral tersebut. Beban kritis nilainya lebih kecil
dari beban yang dibutuhkan kolom untuk rusak akibat pecah. Beban kritis
suatu kolom besarnya berbanding lurus dengan momen inersia kolom,
yang berarti semakin besar momen inersia penampang kolom maka beban
kritisnya akan semakin besar. Beban kritis sebuah kolom juga dipengaruhi
oleh kondisi tumpuan. Ada tiga alternatif kondisi tumpuan yang dapat
terjadi pada suatu kolom, yaitu tumpuan engsel-engsel, jepit-jepit dan
engsel-jepit. Beban kritis yangmapu diterima oleh kolom dapat ditentukan
dengan menggunakan rumus Euler. Rumus Euler dapat diturunkan dengan
cara berikut berdasarkan pada gambar dibawah, sebuah kolom mendapat
beban tekan aksial sehingga kolom akan akan mengalami defleksi lateral
(d) dan beban aksial tekan ini disebut dengan beban kritis atau beban
buckling (Sufiyanto, 2006).
Komponen mesin dikatakan gagal atau mengalami kegagalan jika
komponen mesin tersebut menunjukkan gejala tidak mampu lagi
melakukan fungsinya dengan baik. Kegagalan komponen mesin dapat
disebabkan oleh beban statik maupun beban dinamik yang bekerja pada
komponen tersebut. Komponen yang mengalami pembebanan dinamis
dapat mengalami kegagalan walaupun tegangan kerja yang diterima jauh
Applied Mechanics Laboratory Mechanical
Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University
lebih kecil dari batas kekuatan ijin material (Sufiyanto, 2006).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.2.2 Bahan
1. Baja sebagai objek percobaan.
a. Momen Inersia
3
bh
I y=
12
3
(20 mm)( 4 mm)
¿
12
¿ 106 , 67 mm
b. Beban Kritikal
2
π EIy
F krit = 2
L
( 3 ,14 )2 (2× 105 N /mm2 )(106 , 67 mm)
¿ 2
(650 mm)
2
¿ 497,857 N /mm
Applied Mechanics Laboratory Mechanical
Baja (Engsel - Engsel)
12 11.27
Engineering Department
10
Deflection (mm)
6
4.13
4
2.35
2
0
300 400 500
Force (N)
a. Momen Inersia
3
bh
I y=
12
3
(20 mm)( 4 mm)
¿
12
¿ 106 , 67 mm
b. Beban Kritikal
2
π EIy
F krit = 2
L
( 3 ,14 )2 (2× 105 N /mm2 )(106 , 67 mm)
¿ 2
(680 mm)
Applied Mechanics Laboratory Mechanical
Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University
2
¿ 454,897 N /mm
0.5
0.48
0.4
Deflection (mm)
0.4
0.3
0.3
0.2
0.1
0
300 400 500
Force (N)
a. Momen Inersia
Applied Mechanics Laboratory Mechanical
Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University
3
bh
I y=
12
3
(20 mm)( 4 mm)
¿
12
¿ 106 , 67 mm
b. Beban Kritikal
2
π EIy
F krit = 2
L
( 3 ,14 )2 (2× 105 N /mm2 )(106 , 67 mm)
¿ 2
(750 mm)
2
¿ 373,946 N /mm
0.7
0.6
0.5 0.6
0.4 0.5
0.3
0.2
0.1
0
300 400 500
Force (N)
Applied Mechanics Laboratory Mechanical
Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University
4.1.2 Beban Silang
Material : Baja / Engsel – Engsel
L = 595 mm h = 6 mm
4 2
b = 25 mm E=11×10 N /mm
a. Momen Inersia
3
bh
I y=
12
( 25 mm ) (6 mm)3
¿
12
¿ 450 mm
b. Beban Kritikal
2
π EIy
F krit = 2
L
0.55
0.6
0.45
0.5
0.37 0.58
0.35
Deflection (mm)
0.4
Force (Q=5)
Force (Q=10)
0.3 0.15 Force (Q=15)
0.2
0.28 0.32
0.1
0
250 350 450
Force (N)
BAB V
Applied Mechanics Laboratory Mechanical
Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University
PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan Umum
5.1.1 Penerapan Buckling Pada Sepeda Motor
Baja (Engsel-engsel)
11.27
12
10
Deflection (mm)
8
6 4.13
4 2.35
2
0
300 400 500
Force (N)
Deflection (mm)
0.4 0.48
0.4
0.3
0.3
0.2
0.1
0
300 400 500
Force (N)
Force (N)
0.37
0.4 0.35 0.45
Force (Q=5)
0.3
0.28 0.32 Force (Q=10)
0.2
Force (Q=15)
0.1 0.15
0
250 350 450
Force (N)
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Besar kecilnya beban yang terjadi pada suatu batang akan mempengaruhi
nilai deformasi. Besar kecilnya gaya yang diberikan pada struktur
berbanding lurus dengan besarnya deformasi yang terjadi. Dengan kata
lain, semakin besar beban yang dialami struktur maka defleksi yang
terjadi akan semakin besar.
2. Jika suatu batang memiliki torsi yang besar maka defleksi yang terjadi
pada batang akan semakin kecil. Dengan kata lain, torsi berbanding
terbalik dengan deformasi yang terjadi pada suatu batang.
3. Dari hasil percobaan didapatkan, material baja memiliki deformasi yang
terkecil, kemudian material kuningan, dan deformasi yang tebesar adalah
pada material aluminium. Namun, jika ditinjau dari ketebalan material,
aluminium memiliki ketebalan yang tebesar kemudian baja dan
dilanjutkan kuningan.
4. Modulus elastisitas mempengaruhi besarnya deformasi yang terjadi pada
suatu batang, jika modulus elastisitas suatu batang bertambah maka
deformasi pada suatu batang akan berkurang. Dengan kata lain, deformasi
Applied Mechanics Laboratory Mechanical
Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University
berbanding terbalik dengan besarnya defleksi yang tejadi pada suatu
batang.
6.2 Saran
6.2.1 Untuk Laboratorium
1. Mengganti alat laboratorium yang rusak.
2. Menambah pendingin ruangan.
3. Menjaga kebersihan laboratorium.
6.2.2 Untuk Asisten
1. Tetap sabar terhadap praktikan.
2. Cara menjelaskan materi dipertahankan.
3. Menjaga hubungan baik dengan praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, S., & Yunus. 2018. Analisa Perhitungan Teoritis Rancang Bangun
Mesin Pres Baglog Jamur Sistem Pneumatik. JRM. Volume 04 No. 03,
109-113.
Bueche, J.F., Hecht E. 2006. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh. Jakarta :
Erlangga.
Didik, E., Mardjuki, & Jumiadi. 2015. Analisa Pengaruh Deformasi Plastis
Terhadap Struktur Mikro dan Kekerasan Pada Baja ST.42. Transmisi, Vol.
XI- Edisi-1, 19-26.
Hendrawan, A. N., Kusnayat, A., & Nugroho, Y. D. (2021). Uji Tingkat Keausan
Blade Pada Mesin Hammer Mill menggunakan Metoda Finite Element
Methods (FEM). e-Proceeding of Engineering, Vol. 8, No.2, 2609-2616.
Lestari, N., Kurniawan, S. D., & Yudhanto, B. 2018. Tube Bending Machine for
Home Industry Scale. Senatik, Vol. IV, 81-84.
Nevara, H., & Masri, A. (2021). Perancangan Tableware Bonggol Jagung Dengan
Memanfaatkan Teknik Bending. Fad.
Prasetyo, I. 2020. Studi Eksperimen Lentur dan Defleksi Balok Beton dengan
Tulangan Puntir Plat Baja Segi Empat Ukuran 3 x 15 x 1000 MM. Teknik
Sipil, Universitas Negeri Semarang, 24-26.
Sari, N. H., & Sinarep. 2011. Analisa Kekuatan Bending Komposit Epoxy dengan
Penguatan Serat Nilon. Skripsi. Teknik Mesin, Universitas Mataram NTB,
1-6.
Applied Mechanics Laboratory Mechanical
Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University
Tefa, M. 2017. Pengukuran Modulus Young dengan Analisis Getaran sebuah
Batang Aluminium. skripsi. Universitas Sanata Dharma.Yogyakarta.
LAMPIRAN