Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

MEKANIKA BAHAN

TENTANG : KOLOM
Oleh Dosen: Sudarwin Hasyim, S. T.,M.T

KELOMPOK 3

ANGGOTA :

 Nizmasari Usman | 1210172220122004


 Samimi Alda Rehalat | 1210172220122008

FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL

UNIVERSITAS BUMI HIJRAH MALUKU UTARA

TAHUN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, saya panjatkan puja dan puji
syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas makala dengan
judul “Kolom” oleh dosen pengampuh mata kuliah Mekanika Bahan ,bpk
Sudarwin Hasyim, S.T.,M.T .

Makala ini telah kami susun dengan semaksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makala ini.
   
    Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar saya dapat memperbaiki makala ini.
   
    Akhir kata kami berharap semoga makala ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Sofifi, 11 mei 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI ...................................................................................................

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang........................................................................................


1.2 Rumusan masalah....................................................................................
1.3 Tujuan.....................................................................................................

BAB II Pembahasan

2.1 Jenis-jenis Kolom .......................................................................................

2.2 Kekuatan kolom Eksentrisitas kecil...........................................................

2.3 Detail penulangan kolom ...........................................................................

2.4 Perencanaan kolom pendek Eksentritas kecil.............................................

2.5 Penampang kolom bertulangan seimbang..................................................

2.6 Kekuatan kolom Eksentrisitas Besar..........................................................

2.7 Analisis Kolom Pendek Eksentrisitas.........................................................

2.8 Metode Pendekatan Empiris.......................................................................

2.9 Faktor Reduksi Kekuatan  Untuk kolom ................................................

2.10 Faktor Kelangsingan ................................................................................

BAB III Penutup

3.1. Kesimpulan...............................................................................................

3.2. Saran ..............................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut SK SNI T-15-1991-03 kolom adalah suatu komponen struktur
bangunan yang tugas utamanya untuk menyangga beban aksial (searah sumbu
penampang) tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak
tiga kali dimensi lateral terkecil. Komponen struktur yang menahan beban aksial
vertikal dengan rasio bagian tinggi dengan dimensi lateral terkecil kurang dari
tiga, dinamakan pedestal. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan
berat bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang),
serta beban hembusan angin.
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul
beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang
peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom
merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang
bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko,
1996).

Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke


pondasi. Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang
memastikan sebuah bangunan berdiri.

4
1.2 Rumusan Masalah
Pada makalah ini penulis ingin membahas tentang:
1. Apa arti penting kolom pada suatu bangunan ?
2. Membedakan Jenis-jenis kolom?
3. Detail penulangan kolom ?
4. Kolom tulangan seimbang ?
5. Definisi kolom eksentrisitas kecil ?
6. Merencanakan kolom eksentrisitas kecil ?
7. Definisi kolom eksentrisitas besar ?
8. Efek kelangsingan kolom ?
9. Menggunakan rumus pendekatan empiris ?
10. Mejelaskan faktor reduksi kekuatan untuk kolom ?
11. Merencanakan struktur kolom ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah, sebagai berikut:
1. Mengetahui arti penting kolom pada suatu bangunan
2. Mengetahui perbedaan jenis-jenis kolom
3. Mengetahui detail penulangan kolom
4. Mengetahui kolom tulangan seimbang
5. Mengetahui definisi kolom eksentrisitas kecil
6. Dapat merencanakan kolom eksentrisitas kecil
7. Mengetahui definisi kolom eksentrisitas besar
8. Mengetahui efek kelangsingan kolom
9. Mengetahui rumus pendekatan empiris
10. Mengetahui faktor reduksi kekuatan untuk kolom
11. Dapat merencanakan struktur kolom

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Jenis- Jenis Kolom


Jenis- jenis kolom secara garis besar dapat dibedakan menjadi beberapa
macam sebagaimana dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 2.1 Jenis-jenis kolom


1. Kolom menggunakan pengikat sengkang spiral
Kolom ini merupakan kolom beton yang ditulangi dengan batang tulangan
pokok memanjang yang ada pada jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat
sengkang kearah lateral (gambar 2.1a)
2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama
hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan
spiral yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus di sepanjang kolom.
Fungsi dari tulangan spiral adalah memberi kemampuan kolom untuk
menyerap deformasi cukup besar sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah
terjadinya kehancuran seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen
dan tegangan terwujud ( gambar 2.1.b) kolom jenis ini biasanya memiliki
penampang bentuk lingkaran.

6
3. Struktur kolom komposit, merupakan komponen struktur tekan yang
diperkuat pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan
atau tanpa diberi batang tulangan pokok memanjang. (gambar 2.1.c)

Pembahasan tentang kolom dalam bab ini dibatasi hanya untuk jenis
yang pertama yaitu kolom persegi dengan menggunakan persegi dengan
menggunakan pengikat sengkang lateral.

Tulangan pengikat lateral berfungsi untuk memegang tulangan pokok


memanjang agar tetap kokoh di tempatnya dan memberikan tumpuan lateral
sehingga masing-masing tulangan memanjang hanya dapat tertekuk pada tempat
diantara dua pengikat.

Dengan demikian tulangan pengikat lateral tidak dimaksudkan untuk


memberikan sumbangan lateral terhadap kuat lentur penampang tetapi
memperkokoh kedudukan tulangan pokok kolom. Pada umumnya kolom dengan
pengikat sengkang lateral bebentuk bujur sangkar atau persegi panjang.

SK SNI-T-15-1991-03 pasal3.3.10 menyaratkan peninjauan pengaruh


kelangsingan kolom sebagai bahan pertimbangan penting didalam perencanaan
kolom. Kondisi demikian dapat dimengerti mengigat semakin langsing atau
semakin panjang suatu kolom, kekuatan penampangnya akan berkurang
bersamaan dengan timbul nya masalah tekuk yang dihadapi. Keruntuhan kolom
langsing lebih ditentukan oleh kegagalan tekuk lateral daripada kuat lentur
penampangnya.

Pada pembahasan berikut ini akan dibahas mengenai analisis dan


perencanaankolom pendek yaitu suatu struktur kolom yang karena panjangatau
tingginya sedemikian rupa sehingga tidak memerluklan peninjauan terhadap efek
tekuk later.

2.2 Kekuatan Kolom Eksentrisitas Kecil


Sebagaimana diketahui bahwa tidak pernah dijumpai suatu kolom yang
beban aksial tekan secara konsentris bahkan kombinasi beban aksial dengan

7
eksentris kecil sangat jarang dijumpai. Meskipun demikian untuk memperoleh
dasar-dasar pengertian perilaku kolom, pertama-tama akan akan dibahas kolom
dengan beban tekan aksial eksentrisitas kecil. Apabila beban tekan P berhimpit
dengan sumbu memanjang , berarti tanpa eksentrisitas, maka perhitungan teoritis
menghasilkan tegangan merata pada permukaan tegangan merata pada permukaan
penampang melintangnya.
Sedangkan apabila gaya tekan tersebut bekerja pada suatu tempat
berjarak e yaitu terhadap sumbu memanjang, kolom cenderung mlentur seiring
timbulnya momen yaitu :
M=P.e
Kondisi pembebanan tanpa eksentrisitas yang merupakan keadaan
khusus, kuat beban aksial nominal atau teoritis dapat diungkapkan sebagai
berikut:
Po = 0,85.fc´.( Ag-Ast) + (fy.Ast)
Eksentrisitas beban dapat terjadi akibat timbulnya momen yang antara
lain disebabkan oleh kekangan pada ujung-ujung kolom yang dicatak secara
monolit dengan komponen lain , pelaksanaan pemasangan yang kurang sempurna
ataupun penggunaan mutu bah\an yang tidak merata. Maka sebagai factor reduksi
kekuatan untuk memperhitungkan eksentrisitas minimum, peraturan memberikan
ketentuan bahea kekuatan nominal kolom dengan pengikat sengkang direduksi
20%.
Ketentuan tersebut diatas akan memberikan kuata tekan beban aksial
maksimum seperti berikut:
∅ .Pn (maks)=0,80 ∅ .(0,85.fc´(Ag-Ast ) + fy.Ast)

Rumus yang telah diuraikan diatas adalah kekuatan dari penampang untuk
menahan gaya-gaya dari luar yang bekerja pada kolomtersebut yaitu berupa beban
aksial terfaktor dengan eksentrisitas (Pu). Adapun hubungan antara kuat tekan
beban aksial nominal dengan beban aksial terfaktor eksentrisitas adalah sebagai
berikut:

Pu ≤∅ Pn

8
Notasi:

- Ag = luas kotor penampang lintang kolom (mm²)

- Ast = luas total penampang tulangan memanjang (mm²)

- Po = kuat beban aksial nominal atau teoritis tanpa eksentrisitas

- Pn = kuat beban aksial nominal atau teoritis dengan eksentrisitas tertentu

- Pu = beban aksial terfaktor dengan eksentrisitas

- Ø = faktor reduksi = 0,65

-ρ = (Ast/Ag) = rasio penulangan

Beban aksial bekerja dalam arah sejajar sumbu memanjang dan titik
kerjanya tidak harus dipusat berat kolom, berada didalam penampang melintang
atau pusat geometrik. Dalam memperhitungkan kuat tekan kolom terhadap beban
aksial eksentrisitas kecil digunakan dasar anggapan bahwa akibat bekerjanya
beban batas (ultimit), beton akan mengalami tegangan sampai nilai 0,85.fc’ dan
tulangan bajanya mencapai tegangan luluh fy. Sehingga untuk setiap penampang
kolom, kuat beban aksial nominal dengan eksentrisitas kecil dapat langsung
dihitung dengan menggunakan gaya-gaya dalam dari beton dan tulangan baja
waktu mengalami tegangan pada tingkat kuat maksimum tersebut.

2.3 Detail Penulangan Kolom

Pembatasan jumlah tulangan komponen balok agar penampang


berperilaku daktail dapat dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk kolom agak
sukar karena beban aksial tekan lebih dominan sehingga keruntuhan tekan sulit
dihindari. Jumlah luas penampang tulangan pokok memanjang kolom dibatasi
dengan rasio perbandingan 𝜌g antara 0,01 dan 0,08.

Penulangan yang lazim dilakukan antara 1,5%, sampai 3% dari luas


penampang kolom. Khusus untuk struktur bangunan berlantai banyak, kadang-
kadang penulangan kolom dapat mencapai 4% maka disarankan untuk tidak

9
menggunakan nilai lebih dari 4% agar penulangan tidak berdesakan terutama pada
titik-titik pertemuan balok-balok, plat, dengan kolom. Sesuai dengan SK-SNI-
T15-1991-03 pasal 3.3.9, penulangan untuk kolom berpengikat sengkang bentuk
segi empat minimal terdiri dari 4 batang tulangan. menurut SNI 03-2847-2002,
penulangan pokok pada kolom dengan pengikat spiral minimal 6 batang,
sedangkan untuk sengkang segiempat adalah 4 batang, dan segitiga minimal
adalah 3 batang.

SK-SNI T-15-1991-03 menetapkan bahwa jarak bersih antara tulangan


pokok memanjang kolom tidak boleh kurang dari:

a. 1,5 kali diameter tulangan pokok (1,5 . db)


b. 40 mm
Tebal minimum selimut beton pelindung tulangan pokok memanjang
untuk kolom berpengikat sengkang ditetapkan tidak boleh kurang dari 40 mm.
Disamping itu peraturan juga mensyaratkan bahwa jarak antara tulangan tekuk
tidak boleh melebihi 150 mm. Persyaratan detail sengkang secara rinci tercantum
didalam pasal 3.16.10 ayat 5. semua batang tulangan pokok harus dilingkup
dengan sengkang dan kait pengikat lateral, paling sedikit dengan batang Ø10.
Batasan minimum tersebut diberlakukan untuk kolom dengan tulangan
pokok memanjang batang Ø32 atau lebih kecil, sedangkan untuk kolom dengan
tulangan pokok lebih besar lainnya, umumnya sengkang tidak kurang dari batang
Ø12.
Jarak spasi antar tulangan sengkang (p.k.p) tidak lebih kecil dari nilai-
nilai sebagai berikut:
a. 16 kali diameter tulangan pokok memanjnag
b. 48 kali diameter tulangan sengkang
c. Dimensi kolom terkecil

Diantara ketiga nilai tersebut, ambil nilai yang terkecil.

Selanjutnya disyaratkan bahwa tulangan sengkang atau kait pengikat


harus dipasang dan diatur sedemikian rupa sehingga sudut-sudutnya tidak
dibengkok dengan sudut lebih besar dari 135º.

10
Macam-macam susunan penulangan untuk kolom berbentuk persegi
dapat dilihat pada gambar, sebagai berikut:

Gambar 2.3 Detail Susunan Penulangan Tipikal


Sumber: Dipohusodo, 1999

2.4 Perencanaan Kolom Pendek Eksentrisitas Kecil


Perencanaan kolom beton bertulang pada hakekatnya menentukan
dimensi serta ukuran-ukuran baik beton maupun batang tulangan baja, sejak dari
menentukan ukuran dan bentuk penampang kolom, menghitung kebutuhan
penulangannya sampai dengan memilih tulangan sengkang sehingga didapat
ukuran dan jarak spasi yang tepat.
Karena rasio luas penulangan terhadap beton ρ g harus berada dalam
daerah batas nilai 0,01 ≤ ρ g ≤ 0,08, maka persamaan kuat tekan nominal
dimodifikasi sebagai berikut:

11
Untuk kolom dengan pengikat sengkang
- Ø Pn maks = 0,8. Ø (0,85.fc’ (Ag – Ast) + fy.Ast))
- ρ g = Ast/Ag → Ast = ρ g . Ag

Maka diperoleh,

- Ø Pn maks = 0,8. Ø (0,85.fc’ (Ag – ρ g.Ag) + fy. ρ g.Ag)

= 0,8. Ø (0,85.fc’ (1 – ρ g) + fy. ρ g)

Karena Pu ≤ Ø Pn maks maka dapat disusun ungkapan Ag perlu berdasarkan pada


kuat kolom Pu dan rasio penulangan ρ g sebagai berikut :

→ Untuk kolom dengan pengikat sengkang :

Pu
Ag perlu =
0,8 . ∅ .(0,85 . f c ' (1−ρ ) + fy . ρg)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk menentukan bentuk dan ukuran
kolom berdasarkan rumus diatas, banyak kemungkinan serta pilihan yang dapat
memenuhi syarat kekuatan untuk menopang sembarang beban Pu. Banyak
Pertimbangan dan faktor lain yang berpengaruh pada pemilihan bentukdan ukuran
kolomdiantaranya ialah pertimbangan dan persyaratan arsitekturalatau
pelaksanaan pembangunan yang menghendaki dimensi struktur seragam untuk
setiap lantai agar menghemat acuan kolom dan perancahnya.

Berdasarkan pembahasan diatas maka berikut ini adalah langkah-langkah


dalam menganalisis maupun merencanakan kolom pendek eksentrisitas kecil:

a. Analisis
1. Pemeriksaan apakah ρg masih dalam batas yang memenuhi syarat , 0,01
≤ ρ ≤0,08
2. Pemeriksaan jumlah tulangan pokok memanjang untuk mendapatkan jarak
bersih antar batang tulangan. Untuk kolom berpengikat sengkang paling
sedikit 4 batang.
3. Menghitung kuat beban aksial maksimum ∅ . Pn (maks).

12
4. Pemeriksaan penulangan lateral (tulangan pengikat). Untuk pengikat
sengkang periksa dimensi batang tulangannya, jarak spasi, dan susunan
penampang dalam hubungannya dengan batang tulangan memanjang.

b. Perencanaan
1. Menentukan kekuatan bahan-bahan yang dipakai. Tentukan rasio penulangan
yang direncanakan apabila diinginkan.
2. Menentukan beban rencana terfaktor Pu.
3. Menentukan luas kotor penampang kolom yang diperlukan (Ag).
4. Memilih bentuk dan ukuran penampang kolom , gunakan bilangan bulat.
5. Menghitung beban yang dapat didukung oleh beton dan baja tulangan pokok
memanjang. Tentukan luas penampang batang tulangan baja memanjang yang
diperlukan, kemudin pilih batang tulangan yang akan dipakai.
6. Merancang tulangan pengikat, dapat berupa tulangan sengkang.
7. Buat sketsa rancangannya.

2.5 Penampang Kolom Bertulangan Seimbang

Sebagaimana yang telah disampaikan terdahulu, bahwasanya dalam


perencanaan kolom umumnya digunakan penulangan simetris, dimana penulangan
pada kedua sisi yang berhadapan sama jumlahnya. Tujuan utamanya adalah
mencegah kesalahan atau kekeliruan dalam penempatan tulangan yang dipasang.

Penulangan simetris juga dilakukan apabila ada kemungkinan terjadinya


gaya bolak balik pada struktur, misalnya karena arah angin atau gempa. Seperti
yang telah dibahas terdahulu, kuat tekan beban aksial sentris nominal atau teoritis
untuk suatu penampang kolom pada hakekatnya adalah merupakan penjumlahan
kontribusi kuat tekan beton (Ag – Ast) . 0,85. fc’ dan kuat tulangan baja(Ast.fy).

Luas penampang tulangan baja Ast adalah jumlah seluruh tulangan pokok
memanjang. Oleh karena yang bekerja adalah beban sentris, dianggap keseluruhan
penampang termasuk tulangan pokok memanjang menahan gaya desak secara

13
meata. Dengan sendirinya pada penampang seperti ini tidak terdapat garis netral
yang memisahkan daerah tarik dan daerah tekan.

Apabila beban aksial tekan bekerja eksentris terhadapsumbu kolom,


kemudian timbul tegangan yang tidak merata pada penampang, bahkan pada nilai
eksentrisitas tertentu dapat mengakibatkan timbulnya tegangan Tarik. Dengan
demikian penampang kolom terbagi menjadi daerah tekan dan daerah tarik,
demikian pula tugas penulangan baja dibedakan sebagai tulangan baja (As’) yang
dipasang didaerah tekan dan tulangan baja tarik (As) yang dipasang diaerah tarik.

Berdasarkan regangan yang terjadi pada batang tulangan baja, awal


kehancuran atau keruntuhan penampang kolom dapat dibedakan menjadi 2
kondisi yaitu :

1. Kehancuran karena tarik


Diawali dengan luluhnya batang tulangan tarik
2. Kehancuran karena tekan
Diawali dengan kehancuran beton tekan.
Keadaan penampang kolom penulangan seimbang adalah sama seperti
yang telah ditetapkan definisinya untuk balok. Jumlah tulangan baja tarik beton
desak maksimum 0,003. Kondisi seimbang regangan tersebut menempati posisi
penting karena merupakan pembatas antara dua kehancuran penampang kolom
beton bertulang yang berbeda dalam cara hancurnya, yaitu hancur karena tarik
dan hancur karena tekan. Dengan demikian keseimbangan regangan merupakan
indikator yang sangat berguna dalam menentukan cara hancurnya. Setiap
penampang kolom akan seimbang pada suatu beban Pb tertentu dikombinasikan
dengan suatu eksentrisitas eb tertentu. Oleh karena pada penulangan baja yang
berlainan akan diperoleh beban seimbang berdasarkan keseimbangan regangan
yang berlainan pula, meskipun untuk penampang kolom beton yang sama.

14
Awal keruntuhan kolom dengan eksentrisitas besar terjadi dengan diketahui
luluhnya batang tulangan tarik. Seperti telah dikemukakan diatas, peralihan dari
keadaan hancur karena tekan kehancur karena tarik terjadi pada saat e = eb.
Apabila terdapat e > eb atau Pu < Pub akan terjadi kehancuran tarik yang diawali
dengan luluhnya batang tulangan tarik. Demikian pula sebaliknya, jika Pu > Pub,
maka akan terjadi kehancuran tekan yang diawali dengan hancurnya beton tekan.

2.6 Kekuatan Kolom Eksentrisitas Besar


Peraturan terdahulu (PBI 1971) memberikan ketentuan bahwa setiap
struktur bangunan beton bertulang bertingkat harus mempunyai kolom-kolom
dengan kekakuan sedemikian rupa untuk setiap struktur bangunan beton bertulang
bertingkat harus mempunyai kolom-kolom dengan kekakuan sedemikian rupa
untuk setiap pembebanan, agar stabilitas struktur secara keseluruhan tetap
terjamin. Stabilitasi struktur dapat diperhitungkan dengan meninjau tekuk pada
setiap kolom satu persatu seperti halnya pada kolom-kolom tunggal.

Kolom merupakan struktur yang riskan terhadap bahaya tekuk, sehingga hal
ini akan mempengaruhi perhitungan struktur kolom secara keseluruhan. Kolom
yang memiliki ketinggian yang berbeda, walaupun memiliki dimensi penampang
yang sama, akan memiliki kemampuan menahan beban tekan aksial yang berbeda
pula. Pengaruh momen yang terjadi peda kolom sudah tentu akan memperbesar
beban yang terjadi. Dengan kata laingsing semakin suatu kolom, maka
kemampuan kolom menahan beban akan semakin mengecil.

15
Pembahasan pada buku ini hanya akan meninjau kolom dengan struktur
sedemikian rupa sehungga efek dari kelangsingan kolom dapat diabaikan. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara mendesain kolom sedemikianrupa sehingga hal
tersebut dapat terpenuhi.

Perencanaan kolom umumnya didasarkan pada momen akibat dari beban


aksial dengan eksentrisitas yang relatif besar. Behkan sering dijumpai kolom
dalam bangunan gedung yang menopang balok sama besar sebelah-menyebelah
dengan bentangan sama, tetapi kolom menerima beban tidak sama berat dari
kedua balok karena pola beban hidup yang berbeda. Kondisi pembebanan yang
tidak sama atau seimbang tersebut berarti kolom harus menopang baik beban
aksial maupun momen seperti ditunjukan pada gambar dibawah ini.

2.7 Analisis Kolom Pendek Eksentrisitas Besar

Hal pertama yang dilakukan dalam menganalisis kolom pendek dengan


beban aksial eksentrisitas besar adalah menentukan kuat kolom dengan
penampang tertentu yang menopang berbagai kombinasi beban dan
eksentrisitasnya. Di dalam pelaksanaannya dilakukan dengan mencari nilai kuat
beban aksial ø Pn di mana Pn adalah kuat beban aksial teoritis pada eksentrisitas
tertentu.

2.8 Metode Pendekatan Empiris

Untuk dapat merencanakan keserasian regangan-regangan tentunya harus


menghitung terlebih dahulu regangan dan teganagan pada beton dan tulangan baja
yang umumnya dilakukan dengan cara coba-coba berdasarkan anggapan-
anggapan tertentu. Bagian perhitungan tersebut pada umunya merupakan bagian

16
awal yang sangat menentukan panjang atau singkatnya seluruh proses. Untuk
mendapatkan arah langkah perhitungan yang efisien, kadang-kadang diperlukan
penggunaan prosedur pendekatan yang lebih prektis sebagai penentun awal.

Dengan menggunakan penyederhanaan kurva diagram interaksi menjadi


garis lurus, ada suatau pendekatan persamaan empiris yang dilakukan oleh
whitney yang digunakan untuk menghitung kapasitas penampang kolom didaerah
hancur tekan.

Persamaan whitney tersebut didasarkan pada anggapan-anggapan sebagai


berikut :

1. Penempatan tulangan diatur simetris dalam satu baris sejajar terhadap sumbu
lentur penampang persegi, As = As’
2. Tulangan tekan telah meluluh, fs’ = fy
3. Luas beton yang ditempati batang tulangan tekan diabaikan dalam perhitungan
4. Tinggi balok teganggan ekuivalen adalah 0,54.d, setara dengan nilai a rata-rata
untuk penampang persegi dalam keadaan seimbang.
5. Keruntuhan karena tekan yang menentukan.
Diagaram interaksi kolom yang menahan kombinasi beban aksial dan
momen lentur digambarkan sebagaimana gambar dibawah ini.

17
Persamaan Whitney memberikan dua persamaan untuk merencanakan
penampang persegi berdasarkan kondisi kehancuran yang akan dialami oleh
kolom :
a. Kehancuran tekan yang menentuka
' '
A s . fy b.h.f c
Pn =
[
e
( d−d )
'
+0,5
]
+ 3. h . e
d
2 [ ]
+1,18

b. Kehancuran tarik menentukan (daktail)

Pn = 0,85.fc’.b.d. h−2. e +
2. d [( ) √( h−2. e
2.d ) ( )]
+ 2. m. ρ 1−
d'
d

Notasi :

fy
m= '
0,85. f c

e’ = ( e + ( d−h/ 2 ) )

ρ = ρ ' = As/(b.d)

2.9 Faktor Reduksi Kekuatan Ø Untuk Kolom

SK SNI T-15-1991 memberikan pembatasan tulangan untuk komponen


struktur yang dibebani kombinasi lentur dan aksial tekan.

a. Untuk kuat rencana θ.Pn < salah satu dari nilai 0,1.fc’.Ag atau θ.Pb ( ambil
nilai yang terkecil ), maka rasio penulangan komponen < 0,75 .pb dari
penampangan yang mengalami lentur tanpa beban aksial.
Persyaratan tersebut sejalan dengan konsep daktilitas komponen struktur yang
menahan momen lentur dengan beban aksial kecil, dimana dikehendaki agar
keruntuhan diawali dengan meluluhnya batang tulangan tarik terlebih dahulu.
Sejalan dengan hal tersebut,untuk komponen dengan beban aksial kecil
diijinkan untuk memperbesarkan faktor reduksi kekeuatannya,lebih besar dari
nilai yang digunakan bila komponen yang bersangkutan hanya menahan
beban aksial tekan sentris.

18
SK SNI menetapakan bahwa nilai θ untuk kolom berpengikat sengkang
adalah 0,65.namun nilai tersebut dapat ditingkatakan secara lincar sampai
0,80 seharga dengan nilai θ.Pn yang berkurang dari 0,1.fc’.Ag sampai dengan
0. Sebagai pembatasan tambahan adalah bahwa fy tidal lebih dari 400 Mpa.

Variasi nilai faktor reduksi kekuatan θ yang sesuai dengan peraturan tersebut
diatas dinyatakan dalam persamaan berikut ini :

0,20. θ Pn
→Kolom dengan pengikat sengkang : Ø = 0,80 – ≥ 0,65
0,1. f c ' . Ag

Pada persamaan di atas Pu = θ.Pn, dan apabila θ.pnb< 0,1.Ag.fc’, Maka pada
persamaan untuk kolom berpengikat sengkang. Nilai 0,1.Ag.fc’ diganti dengan
0,65.pnb.

2.10 Faktor Kelangsingan


Salah satu faktor yang juag menentukan dalam perencanaan kolom
adalah pengecekan terhadap faktor kelangsingan.kolom yang semakin langsing
akan mengurangi kemampuan kolom dalam menahan gaya-gaya yang bekerja.
Hal ini disebabkan karena kolom yang langsing akan semakin mudah mengalami
tekuk.
Pembahasan mengenai kelangsingan ini akan dibatasi pada suatu kondisi
dimana perencanaan kolom akan dibuat sedemikian rupa sehingga efek
kelangsingan dapat diabaikan. Hal ini tentunya terkait dengan rasio antara dimensi
penapang terhadap tinggi kolom serta hbungan pada masing-masing titik buhul.

Efek kelangsingan suatu struktur kolom dapat diabaikan jika memenuhi


persyaratan sebagai berikut :

19
k .lu
r
< 34 -12.(Mlb
M 2b )
Notasi :
K = factor panjang efektif tahanan ujung ( tergantung jenis tumpuan ujung-
ujungnya),
Lu = panjang komponen struktur tekan yang tidak ditopang (mm)
r = jari-jari putaran potongan lintang komponen struktur tekan (mm) untuk
kolom persegi ditetapkan sebesar 0,3.h, dimana h adalah ukuran dimensi
kolom persegi paada arahh bekerjanya momen.
M1b= momen ujung terfakor kolom,nilainya selalu lebih kecil dari M2b dan
bernilai negatif (-) jika terlentur dalam lengungan ganda dn positif (+) jika
terlenturkan dala lengkungan tunggal,
M2b = momen ujung terfaktor kolom,nilainya selalu lebih besar dari M1b selalu
bernilai positif (+).
Untuk menentukan besarnya nilai faktor panjang efektif (k), maka dapat
dilihat dala penjelasan berikut ini :
 Kedua ujung sendi,tidak tergerak lateral K= 1,0
 Kedua ujung jepit K= 0,50
 Satu ujung jepit, ujung lain bebas K=2,0
 Kedua ujung jepit,ada gerak lateral K=1,0

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Secara garis besar kolom di bedkan menjadi beberapa macam yaitu kolom
menggunakan pengikat sengkang spiral, kolom menggunakan pengikat
spiral, dan struktur kolom komposit.
2. Kelangsingan kolom adalah pertimbangan penting dalam perencanaan
kolom karena semakin langsing atau semakin panjangnya suatu kolom,

20
kekuatan penampangnya akan berkurang bersamaan dengan timbulnya
masalah tekuk yang dihadapi.
3. Keruntuhan kolom langsing lebih ditentukan oleh kegagalan tekuk lateral
dari pada kuat lentur penampangnya.
4. Eksentris beban dapat terjadi akibat timbulnya momen yang disebabkan
oleh kekangan pada ujung-ujung kolom yang dicetak monolit dengan
komponen lain, pelaksanaan pemasangan yang kurang sempurna, ataupun
penggunaan mutu bahan yang tidak merata.

3.2. Saran

Dalam merencanakan struktur kolom harus memperhatikan perhitungan


secara cermat dengan memberikan cadangan kekuatan lebih tinggi dari pada
untuk stuktur lainnya, karena kolom tidak hanya menahan beban aksial vertikal
tetapi juga menahan kombinasi beban aksial dan momen lentur. Perencanan yang
tidak sesuai spek dapat menyebabkan kegagalan kinerja kolom yang akan
berakibat langsung pada runtuhnya komponen struktur lain yang berhubungan
dengan kolom tersebut bahkan bisa menyebabkan runtuh secara keseluruhan pada
struktur bangunan.

21

Anda mungkin juga menyukai