KELOMPOK 2
ANGGOTA :
• Epa yanti | 1210172220122002
• Wahyudin Abubakar | 1210172220122009
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Sebenarnya dalam kehidupan kita sehari-hari, kita sering mempraktikan ilmu-ilmu fisika,
baik yang sudah kita pelajari maupun yang belum kita pelajari. Namun seringnya kita tidak
menyadari dan tidak paham akan hal itu. Sebagai contoh hal yang berhubungan dengan fisika
yang sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari adalah sebuah karet gelang yang kita
rentangkan, jika kita lepaskan akan kembali ke bentuknya semula. Itulah yang menandakan
adanya sifat elastis benda yang kita kenal dengan keelastisitasan. Semua benda nyata, jika diberi
gaya, akan berubah dibawah pengaruh gaya yang bekerja padanya. Perubahan bentuk atau
volume tersebut ditentukan oleh gaya antarmolekulnya.
Untuk membedakan kedua jenis bahan benda antara benda elastis dan benda plastis, maka
didefinisikan suatu sifat bahan yang disebut elastisitas. Jadi, elastisitas merupakan salah satu
mekanik bahan yang dapat menunjukkan kekuatam, ketahanan, dan kekakuan bahan tersebut
terhadap gaya luar yang diterapkan pada bahan tersebut. Nilai keelastisitasan ini disebut juga
modulus young.
BAB II
PEMBAHASAN
𝐺𝑎𝑦𝑎 𝐹
Tegangan = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 atau σ = 𝐴
Tegangan merupakan sebuah besaran skalar dan memiliki satuan N/m² atau Pascal (Pa).
F adalah gaya (N), dan A adalah luas penampang (m²).
Dalam praktek keteknikan intensitas gaya tersebut diuraikan menjadi tegak lurus dan
sejajar dengan irisan yang sedang dianalisis. Penguraian intensitas gaya ini dapat dilihat pada
Gambar 2.1, sehingga menghasilkan tegangan normal dan geser.
1. Tegangan Normal adalah intensitas gaya per unit luasan. Tegangan normal dibedakan
menjadi tegangan normal tekan atau kompersi dan tegangan normal Tarik. Apabila gaya-
gaya dikenakan pada ujung-ujung batang sedemikian rupa sehingga batang dalam kondisi
tertarik, maka terjadi tegangan tarik pada batang, jika batang dalam kondisi tertekan maka
terjadi tegangan tekan.
2. Tegangan Geser adalah tegangan yang terjadi jika suatu benda bekerja dengan dua gaya
yang berlawanan arah, tegak lurus sumbu batang, tidak segaris gaya namun pada
penampangnya tidak terjadi momen.
Contoh nyata bekerjanya tegangan normal dan geser dapat dilihat pada Gambar 2.2,
di mana pada batang baja bekerja tegangan normal positif pada Abaja sedangkan pada
sambungan baut bekerja tegangan geser pada Abaut.
➢ Regangan
Perubahan relatif dalam ukuran atau bentuk suatu benda karena pemakaian
tegangan disebut regangan (strain). Regangan adalah suatu besaran yang tidak
memiliki dimensi karena rumusnya yaitu meter per meter. Definisi regangan
berdasarkan rumusnya adalah perubahan panjang ∆L dibagi dengan panjang awal
benda L . Secara matematis dapat ditulis:
𝑷𝒆𝒏𝒂𝒎𝒃𝒂𝒉𝒂𝒏 𝑷𝒂𝒏𝒋𝒂𝒏𝒈 ∆𝑳
𝑹𝒆𝒈𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 = 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝒆 =
𝑷𝒂𝒏𝒋𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒖𝒍𝒂 − 𝒎𝒖𝒍𝒂 𝑳𝒐
1. Regangan Normal Berdasarkan dimensi panjang elemen batang (L0) yang menerima
beban tarik sebesar P (Gambar 2.3), akan terjadi perpanjangan sebesar ∆L pada elemen
batang. Besaran regangan normal dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan berikut:
∆𝐋
ε=
𝐋₀
2. Regangan Geser ini timbul akibat bekerjanya gaya geser pada elemen batang.
Fenomena regangan geser dapat dilihat pada Gambar 2.4.
3. Regangan Volumetric suatu benda yang menerima gaya luar yang bekerja ke segala
arah, akan menyebabkan terjadinya perubahan volume. Perubahan per satuan volume
yang dihitung berdasarkan volume awalnya disebut regangan volumetric.
1. Bahan / Material
2. Logam ( Ferro / non Ferro )
3. Non Logam ( Kayu, Keramik etc. )
Jenis Pembebanan
Jenis Beban
1. Beban Statik
2. Beban Dinamik Ulang
3. Beban Dinamik Ganti
4. Beban Dinamik Umum
➢ Beban Statik terdapat pada penyangga, tiang, sambungan atap, termasuk didalamnya
konstruksi kran ( katrol ) dan jembatan.
Fm
sB ( atau tB ) = ( N mm2 )
A0
Keterangan :
sB = Batas patah ( N / mm2 )
Fm = Beban maksimum atau beban patah ( N )
A0 = Penampang awal dari batang uji ( mm2 )
➢ Angka keamanan
Beberapa pertimbangan untuk menentukan besarnya angka keamanan
Angka keamanan kecil apabila :
1. Besarnya gaya luar diketahui dengan pasti
2. Patahnya elemen konstruksi yang bersangkutan tidak membawa akibat yang fatal
terhadap keseluruhan konstruksi.
3. Kerusakan dari elemen konstruksi yang bersangkutan dapat diatasi dengan cepat.
➢ Efek Lekuk adalah efek yang menurunkan batas tegangan kontinyu ( kekuatan ) material
yang terutama disebabkan oleh perubahan penampang sisi luar, misalnya :
1. Slot / alur ( groove ).
2. Lekuk bubut ( undercut ).
3. Pundak poros ( shoulder ).
4. Lubang bor yang melintang
5. Dan lain-lain.
E = konstanta proporsionalitas
σ = tegangan
ε = regangan
σ
Maka : ε
Hukum Hooke menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang linear atau proporsional antara
tegangan dan regangan suatu material
E=σε
➢ Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas sering disebut sebagai Modulus Young yang merupakan
perbandingan antara tegangan dan regangan aksial dalam deformasi yang elastis, sehingga
modulus elastisitas menunjukkan kecenderungan suatu material untuk berubah bentuk dan
kembali lagi kebentuk semula bila diberi beban (SNI 2826-2008).
Modulus elastisitas merupakan ukuran kekakuan suatu material, sehingga semakin
tinggi nilai modulus elastisitas bahan, maka semakin sedikit perubahan bentuk yang terjadi
apabila diberi gaya. Jadi, semakin besar nilai modulus ini maka semakin kecil regangan
elastis yang terjadi atau semakin kaku
Besarnya pertambahan panjang yang dialami oleh setiap benda ketika merenggang
adalah berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung dari elastisitas bahannya.
Sebagai contoh, akan lebih mudah untuk meregangkan sebuah karet gelang daripada besi
pegas. Untuk merenggangkan sebuah besi pegas membutuhkan ratusan kali lipat dari tenaga
yang dibutuhkan untuk merenggangkan sebuah karet gelang.
Ketika diberi gaya tarik, karet ataupun pegas akan meregang dan mengakibatkan
pertambahan panjang baik pada karet gelang ataupun besi pegas. Besarnya pertambahan
yang terjadi tergantung pada elastisitas bahannya dan seberapa besar gaya yang bekerja
padanya. Semakin elastis sebuah benda, maka semakin mudah benda tersebut untuk
dipanjangkan atau dipendekan. Semakin besar gaya yang bekerja pada suatu benda, maka
semakin besar pula tegangan dan regangan yang terjadi pada benda itu, sehingga semakin
besar pula pemanjangan atau pemendekan dari benda tersebut. Jika gaya yang bekerja
berupa gaya tekan, maka benda akan mengalami pemendekan, sedangkan jika gaya yang
bekerja berupa beban tarik, maka benda akan mengalami perpanjangan.
Bisa disimpulkan bahwa regangan (ε) yang terjadi pada suatu benda berbanding
lurus dengan tegangannya (σ) dan berbanding terbalik terhadap ke elastisitasannya. Ini
dinyatakan dengan rumus :
Bila nilai E semakin kecil, maka akan semakin mudah bagi bahan untuk
mengalami perpanjangan atau perpendekan.
jika kita menguraikan rumus tegangan dan regangan didapat persamaan:
Dalam SI, satuan Modulus Young sama dengan satuan tegangan (N/m2), karena
pembagian tegangan dengan regangan tidak menimbulkan pengurangan satuan (regangan
tidak memiliki satuan). Semakin besar nilai modulus suatu benda, maka semakin sulit benda
tersebut dapat memanjang, dan sebaliknya.
• Jika modulus elastisitas menyatakan perbandingan antara tegangan terhadap
regangan volume, maka disebut dengan Modulus Bulk yang menunjukkan besarnya
hambatan untuk mengubah volume suatu benda, dan
• Jika modulus elastisitas menyatakan perbandingan antara tegangan terhadap
regangan shear, maka disebut dengan Modulus Shear yang menunjukkan hambatan
gerakan dari bidang- bidang benda padat yang saling bergesekan.
Diagram tegangan-regangan untuk baja struktural tipikal yang mengalami tarik diperlihatkan
pada gambar di atas.
Hasil-hasil pengujian biasanya tergantung pada benda uji. Karena sangat kecil
kemungkinannya kita menggunakan struktur yang ukurannya sama dengan ukuran benda uji,
maka kita perlu menyatakan hasil pengujian dalam bentuk yang dapat diterapkan pada elemen
struktur yang berukuran berapapun. Cara sederhana untuk mencapai tujuan ini adalah dengan
mengkonversikan hasil pengujian tersebut ke tegangan dan regangan.
Setelah melakukan uji tarik atau tekan dan menentukan tegangan dan regangan pada
berbagai taraf beban, kita dapat memplot diagram tegangan dan regangan. Diagram tegangan-
regangan merupaka karakteristik dari bahan yang diuji dan memberikan informasi penting
tentang besarab mekanis dan jenis perilaku. Bahan baja struktural, yang dikenal dengan baja
lunak atau baja karbon rendah. Baja struktural adalah salah satu bahan metal yang paling banyak
digunakan untuk gedung, jembatan, menara, dan jenis struktur lain.
Dimana diagram dimulai dengan garis lurus dari pusat sumbu 0 ke titik A, yang berarti
bahwa hubungan antara tegangan dan regangan pada daerah ini linier dan proporsional, dimana
titik A tegangan maksimum, tidak terjadi perubahan bentuk ketika beban diberikan disebut
batas elastis, jadi tegangan di A disebut limit proporsional, dan OA disebut daerah elastis.
Tegangan luluh dan tegangan ultimit dari suatu bahan disebut juga masing-masing
kekuatan luluh dan kekuatan ultimit. Kekuatan adalah sebutan umum yang merujuk pada
kapasitas suatu struktur untuk menahan beban. Sebagai contoh kekuatan luluh dari suatu balok
adalah besarnya beban yang dibutuhkan untuk terjadinya luluh di balok tersebut, dan kekuatan
ultimit dari suatu rangka batang adalah beban maksimum yang dapat dipikulnya, yaitu beban
gagal. Tetapi dalam melakukan uji tarik untuk suatu bahan, didefinisikan kapasitas pikul beban
dengan tegangan di suatu benda uji, bukannya beban total yang bekerja pada benda uji. Karena
itu, kekuatan bahan biasanya dinyatakan dalam tegangan.
dari origin sampai batas proporsi. Selang plastis (plastic ranges), yaitu rentang kurva
tegangan-regangan yang ditarik dari batas proporsi sampai runtuh.
3) itik leleh, yaitu titik dimana terjadi peningkatan atau penambahan regangan tanpa
adanya penambahan tegangan. Setelah pembebanan mencapai titik leleh, maka
selanjutnya dikatakan terjadi kelelehan.
4) Tegangan maksimum, terjadi dimana titik maksimum pada kurva diketahui
sebagai tegangan maksimum atau tegangan puncak dari bahan. Sedangkan
5) Tegangan putus, terjadi di titik dimana tegangan putus dari bahan.
6) Modulus Kekenyalan, keuletan (modulus of resilence), yaitu kemampuan bahan
menyerap energi pada selang elastisnya.
7) Sedangkan batas kekenyalan, yaitu kerja yang dilakukan suatu unit volume bahan
dengan gaya tarikan yang dinaikan secara bertahap dari nol sampai batas proporsi.
Dan Modulus Kekerasan (modulus of toughness), yaitu kerja yang dilakukan suatu
unit bahan dari nol sampai keruntuhan. Kekerasan bahan adalah kemampuan untuk
menyerap energi pada selang plastis dari bahan. Persentase pengurangan luas
penampang, yaitu penurunan luas penampang dari luasan awal pada bagian patah
dibagi dengan luasan awalnya dikalikan dengan seratus. Sedangkan persentase
pertambahan Panjang (elongation), yaitu pertambahan panjang setelah patah dibagi
dengan Panjang awal dan dikalikan dengan seratus.
8) Kekuatan lelah (yield strength), sisa regangan, yaitu dimana bahan mengalami
perubahan bentuk atau deformasi yang tetap ketika pembebanan dipindahkan.
Perubahan bentuk biasanya diambil 0,0035. Modulus tangen, yaitu laju perubahan
tegangan terhadap perubahan regangan, dan merupakan bentuk modulus sesaat.
Koefisien ekspansi linier, yaitu perubahan panjang per unit panjang suatu batang
lurus karena perubahan suhu sebesar satu derajat.
1.6 Deformasi
Deformasi merupakan perubahan bentuk, dimensi dan posisi dari suatu materi baik dari
suatu materi baik merupakan bagian dari alam ataupun buatan manusia dalam skala waktu dan
ruang. Deformasi dapat terjadi jika suatu benda atau materi dikenai gaya(Force).
Deformasi terbagi menjadi dua jenis yaitu deformasi elastis dan deformasi plastis.
Deformasi elastis adalah deformasi atau perubahan bentuk yang disebabkan oleh pemberian
beban, dimana apabila beban dihilangkan maka bentuk dan ukuran akan kembali kebentuk
semula atau deformasi yang terjadi akan hilang. Daerah deformasi elastis berlaku hukum
hooke yaitu regangan akan sebanding dengan tegangan sesuai dengan modulus elastisitas.
Deformasi elastis terjadi pada tegangan yang rendah dan mempunyai tiga karakteristik
utama, yaitu:
Sedangkan Deformasi plastis adalah perubahan bentuk yang merupakan kelanjutan dari
deformasi elastis yang bersifat permanen meskipun beban dihilangkan.
Bila suatu benda kerja dikenai bebean sampai pada daerah plastis, maka perubahan bentuk
yang terjadi adalah gabungan anatara deformasi elastis dan deformasi plastis. Penjumlahan dari
kedua deformasi ini merupakan deformasi total. Bila beban yang bekerja ditiadakan, maka
deformasi elastis akan hilang juga, sehingga yang tertinggal adalah deformasi plastis. Jadi
deformasi plastis merupakan deformasi yang tertinggal setelah gaya bekerja dilepas, atau setelah
benda kerja menjadi produk baru. Sederhananya, produk akhir dari sebuah proses deformasi
merupakan produk yang memiliki deformasi plastis.
BAB III
PENUTUP
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami sebagai pembuat makalah ini mohon maaf apabila ada
kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas. Dan
kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan saya ucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA