Anda di halaman 1dari 29

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GELOMBANG LAUT

(PLTGL)

MAKALAH

Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia


Jurusan Teknik Elekro Program Studi Teknik Listrik

Oleh :

Muhammad Haidar
061630311425

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


PALEMBANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, taufik, dan hidayahNya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Harapan penulis, semoga makalah ini berguna untuk
membantu pembaca dalam mempelajari Pembangkit listrik Tenaga Gelombang
Laut, Makalah ini disusun sebagai bekal pembaca dan melengkapi salah satu tugas
Bahasa Indonesia. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan pengerjaan
makalah ini masih banyak kekurangan, sehingga penulis berharap saran dan kritik
yang membangun dari berbagai pihak agar makalah ini dapat lebih bermanfaat.

Palembang, November 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI………………………………………………………………….………………………….………………..…… ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2
1.4 Manfaat ............................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 4
2.1 Sejarah Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut (PLTGL) ............................ 4
2.2 Jenis-jenis Energi Gelombang Laut ..................................................................... 6
2.3 Komponen-Komponen Utama pada PLTGL ........................................................ 7
2.4 Pengertian Dari Pembangkit Listrik Tenaga Ombak ........................................... 8
BAB III PEMBAHASAN .................................................................................................... 9
3.1 Proses Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut ........................................... 9
3.1.1 Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut OWC ………………..…………...…..9

3.1.2 Generator Pada Pembangkit Listrik Tenaga Gelomba Laut ..………….……..11

3.2 Konversi Energi Gelombang Laut Menjadi Listrik ............................................. 13


3.3 Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut Dunia dan di Indonesia ............... 16
3.4 Keuntungan dan Kekurangan Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut ..... 19
BAB IV PENUTUP .......................................................................................................... 25
4.1 Kesimpulan........................................................................................................ 25
4.2 Saran ................................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Krisis energi telah diprediksikan akan melanda lima tahun yang akan
datang. Hal ini dikarenakan semakin langkanya minyak bumi dan semakin
meningkatnya permintaan energi. Untuk itu diperlukan sebuah terobosan baru
untuk memanfaatkan energi lain, selain energi yang tidak dapat diperbaharui ini.
Karena jika kita tergantung pada energi yang tidak dapat diperbaharui saja, maka
di masa depan kita akan kesulitan untuk memanfaatkan energi ini karena
keterbatasan sumber dari energi tersebut. Lalu bagaimana dengan nasib anak cucu
kita nanti? Oleh karena itu manusia harus berusaha memanfaatkan sumber daya
hayati yang ada di bumi ini dengan sebaik-baiknya dan dalam pemanfaatannya
harus dikembangkan dari sekarang. Akan tetapi penggunaannya haruslah
mempunyai tujuan yang positif yang nantinya tidak akan membahayakan manusia
itu sendiri.
Sumber daya hayati yang ada di bumi ini salah satunya adalah lautan.
Wilayah bumi didominasi oleh laut, dan laut juga mempunyai banyak potensi
pangan dan potensi sebagai sumber energi. Potensi pangan yang ada di laut adalah
beranekaragamnya spesies ikan dan tanaman laut. Dan potensi sumber energi yang
ada di laut ada 3 macam, yaitu: energi ombak, energi pasang surut dan energi panas
laut. Salah satu energi di laut adalah energi ombak. Sebenarnya ombak merupakan
sumber energi yang cukup besar. Ombak merupakan gerakan air laut yang turun-
naik atau bergulung-gulung. Energi ombak adalah energi alternatif yang
dibangkitkan melalui efek gerakan tekanan udara akibat fluktuasi pergerakan
gelombang.
Untuk itu kita akan mencoba menggali informasi tentang tenaga ombak
yang sudah dimanfaatkan oleh banyak negara, termasuk Indonesia. Berdasarkan
survei yang dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

1
2

(BPPT) dan Pemerintah Norwegia sejak tahun 1987, terlihat bahwa banyak daerah-
daerah pantai yang berpotensi sebagai pembangkit listrik bertenaga ombak. Ombak
di sepanjang Pantai Selatan Pulau Jawa, di atas Kepala Burung Irian Jaya, dan
sebelah barat Pulau Sumatera sangat sesuai untuk menyuplai energi listrik. Kondisi
ombak seperti itu tentu sangat menguntungkan, sebab tinggi ombak yang bisa
dianggap potensial untuk membangkitkan energi listrik adalah sekitar 1,5 hingga 2
meter, dan gelombang ini tidak pecah sampai di pantai.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah :


1 Bagaimana Proses Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut ?
2 Bagaimana Konversi Energi Gelombang Laut Menjadi Energi Listrik?
3 Bagaimana Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut dunia dan di
Indonesia ?
4 Apa saja Keuntungan dan Kekurangan Pembangkit Listrik Tenaga Ombak?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini yaitu:


1. Mengetahui proses pembangkitan listrik dengan menggunakan tanaga
gelombang laut.
2. Mengetahui konversi energi gelombang laut menjadi energi listrik.
3. Mengetahui perkembangan pembangkit listrik tenaga ombak di
Indonesia dan dunia.
4. Mengetahui apa kelebihan dan kekurangan pada pembangkit listrik
tenaga ombak.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu :


1. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah bahasa indonesia
2. Menambah wawasan tentang pembangkit listrik tenaga gelombang laut.
4

3. Memahami sejarah pembangkit listrik tenaga gelombang laut.


4. Memberikan informasi kepada pembaca bagaiamana proses dari
pembangkit listrik tenaga gelombang laut.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut (PLTGL)

Sebenarnya PLTGL bukanlah sesuatu yang baru. Berdasarkan sejarahnya,


pemanfaatkan gelombang laut sebagai sumber energi listrik telah dilakukan sejak
abad ke-18. Berdasarkan catatan sejarah, Girard dan anaknya dari Prancis telah
menggunakan energi gelombang laut. Selanjutnya pada 1919, Bochaux-Praceique
telah memanfaatkan gelombang laut untuk menggerakkan alat pembangkit listrik
untuk menerangi lampu rumahnya di Royan, dekat Boedeaix, Prancis.
Apa yang dilakukannya telah menunjukkan kemajuan teknologi dalam
pemanfaatan energi gelombang laut. Bahkan dia telah menggunakan perangkat
teknologi yang diberi nama Oscillating Water Column untuk pertama kalinya. Tak
hanya di Prancis, kalangan ilmuwan mencoba memanfaatkan energi gelombang
laut. Dari 1855 hingga 1973 tercatat sekitar 340 paten mengenai teknologi
pemanfaatan gelombang laut di Inggris.
Penggunaan teknologi yang ilmiah dan modern untuk pemanfaatkan energi
gelombang laut dirintis oleh peneliti Jepang Yoshio Masuda pada 1940-an. Dia
telah mengetes berbagai konsep dari perangkat yang memanfaatkan energi
gelombang laut. Ratusan unit alat pembangkit dites untuk menghasilkan listrik yang
bisa menyalakan lampu. Pada 1950, Masuda telah menghasilan konsep yang juga
maju.
Tetapi sayangnya pengembangan teknologi yang memanfaatkan gelombang
laut kurang mendapat respons. Seiring perjalanan waktu pada 1973, dunia dilanda
krisis minyak. Krisis bahan bakar dari fosil itu kembali mendorong dan memacu
peneliti dari berbagai universitas mencoba mengembangkan pembangkit listrik
tenaga gelombang laut. Peneliti itu di antaranya Stephen Salter dari Edinburgh
University, Johannes Falnes dari Norwegian Institute of Technology, Michael E.
McCormick dari U. S. Naval Academy, David Evans dari Bristol University,

4
5

Michael French from University of Lancaster, John Newman, serta Chiang C. Mei
dari MIT.
Pembangkit listrik tenaga gelombang telah dikembangkan di Jerman.
Perusahaan Energie Baden-Wuttemberg Ag (EnBW) bekerja sama dengan Vorth
Siemen Hydro Power Generation GmbH & Co. Bermula dari EnBW melihat
potensi untuk pembangkit gelombang di pantai Laut Utara. Akhirnya pemerintah
Jerman merancang pilot project pembangkit listrik tenaga gelombang.
Pembangkit listrik tenaga gelombang laut (PLTGL) yang telah berjalan
adalah PLTGL Limpet dikelola oleh Wavegen, anak perusahaan Vorth Siemen
yang berbasis di Inggris. PLTGL Limpet mampu memproduksi listrik 500 kwh.
Pembangkit tersebut menggunakan teknologi Oscillating Water Column (OWC)
yang mengubah energi gelombang menjadi udara pendorong untuk menggerakan
turbin.
Sementara itu, PLTGL yang di Jerman akan memiliki kapasitas 250 kWh.
Dengan kapasitas tersebut, PLTGL tersebut dapat mengaliri listrik ke 120 rumah.
Pemerintah Jerman berharap pembangunan PLTG tersebut tidak mengganggu
lingkungan sekitar pantai. Oleh karena itu, EnBW menjalin kerja sama dengan
proyek konservasi pantai agar pembanguan PLTGL tidak merusak keindahan alam
daerah sepanjang pantai.
Pembangkit listrik gelombang laut komersial juga dikembangkan di ‘Negeri
Kanguru’. Pusat PLTGL itu terletak di lepas pantai Australia. Pembangkit dengan
terobosan teknologi yang masih langka itu telah memasok kebutuhan listrik sekitar
500 rumah yang berada di daerah Selatan Sydney, Australia.
Listrik baru bisa dihasilkan PLTGL jika gelombang laut datang menerpa
corong yang menghadap ke lautan. Gerakan tersebut mengalirkan udara melalui
dan masuk menggerakan turbin. Dari putaran turbin tersebut, sebanyak 500 kWh
daya listrik dihasilkan setiap hari dan langsung disalurkan ke rumah-rumah .
Pusat PLTGL yang di Australia merupakan proyek percontohan.
Pemerintah Australia berencana membangun PLTGL yang lebih besar dan
menghasilkan listrik lebih kuat di pantai selatan Australia. Dengan pembangunan
PLTGL, para ahli teknologi PLGL Australia pun mendapat kebanjiran order untuk
6

membangunan PLTGL di beberapa negara. Hawai, Spanyol, Afrika Selatan, Cile,


Meksiko, dan Amerika Serikat juga tertarik.
Perusahaan yang mengelola PLTGL, Energetech mengaku pembangkit
yang masih jarang dikembangkan memiliki banyak keuntungan. John Bell, Direktur
Keuangan Energetech mengatakan energi gelombang laut merupakan energi yang
tidak pernah habis jika dibandingkan sumber energi lainnya. Energi gelombang laut
tidak berbeda dengan energi dari matahari dan angin.
Energi gelombang laut adalah satu potensi laut dan samudra yang belum
banyak bisa menghasilkan listrik. Negara yang melakukan penelitian dan
pengembangan potensi energi samudra untuk menghasilkan listrik adalah Inggris,
Australia, Perancis, dan Jepang.

2.2 Jenis-jenis Energi Gelombang Laut

Tiga tipe Energi Secara umum, potensi energi gelombang laut dapat
menghasilkan listrik dapat dibagi menjadi tiga tipe potensi energi yaitu energi
pasang surut (tidal power), energi gelombang laut (wave energy), dan energi panas
laut (ocean thermal energy).
1. Energi pasang surut merupakan energi yang dihasilkan dari pergerakan air
laut akibat perbedaan pasang surut.

2. Energi gelombang laut adalah energi yang dihasilkan dari pergerakan


gelombang laut menuju daratan dan sebaliknya.

3. Energi panas laut memanfaatkan perbedaan temperatur air laut di


permukaan dan di kedalaman.

Energi panas laut memanfaatkan perbedaan temperatur air laut di


permukaan dan di kedalaman. Indonesia belum pemanfaatan energi gelombang laut
sebagai sumber listrik. Memang Indonesia dengan wilayahnya yang luas, memiliki
potensi mengembangkan PLTGL. Namun untuk merealisasikan hal tersebut perlu
dilakukan penelitian lebih mendalam. Tetapi secara sederhana dapat dilihat bahwa
probabilitas menemukan dan memanfaatkan potensi energi gelombang laut dan
energi panas laut lebih besar dari energi pasang surut.
7

Pada dasarnya pergerakan laut yang menghasilkan gelombang laut terjadi


akibat dorongan pergerakan angin. Angin timbul akibat perbedaan tekanan pada 2
titik yang diakibatkan oleh respons pemanasan udara oleh matahari yang berbeda
di kedua titik tersebut. Dengan sifat tersebut, energi gelombang laut dapat
dikategorikan sebagai energi terbarukan.
Gelombang laut secara ideal dapat dipandang berbentuk gelombang yang
memiliki ketinggian puncak maksimum dan lembah minimum. Pada selang waktu
tertentu, ketinggian puncak yang dicapai serangkaian gelombang laut berbeda-
beda. Ketinggian puncak ini berbeda-beda untuk lokasi yang sama jika diukur pada
hari yang berbeda. Meskipun demikian, secara statistik dapat ditentukan ketinggian
signifikan gelombang laut pada satu titik lokasi tertentu.

2.3 Komponen-Komponen Utama pada PLTGL

1. Piston Hirolik
Piston hidrolik adalah bagian yang berfungsi menjaga keseimbangan
generator agar kedudukanya tidak terpengaruh oleh laju ombak yang bergerak.
2. Turbin
Pada Prinsipnya turbin bekerja sebagai "Penerima Energi", artinya dia
menerima energi (kinetik) dari angin dan merubahnya menjadi energi lain yang
dapat digunakan seperti listrik. Angin yang datang akan menumbuk sayap kipas
(baling-baling) pada kincir angin, sehingga sayap kipas akan berputar. Kemudian
sayap kipas akan memutar memutar generator.
3. Generator
Generator berfungsi untuk merubah energy mekanik yang berasal dari
turbin menjadi energy listrik. Generator inilah yang disebut konventer energy. Jenis
generator yang digunakan pada PLTGL ialah jenis Generator Asinkron (generator
tak-serempak) yang merupakan motor induksi yang dirubah menjadi generator,
generator ini dipilih karena PLTGL sebagai energi alternatif tidak banyak
membutuhkan perawatan seperti halnya generator sinkron, lebih kuat, handal, harga
lebih murah dan tidak membutuhkan bahan bakar pada saat diaplikasikan di
lapangan, tapi cukup bergantung pada sumber energi terbarukan seperti air, angin,
8

dan lain – lain sebagai prime over (penggerak mula). Tegangan dan arus listrik yang
dihasilkan ini disalurkan melalui kabel jaringan listrik untuk akhirnya digunakan
oleh masyarakat. Tegangan dan arus listrik yang dihasilkan oleh generator ini
berupa AC (Alternating Current).

2.4 Pengertian Dari Pembangkit Listrik Tenaga Ombak

Ombak adalah pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus
permukaan air laut yang membentuk kurva/grafik sinusoidal. Gelombang laut
disebabkan oleh angin. Angin di atas lautan mentransfer energinya ke perairan,
menyebabkan riak-riak yang kemudian berubah menjadi apayang kita sebut sebagai
gelombang. Energi ombak laut adalah energi kinetik yang ada pada gelombang laut
digunakan untuk menggerakkan turbin. Ombak naik ke dalam ruang generator, lalu
air yang naik menekan udara keluar dari ruang generator dan menyebabkan turbin
berputar. Ketika air turun, udara bertiup dari luar ke dalam ruang generator dan
memutar turbin kembali. Putaran turbin kemudian dihubungkan ke generator dan
diubah menjadi energi listrik dan di distribusikan ke beban.
Ombak merupakan gerakan air laut yang turun-naik atau bergulung-gulung.
Pembangkit listrik tenaga ombak adalah suatu pembangkitan energi listrik yang
merubah energi mekanik gelombang ombak menjadi energi listrik. Merupakan
energi alternatif yang dibangkitkan melalui efek gerakan tekanan udara akibat
fluktuasi pergerakan gelombang, yang mana pembangkitan energi ini akan terjadi
di lepas pantai yang memiliki laju ombak besar (stabil). Energi ombak dapat
digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik, seperti saat ini telah didirikan sebuah
Pembangkit Listrik Bertenaga Ombak (PLTO) di Yogyakarta, yaitu
model Oscillating Water Column.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Proses Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut

Pertama aliran gelombang laut yang mempunyai energi kinetik masuk


kedalam mesin konversi energi gelombang. Kemudian dari mesin konversi aliran
gelombang yang mempunyai energi kinetik ini dialirkan menuju turbin. Di dalam
turbin ini, energi kinetik yang dihasilkan gelombang digunakan untuk memutar
rotor. Kemudian dari perputaran rotor inilah energi mekanik yang kemudian
disalurkan menuju generator. Di dalam generator, energi mekanik ini dirubah
menjadi energi listrik (daya listrik). Dari generator ini, daya listrik yang dihasilkan
dialirkan lagi menuju sistem tranmisi (beban).

3.1.1 PLTGL-OWC (Oscilatting Water Column)


OWC merupakan salah satu sistem dan peralatan yang dapat mengubah energi
gelombang laut menjadi energi listrik dengan menggunakan kolom osilasi. Alat
OWC ini akan menangkap energi gelombang yang mengenai lubang pintu OWC,
sehingga terjadi fluktuasi atau osilasi gerakan air dalam ruang OWC, kemudian
tekanan udara ini akan menggerakkan baling-baling turbin yang dihubungkan
dengan generator listrik sehingga menghasilkan listrik.

9
26

Gambar 3.1 Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut OWC (Oscilatting


Water Column)

Pada teknologi OWC ini, digunakan tekanan udara dari ruangan kedap air untuk
menggerakkan whells turbine yang nantinya pergerakan turbin ini digunakan untuk
menghasilkan energi listrik. Ruangan kedap air ini dipasang tetap dengan struktur
bawah terbuka ke laut. Tekanan udara pada ruangan kedap air ini disebabkan oleh
pergerakan naik-turun dari permukaan gelombang air laut.

Gambar 3.2 Proses terbentuknya aliran udara yang dihasilkan oleh gelombang
laut

Gerakan gelombang di dalam ruangan ini merupakan gerakan compresses dan


gerakan decompresses yang ada di atas tingkat air di dalam ruangan. Gerakan ini
mengakibatkan, dihasilkannya sebuah alternating streaming kecepatan tinggi dari
udara. Aliran udara ini didorong melalui pipa ke turbin generator yang digunakan
untuk menghasilkan listrik. Sistem OWC ini dapat ditempatkan permanen di
pinggir pantai atau bisa juga ditempatkan di tengah laut. Pada sistem yang
ditempatkan di tengah laut, tenaga listrik yang dihasilkan dialirkan menuju
transmisi yang ada di daratan menggunakan kabel.
27

Gambar 3.3 Turbin dan generator

Gambar 3.4 Tampak Keseluruhan PLTGL-OWC

3.1.2 Generator pada Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut


Jenis generator yang digunakan pada PLTGL ialah jenis Generator
Asinkron (generator tak-serempak) yang merupakan motor induksi yang
dirubah menjadi generator, generator ini dipilih karena PLTGL sebagai energi
alternatif tidak banyak membutuhkan perawatan seperti halnya generator
sinkron, lebih kuat, handal, harga lebih murah dan tidak membutuhkan bahan
bakar pada saat diaplikasikan di lapangan, tapi cukup bergantung pada sumber
28

energi terbarukan seperti air, angin, dan lain – lain sebagai prime over
(penggerak mula). Tegangan dan arus listrik yang dihasilkan ini disalurkan
melalui kabel jaringan listrik untuk akhirnya digunakan oleh masyarakat.
Tegangan dan arus listrik yang dihasilkan oleh generator ini berupa AC
(Alternating Current).

Gambar 3.5 Turbin dan Generator Asinkron

3.2 Konversi Energi Gelombang Laut Menjadi Listrik

Gambar 3.6 Turbin dan Generator


29

Sistem pembangkit listrik terdiri dari chamber berisi udara yang berfungsi untuk
menggerakkan turbin, kolom tempat air bergerak naik dan turun melalui saluran
yang berada di bawah ponton dan turbin yang terhubung dengan generator. Gerakan
air naik dan turun yang seiring dengan gelombang laut menyebabkan udara
mengalir melalui saluran menuju turbin. Turbin tersebut didesain untuk bisa bekerja
dengan generator putaran dua arah.

Ada 2 cara untuk mengkonversi energi gelombang laut menjadi listrik yaitu :

 Sistem off-shore (lepas pantai)

 On-shore (pantai).

Gambar 3.7 Sistem Off-shore dan Sistem On-shore

 Sistem Off-Shore

• Sistem off-shore dirancang pada kedalaman 40 meter

• Mekanisme kumparannya memanfaatkan pergerakan gelombang untuk


memompa energi. Listrik dihasilkan dari gerakan relatif antara pembungkus
luar (external hull) dan bandul dalam (internal pendulum). Naik-turunnya
pipa pengapung di permukaan yang mengikuti gerakan gelombang
berpengaruh pada pipa penghubung yang selanjutnya menggerakkan rotasi
turbin bawah laut.

 Sistem On- Shore


30

Sistem on-shore terbagi menjadi 3 metode yang dapat digunakan, yaitu

 Channel system

 Float system, dan

 Oscillating water column system.

Secara umum, pada prinsipnya, energi mekanik yang tercipta dari sistem-sistem
ini mengaktifkan generator secara langsung dengan mentransfer gelombang fluida
(air atau udara penggerak) yang kemudian mengaktifkan turbin generator.

 Metode Float System

Alat ini akan membangkitkan listrik dari hasil gerakan vertikal dan rotasional
pelampung dan dapat disambungkan pada untaian rakit yang mengapung atau alat
yang ada di dasar laut dihubungkan dengan engsel Cockerell. Gerakan pelampung
ini menimbulkan tekanan hidrolik yang kemudian diubah menjadi listrik. Menurut
penelitian, deretan rakit sepanjang 1000 km akan mampu membangkitkan energi
listrik yang setara dengan 25000 MW.

 Oscillating Water Column System

OWC merupakan salah satu sistem dan peralatan yang dapat mengubah energi
gelombang laut menjadi energi listrik dengan menggunakan kolom osilasi. Alat
OWC ini akan menangkap energi gelombang yang mengenai lubang pintu OWC,
sehingga terjadi fluktuasi atau osilasi gerakan air dalam ruang OWC, kemudian
tekanan udara ini akan menggerakkan baling-baling turbin yang dihubungkan
dengan generator listrik sehingga menghasilkan listrik.

OWC terbagi menjadi 2 yaitu :

 OWC terapung

 OWC tidak terapung

 OWC Tidak Terapung


31

Instalasi OWC tidak terapung terdiri dari tiga bangunan utama :

1. Saluran masukan air

2. Reservoir (penampungan), dan

3. Pembangkit.

Bangunan untuk memasukkan air laut terdiri dari dua unit, kolektor dan
konverter. Kolektor berfungsi menangkap ombak, menahan energinya
semaksimum mungkin, lalu memusatkan gelombang tersebut ke konverter.
Konverter yang didesain berbentuk saluran yang runcing di salah satu ujungnya ini
selanjutnya akan meneruskan air laut tersebut naik menuju reservoir. Karena
bentuknya yang spesifik ini, saluran tersebut dinamakan tapchan (tappered
channel).

Setelah air tertampung pada reservoir, air yang sudah terkumpul itu
diterjunkan ke sisi bangunan yang lain. Energi potensial inilah yang berfungsi
menggerakkan atau memutar turbin sehingga menghasilkan energi listrik. Energi
potensial inilah yang berfungsi menggerakkan atau memutar turbin pembangkit
listrik. Turbin tersebut didesain untuk bisa bekerja dengan generator putaran dua
arah. Sistem yang berfungsi mengkonversi energi mekanik menjadi listrik terletak
di atas permukaan laut dan terisolasi dari air laut dengan meletakkannya di dalam
ruang khusus kedap air sehingga bisa dipastikan tidak bersentuhan dengan air
laut. OWC ini dapat diletakkan di sekitar 50 m dari garis pantai pada kedalaman
sekitar 15 m.

 OWC Terapung

OWC ini bekerja pada saat air pasang saja, tapi OWC ini lebih kecil. Sistem akan
dapat membangkitkan daya listrik optimal jika ditempatkan sebelum gelombang
pecah atau pada kedalam 4-11 meter. Pada kondisi ini akan dapat dicapai putaran
turbin antara 3000-700 rpm. Posisi prototip II OWC masih belum mencapai lokasi
minimal yang disyaratkan, karena kesulitan pelaksanaan operasional alat mekanis.
32

Posisi ideal akan dicapai melalui pembangunan prototip III yang berupa sistem
OWC apung. Untuk OWC terapung, prinsip kerjanya sama seperti OWC tidak
terapung, hanya saja peletakannya yang berbeda.

 Channel System (Wave Surge atau Focusing Devices)

Alat ini dipasang pada sebuah struktur kanal yang dibangun di pantai untuk
mengkonsentrasikan gelombang dan menyalurkannya melalui saluran ke dalam
bangunan penjebak seperti kolam buatan (lagoon) yang ditinggikan. Air yang
mengalir keluar dari kolam penampung ini yang digunakan untuk membangkitkan
listrik dengan menggunakan teknologi standar hydropower.

3.3 Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut Dunia dan di Indonesia

Pemerintah Jerman merancang pilot project pembangkit listrik tenaga


gelombang. Pembangkit listrik tenaga gelombang laut (PLTGL) yang telah berjalan
adalah PLTGL Limpet dikelola oleh Wavegen, anak perusahaan Vorth Siemen
yang berbasis di Inggris. PLTGL Limpet mampu memproduksi listrik 500 kwh.
Pembangkit tersebut menggunakan teknologi Oscillating Water Column (OWC)
yang mengubah energi gelombang menjadi udara pendorong untuk menggerakan
turbin. Sementara itu, PLTGL yang di Jerman akan memiliki kapasitas 250 kWh.
Dengan kapasitas tersebut, PLTGL tersebut dapat mengaliri listrik ke 120 rumah.
Pemerintah Jerman berharap pembangunan PLTG tersebut tidak mengganggu
lingkungan sekitar pantai. Oleh karena itu, EnBW menjalin kerja sama dengan
proyek konservasi pantai agar pembanguan PLTGL tidak merusak keindahan alam
daerah sepanjang pantai. Pembangkit listrik gelombang laut komersial juga
dikembangkan di ‘Negeri Kanguru’. Pusat PLTGL itu terletak di lepas pantai
Australia. Pembangkit dengan terobosan teknologi yang masih langka itu telah
memasok kebutuhan listrik sekitar 500 rumah yang berada di daerah Selatan
Sydney, Australia. Listrik baru bisa dihasilkan PLTGL jika gelombang laut datang
menerpa corong yang menghadap ke lautan. Gerakan tersebut mengalirkan udara
melalui dan masuk menggerakan turbin. Dari putaran turbin tersebut, sebanyak 500
kWh daya listrik dihasilkan setiap hari dan langsung disalurkan ke rumah-rumah .
33

Pusat PLTGL yang di Australia merupakan proyek percontohan. Pemerintah


Australia berencana membangun PLTGL yang lebih besar dan menghasilkan listrik
lebih kuat di pantai selatan Australia. Dengan pembangunan PLTGL, para ahli
teknologi PLGL Australia pun mendapat kebanjiran order untuk membangunan
PLTGL di beberapa negara. Hawai, Spanyol, Afrika Selatan, Cile, Meksiko, dan
Amerika Serikat juga tertarik.

Gambar 3.8 Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang-OWC di Skotlandia

Indonesia memiliki garis pantai terpanjang kedua setelah Norwegia.


Sehingga Energi gelombang laut di pantai tersebut digunakan sebagai pembangkit
tenaga listrik, seperti saat ini telah didirikan sebuah Pembangkit Listrik Bertenaga
Ombak (PLTO) di Yogyakarta, yaitu model Oscillating Water Column. Tujuan
didirikannya PLTO ini adalah untuk memberikan model sumber energi alternatif
yang ketersediaan sumbernya cukup melimpah di wilayah perairan pantai
Indonesia. Yogyakarta merupakan daerah di Indonesia yang memiliki potensi
gelombang laut terbesar dibanding daerah lainnya. Pantai Selatan di daerah
Yogyakarta memiliki potensi gelombang 19 kw/panjang gelombang. Pembangkit
Listrik Tenaga Gelombang Laut di daerah Yogyakarta dikembangkan oleh BPPT
khususnya BPDP (Balai Pengkajian Dinamika Pantai). Pembangkit Listrik Tenaga
Gelombang Laut ini menggunakan metode OWC (Ocillating Water Column).
BPDP – BPPT pada tahun 2004 telah berhasil membangun prototype OWC pertama
di Indonesia. Prototype itu dibangun di pantai Parang Racuk, Baron, Gunung Kidul.
Prototype OWC yang dibangun adalah OWC dengan dinding tegak. Luas bersih
34

chamber 3m x 3m. Tinggi sampai pangkal dinding miring 4 meter, tinggi dinding
miring 2 meter sampai ke ducting, tinggi ducting 2 meter. Prototype OWC 2004 ini
setelah di uji coba operasional memiliki efisiensi 11%. Pada tahun 2006 ini pihak
BPDP – BPPT kembali membangun OWC dengan sistem Limpet di pantai Parang
Racuk, Baron, Gunung Kidul . OWC Limpet dibangun berdampingan dengan OWC
2004 tetapi dengan model yang berbeda. Dengan harapan besar energi gelombang
yang bisa dimanfaatkan dan efisiensi dari OWC Limpet ini akan lebih besar dari
pada OWC sebelumnya

Gambar 3.9 Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang-OWC di Pantai Parang


Racuk, Gunung Kidul-Yogyakarta

3.4 Keuntungan dan Kekurangan Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang

Laut

Krisis energi telah diprediksikan akan melanda lima tahun yang akan
datang. Hal ini dikarenakan semakin langkanya minyak bumi dan semakin
meningkatnya permintaan energi. Untuk itu diperlukan sebuah terobosan baru
untuk memanfaatkan energi lain, selain energi yang tidak dapat diperbaharui ini.
Karena jika kita tergantung pada energi yang tidak dapat diperbaharui saja, maka
di masa depan kita akan kesulitan untuk memanfaatkan energi ini karena
keterbatasan sumber dari energi tersebut. Lalu bagaimana dengan nasib anak cucu
kita nanti? Oleh karena itu manusia harus berusaha memanfaatkan sumber daya
hayati yang ada di bumi ini dengan sebaik-baiknya dan dalam pemanfaatannya
35

harus dikembangkan dari sekarang. Akan tetapi penggunaannya haruslah


mempunyai tujuan yang positif yang nantinya tidak akan membahayakan manusia
itu sendiri.
Pada kenyataanya, Indonesia memiliki garis pantai terpanjang kedua setelah
Norwegia. Namun, potensi energi pantai yang ada belum banyak dimanfaatkan
karena banyaknya keterbatasan dalam pemanfaatkannya. Sumber daya hayati yang
ada di bumi ini salah satunya adalah lautan. Wilayah bumi didominasi oleh laut,
dan laut juga mempunyai banyak potensi pangan dan potensi sebagai sumber
energi. Potensi pangan yang ada di laut adalah beranekaragamnya spesies ikan dan
tanaman laut. Dan potensi sumber energi yang ada di laut ada 3 macam, yaitu:
energi ombak, energi pasang surut dan energi panas laut.
Salah satu energi di laut adalah energi ombak. Sebenarnya ombak
merupakan sumber energi yang cukup besar. Ombak merupakan gerakan air laut
yang turun-naik atau bergulung-gulung. Energi ombak adalah energi alternatif yang
dibangkitkan melalui efek gerakan tekanan udara akibat fluktuasi pergerakan
gelombang.
Untuk itu kita akan mencoba menggali informasi tentang tenaga ombak
yang sudah dimanfaatkan oleh banyak negara, termasuk Indonesia. Berdasarkan
survei yang dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT) dan Pemerintah Norwegia sejak tahun 1987, terlihat bahwa banyak daerah-
daerah pantai yang berpotensi sebagai pembangkit listrik bertenaga ombak. Ombak
di sepanjang Pantai Selatan Pulau Jawa, di atas Kepala Burung Irian Jaya, dan
sebelah barat Pulau Sumatera sangat sesuai untuk menyuplai energi listrik. Kondisi
ombak seperti itu tentu sangat menguntungkan, sebab tinggi ombak yang bisa
dianggap potensial untuk membangkitkan energi listrik adalah sekitar 1,5 hingga 2
meter, dan gelombang ini tidak pecah hingga sampai di pantai.
Potensi tingkat teknologi saat ini diperkirakan bisa mengkonversi per meter
panjang pantai menjadi daya listrik sebesar 20-35 kW (panjang pantai Indonesia
sekitar 80.000 km, yang terdiri dari sekitar 17.000 pulau, dan sekitar 9.000 pulau-
pulau kecil yang tidak terjangkau arus listrik nasional, dan penduduknya hidup dari
hasil laut). Dengan perkiraan potensi semacam itu, seluruh pantai di Indonesia dapat
36

menghasilkan lebih dari 2~3 Terra Watt Ekuivalensi listrik, bahkan tidak lebih dari
1% panjang pantai Indonesia (~800 km) dapat memasok minimal ~16 GW atau
sama dengan pasokan seluruh listrik di Indonesia tahun ini.
Saat ini telah didirikan sebuah Pembangkit Listrik Bertenaga Ombak
(PLTO) di Yogyakarta, yaitu model Oscillating Water Column. Tujuan
didirikannya PLTO ini adalah untuk memberikan model sumber energi alternatif
yang ketersediaan sumbernya cukup melimpah di wilayah perairan pantai
Indonesia. Model ini menunjukan tingkat efisiensi energi yang dihasilkan dan
parameter-parameter minimal hiroosenografi yang layak, baik itu secara teknis
maupun ekonomis untuk melakukan konversi energi.
Proyek yang mendapat bantuan (hibah) dari pemerintah Norwegia
sebanyak 70 persen (sekitar 5,1 juta dolar AS) dari total investasi itu direncanakan,
dalam periode tiga tahun, PLTO Baron selesai dikerjakan dan sebesar 1.100 kilo
watt jam listriknya bisa dinikmati oleh sekitar dua ribu rumah warga sekitarnya.
Sebagai proyek percontohan, memang PLTO di Baron ini masih dalam tahap uji
coba, belum dalam skala komersial. Namun demikian tidak tertutup kemungkinan,
jika proyek percontohan Baron sukses, maka instalasi-instalasi listrik yang
bersumber pada tenaga ombak akan banyak bermunculan. Yang digunakan PLTO
Baron, pada prinsipnya serupa dengan yang dikembangkan di daerah Toftestailen,
Norwegia. Namun para peneliti di Indonesia kini sedang mempersiapkan software
(piranti lunak) yang unik, lain dari pada yang lain.
Untuk sistem mekaniknya, PLTO dikenal memakai teknologi OWC
(Oscillating Wave Column). Untuk OWC ini ada dua macam, yaitu OWC tidak
terapung dan OWC terapung. Untuk OWC tidak terapung prinsip kerjanya sebagai
berikut. Instalasi OWC tidak terapung terdiri dari tiga bangunan utama, yakni
saluran masukan air, reservoir (penampungan), dan pembangkit. Dari ketiga
bangunan tersebut, unsur yang terpenting adalah pada tahap pemodifikasian
bangunan saluran masukan air yang tampak berbentuk U, sebab ia bertujuan untuk
menaikkan air laut ke reservoir.
Bangunan untuk memasukkan air laut ini terdiri dari dua unit, kolektor dan
konverter. Kolektor berfungsi menangkap ombak, menahan energinya
37

semaksimum mungkin, lalu memusatkan gelombang tersebut ke


konverter. Konverter yang didesain berbentuk saluran yang runcing di salah satu
ujungnya ini selanjutnya akan meneruskan air laut tersebut naik menuju reservoir.
Karena bentuknya yang spesifik ini, saluran tersebut dinamakan tapchan (tapered
channel).
Setelah air tertampung pada reservoir, proses pembangkitan listrik tidak
berbeda dengan mekanisme kerja yang ada pada pembangkit listrik tenaga air
(PLTA). Air yang sudah terkumpul itu diterjunkan ke sisi bangunan yang lain.
Energi potensial inilah yang berfungsi menggerakkan atau memutar turbin
pembangkit listrik.
Selain OWC tidak terapung, kita juga mengenal OWC tidak terapung lain
seperti OWC tidak terapung saat air pasang. OWC ini bekerja pada saat air pasang
saja, tapi OWC ini lebih kecil. Hasil survei hidrooseanografi di wilayah perairan
Parang Racuk menunjukkan bahwa sistem akan dapat membangkitkan daya listrik
optimal jika ditempatkan sebelum gelombang pecah atau pada kedalam 4-11 meter.
Pada kondisi ini akan dapat dicapai putaran turbin antara 3000-700 rpm. Posisi
prototip II OWC (Oscillating Wave Column) masih belum mencapai lokasi
minimal yang disyaratkan, karena kesulitan pelaksanaan operasional alat mekanis.
Posisi ideal akan dicapai melalui pembangunan prototip III yang berupa sistem
OWC apung. Untuk OWC terapung, prinsip kerjanya sama seperti OWC tidak
terapung, hanya saja peletakannya yang berbeda.
Selain model Oscillating Water Column, ada beberapa perusahaan &
lembaga lainnya yang mengembangkan model yang berbeda untuk memanfaatkan
ombak sebagai penghasil energi listrik, antara lain:
 Ocean Power Delivery; perusahaan ini mendesain tabung-tabung yang sekilas
terlihat seperti ular mengambang di permukaan laut (dengan sebutan Pelamis)
sebagai penghasil listrik. Setiap tabung memiliki panjang sekitar 122 meter dan
terbagi menjadi empat segmen. Setiap ombak yang melalui alat ini akan
menyebabkan tabung silinder tersebut bergerak secara vertikal maupun lateral.
Gerakan yang ditimbulkan akan mendorong piston diantara tiap sambungan
segmen yang selanjutnya memompa cairan hidrolik bertekanan melalui sebuah
38

motor untuk menggerakkan generator listrik. Supaya tidak ikut terbawa arus,
setiap tabung ditahan di dasar laut menggunakan jangkar khusus.
 Renewable Energy Holdings; ide mereka untuk menghasilkan listrik dari
tenaga ombak menggunakan peralatan yang dipasang di dasar laut dekat tepi
pantai sedikit mirip dengan Pelamis. Prinsipnya menggunakan gerakan naik
turun dari ombak untuk menggerakkan piston yang bergerak naik turun pula di
dalam sebuah silinder. Gerakan dari piston tersebut selanjutnya digunakan
untuk mendorong air laut guna memutar turbin.
 SRI International; konsepnya menggunakan sejenis plastik khusus bernama
elastomer dielektrik yang bereaksi terhadap listrik. Ketika listrik dialirkan
melalui elastomer tersebut, elastomer akan meregang dan terkompresi
bergantian. Sebaliknya jika elastomer tersebut dikompresi atau diregangkan,
maka energi listrik pun timbul. Berdasarkan konsep tersebut idenya ialah
menghubungkan sebuah pelampung dengan elastomer yang terikat di dasar
laut. Ketika pelampung diombang-ambingkan oleh ombak, maka regangan
maupun tahanan yang dialami elastomer akan menghasilkan listrik.
 BioPower Systems; perusahaan inovatif ini mengembangkan sirip-ekor-ikan-
hiu buatan dan rumput laut mekanik untuk menangkap energi dari ombak.
Idenya bermula dari pemikiran sederhana bahwa sistem yang berfungsi paling
baik di laut tentunya adalah sistem yang telah ada disana selama beribu-ribu
tahun lamanya. Ketika arus ombak menggoyang sirip ekor mekanik dari
samping ke samping sebuah kotak gir akan mengubah gerakan osilasi tersebut
menjadi gerakan searah yang menggerakkan sebuah generator magnetik.
Rumput laut mekaniknya pun bekerja dengan cara yang sama, yaitu dengan
menangkap arus ombak di permukaan laut dan menggunakan generator yang
serupa untuk merubah pergerakan laut menjadi listrik.

Dengan demikian, keuntungan yang didapat dari teknologi PLTO ini antara
lain, selain hemat biaya dari segi investasi maupun operasional, juga bermanfaat
bagi lingkungan hidup. PLTO tidak mengeluarkan limbah berupa padat, cair,
maupun gas seperti halnya pada PLTA, PLTO pun bisa dimanfaatkan untuk
39

membudidayakan ikan air laut. Sebab, pada bangunan reservoirnya banyak sekali
mengandung oksigen akibat gerakan air laut naik menuju reservoir tersebut.
Ditanjau dari sudut wisata, PLTO Baron diharapkan semakin menambah
kashanah wisata ilmiah di lokasi tersebut. Dengan kata lain tidak tertutup
kemungkinan kalau Pantai Baron nantinya bisa menjadi objek wisata ilmiah, suatu
wisata yang menawarkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kekurangan dalam pemanfaatan energi ombak sebagai pembangkit listrik
ini adalah :
Bergantung pada ombak; kadang ombak tersebut dapat menjadi sumber
energi, kadang tidak, Perlu menemukan lokasi yang sesuai dimana ombaknya kuat
dan muncul secara konsisten. Akan tetapi jika kita memanfaatkan energi ini maka
kelebihan yang kita dapatkan adalah energi bisa diperoleh secara gratis, tidak butuh
bahan bakar, tidak menghasilkan limbah, mudah dioperasikan dan biaya perawatan
rendah, serta dapat menghasilkan energi dalam jumlah yang memadai.
Oleh karena itu mengingat potensi yang telah dmiliki oleh ombak begitu
besar, maka sebaiknya mulai sekarang kita perlu memanfaatkan energi ombak ini
sebagai pembangkit tenaga listrik guna memenuhi kebutuhan akan energy listrik di
hari mendatang, dengan mengembangkan model tersebut di seluruh pesisir pantai
Indonesia.
Energi tidal juga merupakan salah satu macam dari energi ombak.
Kelemahan energi ini diantaranya adalah membutuhkan alat konversi yang handal
yang mampu bertahan dengan kondisi lingkungan laut yang keras yang disebabkan
antara lain oleh tingginya tingkat korosi dan kuatnya arus laut.
Saat ini baru beberapa negara yang yang sudah melakukan penelitian secara
serius dalam bidang energi tidal, diantaranya Inggris dan Norwegia. Di Norwegia,
pengembangan energi ini dimotori oleh Statkraft, perusahaan pembangkit listrik
terbesar di negara tersebut. Statkraft bahkan memperkirakan energi tidal akan
menjadi sumber energi terbarukan yang siap masuk tahap komersial berikutnya di
Norwegia setelah energi hidro dan angin.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa :


1. Proses pembakit listrik tenaga gelombang laut dimulai dari aliran
gelombang laut yang mempunyai energi kinetik > masuk kedalam mesin
konversi energi gelombang > dialirkan menuju turbin > di dalam turbin
energi kinetik digunakan untuk menggerakkan rotor > rotor berputar
menghasilkan energi mekanik > energi mekanik disalurkan menuju
generator > di dalam generator energi mekanik diubah menjadi energi
listrik> daya listrik yang dihasilkan disalurkan ke beban.
2. Konversi energi gelombang laut menjadi energi listrik terbagi menjadi
dua, yaitu :
 Sistem off – shore (lepas pantai)
 Sistem on – shore (pantai)
Sistem on – shore terbagi menjadi tiga metode, yaitu :
1. Channel system
2. Float system
3. Oscilatting Water Column System
3. Pembangkit listrik tenaga gelombang laut (PLTGL) pertama kali
dikembangkan di Norwegia dan yang telah berjalan adalah PLTGL
Limpet dikelola oleh Wavegen, anak perusahaan Vorth Siemen yang
berbasis di Inggris. Kemudian ada PLTGL di Jerman yang memiliki
kapasitas 250 kWh. Pembangkit listrik gelombang laut komersial juga
dikembangkan di ‘Negeri Kanguru’. Pusat PLTGL itu terletak di lepas
pantai Australia. Sementara itu di Indonesia sudah mulai
mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Ombak (PLTO) yang
berpusat di Yogyakarta.

26
27

4. Kelebihan dari PLTO ini yaitu, energi yang digunakan dapat didapatkan
secara gratis,tidak menghasilkan limbah, dan lain-lain. Sedangkan
kekurangannya yaitu bergantung pada ombak (kadang dapat energi,
kadang pula tidak), perlu menemukan lokasi yang sesuai dimana
ombaknya kuat dan muncul secara konsisten serta membutuhkan alat
konversi yang handal yang mampu bertahan dengan kondisi lingkungan
laut yang keras yang disebabkan antara lain oleh tingginya tingkat korosi
dan kuatnya arus laut.

4.2 Saran

Saran yang dapat diberikan pada pembahasan ini adalah agar Indonesia
dapat lebih memanfaatkan ombak sehingga dapat menjadi sumber energi alternatif
untuk pembangkit listrik.
DAFTAR PUSTAKA

Khazaku. 2010. Pembangkit Listrik Tenaga Ombak.


(http://khanzaku.wordpress.com/2010/01/23/pembangkit-listrik-tenaga-ombak,
diakses 10 September 2018).

Insinyurmuslim. 2013. Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut.


(http://insinyurmuslim.blogspot.com/2013/05/pembangkit-listrik-tenaga
gelombang-laut.html, diakses pada tanggal 12 September 2018).

Michael. 2011. Pembangkit Listrik Tenaga Ombak Pertama.


(http://michaelmewa.blogspot.com/2011/05/pembangkit-listrik-tenaga-ombak-
pertama.html, diakses 12 September 2018).

(http://listrikindonesia.com/pembangkit_listrik_tenaga_gelombang_laut_ta
npa_bahan_bakar_fosil__dan_ramah_lingkungan_70.htm, Diakses pada tanggal
13 September 2018).

Niken. 2009. Pembangkit Listrik Tenaga Ombak.


(http://niken11.wordpress.com/2009/09/11/pembangkit-listrik-tenaga-ombak/,
dikses 14 September 2018).

Anda mungkin juga menyukai