M.

Yusuf FT Untan 01 Oktober 2019

Getaran paksa SDOF

III. Getaran paksa tanpa redaman y

Solusi untuk k
𝑚𝑦ሷ + 𝑘𝑦 = 𝑃0 sin Ω𝑡 ...(iii) m P(t)
terdiri dari solusi homogen dan solusi partikulir.
Solusi homogen untuk 𝑚𝑦ሷ + 𝑘𝑦 =0 adalah
𝑦ℎ = 𝐴 cos 𝜔𝑡 + 𝐵 sin 𝜔𝑡
Untuk solusi partikulir Pers. (iii), misalkan
𝑦𝑝 = 𝑌 sin Ω𝑡  𝑦ሶ 𝑝 = Ω 𝑌 cos Ω𝑡  𝑦ሷ 𝑝 = −Ω2 𝑌 sin Ω𝑡
Substitusi ke Pers. (iii) diperoleh
𝑚 −Ω2 𝑌 sin Ω𝑡 + 𝑘 𝑌 sin Ω𝑡 = 𝑃0 sin Ω𝑡  𝑌 𝑘 − Ω2𝑚 = 𝑃0  𝑌 = 𝑃0/(𝑘 − Ω2𝑚)
Karena 𝑘/𝑚 = 𝜔2 maka
𝑃0 𝑃0/𝑘 𝑃0/𝑘
𝑌= = sehingga 𝑦𝑝 = sin Ω𝑡 𝑟 = Ω/𝜔 adalah
𝑘 1 − Ω2Τ𝜔2 1 − 𝑟2 1 − 𝑟2 rasio frekuensi
Jadi, solusi umum Pers. (iii):
𝑃0/𝑘
𝑦 = 𝑦ℎ + 𝑦𝑝 = 𝐴 cos 𝜔𝑡 + 𝐵 sin 𝜔𝑡 + sin Ω𝑡
1 − 𝑟2

1
M.Yusuf FT Untan 01 Oktober 2019

III. Getaran paksa tanpa redaman ....... (lanjutan)

Dengan memasukkan nilai kondisi awal, diperoleh
𝑡=0→𝑦=0
𝑃0/𝑘
0 = 𝐴 cos(𝜔 ∙ 0) + 𝐵 sin(𝜔 ∙ 0) + sin(Ω ∙ 0)  𝐴=0
1 − 𝑟2

𝑡 = 0 → 𝑦ሶ = 0
Ω𝑃0/𝑘
𝑦ሶ = −𝜔𝐴 sin 𝜔𝑡 + 𝜔𝐵 cos 𝜔𝑡 + cos Ω𝑡
1 − 𝑟2
Ω𝑃0/𝑘 𝑟𝑃0/𝑘
 0 = −𝜔𝐴 sin(𝜔 ∙ 0) + 𝜔𝐵 cos (𝜔 ∙ 0) + cos Ω ∙ 0  𝐵=−
1 − 𝑟2 1 − 𝑟2

Substitusi konstanta integrasi A dan B diperoleh

𝑟𝑃0/𝑘 𝑃0/𝑘
𝑦=− sin 𝜔𝑡 + sin Ω𝑡 Jika  (frekuensi sudut beban) sama dengan  (frekuensi sudut
1−𝑟 2 1 − 𝑟2
struktur) maka r=1 yang secara teoritis, respons struktur nilainya
𝑃0/𝑘 tak berhingga. Kondisi seperti ini dinamakan respons resonansi
∴𝑦= (sin Ω𝑡 − 𝑟 sin 𝜔𝑡) (resonant response), yaitu kondisi yang akan merusakkan struktur
1−𝑟 2
karena simpangan horizontal struktur menjadi sangat besar.

Respons struktur getaran paksa tanpa redaman

Steady state response: Transient response:
𝑃0/𝑘 𝑟𝑃0/𝑘
𝑦𝑝 = sin Ω𝑡 𝑦ℎ = − sin 𝜔𝑡
1 − 𝑟2 1 − 𝑟2

y yp (steady state)
yh (transient)
y

Steady state response adalah response struktur yang diakibatkan oleh frekuensi beban ().
Transient response adalah response struktur yang diakibatkan oleh frekuensi struktur ().

2
M.Yusuf FT Untan 01 Oktober 2019

IV. Getaran paksa dengan redaman y

k
Solusi untuk
𝑚𝑦ሷ + 𝑐𝑦ሶ + 𝑘𝑦 = 𝑃0 sin Ω𝑡 ...(iv) c m P(t)
terdiri dari solusi homogen dan solusi partikulir.
Solusi homogen untuk 𝑚𝑦ሷ + 𝑐 𝑦ሶ + 𝑘𝑦 =0 adalah
𝑦ℎ = 𝑒 − 𝜉𝜔𝑡 𝐴 cos 𝜔𝐷𝑡 + 𝐵 sin 𝜔𝐷𝑡
Untuk solusi partikulir pers. (iv), misalkan
𝑦𝑝 = 𝑧1 sin Ω𝑡 + 𝑧2 cos Ω𝑡  𝑦ሶ 𝑝 = Ω 𝑧1 cos Ω𝑡 − Ω𝑧2 sin Ω𝑡
 𝑦ሷ 𝑝 = −Ω2 𝑧1 sin Ω𝑡 − Ω2 𝑧2 cos Ω𝑡
Substitusi ke pers. (iv) diperoleh
𝑚 −Ω2 𝑧1 sin Ω𝑡 − Ω2 𝑧2 cos Ω𝑡 + 𝑐 Ω 𝑧1 cos Ω𝑡 − Ω𝑧2 sin Ω𝑡 + 𝑘 𝑧1 sin Ω𝑡 + 𝑧2 cos Ω𝑡
= 𝑃0 sin Ω𝑡 
𝑐 𝑘
−Ω2 𝑧1 sin Ω𝑡 − Ω2 𝑧2 cos Ω𝑡 + Ω 𝑧1 cos Ω𝑡 − Ω𝑧2 sin Ω𝑡 + 𝑧 sin Ω𝑡 + 𝑧2 cos Ω𝑡
𝑚 𝑚 1
𝑃0
= sin Ω𝑡 … (iv. a)
𝑚

IV. Getaran paksa dengan redaman......(lanjutan)

Karena 𝑐 Τ𝑚 = 2𝜉𝜔 dan 𝑘Τ𝑚 = 𝜔2 maka Pers.(iv.a) menjadi
𝑃0
−Ω2 𝑧1 − 2𝜉𝜔Ω𝑧2 + 𝜔2 𝑧1 sin Ω𝑡 + −Ω2 𝑧2 + 2𝜉𝜔Ω𝑧1 + 𝜔2 𝑧2 cos Ω𝑡 = sin Ω𝑡
𝑚
Dengan meninjau kesetaraan kedua ruas persamaan tersebut maka
−Ω2 𝑧1 − 2𝜉𝜔Ω𝑧2 + 𝜔2 𝑧1 = 𝜔2 𝑃0 Τ𝑘
−Ω2 𝑧2 + 2𝜉𝜔Ω𝑧1 + 𝜔2 𝑧2 = 0
Karena ΩΤ𝜔 = 𝑟 maka
−𝑟 2 𝑧1 − 2𝜉𝑟𝑧2 + 𝑧1 = 𝑃0 Τ𝑘  1 − 𝑟 2 𝑧1 − 2𝜉𝑟𝑧2 = 𝑃0 Τ𝑘
−𝑟 2 𝑧2 + 2𝜉𝑟𝑧1 + 𝑧2 = 0  2ξ𝑟𝑧1 − 1 − 𝑟 2 𝑧2 = 0
Penyelesaian persamaan simultan tersebut menghasilkan
𝑃0 1 − 𝑟2
𝑧1 = ∙
𝑘 1 − 𝑟 2 2 + 2𝜉𝑟 2
𝑃0 2𝜉𝑟
𝑧2 = − ∙
𝑘 (1 − 𝑟 2 )2 +(2𝜉𝑟)2

3
M.Yusuf FT Untan 01 Oktober 2019

IV. Getaran paksa dengan redaman......(lanjutan)

Jadi,
𝑃0 (1 − 𝑟 2 ) 𝑃0 2𝜉𝑟
𝑦𝑝 = ∙ sin Ω𝑡 − ∙ cos Ω𝑡
𝑘 (1 − 𝑟 2 )2 +(2𝜉𝑟)2 𝑘 (1 − 𝑟 2 )2 +(2𝜉𝑟)2
𝑃0 1 − 𝑟 2 sin Ω𝑡 − 2𝜉𝑟 cos Ω𝑡
 𝑦𝑝 = ∙
𝑘 1 − 𝑟 2 2 + 2𝜉𝑟 2
Solusi umum pers.(iv) menjadi
𝑦 = 𝑦ℎ + 𝑦𝑝
𝑃0 1 − 𝑟 2 sin Ω𝑡 − 2𝜉𝑟 cos Ω𝑡
= 𝑒 − 𝜉𝜔𝑡 𝐴 cos 𝜔𝐷𝑡 + 𝐵 sin 𝜔𝐷𝑡 + ∙ . . . (iv. b)
𝑘 1 − 𝑟 2 2 + 2𝜉𝑟 2
Konstanta integrasi A dan B didapat dengan memasukkan nilai kondisi awal sbb:
𝑡=0→𝑦=0
𝑃0 1 − 𝑟 2 sin(Ω ∙ 0) − 2𝜉𝑟 cos(Ω ∙ 0)
0 = 𝑒 − 𝜉𝜔∙0 {𝐴 cos 𝜔𝐷 ∙ 0 + 𝐵 sin 𝜔𝐷 ∙ 0 } + ∙
𝑘 1 − 𝑟 2 2 + 2𝜉𝑟 2
𝑃0 2𝜉𝑟
 𝐴= ∙
𝑘 1 − 𝑟 2 + 2𝜉𝑟 2
2

IV. Getaran paksa dengan redaman......(lanjutan)

𝑡 = 0 → 𝑦ሶ = 0
𝑦ሶ = −𝜉𝜔𝑒 − 𝜉𝜔𝑡 𝐴 cos 𝜔𝐷𝑡 + 𝐵 sin 𝜔𝐷𝑡 + 𝑒 −𝜉𝜔𝑡 (−𝜔𝐷𝐴 sin 𝜔𝐷𝑡 + 𝜔𝐷𝐵 cos 𝜔𝐷𝑡) +
𝑃0 1 − 𝑟 2 Ω cos Ω𝑡 + 2𝜉Ω𝑟 sin Ω𝑡
∙
𝑘 1 − 𝑟 2 2 + 2𝜉𝑟 2
𝜔𝐷 𝐵 − 𝜉𝜔𝐴 cos 𝜔𝐷 𝑡 − 𝜉𝜔𝐵 + 𝜔𝐷 𝐴 sin 𝜔𝐷 𝑡 𝑃0 1 − 𝑟 2 Ω cos Ω𝑡 + 2𝜉Ω𝑟 sin Ω𝑡
= + ∙
𝑒 𝜉𝜔𝑡 𝑘 1 − 𝑟 2 2 + 2𝜉𝑟 2
𝜔𝐷 𝐵 − 𝜉𝜔𝐴 cos(𝜔𝐷 ∙ 0) − 𝜉𝜔𝐵 + 𝜔𝐷 𝐴 sin(𝜔𝐷 ∙ 0)
 0= +
𝑒 𝜉𝜔∙0
𝑃0 1 − 𝑟 2 Ω cos(Ω ∙ 0) + 2𝜉Ω𝑟 sin(Ω ∙ 0)
∙
𝑘 1 − 𝑟 2 2 + 2𝜉𝑟 2
𝜉𝜔𝐴 𝑃0 1 − 𝑟2 Ω
 𝐵= − ∙
𝜔𝐷 𝜔𝐷 𝑘 1 − 𝑟 2 2 + 2𝜉𝑟 2
Dengan 𝜔𝐷 = 𝜔 1 − 𝜉 2 diperoleh,
𝑃0 2𝜉 2 − (1 − 𝑟 2 ) 𝑟
𝐵= ∙ ∙
𝑘 (1 − 𝑟 2 )2 +(2𝜉𝑟)2 1 − 𝜉2
10

4
M.Yusuf FT Untan 01 Oktober 2019

IV. Getaran paksa dengan redaman......(lanjutan)

Substitusi konstanta integrasi A dan B ke Pers.(iv.b), diperoleh
𝑃0 2𝜉𝑟 cos 𝜔𝐷 𝑡 𝑃0 2𝜉 2 − (1 − 𝑟 2 ) 𝑟 sin 𝜔𝐷𝑡
𝑦 = 𝑒 − 𝜉𝜔𝑡 ∙ + ∙ ∙ +
𝑘 1 − 𝑟 2 2 + 2𝜉𝑟 2 𝑘 (1 − 𝑟 2 )2 +(2𝜉𝑟)2 1 − 𝜉2
𝑃0 1 − 𝑟 2 sin Ω𝑡 − 2𝜉𝑟 cos Ω𝑡
∙
𝑘 1 − 𝑟 2 2 + 2𝜉𝑟 2
𝑃0 𝑟𝑒 −𝜉𝜔𝑡 sin 𝜔𝐷𝑡
∴𝑦= ∙ 2𝜉 cos 𝜔𝐷 𝑡 + 2𝜉 2 − 1 − 𝑟 2 +
𝑘 1 − 𝑟 2 2 + 2𝜉𝑟 2 1 − 𝜉2
𝑃0 1 − 𝑟 2 sin Ω𝑡 − 2𝜉𝑟 cos Ω𝑡
∙
𝑘 1 − 𝑟 2 2 + 2𝜉𝑟 2

12

Respons struktur getaran paksa dengan redaman

𝑃0 𝑟𝑒 −𝜉𝜔𝑡 sin 𝜔𝐷𝑡
𝑦ℎ = ∙ 2𝜉 cos 𝜔𝐷 𝑡 + 2𝜉 2 − 1 − 𝑟 2
𝑘 1 − 𝑟 2 2 + 2𝜉𝑟 2
1 − 𝜉2
𝑃0 1 − 𝑟 2 sin Ω𝑡 − 2𝜉𝑟 cos Ω𝑡
𝑦𝑝 = ∙
𝑘 1 − 𝑟 2 2 + 2𝜉𝑟 2
y yp (steady state)
yh (transient)
y

13

5
M.Yusuf FT Untan 01 Oktober 2019

Terlihat pada grafik respons struktur tersebut bahwa akibat munculnya faktor eksponensial
𝑒 −𝜉𝜔𝑡 menyebabkan komponen transient response akan hilang dan tertinggal hanya steady
state response sehingga persamaan gerak tersebut menjadi
𝑃0 1 − 𝑟 2 sin Ω𝑡 − 2𝜉𝑟 cos Ω𝑡
𝑦= ∙ 
𝑘 1 − 𝑟 2 2 + 2𝜉𝑟 2
2𝜉𝑟
Yang dapat ditulis menjadi
𝑃0 𝐶 1 − 𝑟 2 sin Ω𝑡 2𝜉𝑟 cos Ω𝑡 
𝑦= ∙ −
𝑘 1 − 𝑟 2 2 + 2𝜉𝑟 2 𝐶 𝐶 1 − 𝑟2
𝑃0 𝐶 cos 𝛼 sin Ω𝑡 − sin 𝛼 cos Ω𝑡 𝑃0 sin(Ω𝑡 + 𝛼)
 𝑦= ∙  𝑦 = ∙
𝑘 1 − 𝑟 2 2 + 2𝜉𝑟 2 𝑘 1 − 𝑟 2 2 + 2𝜉𝑟 2
2𝜉𝑟
dengan 𝐶 = (1 − 𝑟 2 )2 + 2𝜉𝑟 2 dan tan 𝛼 =
1 − 𝑟2
Jika dinyatakan dalam bentuk cosinus, menjadi
𝑃0 cos(Ω𝑡 − 𝛽) 1 − 𝑟2
𝑦= ∙ dengan tan 𝛽 =
𝑘 1 − 𝑟 2 2 + 2𝜉𝑟 2 2𝜉𝑟

14

Dynamic load factor (DLF) 4

Faktor perbesaran dinamik (DLF) atau x=0

Dynamic Magnification Factor adalah x = 0,125
x = 0,15
rasio antara simpangan dinamik y(t) 3
x = 0,2
terhadap simpangan statik y st. Apabila
x = 0,25
sin Ω𝑡 + 𝛼 = 1 atau cos Ω𝑡 − 𝛽 = 1 x = 0,4
maka rasio tersebut adalah
DLF

2 x = 0,7
𝑦(𝑡) 1 x=1
𝐷𝐿𝐹 = =
𝑦𝑠𝑡 1 − 𝑟 2 2 + 2𝜉𝑟 2 x=2
x=4
dengan 𝑦𝑠𝑡 = 𝑃0 Τ𝑘 1

0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3
r

15

6
M.Yusuf FT Untan 01 Oktober 2019

Referensi
1. Agus. 2002. Rekayasa Gempa untuk Teknik Sipil. Padang: Institut Teknologi Padang.
2. Boen, Teddy dan Wendy T. 1984. Dasar-Dasar Perhitungan Bangunan Tahan Gempa. Cet.2.
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman Badan Penelitian dan
Pengembangan PU Departemen Pekerjaan Umum.
3. Chopra, Anil K. 1995. Dynamics of Structures: Theory and Applications to Earthquake
Engineering. New Jersey: Prentice Hall.
4. Clough, Ray W. dan Joseph Penzien. 1993. Dynamics of Structures. Second Edition. Singapura:
McGraw-Hill, Inc.
5. Dewi, Sri Murni. 2014. Teknik Gempa untuk Teknik Sipil. Cet. 2. Malang: BARGIE Media.
6. Gunawan, Theodosius dan Margaret Saleh. 2001. Teori Soal dan Penyelesaian Perencanaan
Struktur Tahan Gempa. Jakarta: Delta Teknik Group.
7. Lumantarna, Benjamin. 2000. Pengantar Analisis Dinamis dan Gempa. Yogyakarta: ANDI.
8. Pawirodikromo, Widodo. 2017. Analisis Dinamik Struktur. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
9. Paz, Mario. 1985. Dinamika Struktur: Teori & Perhitungan. Edisi Kedua. Cet. 4. Diterjemahkan
oleh Manu A.P.. Jakarta: Erlangga.

16