Anda di halaman 1dari 18

TUGAS TERMODINAMIKA TEKNIK KIMIA II

SIKLUS OTTO

OLEH:
KELOMPOK 6
ASTRI HANDAYANI (NRP. 122017058P)
IRVAN DWI LAKSONO (NRP.
PANDU

DOSEN PENGAJAR : IBU DEWI

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan


rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
dengan sangat baik. Tak lupa kami selalu hanturkan salam dan shalawat kepada
baginda Rasulullah SAW beserta sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman
yang tak henti-hentinya membawa kebenaran agama Islam ke seluruh penjuru
dunia.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dewi yang telah
mempercayai kami untuk menyusun makalah ini. Serta kepada teman- teman yang
berkat partisipasinya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini kami susun dengan sistematis sesuai sajian dengan bahasan
kami yaitu Siklus Otto. Kami mengulas tema makalah ini dengan wawasan yang
kami dapatkan dari berbagai buku dan sumber informasi lainnya.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih banyak
kekurangan baik dari segi penulisan maupun keterbatasan sumber pengetahuan
kami. Oleh karena itu, saran dan kritik untuk perbaikan makalah ini akan sangat
dinantikan. Akhir dari pengantar ini penulis berharap semoga dari makalah ini kita
dapat memperoleh ilmu yang bermanfaat.

Palembang, Mei 2018

Penulis
SIKLUS OTTO

2.1 Sejarah Mesin Otto (Mesin Bensin)


Nikolaus August Otto (14 Juni 1832 – 28 Januari 1891) ialah penemu
mesin pembakaran dalam asal Jerman. Sebagai lelaki muda ia mulai
percobaan dengan mesin gas dan pada 1864 ikut serta dengan 2 kawan untuk
membentuk perusahaannya sendiri. Perusahaan itu dinamai N. A. Otto & Cie.,
yang merupakan perusahaan pertama yang menghasilkan mesin pembakaran
dalam. Perusahaan ini masih ada sampai kini dengan nama Deutz AG.
Mesin atmosfer pertamanya selesai pada Mei 1867. 5 tahun kemudian
ia disusul oleh Gottlieb Daimler dan Wilhelm Maybach dan bersama mereka
ciptakan gagasan putaran empat tak atau putaran Otto. Pertama kali dibuat
pada 1876, tak itu merupakan gerakan naik atau turun pada piston silinder.
Paten Otto dibuat tak berlaku pada 1886 saat ditemukan bahwa penemu lain,
Alphonse Beau de Rochas, telah membuat asas putaran 4 tak dalam selebaran
yang diterbitkan sendirian. Menurut studi sejarah terkini, penemu Italia
Eugenio Barsanti dan Felice Matteucci mempatenkan versi efisien karya
pertama dari mesin pembakaran dalam pada 1854 di London (nomor paten
1072). Mesin Otto dalam banyak hal paling tidak diilhami dari penemuan itu.
Mesin bensin atau mesin Otto dari Nikolaus Otto adalah sebuah tipe
mesin pembakaran dalam yang sering digunakan dalam mobil, pesawat, atau
alat lainnya seperti mesin pemotong rumput atau motor, dan motor outboard
untuk kapal. Tipe paling umum dari mesin ini adalah mesin pembakaran
dalam putaran empat stroke yang membakar bensin. Pembakaran dimulai oleh
sistem ignisi yang membakaran spark voltase tinggi melalui busi. Tipe mesin
putaran dua stroke sering digunakan untuk aplikasi yang lebih kecil, ringan
dan murah, tetapi efisiensi bahan bakarnya tidak baik.
Mesin wankel dapat juga menggunakan bensin sebagai bahan
bakarnya. Satu komponen dalam mesin lama adalah karburator, yang
mencampur bensin dengan udara. Di mesin yang lebih baru karburator diganti
dengan injeksi bahan bakar.
2.2 Pengertian Umum Mesin Bensin
Motor bakar adalah jenis mesin kalor yang termasuk Mesin
Pembakaran Dalam (Internal Combustion Engine). Internal Combustion
Engine (I.C. Engine) adalah mesin kalor yang mengubah energi kimia bahan
bakar menjadi kerja mekanis, yaitu dalam bentuk putaran poros. Energi kimia
bahan bakar pertama diubah menjadi energi panas melalui proses pembakaran
atau oksidasi dengan udara dalam mesin. Energi panas ini meningkatkan
temperatur dan tekanan gas pada ruang bakar. Gas bertekanan tinggi ini
kemudian berekspansi melawan mekanisme mekanik mesin. Ekspansi ini
diubah oleh mekanisme link menjadi putaran crankshaft, yang merupakan
output dari mesin tersebut. Crankshaft selanjutnya dihubungkan ke sistem
transmisi oleh sebuah poros untuk mentransmisikan daya atau energi putaran
mekanis yang selanjutnya energi ini dimanfaatkan sesuai dengan keperluan.
Siklus Otto pada mesin bensin disebut juga dengan siklus volume
konstan, dimana pembakaran terjadi pada saat volume konstan. Pada mesin
bensin dengan siklus Otto dikenal dua jenis mesin, yaitu mesin 4 langkah
(four stroke) dan 2 langkah (two stroke). Untuk mesin 4 langkah terdapat 4
kali gerakan piston atau 2 kali putaran poros engkol (crank shaft) untuk tiap
siklus pembakaran, sedangkan untuk mesin 2 langkah terdapat 2 kali gerakan
piston atau 1 kali putaran poros engkol untuk tiap siklus pembakaran.
Sementara yang dimaksud langkah adalah gerakan piston dari TMA (Titik
Mati Atas) atau TDC (Top Death Center) sampai TMB (Titik Mati Bawah)
atau BDC (Bottom Death Center) maupun sebaliknya dari TMB ke TMA.

Mesin 2 Langkah
Definisi Mesin 2 langkah
Mesin dua tak adalah mesin yang memerlukan dua kali gerakan piston
naik turun untuk sekali pembakaran (agar diperoleh tenaga). Mesin tersebut
banyak digunakan pada motor- motor kecil. Mesin dua tak menghasilkan asap
sebagai sisa pembakaran dari oli pelumas.

Prinsip Kerja Mesin 2 Langkah


Istilah-istilah baku yang berlaku dalam teknik otomotif yang harus diketahui
untuk bisa memahami prinsip kerja mesin ini:
 TMA (titik mati atas) atau TDC (top dead centre): Posisi piston
berada pada titik paling atas dalam silinder mesin atau piston berada pada
titik paling jauh dari poros engkol (crankshaft).
 TMB (titik mati bawah) atau BDC (bottom dead centre): Posisi
piston berada pada titik paling bawah dalam silinder mesin atau piston
berada pada titik paling dekat dengan poros engkol (crankshaft).
 Ruang bilas yaitu ruangan di bawah piston dimana terdapat poros engkol
(crankshaft). Sering disebut sebagai bak engkol (crankcase) berfungsi gas
hasil campuran udara, bahan bakar dan pelumas bisa
tercampur lebih merata.
 Pembilasan (scavenging) yaitu proses pengeluaran gas hasil
pembakaran dan proses pemasukan gas untuk pembakaran dalam ruang
bakar.
a. Langkah 1
Piston bergerak dari TMA ke TMB
1. Saat bergerak dari TMA ke TMB, piston akan menekan ruang bilas yang
berada di bawahnya. Semakin jauh piston meninggalkan TMA menuju
TMB akan semakin meningkat pula tekanan di ruang bilas.
2. Pada titik tertentu, piston (ring piston) akan melewati lubang pembuangan
gas dan lubang pemasukan gas. Posisi masing - masing lubang tergantung
dari desain perancang. Umumnya ring piston akan melewati lubang
pembuangan terlebih dahulu.
3. Pada saat ring piston melewati lubang pembuangan, gas di dalam ruang
bakar keluar melalui lubang pembuangan.
4. Pada saat ring piston melewati lubang pemasukan, gas yang tertekan di
dalam ruang bilas akan terpompa masuk ke dalam ruang bakar, sekaligus
mendorong keluar gas yang ada di dalam ruang bakar menuju lubang
pembuangan.

5. Piston terus menekan ruang bilas sampai titik TMB, sekaligus memompa
gas dalam ruang bilas menuju ke dalam ruang bakar.

b. Langkah 2
Piston bergerak dari TMB ke TMA.
1. Saat bergerak dari TMB ke TMA, piston akan menghisap gas hasil
percampuran udara, bahan bakar dan pelumas ke dalam ruang bilas.
Percampuran ini dilakukan oleh karburator atau sistem injeksi.
2. Saat melewati lubang pemasukan dan lubang pembuangan, piston akan
mengkompresi gas yang terjebak di dalam ruang bakar.
3. Piston akan terus mengkompresi gas dalam ruang bakar sampai TMA.
4. Beberapa saat sebelum piston sampai di TMA (pada mesin bensin
busi akan menyala, sedangkan pada mesin diesel akan
menyuntikkan bahan bakar) untuk membakar gas dalam ruang bakar.
Waktu nyala busi atau penyuntikan bahan bakar tidak terjadi saat piston
sampai ke TMA, melainkan terjadi sebelumnya. Ini dimaksudkan agar
puncak tekanan akibat pembakaran dalam ruang bakar bisa terjadi saat
piston mulai bergerak dari TMA ke TMB, karena proses pembakaran
membutuhkan waktu untuk bisa membuat gas terbakar dengan sempurna
oleh nyala api busi atau dengan suntikan bahan bakar.

Kelebihan dan Kekurangan Mesin 2 Langkah


a. Kelebihan Mesin Dua Tak
Dibandingkan mesin empat tak, mesin dua tak memiliki beberapa kelebihan:
1. Hasil tenaganya lebih besar dibandingkan mesin empat tak.
2. Mesin dua tak lebih kecil dan ringan dibandingkan mesin empat tak.
Kombinasi kedua kelebihan di atas menjadikan rasio berat terhadap tenaga
(power to weight ratio) mesin dua tak lebih baik dibandingkan mesin
empat tak.

3. Mesin dua tak lebih murah biaya produksinya karena konstruksinya yang
sederhana.
Meskipun memiliki berbagai kelebihan, mesin ini sudah jarang digunakan dalam
kendaraan-kendaraan terutama kendaraan mobil dikarenakan oleh beberapa
kekurangan.
b. Kekurangan Mesin Dua Tak
Kekurangan mesin dua tak dibandingkan mesin empat tak:
1. Efisiensi bahan bakar mesin dua tak lebih rendah dibandingkan mesin
empat tak (boros).
2. Mesin dua tak memerlukan percampuran oli dengan bahan bakar (oli
samping/two stroke oil) untuk pelumasan silinder mesin.
Kedua hal di atas mengakibatkan biaya operasional mesin dua tak
menjadi lebih lebih tinggi dibandingkan biaya operasional mesin empat
tak.
3. Mesin dua tak menghasilkan polusi udara lebih banyak. Polusi terjadi dari
pembakaran oli samping dan gas dari ruang bilas yang lolos/bocor dan
masuk langsung ke lubang pembuangan.
4. Pelumasan mesin dua tak tidak sebaik mesin empat tak. Ini mengakibatkan
usia suku cadang dalam komponen ruang bakar relatif lebih singkat.

Mesin 4 Langkah
Definisi Mesin 4 Langkah

Motor bakar empat langkah adalah mesin pembakaran dalam, yang dalam
satu kali siklus pembakaran akan mengalami empat langkah piston.
Sekarang ini, mesin pembakaran dalam pada mobil, sepeda motor, truk,
pesawat terbang, kapal, alat berat dan sebagainya, umumnya menggunakan siklus
empat langkah. Empat langkah tersebut meliputi langkah hisap (pemasukan),
kompresi, tenaga dan langkah buang. Yang secara keseluruhan memerlukan dua
putaran poros engkol (crankshaft) per satu siklus pada mesin bensin atau mesin
diesel.

Prinsip Kerja Mesin 4 Langkah

Istilah-istilah baku yang berlaku dalam teknik otomotif yang harus diketahui
untuk bisa memahami prinsip kerja mesin ini:
o TMA (titik mati atas) atau TDC (top dead centre): Posisi piston berada pada
titik paling atas dalam silinder mesin atau piston berada pada titik paling jauh
dari poros engkol (crankshaft).
o TMB (titik mati bawah) atau BDC (bottom dead centre): Posisi piston berada
pada titik paling bawah dalam silinder mesin atau piston berada pada titik
paling dekat dengan poros engkol (crankshaft).

a. Langkah 1
Piston bergerak dari TMA ke TMB, posisi katup masuk terbuka dan katup
keluar tertutup, mengakibatkan udara (mesin diesel) atau gas (sebagian
besar mesin bensin) terhisap masuk ke dalam ruang bakar. Proses udara
atau gas sebelum masuk ke ruang bakar dapat dilihat pada sistem
pemasukan.
b. Langkah 2
Piston bergerak dari TMB ke TMA, posisi katup masuk dan keluar
tertutup, mengakibatkan udara atau gas dalam ruang bakar terkompresi.
Beberapa saat sebelum piston sampai pada posisi TMA, waktu penyalaan
(timing ignition) terjadi (pada mesin bensin berupa nyala busi sedangkan
pada mesin diesel berupa semprotan (suntikan) bahan bakar).
c. Langkah 3
Gas yang terbakar dalam ruang bakar akan meningkatkan tekanan dalam
ruang bakar, mengakibatkan piston terdorong dari TMA ke TMB.
Langkah ini adalah proses yang akan menghasilkan tenaga.
d. Langkah 4
Piston bergerak dari TMB ke TMA, posisi katup masuk tertutup dan katup
keluar terbuka, mendorong sisa gas pembakaran menuju ke katup keluar
yang sedang terbuka untuk diteruskan ke lubang pembuangan.

Siklus Otto
Pengertian Siklus Otto

Siklus Otto adalah siklus ideal untuk mesin torak dengan pengapian-nyala
bunga api pada mesin pembakaran dengan sistem pengapian-nyala ini, campuran
bahan bakar dan udara dibakar dengan menggunakan percikan bunga api dari
busi. Piston bergerak dalam empat langkah (disebut juga mesin dua siklus) dalam
silinder, sedangkan poros engkol berputar dua kali untuk setiap siklus
termodinamika. Mesin seperti ini disebut mesin pembakaran internal empat
langkah.
Siklus Otto adalah siklus thermodinamika yang paling banyak digunakan
dalam kehidupan manusia. Mobil dan sepeda motor berbahan bakar bensin (Petrol
Fuel) adalah contoh penerapan dari sebuah siklus Otto.
Siklus udara volume konstan atau siklus otto adalah proses yang ideal.
Dalam kenyataannya baik siklus volume konstan, siklus tekanan konstan dan
siklus gabungan tidak mungkin dilaksanakan, karena adanya beberapa hal sebagai
berikut :

1. Fluida kerja bukanlah udara yang bisa dianggap sebagai gas ideal, karena
fluida kerja di sini adalah campuran bahan bakar (premium) dan udara,
sehingga tentu saja sifatnya pun berbeda dengan sifat gas ideal.
2. Kebocoran fluida kerja pada katup (valve), baik katup masuk maupun katup
buang, juga kebocoran pada piston dan dinding silinder, yang menyebabkan
tidak optimalnya proses.
3. Baik katup masuk maupun katup buang tidak dibuka dan ditutup tepat pada
saat piston berada pada posisi TMA dan atau TMB, karena pertimbangan
dinamika mekanisme katup dan kelembaman fluida kerja. Kerugian ini dapat
diperkecil bila saat pembukaan dan penutupan katup disesuaikan dengan besarnya
beban dan kecepatan torak.
4. Pada motor bakar torak yang sebenarnya, saat torak berada di TMA tidak
terdapat proses pemasukan kalor seperti pada siklus udara. Kenaikan tekanan
dan temperatur fluida kerja disebabkan oleh proses pembakaran campuran
udara dan bahan bakar dalam silinder.
5. Proses pembakaran memerlukan waktu untuk perambatan nyala apinya,
akibatnya proses pembakaran berlangsung pada kondisi volume ruang yang
berubah-ubah sesuai gerakan piston. Dengan demikian proses pembakaran
harus dimulai beberapa derajat sudut engkol sebelum torak mencapai TMA
dan berakhir beberapa derajat sudut engkol sesudah TMA menuju TMB. Jadi
proses pembakaran tidak dapat berlangsung pada volume atau tekanan yang
konstan.
6. Terdapat kerugian akibat perpindahan kalor dari fluida kerja ke fluida
pendingin, misalnya oli, terutama saat proses kompresi, ekspansi dan waktu
gas buang meninggalkan silinder. Perpindahan kalor tersebut terjadi karena
ada perbedaan temperatur antara fluida kerja dan fluida pendingin.

Adanya kerugian energi akibat adanya gesekan antara fluida kerja dengan
dinding silinder dan mesin. Terdapat kerugian energi kalor yang dibawa oleh gas
buang dari dalam silinder ke atmosfer sekitarnya. Energi tersebut tidak dapat
dimanfaatkan untuk kerja mekanik. Siklus aktual motor bensin ditunjukan pada
Gambar berikut

Skema diatas memperlihatkan setiap langkah piston dan pernyataan prosesnya


pada diagram P-v untuk kondisi aktual mesin pengapian-nyala empat langkah.
Dari skema di atas tersebut, kondisi awal kedua katup hisap dan buang dalam
keadaan tertutup sedangkan piston pada posisi terendahnya yaitu pada titik mati
bawah (Bottom Dead Center/BDC). Selama langkah kompresi, piston bergerak ke
atas di mana campuran udara-bahan bakar dikompresi. Sesaat sebelum piston
mencapai posisi tertingginya yaitu titik mati atas (Top Dead Center/TDC)
percikan bunga api ditimbulkan oleh busi sehingga membakar campuran yang
kemudian menaikkan tekanan dan temperatur sistem.
Tekanan gas yang tinggi tersebut mendorong piston ke bawah sehingga
menyebabkan poros engkol berputar, selama langkah usaha (langkah ekspansi) ini
dihasilkan kerja keluaran yang bermanfaat. Pada ujung langkah ini, piston pada
posisi terendahnya untuk menyelesaikan siklus yang pertama (mesin satu siklus),
sehingga isi silindernya berupa sisa pembakaran. Piston bergerak kembali ke atas
membersihkan gas buang melalui katup buang (langkah pembuangan), kemudian
piston turun kembali ke bawah mengambil campuran udara-bahan bakar yang
baru melalui katup hisap (langkah hisap). Sebagai catatan bahwa tekanan dalam
silinder di atas tekanan lingkungan saat langkah buang dan berada di bawah
tekanan lingkungan saat langkah hisap.
1. Campuran udara dan uap bensin dalam silinder ditekan secara adiabatik ketika
piston bergerak ke atas (langkah kompresi / compression stroke).
2. Karena ditekan secara adiabatik maka suhu dan tekanan campuran meningkat.
Pada saat yang sama, busi memercikkan bunga api sehingga campuran udara
dan uap bensin terbakar. Ketika terbakar, suhu dan tekanan gas semakin
bertambah. Gas bersuhu tinggi dan bertekanan tinggi tersebut memuai
terhadap piston dan mendorong piston ke bawah (power stroke).
3. Selanjutnya gas yang terbakar dibuang melalui katup pembuangan dan
dialirkan menuju pipa pembuangan (langkah pembuangan / exhaust stroke).
4. Katup masukan terbuka lagi, campuran udara dan uap bensin mengalir dari
karburator menuju silinder pada saat piston bergerak ke bawah (langkah
masukan / intake stroke). Selanjutnya ke-empat langkah diulang kembali.
Analisis termodinamika untuk kondisi aktual tersebut dapat disederhanakan
bila digunakan asumsi udara-standar yang berlaku sebagai gas-ideal. Karenaitu,
siklus untuk kondisi aktual dimodifikasi menjadi sistem tertutup yang disebut
sebagai siklus Otto ideal. Karena siklus Otto ideal ini merupakan sistem tertutup,
maka ada beberapa asumsi yang digunakan yaitu (1) mengabaikan perubahan
energi kinetik dan potensial, dan (2) tidak ada kerja yang timbul selama proses
perpindahan kalor.Skema dan pernyataan prosesnya pada diagram P-v dan T-s
seperti terlihat pada gambar berikut

Secara termodinamika, siklus Otto memiliki 4 buah proses termodinamika


yang terdiri dari 2 buah proses isokhorik (volume tetap) dan 2 buah proses
adiabatis (kalor tetap) seperti yang terlihat pada gambar di bawah.
Adapun siklus disamping ini adalah sebagai berikut:

1. Langkah 0 – 1 adalah langkah hisap, yang terjadi pada tekanan


(P) konstan.
2. Langkah 1 – 2 adalah langkah kompresi, pada kondisi isentropik.
3. Langkah 2 – 3 adalah dianggap sebagai proses pemasukan kalor pada
volume konstan.
4. Langkah 3 – 4 adalah proses ekspansi, yang terjadi secara
isentropik.
5. Langkah 4 – 1 adalah langkah pengeluaran kalor pada volume konstan.
6. Langkah 1 – 0 adalah proses tekanan konstan.

Maksud siklus seperti pada gambar di atas beserta penjelasannya adalah sebagai
berikut:

1. Langkah isap (0-1) dan langkah buang (1-0) dianggap sebagai proses tekanan
tetap.
2. Langkah pemampatan (1-2) dianggap berlangsung secara adiabatik, karena
proses tersebut berlangsung sangat cepat sehingga dianggap tidak ada panas
yang sempat keluar sistem.
3. Proses pembakaran (garis 2-3) dianggap sebagai pemasukan (pengisian) kalor
pada volume konstan.
4. Langkah kerja (3-4) dianggap juga berlangsung adiabatik. Penjelasan sama
dengan nomor 2.
5. Proses penurunan tekanan karena pembukaan katup buang (garis 4-1) dianggap
sebagai pengeluaran (pembuangan) kalor pada volume tetap.
6. Fluida kerja dianggap gas ideal sehingga memenuhi hukum-hukum gas ideal.

Perlu diketahui bahwa tujuan dari adanya langkah kompresi alias


penekanan adiabatik adalah menaikkan suhu dan tekanan campuran udara dan uap
bensin. Proses pembakaran pada tekanan yang tinggi akan menghasilkan suhu dan
tekanan (P = F/A) yang sangat besar. Akibatnya gaya dorong (F = PA) yang
dihasilkan selama proses pemuaian menjadi sangat besar. Mesin motor atau mobil
menjadi lebih bertenaga. Walaupun tidak ditekan, campuran udara dan uap bensin
bisa terbakar ketika si busi memercikkan bunga api. Tapi suhu dan tekanan gas
yang terbakar tidak terlalu tinggi sehingga gaya dorong yang dihasilkan juga
kecil. Akibatnya mesin menjadi kurang bertenaga.

Persamaan Siklus Otto

Siklus udara standar Otto adalah siklus ideal yang mengasumsikan


penambahan kalor terjadi secara spontan pada kedudukan piston di TMA.
Siklus Otto diperlihatkan pada gambar 3. ditunjukkan oleh diagram p - v dan
T - s. Siklus terdiri dari 4 proses reversibel internal yang berurutan.

Gambar Diagram p – v dan T – s untuk siklus Otto standar udara.


Proses 1 – 2 :adalah kompresi isentropik udara ketika piston bergerak dari TMB
ke TMA.

Proses 2 – 3 :adalah perpindahan kalor ke udara pada volume konstan yang


diambil dari sumber luar ketika piston berada pada TMA. Proses
ini dimaksudkan untuk mewakili proses pembakaran campuran
udara-bahan bakar.

Proses 3 – 4 :adalah proses ekspansi isentropik (langkah kerja).


Proses 4 – 1 :adalah proses volume konstan dimana kalor dibuang dari udara
ketika piston berada pada TMB.

Karena siklus standar udara Otto (selanjutnya disebut siklus Otto) terdiri
dari proses reversibel, maka luas daerah pada diagram T- S dan P-V masing-
masing bisa dinterpretasikan sebagai kalor dan kerja. Pada diagram T-S daerah 2-
3-a-b-2 mewakili kalor yang ditambahkan per satuan massa dan daerah 1-4-a-b-1
adalah kalor yang dilepaskan per satuan massa. Pada diagram P-V daerah 1-2-a-
b-1 mewakili kerja input per satuan massa selama proses kompresi dan daerah 3-
4-b- a-3 adalah kerja yang dihasilkan per satuan massa pada proses ekspansi.

Dengan mengabaikan energi kinetik dan potensial, maka siklus Otto yang
mempunyai dua langkah kerja dan dua langkah dimana terjadi perpindahan kalor
bisa dirumuskan

Dalam menganalisis siklus sering lebih menyenangkan untuk menuliskan


semua kerja dan perpindahan kalor sebagai jumlah yang positif (tanda
positif) yang karena itu penulisan W1,2 /m adalah positif dan mewakili
kerja input selama kompresi dan Q4,1 /m adalah bilangan positif dan
mewakili kalor yang dilepaskan pada proses 4-1.

Kerja bersih siklus dinyatakan sebagai :


𝑊 𝑆𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 𝑊3,4 𝑊1,2
= − = (𝑈3 − 𝑈4 ) − (𝑈2 − 𝑈1 )
𝑚 𝑚 𝑚
atau dengan cara lain:
𝑊 𝑆𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 𝑄2,3 𝑄1,4
= − = (𝑈3 − 𝑈2 ) − (𝑈4 − 𝑈1 )
𝑚 𝑚 𝑚

Efisiensi termal adalah perbandingan kerja bersih siklus terhadap kalor yang
ditambahkan yaitu :
(𝑈3 − 𝑈2 ) − (𝑈4 − 𝑈1 ) (𝑈3 − 𝑈2 )
𝜂= =1−
(𝑈3 − 𝑈2 ) (𝑈3 − 𝑈2 )

Harga entalpi spesifik yang diperlukan untuk persamaan diatas bisa dilihat dari
tabel udara.

Efisiensi termal berbasis standar udara dingin pada cv konstan :


𝑐𝑣 (𝑇4 − 𝑇1 )
𝜂 =1−
𝑐𝑣 (𝑇3 − 𝑇2 )
atau :
𝑇1 (𝑇4 − 𝑇1 )
𝜂 =1−
𝑐𝑣 (𝑇3 − 𝑇2 )
karena T4 / T1 = T3 / T2 maka :

𝑇1
𝜂 =1−
𝑇2

sehingga akhirnya diperoleh :

1
𝜂 =1−
𝑟 𝑘−1

Persamaan diatas menunjukkan bahwa efisiensi termal siklus Otto


berdasarkan standar udara dingin dipengaruhi oleh rasio kompresi mesin
dan rasio kalor spesifik dari fluida kerjanya. Efisiensi siklus akan naik bila
rasio kompresi dan rasio kalor spesifik semakin besar seperti pada diagram
di bawah ini.

Anda mungkin juga menyukai