Anda di halaman 1dari 36

TEGANGAN DAN REGANGAN

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisa Tegangan Eksperimental

Oleh :
Afwan Heru Cahya
061001500557

JURUSAN TENIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2016

Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan berkat
yang diberikan sehingga karya tulis yang berjudul "Tegangan dan Regangan"
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa penulis juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Harapan penulis semoga karya tulis ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca dan untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi karya tulis agar menjadi lebih baik lagidikarenakan
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis.Penulis yakin masih
banyak kekurangan dalam karya tulis ini. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Jakarta, September 2016

Afwan Heru Cahya

Daftar Isi
Kata Pengantar .............................................................................................. i
Daftar Isi ........................................................................................................ ii
Bab 1 Pendahuluan ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 1
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan ............................................................... 1
1.4 Metode Pengumpulan Data ................................................................... 1
1.5 Sistematika Pembahasan ........................................................................ 2
Bab 2 Pembahasan ........................................................................................ 3
2.1 Tegangan ................................................................................................ 3
2.1.1 Gaya (beban) aksial........................................................................... 3
2.1.2 Beban aksial dan tegangan normal.................................................... 4
2.1.3 Gaya (beban) geser............................................................................ 5
2.1.4 Tegangan pada bidang miring........................................................... 6
2.1.5 Tegangan ultimate dan tegangan izin................................................ 7
2.2 Regangan ................................................................................................ 8
2.2.1 Regangan normal karena beban aksial .............................................. 9
2.2.2 Diagram tegangan-regangan ........................................................... 10
2.2.3 Diagram tegangan regangan (Material ulet) ................................... 11
2.2.4 Diagram tegangan-regangan (Material getas)................................. 12
2.2.5 Mengetahui kekuatan luluh dengan offset ...................................... 13
2.2.6 Beban tekan..................................................................................... 13
2.2.7 Hukum Hooke dan Modulus Young ............................................... 13
2.2.8 Kekakuan......................................................................................... 15
2.2.9 Deformasi batang karena beban aksial............................................ 15
2.2.10 Fatigue .......................................................................................... 16
2.2.11 Poisson Ratio................................................................................. 16
2.2.12 Regangan geser ............................................................................. 17

ii

Bab 3 Studi Kasus ....................................................................................... 18


3.1 Contoh 1 ............................................................................................... 18
3.2 Contoh 2 ............................................................................................... 18
3.3 Contoh 3 ................................................................................................ 22
3.4 Contoh 4 ................................................................................................ 23
3.5 Contoh 5 ................................................................................................ 24
3.6 Contoh 6 ................................................................................................ 25
3.7 Contoh 7 ................................................................................................ 25
3.8 Contoh 8 ................................................................................................ 26
3.9 Contoh 9 ................................................................................................ 27
3.10 Contoh 10 ............................................................................................ 28
3.11 Contoh 11 ............................................................................................ 29
3.12 Contoh 12 ............................................................................................ 29
Bab 4 Kesimpulan ........................................................................................ 31
Daftar Pustaka ............................................................................................. 32

iii

BAB 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi diiringi dengan kebutuhan manusia yang
semakin beragam dan spesifik. Kebutuhan tersebut harus dapat diatasi oleh
para produsen untuk tetap bertahan dan berkembang. Tuntutan mengatasi
kebutuhan dengan kualitas serta presisi yang tinggi tidak lepas dari faktor
manusia dan mesin. Perancangan teknik menjadi peranan penting agar dapat
mempertahankan suatu kualitas dari kebutuhan pelanggan dengan tidak
menambah biaya produksi secara signifikan serta faktor keamanan yang baik.
Dalam melakukan perancangan tentunya dibutuhkan perhitungan
berdasarkan data standar acuan dan langkah-langkah perancangan. Keduanya
perlu

dilakukan

untuk

melaksanakan

perencanaan,

langkah-langkah

perancangan digunakan sebagai runtutan proses suatu perancangan.


Perhitungan dapat meminimalisir uji coba dan menentukan faktor keamanan
dalam melakukan perancangan.
1.2 Rumusan Masalah
Memberikan gambaran mengenai tegangan dan regangan yang berhubungan
analisa eksperimental.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Mengetahui teori umum tegangan dan regangan
2. Memberikan gambaran mengenai tegangan dan regangan
1.4 Metode Pengumpulan Data
Pada penulisan ini, metoda pengumpulan data yang digunakan adalah studi
literatur yaitu tinjauan pustaka untuk memperoleh dasar -dasar teori dan rumusan
yang akan dipergunakan dalam penyusunan.

1.5 Sistematika Pembahasan


Penulisan karya tulis ini terbagi pembahasan sebagai berikut
BAB 1 :

Pendahuluan; pada bab ini akan disebutkan mengenai latar


belakang, rumusan masalah, ruang lingkup masalah, dan
sistematika pembahasan.

BAB 2:

Pembahasan; bab ini menjelaskan mengenai teori-teori referensi


yang sesuai dengan pembahasan secara umum.

BAB 3:

Studi Kasus; dalam bab ini dibahas menegenai tegangan dan


regangan.

BAB 4:

Kesimpulan, bab ini berisi kesimpulan.

BAB 2
Pembahasan
2.1 Tegangan
Apabila kita perhatikan suatu penampang, umumnya gaya-gaya yang
bekerja pada luasan sangat kecil (infinitesimal areas) pada penampang tersebut
bervariasi dalam besar maupun arah. Gaya dalam merupakan resultan dari gayagaya pada luasan sangat kecil ini. Intensitas gaya menentukan kemampuan suatu
material terutama dalam memikul beban (kekuatan) disamping mempengaruhi
sifat-sifat kekakuan maupun stabilitas. Intensitas gaya dan arahnya yang
bervariasi dari titik ke titik dinyatakan sebagai tegangan. Karena perbedaan
pengaruhnya terhadap material struktur, biasanya tegangan diuraikan menjadi
komponen yang tegak lurus dan sejajar dengan arah potongan suatu penampang.
Adapun gaya (beban) yang terjadi selama pemberian beban adalah :
2.1.1 Gaya (beban) aksial

Gambar 2.1 Tegangan yang terjadi pada suatu balok


(Sumber: https://www.scribd.com/doc/119176573/Mekanika-Kekuatan-Bahan-II)

Gaya

aksial

adalah

gaya

yang

menyebabkan

suatu

material

memanjang/memendek dengan arah aksial atau biasa disebut dengan gaya normal.
Dimana A adalah luas penampang yang menahan P Intensitas gaya yang terbagi
pada luasan seluas A disebut tegangan, (sigma) Maka dapat ditentukan
persamaan dari
= - P adalah resultante gaya internal di penampang A
P = satuan gaya (N)
A = satuan luas (m2)
3

2.1.2 Beban aksial dan tegangan normal


Tegangan normal merupakan tegangan pada bidang yang tegak lurus
dengan arah gaya. = - bukan tegangan di suatu titik pada penampang A, tetapi
tegangan rata-rata semua titik pada penampang A. Pada umumnya tegangan di
suatu titik tidak sama dengan tegangan rata-rata. Tetapi dalam prakteknya,
tegangan ini dianggap seragam, kecuali pada titik beban, atau adanya konsentrasi
tegangan. Pada tegangan normal intensitas gaya normal per unit luasan dan
dinyatakan dalam unit gaya per unit luasan, misalnya lb/in 2 atau N/m2. Apabila
gaya-gaya dikenakan pada ujung-ujung batang sedemikian sehingga batang dalam
kondisi tertarik, maka terjadi suatu tegangan tarik pada batang; jika batang dalam
kondisi tertekan maka terjadi tegangan tekan. Perlu dicatat bahwa garis aksi dari
gaya yang bekerja adalah melalui pusat setiap bagian penampang melintang
batang.

Gambar 2.2 Tegangan tarik dan tegangan tekan


(Sumber: https://www.scribd.com/doc/119176573/Mekanika-Kekuatan-Bahan-II)

Suatu benda yang statis, jika dipotong harus tetap statis >resultant gaya = 0
(SF=0)

2.1.3 Gaya (beban) geser


Gaya geser adalah gaya yang menyebabkan suatu material tergeser searah
beban.

Gambar 2.3 Beban geser pada suatu material


(Sumber: https://www.scribd.com/doc/119176573/Mekanika-Kekuatan-Bahan-II)

a.) Tegangan Geser


Tegangan geser adalah tegangan yang diakibatkan oleh gaya yang arahnya
sejajar dengan luasan permukaan (gaya tangensial).
A = luas penampang yang menahan beban P
Tegangan yang terjadi pada luasan A disebut tegangan geser, t (tau)

Jika permukaan geser hanya satu, maka disebut geseran tunggal. Jika permukaan
geser dua, maka disebut geseran ganda, sehingga tegangan geser menjadi :

Gambar 2.4 Gaya geser tunggal dan gaya geser ganda


(Sumber: https://www.scribd.com/doc/119176573/Mekanika-Kekuatan-Bahan-II)

b.) Tegangan yang terjadi pada bearing

Gambar 2.5 Tegangan yang terjadi pada bearing


(Sumber: https://www.scribd.com/doc/119176573/Mekanika-Kekuatan-Bahan-II)

2.1.4 Tegangan pada bidang miring


Beban aksial tidak hanya menyebabkan tegangan normal, tetapi juga
tegangan geser jika bekerja pada bidang yang bersudut terhadap beban

Gambar 2.6 Tegangan pada bidang miring


(Sumber: https://www.scribd.com/document/288057721/Tegangan-Dan-Regangan)

Berdasarkan kondisi kesetimbangan, besarnya distribusi gaya (tegangan)


pada bidang harus sama dengan besarnya gaya P. Dalam menjabarkan besarnya
gaya P pada bidang miring dapat diselesaikan dengan persamaan :

Besarnya tegangan normal dan geser rata-rata pada bidang miring dapat dituliskan
sbb :

2.1.5 Tegangan ultimate dan tegangan ijin


Tegangan (beban) ultimate adalah tegangan (beban) maksimum yang bisa
terjadi pada bahan > hasil pengujian Dalam desain, maka beban yang dikenakan
pada komponen mesin harus lebih kecil dari beban ultimate bahan. Perbandingan
antara keduanya disebut faktor keamanan (factor of safety, FS)

2.2 Regangan
Regangan adalah hasil dari pemberian gaya pada objek padat. Gaya yang
diberikan merupakan hal khusus yang menyatakan istilah tekanan (stress). Efek
dari pemberian gaya dinyatakan sebagai

tekanan

dan

hasil

deformasi

dinyatakan sebagai regangan. Untuk mendukung perlakuan analitis yang cukup


pada subjek, tekanan dan regangan didefinisikan secara hati-hati untuk
menekankan sifat fisis dari suatu bahan yang ditekan dan tipe tertentu dari tekanan
yang diberikan. Kita gambarkan di sini tiga tipe khusus dari hubungan regangan
dan tekanan.
Sifat alami dari daya rentang gaya dperlihatkan sebagai gaya yang
diberikan

pada contoh bahan pada suatu cara untuk memperpanjang atau

menekan bagian dari sampel. Dari hasil pengamatan, diketahui bahwa suatu
material yang mengalami tegangan pada saat yang sama juga mengalami
perubahan panjang/volume. Perubahan panjang/volume ini sering dinyatakan
dalam regangan yang didefinisikan sbb:

dimana adalah perubahan panjang yang dialami oleh bagian specimen sepanjang
L.

Dalam kondisi pembebanan sehari-hari, sebagian besar material struktur

menunjukkan perilaku yang memenuhi hukum Hooke, dimana dinyatakan


tegangan berbanding lurus dengan regangan (hubungan linear):

dimana E adalah suatu konstanta yang disebut modulus elastisitas atau modulus
Young.

2.2.1 Regangan normal karena beban aksial


Material yang menerima pembebanan akan mengalami deformasi. Perbandingan
antara deformasi dengan panjang mula-mula disebut sebagai regangan.

Gambar 2.7 Regangan normal


(Sumber: https://www.scribd.com/doc/31642084/Mekanika-Kekuatan-Bahan-Regangan)

2.2.2 Diagram tegangan - regangan


Diagram yang menunjukkan hubungan antara tegangan dan regangan
tidak sama untuk setiap material. Diagram ini merupakan sifat material
yang penting. Untuk mendapatkan diagram

dari suatu material harus

dilakukan uji tarik

Gambar 2.8 Alat penguji regangan (kiri) dan benda uji regangan (kanan)
(Sumber: https://www.scribd.com/doc/31642084/Mekanika-Kekuatan-Bahan-Regangan)

Gambar 2.9 Diagram Tegangan Regangan Baja umum


(Sumber: https://www.scribd.com/document/288057721/Tegangan-Dan-Regangan)

10

2.2.3 Diagram tegangan-regangan : Material ulet.

Gambar 2.10 Diagram Tegangan Regangan pada material ductile


(Sumber: https://www.scribd.com/doc/31642084/Mekanika-Kekuatan-Bahan-Regangan)

Baja Karbon rendah : Pada tegangan luluh, tegangan konstan walaupun


regangan bertambah maka titik luluh terlihat jelas
Pada aluminium : Titik luluh tidak jelas

Bahan liat tidak tahan geser. Patah pada tegangan geser terbesar (sudut 450)

Gambar 2.11 Proses patah spesimen dengan sifat ductile


(Sumber: https://www.scribd.com/doc/31642084/Mekanika-Kekuatan-Bahan-Regangan)

11

Ukuran ductility

2.2.4 Diagram tegangan-regangan : Material getas.

Gambar 2.12 Diagram tegangan regangan pada material getas


(Sumber: https://www.scribd.com/doc/31642084/Mekanika-Kekuatan-Bahan-Regangan)

Yang termasuk bahan getas diantaranya besi tuang, gelas, batu (keramik),
bahan komposit, dsb. Bahan getas tidak tahan tarik, patah pada tegangan tarik
terbesar (sudut 0o)

Gambar 2.13 Proses patah dari spesimen dengan sifat getas


(Sumber: https://www.scribd.com/doc/31642084/Mekanika-Kekuatan-Bahan-Regangan)

12

2.2.5 Mengetahui kekuatan luluh dengan offset


Bahan yang titik luluhnya tidak jelas, tegangan luluh dapat dicari dengan
metode offset. Kekuatan luluh pada ofset 0,2% yaitu titik potong antara kurva
dengan garis yang sejajar dengan bagian lurus dari kurva yang ditarik dari
nilai

sebesar 0,2%

Gambar 2.14 Yield point pada offset


(Sumber: https://www.scribd.com/doc/31642084/Mekanika-Kekuatan-Bahan-Regangan)

2.2.6 Beban tekan


Pada bahan liat, kekuatan tekan dan tarik sama (pada tekan tidak ada
necking) Sedangkan pada bahan getas, kekuatan ultimate tekan jauh lebih tinggi
daripada kekuatan tarik, karena retak-retak kecil yang ada mempengaruhi
kekuatan tarik, tetapi tidak mempengaruhi kekuatan tekan.
2.2.7 Hukum Hookes dan Modulus Young (Elastisitas)
Pada umumnya elemen struktur (mesin) didesain agar deformasinya kecil,
dan hanya bergerak pada daerah garis lurus pada diagram -. Pada daerah ini,
tegangan berbanding lurus dengan regangan : = E . Persamaan ini disebut :
hukum Hook. (Robert Hook, 1635-1703). Koefisien E disebut modulus elastisitas
disebut juga modulus Young (Thomas Young, 1773 1829). Karena tanpa
satuan, maka satuan E sama dengan satuan Kekuatan suatu material dipengaruhi
oleh paduannya, perlakuan panas, dan proses manufacturing, tetapi modulus
elastisitas material selalu tetap.

13

Gambar 2.15 Diagram tegangan regangan pada berbagai jenis baja


(Sumber: https://www.scribd.com/doc/31642084/Mekanika-Kekuatan-Bahan-Regangan)

Tegangan terbesar dimana hukum Hooke masih berlaku disebut batas


proporsional bahan. Pada bahan yang luluhnya jelas, maka batas proporsional
hampir berimpit dengan tegangan luluh Pada beberapa bahan, penambahan bahan
paduan, perlakuan panas dan proses pembuatan mengubah kekuatan, duktilitas,
ketahanan korosi dsb.
Modulus elastisitas atau modulus young atau youngs modulus (E) menyatakan
kekakuan (stiffness) bahan. Modulus elastisitas ditunjukkan oleh kemiringan garis
pada kurva tegangan-regangan pada daerah elastic. Pada daerah elastic berlaku
hukum hooke.

14

2.2.8 Kekakuan (stiffness)


E menunjukkan mudah-tidaknya bahan berubah bentuk > menunjukkan
kekakuan (stiffness) bahan. E ditunjukkan oleh kemiringan garis linier pada
diagram

Gambar 2.16 Diagram Kekakuan


(Sumber: https://www.scribd.com/doc/31642084/Mekanika-Kekuatan-Bahan-Regangan)

2.2.9 Deformasi batang karena beban aksial


Batang BC, panjang L dibebani beban terpusat P. Jika tegangan yang
timbul tidak melebihi batas proporsional, maka berlaku hukum Hook :

15

2.2.10 Fatigue (lelah)

Gambar 2.17 Diagram kelelahan pada suatu material


(Sumber: https://www.scribd.com/doc/31642084/Mekanika-Kekuatan-Bahan-Regangan)

Untuk material baja apabila diberikan tegangan dibawah ultimate strength


(tegangan maksimal sebelum terjadi fracture/patah), pada suatu siklus tertentu
tegangannya akan konstan. Ketika tekanan itu dikurangi di bawah endurance limit
(batas ketahanan), kegagalan-kegagalan kelelahan tidak terjadi untuk setiap
bilangan siklus. Hal ini berbeda dengan almunium, tegangannya akan tutun
bersamaan dengan makin banyaknya siklus yang diberikan.
2.2.11 Poissons Ratio (Perbandingan angka rasio)

Gambar 2.18 Perbandingan angka rasio


(Sumber: https://www.scribd.com/doc/31642084/Mekanika-Kekuatan-Bahan-Regangan)

16

Suatu bahan jika ditarik maka akan mengalami deformasi memanjang


(longitudinal) dan melintang (lateral). Poissons ratio adalah perbandingan antara
tegangan lateral dan tegangan longitudinal. Jika suatu batang ditarik pada satu
arah :
Memanjang pada arah beban (longitudinal) maka x
Memendek pada arah beban (lateral) maka y
Poisson ratio = - y/x
>> Nilai adalah 0<<0.5
2.2.12 Regangan Geser

Gambar 2.19 Regangan geser


(Sumber: https://www.scribd.com/doc/31642084/Mekanika-Kekuatan-Bahan-Regangan)

Gambar 2.20 Perubahan bentuk elemen akibat regangan geser


(Sumber: https://www.scribd.com/document/288057721/Tegangan-Dan-Regangan)

17

BAB 3
Studi Kasus
3.1 Contoh 1

Gambar 3.1 Gambar contoh 1


(Sumber: https://www.scribd.com/doc/119176573/Mekanika-Kekuatan-Bahan-II)

3.2 Contoh 2
Struktur dibawah mampu menahan beban sebesar 30 kN.

Gambar 3.2 Gambar contoh 2


(Sumber: https://www.scribd.com/doc/119176573/Mekanika-Kekuatan-Bahan-II)

Struktur tersebut dibuat dengan sambungan menggunakan pin sehingga M = 0


Hitung gaya-gaya yang bekerja pada setiap batang.

18

Structure Free-Body Diagram


Langkah pertama adalah membuat free body diagram, seperti gambar
dibawah :
Dari free body diagram dapat diketahui kesetimbangannya yaitu :

Gambar 3.3 Structure Free-Body Diagram contoh 2


(Sumber: https://www.scribd.com/doc/119176573/Mekanika-Kekuatan-Bahan-II)

Besarnya Ay dan Cy tidak dapat ditentukan dengan persamaan diatas.


Selanjutnya sebuah struktur yang lengkap, masing-masing komponen harus
mencukupi

kondisi-kondisi

untuk

keseimbangan

statik.

Dengan

mempertimbangkan setiap lengan, maka :

Gambar 3.3 Batang Ay dan Cy pada contoh 2


(Sumber: https://www.scribd.com/doc/119176573/Mekanika-Kekuatan-Bahan-II)

19

Kemudian mensubtitusikan ke dalam persamaan kesetimbangan, sehingga


diperoleh :

Maka : Gaya reaksi sepanjang lengan dan batang adalah :

Metode joins

Gambar 3.4 Gambar metode join pada contoh 2


(Sumber: https://www.scribd.com/doc/119176573/Mekanika-Kekuatan-Bahan-II)

Perbandingan besarnya gaya pada FBD adalah sbb :

Gambar 3.5 BD metode joingpada contoh 2


(Sumber: https://www.scribd.com/doc/119176573/Mekanika-Kekuatan-Bahan-II)

20

Analisis Tegangan
Yang menjadi pertanyaan adalah apakah struktur diatas aman untuk menahan
beban sebesar 30 kN?
Dari hasil analisis diperoleh :
FAB = 40 kN (tekan)
FBC= 50 kN (tarik)

Gambar 3.6 Tegangan yang terjadi pada contoh 2


(Sumber: https://www.scribd.com/doc/119176573/Mekanika-Kekuatan-Bahan-II)

Yang paling rentan terhadap fracture adalah batang yang menerima beban
tarik. Pada
setiap bagian melalui batang BC memiliki internal force sebesar 50 kN. Besarnya
tegangan dari BC adalah :

Jika diketahui melalui material properties untuk baja, tegangan


maksimumnya sebesar all = 165 MPa: , maka dapat dikatakan struktur diatas
masih aman (mampu menahan beban sebesar 30 kN).
Disain struktur

Gambar 3.7 Desain Struktur contoh 2


(Sumber: https://www.scribd.com/doc/119176573/Mekanika-Kekuatan-Bahan-II)

21

Dalam mendisain sebuah struktur dibutuhkan suatu pemilihan material


yang sesuai maupun dapat menentukan dimensi dari struktur tersebut secara
proporsional. Jika diambil contoh struktur aluminium untuk struktur disamping,
dimana memiliki tegangan yang diijinkan sebesar all = 100 MPa. Maka dapat
ditentukan diameter yang optimal untuk struktur tersebut adalah :

Dapat disimpulkan untuk material aluminium, batang dengan diameter 26 mm


masih dianggap cukup aman.
3.3 Contoh 3

Gambar 3.8 Gambar contoh 3


(Sumber: https://www.scribd.com/doc/119176573/Mekanika-Kekuatan-Bahan-II)

Hitung tegangan normal pada batang 1 dan batang 2


Jawab :
A = D2/4
A1 = 0,0000785 m2
A2 = 0,0003141 m2

22

Gambar 3.3 Gaya gaya pada contoh 3


(Sumber: https://www.scribd.com/doc/119176573/Mekanika-Kekuatan-Bahan-II)

- 200 artinya batang tersebut mengalami gaya tekan.

3.4 Contoh 4
Dua buah batang disambung seperti pada gambar di bawah

Gambar 3.10 Gambar contoh 4


(Sumber: https://www.scribd.com/doc/119176573/Mekanika-Kekuatan-Bahan-II)

Jika tegangan tarik maksimum batang 100N/mm2 dan tegangan geser pin 80
N/mm2 .Hitung diameter batang dan pin ?
Jawab :
P = 80 KN = 80000 N,
f t = 100 N/mm2
f s = 80 N/mm2

23

3.5 Contoh 5

Gambar 3.11 Gambar contoh 5


(Sumber: https://www.scribd.com/doc/119176573/Mekanika-Kekuatan-Bahan-II)

24

3.6 Contoh 6
Sebuah batang panjang 0,6 m dengan penampang seragam, mengalami deformasi
sebesar
= 150 m =150 x 10-6m. Maka regangannya adalah :

3.7 Contoh 7

Gambar 3.12 Gambar contoh 7


(Sumber: https://www.scribd.com/doc/31642084/Mekanika-Kekuatan-Bahan-Regangan)

Tentukan deformasi yang terjadi pada batang baja setelah diberikan beban sesuai
dengan gambar disamping. Jika diketahui :

Solusi :
Bagilah batang baja tersebut menjadi beberapa bagian, kemudian gambarkan free
body diagramnya

Gambar 3.13 free body diagram contoh 7


(Sumber: https://www.scribd.com/doc/31642084/Mekanika-Kekuatan-Bahan-Regangan)

25

Menentukan gaya dalam setiap bagian, diperoleh :

Sehingga total defleksinya :

3.8 Contoh 8

Gambar 3.14 Gambar contoh 8


(Sumber: https://www.scribd.com/doc/31642084/Mekanika-Kekuatan-Bahan-Regangan)

Sebuah balok segi-empat dari material dengan modulus geser G = 90 ksi


terikat pada dua plat-plat horizontal. Plat bagian bawah direkatkan sedangkan plat
bagian atas diberikan gaya horizontal sebesar P. Jika diketahui plat bagian atas
digerakkan sejauh 0,04 in. Tentukan a) tegangan geser rata-rata pada material
tersebut. b) besarnya P.

26

Jawab :

Gambar 3.15 Gambar tegangan geser yang terjadi pada contoh 8


(Sumber: https://www.scribd.com/doc/31642084/Mekanika-Kekuatan-Bahan-Regangan)

a. Tentukan sudut deformasi rata-rata atau regangan geser blok.

Dengan menggunakan hukum hooke maka,

b. Dengan menggunakan persamaan tegangan geser, maka diperoleh P :

3.9 Contoh 9
Sebuah batang baja yang berdiameter 20 mm dengan panjang 0,5 meter,
mengalami beba tarik sebesar 25 kN, sehingga panjangnya menjadi 0,505 meter.
Tentukan tegangan dan panjangnya menjadi 0,505 meter. Tentukan tegangan dan
regangan normal yang terjadi pada batang.

Gambar 3.16 Gambar contoh 9


(Sumber: https://www.scribd.com/document/288057721/Tegangan-Dan-Regangan)

27

3.10 Contoh 10
Bata standar yang mempunyai ukuran 20,31 cm x 10,16 cm x 6,35 cm,
ditekan dengan mesin uji pada arah memanjang. Jika tegangan tekan yang terjadi
pada bata adalah sebesar 0 115 MPategangan tekan yang terjadi pada bata adalah
sebesar 0,115 MPa.

Tentukan tekan maksimum yang mampu ditahan bata

tersebut.

Gambar 3.17 Gambar contoh 10


(Sumber: https://www.scribd.com/document/288057721/Tegangan-Dan-Regangan)

Penyelesaian :

28

3.11 Contoh 11
Suatu sambungan dengan baut, memikul gaya tarik sebesar 30 kN.
Apabila diameter baut 10 mm, tentukan tegangan geser yang terjadi pada
sambungan tersebut.

Gambar 3.18 Gambar contoh 11


(Sumber: https://www.scribd.com/document/288057721/Tegangan-Dan-Regangan)

Penyelesaian :

3.12 Contoh 12
Suatu plat dengan tebal 0,16 cm dan lebar 4,5 cm, disambung dengan las,
dimana sudut pengelasannya adalah 45o. Jika plat gpgyp tersebut menerima gaya
tarik sebesar 50kN, tentukan tegangan geser yang terjadi pada sambungan las
tersebut.

Gambar 3.19 Gambar contoh 12


(Sumber: https://www.scribd.com/document/288057721/Tegangan-Dan-Regangan)

29

30

BAB 4
Kesimpulan
Sebuah bahan yang menerima beban eksternal akan memberi reaksi yang
berupa gaya dalam, yang besarnya sama tetapi arahnya berlawanan. Besarnya
gaya persatuan luas pada bahan tersebut disebut sabagai tegangan.Regangan
adalah hasil dari pemberian gaya pada objek padat.

Gaya

yang diberikan

merupakan hal khusus yang menyatakan istilah tekanan (stress). Efek dari
pemberian gaya dinyatakan sebagai tekanan dan hasil deformasi dinyatakan
sebagai regangan.
Pada kebanyakan bahan teknik terdapat hubungan antara tegangan dan
regangan. Untuk setiap peningkatan tegangan terjadi peningkatan regangan yang
sebanding, sebelum batas tegangan dicapai. Jika tegangan mencapai nilai batas,
hubungan regangan tidak lagi proporsional dengan tegangan. Hubungan
proporsional tegangan dan regangan yang dinyatakan oleh Robert Hooke pada
tahun 1678 dan menjadi hukurn Hooke. Karena regangan adalah murni angka
(tidak mempunyai satuan karena perbandingan dengan dimensi panjang dengan
panjang), maka modulus elastisitas mempunyai satuan yang sama dengan
tegangan, yaitu pascal (Pa) atau megapascal (MPa).

31

Daftar Pustaka
Aji, Fandi. 2014. "Analisis Tegangan dan Regangan Bidang" pada
https://www.scribd.com/document/215278071/Analisis-Tegangan-DanRegangan-Bidang [7 September 2016]
Aji, Hendry. 2013. "Mekanika Kekuatan Bahan II" pada
https://www.scribd.com/doc/119176573/Mekanika-Kekuatan-Bahan-II [7
September 2016]
Firnando, Riko 2015. "Tegangan dan Regangan" pada
https://www.scribd.com/document/288057721/Tegangan-Dan-Regangan
2015 Riko Firnando [7 September 2016]
Kurniawan, Wahyu. 2010. "Mekanika Kekuatan Bahan Regangan" pada
https://www.scribd.com/doc/31642084/Mekanika-Kekuatan-BahanRegangan [7 September 2016]
Wijasmara, Danang. 2015 "Tegangan Regangan" pada
https://www.scribd.com/document/263468468/i-Tegangan-Regangan [7
September 2016]

32

Anda mungkin juga menyukai