Anda di halaman 1dari 12

MAKALA MEKANIKA BAHAN

DOSEN: SUDARWIN HASYIM ,S.T, M.T

DISUSUN OLEH
NAMA : Sahrul Wahid
: yulianti Sidin
Prodi : Sipil

PRODI S1 TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BUMI HIJRAH
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, saya panjatkan puja dan puji
syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan critical book
report ini.

Critikal booc report telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan cbr ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar saya dapat memperbaiki cbr ini.

Akhir kata saya berharap semoga critical book report ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca

Medan, Oktober 2017

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN
JUDUL HALAMAN ...................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR .................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan CBR ................................................................. 1
1.3 Manfaat CBR ............................................................................... 1
1.4 Identitas Buku .............................................................................. 1
BAB 2 ISI BUKU .......................................................................................... 2
2.1 Ringkasan Isi Buku ...................................................................... 2
BAB 3 PEMBAHASAN ............................................................................... 12
3.1 Kelebihan Buku ........................................................................... 12
3.2 Kekurangan Buku ........................................................................ 12
BAB 4 PENUTUP ......................................................................................... 12
4.1 Kesimpulan .................................................................................. 12
4.2 Rekomendasi ................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 13
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR


Sering kali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan
pahami.Terkadang kita memilih satu buku,namun kurang memuaskan hati kita.
Misalnya dari segi analisis bahasa, pembahasan tentang mekanika bahan
Oleh karena itu, penulis membuat Critical Book Report ini untuk mempermudah
pembaca dalam memilih buku referensi, terkhusus pada pokok bahasan tentang
mekanika teknik.
1.2 Tujuan Penulisan CBR
Mengkritisi/membandingkan satu topik materi kuliah mekanika bahan
dalam dua buku yang berbeda.
1.3 Manfaat CBR
- Untuk menambah wawasan tentang mekanika bahan.
- Untuk mengetahui metode dan rumus mekanika bahan.
- Untuk mengetahui prinsip dan teori mekanika bahan.
1.4 Identitas Buku
- Judul : Mekanika Terapan
- Edisi : Kedua
- Pengarang : Titherington
- Penerbit : Erlangga
- Kota terbit : Jakarta
- Tahun terbit : 1984
BAB 2
ISI BUKU

2.1 Ringkasan Isi Buku


1. Tegangan dan Regangan
1.1. Tegangan dan Regangan Normal
Gaya luar (external) yang diberikan pada suatu benda harus diimbangi oleh
gaya penentang yang ada di dalam bahan. Bahan yang mempunyai gaya internal
tadi dikatakan berada dalam keadaan tegang. Bila gaya dikenakan pada suatu
benda, maka bentuk benda akan berubah dan molekul-molekulnya bergeser
sedikit dari posisi-posisi awalnya. Pergeseran ini mengakibatkan timbulnya gaya-
gaya antar molekul, yang bergabung untuk menentang gaya yang ditimbulkan
oleh beban tadi. Bila beban bertambah, perubahan bentuk benda makin besar dan
gaya-gaya antar molekul juga bertambah sampai pembebanan mencapai titik
akhirnya. Gaya-gaya didalam benda mengadakan reaksi yang sama dan
berlawanan, sehingga keadaan setimbang tercapai. Dapat dilihat nanti bahwa
kedua keadaan ini pasti berhubungan dengan tegangan dalam bahan harus
didampingi regangan dan sebaliknya. Untuk menyederhanakan perhitungan,
seringkali lebih mudah bila diperhatikan ‘benda tegar’, namun ini hanya
merupakan suatu konsep teoritis; karena tak ada bahan yang tegar sempurna, dan
tidak ada benda nyata yang dapat menahan beban, tanpa sebelumnya mengalami
perubahan bentuk.
Bila benda berbeban yang disebutkan di atas dibagi menjadi dua oleh suatu
bidang khayal, maka tiap bagian harus berada dalam keadaan setimbang karena
pengaruh gaya luar yang bekerja padanya dan gaya-gaya internal (yaitu gaya
antar molekul) yang bekerja pada bidang khayal ini. Intensitas tegangan di suatu
titik pada bidang, didefinisikan sebagai gaya internal per satuan luas. Tegangan
dibedakan menjadi dua jenis.
Bila gaya internal tegak lurus pada bidang yang diamati, maka didapat
tegangan normal atau langsung, dan sesuai dengan arah gaya, dapat bersifat tarik
(tensile) atau mampat (compresive).
Bila gaya internal sejajar dengan bidang yang diamati, didapat tegangan
tangensial atau geser. Seringkali resultan gaya pada elemen luasan membentuk
sudut dengan bidang luasnya.
Dalam keadaan semacam itu, gaya tersebut diuraikan menjadi komponen
normal dan tangensial, serta menghasilkan kombinasi tegangan-tegangan normal
dan geser.

Gambar (a) menunjukkan bahan berbentuk batang dalam keadaan tegang


sederhana artinya batang hanya dipengaruhi oleh dua gaya saja, yang sama,
berlawanan dan segaris kerja. Gambar (b) keadaan setimbang bagian batang di
atas XX ditunjukkan. Jelas bahwa gaya internal yang bekerja pada bidang XX
akan tegak lurus bidang ini; dengan kata lain tegangannya normal. Bila
dimisalkan tegangan ini serba sama, maka untuk kesetimbangan gaya vertikal
F=σA
atau
σ=F/A
dengan σ adalah tegangan normal (tarik) pada bidang XX dan A adalah luasan
yang mengalami tegangan ini atau luas penampang.
Dalam gambar (c) diperhatikan keadaan setimbang bagian batang di atas
bidang YY. Di sini gaya internal tidak tegak lurus bidang dan dalam Gambar (d),
Fn dan Ft menggambarkan resultan komponen-komponen normal dan tangensial
gaya internal tersebut. Bila luas bidang miring batang adalah A1, maka tegangan
normal (tarik) pada bidang YY adalah Fn/A1 dan tegangan geser adalah Ft/A1.
Perhitungan tegangan pada bidang seperti YY merupakan bagian cabang
teknologi yang dikenal sebagai ‘analisis tegangan kompleks’. Bahwa pada semua
bidang, kecuali bidang transversal, akan dijumpai kombinasi tegangan normal
dan tegangan geser. Meskipun tegangan dalam batang biasanya dinyatakan
dengan ‘tegangan tarik sama dengan F/A’, pernyataan ini tidak lengkap dan
sebetulnya hanya benar untuk bidang transversal. Akan tetapi, adalah jelas bahwa
Fn lebih kecil dari F dan bahwa luas A1 lebih besar dari A; jadi F/A adalah
tegangan normal maksimum dalam bahan.
Perubahan bentuk benda yang terjadi pada keadaan tegang disebut
regangan. Ada dua macam regangan. Bahan dapat membesar atau mengecil dan
menghasilkan regangan normal (kompresif) atau lapisan-lapisan bahan dapat
bergeser yang satu terhadap yang lain dan menghasilkan regangan geser. Seperti
gambar di bawah.

Intensitas regangan untuk regangan normal didefinisikan sebagai


perbandingan perubahan ukuran terhadap ukuran semula. Bila definisi ini
ditetapkan pada perubahan panjang batang, maka
ε=x/l
Hubungan ini biasanya dianggap sebagai ‘regangan yang dihasilkan tarikan
sederhana’, namun sebenarnya bukanlah regangan satu-satunya didalam bahan.
Pengaruh tegangan tarik sederhana pada suatu batang adalah untuk menambah
panjangnya dan juga untuk mengurangi lebar dan tebalnya. Demikian juga,
kompresi sederhana menghasilkan pemendekan batang, disertai pembahan
ukuran-ukuran transversal. Dengan perkataan lain, pada kedua keadaan di atas
ada regangan normal transversal dan longitudinal. Regangan longitudinal, x / l,
adalah regangan normal maksimum dalam bahan. Bila tegangan ada di bawah
harga ‘batas kesebandingan’, maka tegangan sebanding dengan regangan yang
diakibatkannya. Percobaan tarik atau kompresi yang dikerjakan pada logam
membenarkan pernyataan tadi, dan dikenal sebagai Hukum Hooke. Jadi, untuk
tegangan tarik atau kompresi sederhana, perbandingan antara tegangan dan
regangan setiap bahan merupakan konstanta yang dikenal sebagai modulus
elastisitas, E.

E = tegangan pada bagian transversal


regangan longitudinal
atau
E = F/A
x/l
Perubahan panjang batang x, sebagai fungsi dari panjang semula l, luas
penampang mula-mula A dan beban normal F, dinyatakan oleh:
x = Fl
1.2. Tegangan dan regangan geser
Bila suatu bahan berbentuk balok empat persegi panjang mempunyai satu
permukaan yang tetap, kemudian gaya F diterapkan pada permukaan yang
berhadapan dengan permukaan Gambar (a), maka dikatakan bahwa balok
mendapat beban ‘geser’. Ini berarti bahwa gaya yang diberikan cenderung
menyebabkan ‘geseran’ atau luncuran satu bagian terhadap bagian lain. Dalam
Gambar (b), keadaan setimbang bagian balok di atas bidang XX yang sejajar
dengan F diperhatikan. Akan terlihat bahwa gaya internal sejajar dengan bidang
ini, berarti, ada tegangan tangensial atau geser. Bila tegangan serba sama, maka
unutk kesetimbangan gaya horizontal,
F=τA
atau
τ=F/A
dengan τ adalah tegangan geser yang bekerja pada bidang XX dan A adalah luasan
yang mengalami tegangan ini. A dinyatakan sebagai ‘luasan yang mengalami
geseran’. Bila balok patah karena geseran, maka hal ini harus terjadi pada bidang
seperti XX dan A adalah luas bidang yang bersangkutan. Sebagai contoh, geser
terjadi pada dua bagian dari pasak yang tampang pada Gambar (c). Dalam
Gambar (d), keadaan setimbang bagian tengah pasak diperhatikan; untuk
kesetimbangan gaya horizontal,
F=2τA
atau
τ = F / 2A
dengan τ adalah tegangan geser rata-rata dan A adalah luas penampang pasak.

(a) (b)

(c). (d)
Seperti pada tegangan sederhana, bila dalam Gambar (b) bidang-bidang di luar
XX yang diperhatikan, maka diperoleh kombinasi tegangan normal dan tegangan
geser. Tetapi tegangan pada bidang XX misalnya, yaitu F/A, adalah tegangan
geser maksimum dalam bahan dan untuk sementara bidang miring tak perlu
diperhatikan. Tegangan geser pada balok berubah bentuk sehingga menjadi
seperti Gambar (e). Regangan geser dapat didefinisikan sebagai perbandingan
antara pergeseran relatif permukaan yang berlawanan, terhadap jarak antaranya.
Jadi,
Regangan geser = x / y Karena x sangat kecil dibandingkan y, maka x / y adalah
sama dengan sudut γ.
Jadi definisi lain yang lebih sering digunakan adalah Regangan geser = γ

(e)
Sebelum ‘batas kesebandingan’, regangan geser sebanding dengan tegangan
geser sehingga untuk setiap bahan perbandingan antara tegangan geser dan
regangan geser merupakan konstanta yang dikenal sebagai modulus ketegaran,
G. Jadi, G = τ / γ .
1.3. Tegangan Geser Komplementer
Dalam gambar 1.3 hanya digambarkan salah satu dari gaya yang bekerja pada
balok, yaitu F. Jelas bahwa penumpunya harus mengadakan gaya yang sama
besar tetapi berlawanan arah. Namun tidaklah mungkin bahwa hanya gaya ini
yang bekerja pada balok, karena pasangan gaya ini akan membentuk kopel yang
akan memutar balok tersebut searah jarum jam. Karena supaya setimbang,
keadaan ini harus dilindungi oleh kopel yang berlawanan arah jarum jam, jadi
penumpu akan menghasilkan gaya vertical pada balok dengan arah ke atas pada
ujung kanan dank e bawah pada ujung kiri.
Jadi, suatu tegangan geser dalam bahan selalu diikuti tegangan geser lain yang
sama besar. Tegangan ini bekerja pada bidang tegak lurus dan disebut tegangan
geser komplementer. Seringkali dalam mengamati bahan yang dipengaruhi
geseran, perhitungan tegangan dan regangan akan menjadi lebih mudah bila
didasarkan pada salah satu tegagan geser komplementer dan mengabaikan
tegangan yang lain.
momen lentur.
1.4. Silinder berdinding tipis
Bejana bertekanan (seperti tangka yang berisi udara), banyak yang berbentuk
silinder dan dapat dikatakan berdinding tipis, artinya bejana tersebut terbuat dari
bahan dengan tebal dinding yang kecil dibanding diameter silinder. Tekanan
internal menyebabkan dua macam tegangan Tarik dalam bahan, masing masing
dapat dijumpai ketika mengamati keadaan setimbang suatu bagian silinder

BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Kelebihan buku


- cara penulisan buku menarik untuk dibaca
- buku ini banyak penjelasan dari tentang gaya, tumpuan dan bagaimana
memahami mengenai tegangan, regangan yang normal maupun tidak
- dari aspek tata bahasa, buku ini cukup mudah dipahami walaupun ada
beberapa kata yang sulit dicerna.
- menjelaskan tentang mekanika Teknik dengan memberikan banyak contoh
dengan diagram maupun gambar
3.2 Kekurangan Buku
- Buku terlalu berat untuk dibawa kemana-mana sehingga orang malas
membawa dan membacanya
- ada beberapa kata yang kurang dimengerti namun tidak ada penjelasan yang
terperinci
- terlalu menggunakan bahasa ilmiah
BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan

Mekanika Bahan merupakan suatu cabang Teknik sipil yang mempelajari


apa dan bagaimana bahan itu bekerja pada bangunan. Dimana cara menghitung
bahan bangunan terutama tegangan dan regangan bangunan itu juga merupakan
hal yang perlu untuk dipahami para Teknik sipil. Untuk menjadi seorang Teknik
sipil yang berkualitas itu dia harus bisa mengetahui berapa besar gaya tegangan
dan regangan yang diterima atau beban yang mampu ditopang bangunan tersebut.
Oleh sebab itu, menjadi ahli Teknik sipil itu adalah tugas yang besar dan penuh
tanggung jawab, karena keselamatan orang lain bergantung pada kita.

4.2 Rekomendasi
Diharapkan setelah membaca critical book report ini pembaca lebih
mengerti tentang menjadi seorang Teknik sipil yang berkualitas dan apa saja
yang terkandung didalamnya sehingga kita dapat memahami tentang teori,
prinsip dan kegunaan statika dalam Teknik sipil.
DAFTAR PUSTAKA

Titherigton, Rimmer, 1984.Mekanika Terapan II.Erlangga:Jakarta

Anda mungkin juga menyukai