MEKANIKA BAHAN
TENTANG : KOLOM
Oleh Dosen: Sudarwin Hasyim, S. T.,M.T
KELOMPOK 3
ANGGOTA :
TAHUN 2022/2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, saya panjatkan puja dan puji
syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas makala dengan
judul “Kolom” oleh dosen pengampuh mata kuliah Mekanika Bahan ,bpk
Sudarwin Hasyim, S.T.,M.T .
Makala ini telah kami susun dengan semaksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makala ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar saya dapat memperbaiki makala ini.
Akhir kata kami berharap semoga makala ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
3.1. Kesimpulan...............................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut SK SNI T-15-1991-03 kolom adalah suatu komponen struktur
bangunan yang tugas utamanya untuk menyangga beban aksial (searah sumbu
penampang) tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak
tiga kali dimensi lateral terkecil. Komponen struktur yang menahan beban aksial
vertikal dengan rasio bagian tinggi dengan dimensi lateral terkecil kurang dari
tiga, dinamakan pedestal. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan
berat bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang),
serta beban hembusan angin.
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul
beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang
peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom
merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang
bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko,
1996).
4
1.2 Rumusan Masalah
Pada makalah ini penulis ingin membahas tentang:
1. Apa arti penting kolom pada suatu bangunan ?
2. Membedakan Jenis-jenis kolom?
3. Detail penulangan kolom ?
4. Kolom tulangan seimbang ?
5. Definisi kolom eksentrisitas kecil ?
6. Merencanakan kolom eksentrisitas kecil ?
7. Definisi kolom eksentrisitas besar ?
8. Efek kelangsingan kolom ?
9. Menggunakan rumus pendekatan empiris ?
10. Mejelaskan faktor reduksi kekuatan untuk kolom ?
11. Merencanakan struktur kolom ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah, sebagai berikut:
1. Mengetahui arti penting kolom pada suatu bangunan
2. Mengetahui perbedaan jenis-jenis kolom
3. Mengetahui detail penulangan kolom
4. Mengetahui kolom tulangan seimbang
5. Mengetahui definisi kolom eksentrisitas kecil
6. Dapat merencanakan kolom eksentrisitas kecil
7. Mengetahui definisi kolom eksentrisitas besar
8. Mengetahui efek kelangsingan kolom
9. Mengetahui rumus pendekatan empiris
10. Mengetahui faktor reduksi kekuatan untuk kolom
11. Dapat merencanakan struktur kolom
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
3. Struktur kolom komposit, merupakan komponen struktur tekan yang
diperkuat pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan
atau tanpa diberi batang tulangan pokok memanjang. (gambar 2.1.c)
Pembahasan tentang kolom dalam bab ini dibatasi hanya untuk jenis
yang pertama yaitu kolom persegi dengan menggunakan persegi dengan
menggunakan pengikat sengkang lateral.
7
eksentris kecil sangat jarang dijumpai. Meskipun demikian untuk memperoleh
dasar-dasar pengertian perilaku kolom, pertama-tama akan akan dibahas kolom
dengan beban tekan aksial eksentrisitas kecil. Apabila beban tekan P berhimpit
dengan sumbu memanjang , berarti tanpa eksentrisitas, maka perhitungan teoritis
menghasilkan tegangan merata pada permukaan tegangan merata pada permukaan
penampang melintangnya.
Sedangkan apabila gaya tekan tersebut bekerja pada suatu tempat
berjarak e yaitu terhadap sumbu memanjang, kolom cenderung mlentur seiring
timbulnya momen yaitu :
M=P.e
Kondisi pembebanan tanpa eksentrisitas yang merupakan keadaan
khusus, kuat beban aksial nominal atau teoritis dapat diungkapkan sebagai
berikut:
Po = 0,85.fc´.( Ag-Ast) + (fy.Ast)
Eksentrisitas beban dapat terjadi akibat timbulnya momen yang antara
lain disebabkan oleh kekangan pada ujung-ujung kolom yang dicatak secara
monolit dengan komponen lain , pelaksanaan pemasangan yang kurang sempurna
ataupun penggunaan mutu bah\an yang tidak merata. Maka sebagai factor reduksi
kekuatan untuk memperhitungkan eksentrisitas minimum, peraturan memberikan
ketentuan bahea kekuatan nominal kolom dengan pengikat sengkang direduksi
20%.
Ketentuan tersebut diatas akan memberikan kuata tekan beban aksial
maksimum seperti berikut:
∅ .Pn (maks)=0,80 ∅ .(0,85.fc´(Ag-Ast ) + fy.Ast)
Rumus yang telah diuraikan diatas adalah kekuatan dari penampang untuk
menahan gaya-gaya dari luar yang bekerja pada kolomtersebut yaitu berupa beban
aksial terfaktor dengan eksentrisitas (Pu). Adapun hubungan antara kuat tekan
beban aksial nominal dengan beban aksial terfaktor eksentrisitas adalah sebagai
berikut:
Pu ≤∅ Pn
8
Notasi:
Beban aksial bekerja dalam arah sejajar sumbu memanjang dan titik
kerjanya tidak harus dipusat berat kolom, berada didalam penampang melintang
atau pusat geometrik. Dalam memperhitungkan kuat tekan kolom terhadap beban
aksial eksentrisitas kecil digunakan dasar anggapan bahwa akibat bekerjanya
beban batas (ultimit), beton akan mengalami tegangan sampai nilai 0,85.fc’ dan
tulangan bajanya mencapai tegangan luluh fy. Sehingga untuk setiap penampang
kolom, kuat beban aksial nominal dengan eksentrisitas kecil dapat langsung
dihitung dengan menggunakan gaya-gaya dalam dari beton dan tulangan baja
waktu mengalami tegangan pada tingkat kuat maksimum tersebut.
9
menggunakan nilai lebih dari 4% agar penulangan tidak berdesakan terutama pada
titik-titik pertemuan balok-balok, plat, dengan kolom. Sesuai dengan SK-SNI-
T15-1991-03 pasal 3.3.9, penulangan untuk kolom berpengikat sengkang bentuk
segi empat minimal terdiri dari 4 batang tulangan. menurut SNI 03-2847-2002,
penulangan pokok pada kolom dengan pengikat spiral minimal 6 batang,
sedangkan untuk sengkang segiempat adalah 4 batang, dan segitiga minimal
adalah 3 batang.
10
Macam-macam susunan penulangan untuk kolom berbentuk persegi
dapat dilihat pada gambar, sebagai berikut:
11
Untuk kolom dengan pengikat sengkang
- Ø Pn maks = 0,8. Ø (0,85.fc’ (Ag – Ast) + fy.Ast))
- ρ g = Ast/Ag → Ast = ρ g . Ag
Maka diperoleh,
Pu
Ag perlu =
0,8 . ∅ .(0,85 . f c ' (1−ρ ) + fy . ρg)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk menentukan bentuk dan ukuran
kolom berdasarkan rumus diatas, banyak kemungkinan serta pilihan yang dapat
memenuhi syarat kekuatan untuk menopang sembarang beban Pu. Banyak
Pertimbangan dan faktor lain yang berpengaruh pada pemilihan bentukdan ukuran
kolomdiantaranya ialah pertimbangan dan persyaratan arsitekturalatau
pelaksanaan pembangunan yang menghendaki dimensi struktur seragam untuk
setiap lantai agar menghemat acuan kolom dan perancahnya.
a. Analisis
1. Pemeriksaan apakah ρg masih dalam batas yang memenuhi syarat , 0,01
≤ ρ ≤0,08
2. Pemeriksaan jumlah tulangan pokok memanjang untuk mendapatkan jarak
bersih antar batang tulangan. Untuk kolom berpengikat sengkang paling
sedikit 4 batang.
3. Menghitung kuat beban aksial maksimum ∅ . Pn (maks).
12
4. Pemeriksaan penulangan lateral (tulangan pengikat). Untuk pengikat
sengkang periksa dimensi batang tulangannya, jarak spasi, dan susunan
penampang dalam hubungannya dengan batang tulangan memanjang.
b. Perencanaan
1. Menentukan kekuatan bahan-bahan yang dipakai. Tentukan rasio penulangan
yang direncanakan apabila diinginkan.
2. Menentukan beban rencana terfaktor Pu.
3. Menentukan luas kotor penampang kolom yang diperlukan (Ag).
4. Memilih bentuk dan ukuran penampang kolom , gunakan bilangan bulat.
5. Menghitung beban yang dapat didukung oleh beton dan baja tulangan pokok
memanjang. Tentukan luas penampang batang tulangan baja memanjang yang
diperlukan, kemudin pilih batang tulangan yang akan dipakai.
6. Merancang tulangan pengikat, dapat berupa tulangan sengkang.
7. Buat sketsa rancangannya.
Luas penampang tulangan baja Ast adalah jumlah seluruh tulangan pokok
memanjang. Oleh karena yang bekerja adalah beban sentris, dianggap keseluruhan
penampang termasuk tulangan pokok memanjang menahan gaya desak secara
13
meata. Dengan sendirinya pada penampang seperti ini tidak terdapat garis netral
yang memisahkan daerah tarik dan daerah tekan.
14
Awal keruntuhan kolom dengan eksentrisitas besar terjadi dengan diketahui
luluhnya batang tulangan tarik. Seperti telah dikemukakan diatas, peralihan dari
keadaan hancur karena tekan kehancur karena tarik terjadi pada saat e = eb.
Apabila terdapat e > eb atau Pu < Pub akan terjadi kehancuran tarik yang diawali
dengan luluhnya batang tulangan tarik. Demikian pula sebaliknya, jika Pu > Pub,
maka akan terjadi kehancuran tekan yang diawali dengan hancurnya beton tekan.
Kolom merupakan struktur yang riskan terhadap bahaya tekuk, sehingga hal
ini akan mempengaruhi perhitungan struktur kolom secara keseluruhan. Kolom
yang memiliki ketinggian yang berbeda, walaupun memiliki dimensi penampang
yang sama, akan memiliki kemampuan menahan beban tekan aksial yang berbeda
pula. Pengaruh momen yang terjadi peda kolom sudah tentu akan memperbesar
beban yang terjadi. Dengan kata laingsing semakin suatu kolom, maka
kemampuan kolom menahan beban akan semakin mengecil.
15
Pembahasan pada buku ini hanya akan meninjau kolom dengan struktur
sedemikian rupa sehungga efek dari kelangsingan kolom dapat diabaikan. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara mendesain kolom sedemikianrupa sehingga hal
tersebut dapat terpenuhi.
16
awal yang sangat menentukan panjang atau singkatnya seluruh proses. Untuk
mendapatkan arah langkah perhitungan yang efisien, kadang-kadang diperlukan
penggunaan prosedur pendekatan yang lebih prektis sebagai penentun awal.
1. Penempatan tulangan diatur simetris dalam satu baris sejajar terhadap sumbu
lentur penampang persegi, As = As’
2. Tulangan tekan telah meluluh, fs’ = fy
3. Luas beton yang ditempati batang tulangan tekan diabaikan dalam perhitungan
4. Tinggi balok teganggan ekuivalen adalah 0,54.d, setara dengan nilai a rata-rata
untuk penampang persegi dalam keadaan seimbang.
5. Keruntuhan karena tekan yang menentukan.
Diagaram interaksi kolom yang menahan kombinasi beban aksial dan
momen lentur digambarkan sebagaimana gambar dibawah ini.
17
Persamaan Whitney memberikan dua persamaan untuk merencanakan
penampang persegi berdasarkan kondisi kehancuran yang akan dialami oleh
kolom :
a. Kehancuran tekan yang menentuka
' '
A s . fy b.h.f c
Pn =
[
e
( d−d )
'
+0,5
]
+ 3. h . e
d
2 [ ]
+1,18
Pn = 0,85.fc’.b.d. h−2. e +
2. d [( ) √( h−2. e
2.d ) ( )]
+ 2. m. ρ 1−
d'
d
Notasi :
fy
m= '
0,85. f c
e’ = ( e + ( d−h/ 2 ) )
ρ = ρ ' = As/(b.d)
a. Untuk kuat rencana θ.Pn < salah satu dari nilai 0,1.fc’.Ag atau θ.Pb ( ambil
nilai yang terkecil ), maka rasio penulangan komponen < 0,75 .pb dari
penampangan yang mengalami lentur tanpa beban aksial.
Persyaratan tersebut sejalan dengan konsep daktilitas komponen struktur yang
menahan momen lentur dengan beban aksial kecil, dimana dikehendaki agar
keruntuhan diawali dengan meluluhnya batang tulangan tarik terlebih dahulu.
Sejalan dengan hal tersebut,untuk komponen dengan beban aksial kecil
diijinkan untuk memperbesarkan faktor reduksi kekeuatannya,lebih besar dari
nilai yang digunakan bila komponen yang bersangkutan hanya menahan
beban aksial tekan sentris.
18
SK SNI menetapakan bahwa nilai θ untuk kolom berpengikat sengkang
adalah 0,65.namun nilai tersebut dapat ditingkatakan secara lincar sampai
0,80 seharga dengan nilai θ.Pn yang berkurang dari 0,1.fc’.Ag sampai dengan
0. Sebagai pembatasan tambahan adalah bahwa fy tidal lebih dari 400 Mpa.
Variasi nilai faktor reduksi kekuatan θ yang sesuai dengan peraturan tersebut
diatas dinyatakan dalam persamaan berikut ini :
0,20. θ Pn
→Kolom dengan pengikat sengkang : Ø = 0,80 – ≥ 0,65
0,1. f c ' . Ag
Pada persamaan di atas Pu = θ.Pn, dan apabila θ.pnb< 0,1.Ag.fc’, Maka pada
persamaan untuk kolom berpengikat sengkang. Nilai 0,1.Ag.fc’ diganti dengan
0,65.pnb.
19
k .lu
r
< 34 -12.(Mlb
M 2b )
Notasi :
K = factor panjang efektif tahanan ujung ( tergantung jenis tumpuan ujung-
ujungnya),
Lu = panjang komponen struktur tekan yang tidak ditopang (mm)
r = jari-jari putaran potongan lintang komponen struktur tekan (mm) untuk
kolom persegi ditetapkan sebesar 0,3.h, dimana h adalah ukuran dimensi
kolom persegi paada arahh bekerjanya momen.
M1b= momen ujung terfakor kolom,nilainya selalu lebih kecil dari M2b dan
bernilai negatif (-) jika terlentur dalam lengungan ganda dn positif (+) jika
terlenturkan dala lengkungan tunggal,
M2b = momen ujung terfaktor kolom,nilainya selalu lebih besar dari M1b selalu
bernilai positif (+).
Untuk menentukan besarnya nilai faktor panjang efektif (k), maka dapat
dilihat dala penjelasan berikut ini :
Kedua ujung sendi,tidak tergerak lateral K= 1,0
Kedua ujung jepit K= 0,50
Satu ujung jepit, ujung lain bebas K=2,0
Kedua ujung jepit,ada gerak lateral K=1,0
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Secara garis besar kolom di bedkan menjadi beberapa macam yaitu kolom
menggunakan pengikat sengkang spiral, kolom menggunakan pengikat
spiral, dan struktur kolom komposit.
2. Kelangsingan kolom adalah pertimbangan penting dalam perencanaan
kolom karena semakin langsing atau semakin panjangnya suatu kolom,
20
kekuatan penampangnya akan berkurang bersamaan dengan timbulnya
masalah tekuk yang dihadapi.
3. Keruntuhan kolom langsing lebih ditentukan oleh kegagalan tekuk lateral
dari pada kuat lentur penampangnya.
4. Eksentris beban dapat terjadi akibat timbulnya momen yang disebabkan
oleh kekangan pada ujung-ujung kolom yang dicetak monolit dengan
komponen lain, pelaksanaan pemasangan yang kurang sempurna, ataupun
penggunaan mutu bahan yang tidak merata.
3.2. Saran
21