dwk 1 dwk 2
2 ,8 m
7 0 kN 7 0 kN 40 mm
20 mm Baja struktur karbon medium Baja paduan
P 70 kN
87 ,5 MPa
A (20 mm)(40 mm)
1, 2 mm
429 x10 6 Paduan non-ferrous
L (2,8 m) Baja keras (brittle) dan besi tuang Karet
dwk 3 dwk 4
Titik luluh (yield) titik Y yang ditulis y dimana kenaikan regangan terjadi Pengerasan regangan (strain hardening) daerah regangan pada material kenyal
tetapi tegangannya tidak naik dimana regangan bertambah setelah titik luluhnya terlewati dan tegangannya
Tegangan ultimate atau kekuatan tarik titik U yaitu titik maksimum pada bertambah.
kurva yang dinamakan kekuatan material.
Kekuatan patah titik B yaitu kekuatan patah material. Hukum Hooke berlaku pada daerah linear/elastis E
Material kenyal (ductile) material yang mempunyai regangan tarik yang
besar hingga patah. Contohnya: baja struktur, alumunium
dimana E = modulus elastisitas atau slope dari garis linear.
Material keras/rapuh (brittle) mempunyai regangan tarik yang kecil pada
titik yang sama. Contohnya: besi tuang
Poisson ratio () batang dengan beban tarik mengakibatkan pertambahan
L f L0 panjang searah dengan beban dan berkurang dimensi lateral yaitu tegak lurus
Prosentase perpanjangan (100) arah beban.
L0
regangan lateral
regangan aksial
Lo = panjang awal, Lf = panjang akhir.
dwk 5 dwk 6
dwk 1
MKM
dwk 9 dwk 10
Soal latihan :
1.2. Silinder bulat, berlobang dan pendek dari
1.1. Pompa sumur yang dioperasikan dengan poros engkol sehingga besi tuang menahan beban aksial P = 130
menggerakkan piston naik-turun. Diameter batang pompa d =0,6 in dan kips. Tegangan tekan ultimate material ult
panjangnya L = 320 ft yang dibuat dari baja dengan berat jenis = 490 lb/ft3. = 35000 psi. Dalam desain ditentukan
Gaya yang ditahan oleh piston saat gerak turun 200 lb dan saat gerak naik tebal dinding t = 1 in dengan faktor
2000 lb. Tentukan tegangan tarik (tensile) dan tekan (compressive) maksimum keamanan 3 terhadap tegangan ultimate.
pada batang pompa dengan memperhatikan gaya menahan piston dan berat Tentukan diameter luar (d) minimum yang
batang pompa ? diperlukan ?
dwk 11 dwk 12
dwk 2
MKM
Defleksi Karena Beban Aksial Batang dengan penampang dan gaya berbeda:
Stiffness k Flexibilitas f
L EA k dimana dx adalah elemen x, sedangkan Px dan Ax merupakan gaya dan luas
penampang yang merupakan fungsi x.
dwk 13 dwk 14
d x2 d 12 x 2 4PL PL
Luas penampang Ax yang berjarak x
Ax Jika d1 = d2 = d maka:
dari titik referensi adalah: 4 4 L12 Ed 2 EA
Jika Px = P, maka dapat ditentukan dengan rumus berikut:
P x dx
L2 Pdx ( 4 L 12 )
4 PL 12
L2 dx dimana A d 2 / 4
EA x L1 E ( d 12 x 2 ) Ed 12 L1 x2
dwk 15 dwk 16
1 PH
Defleksi vertikal dari sambungan B adalah b
cos 2 EA cos 3
dwk 17 dwk 18
dwk 3
MKM
L t
Perpanjangan setiap batang dari gambar (a) dapat (T )H
diekspresikan secara diagram pada gambar (b) ab bc
yang besarnya sebagai berikut: cos
Pengaruh temperatur terhadap suatu batang dengan menggunakan metode Soal latihan :
pipa baja
flexibilitas
2.2. Pipa baja dan aluminium dipasang fix L P P
seperti pada gambar, dimana diantara
pipa-pipa tersebut dipasang plat C. Dua C
beban P yang simetris diberikan pada plat
C. Tentukan tegangan aksial pada pipa
masing-masing pipa jika beban P = 48 kN, 2L
aluminium
0,1 mm
Dari persamaan diatas, reaksi R : R EA ( T ) tegangan tekan aksial () pada batang, jika
temperatur 40 OC. (Untuk tembaga, = 17
x 10-6 / OC dan E = 110 GPa)
R
Tegangan kompressi batang adalah: E (T ) B
dwk
A 21 dwk 22
Energi Regangan Dari hukum Hooke, energi regangan dapat diekspresikan sebagai berikut :
L
Batang prismatik panjang L diberi beban
tarik P secara gradual naik dari nol hingga
maksimum yang dipertahankan hingga P
mempunyai perpanjangan maksimum .
dwk 4
MKM
Tentukan defleksi vertikal b dari 2.4. Kolom dari bangunan 3 tingkat diberi beban pada
H
sambungan B pada batang truss lantainya seperti terlihat pada gambar. Selama 2P
seperti pada gambar. Diasumsikan pembebanan tidak terjadi bukling. Hitunglah jumlah
kedua batang mempunyai kekakuan energi regangan dari kolom tersebut dengan
mengasumsikan P = 150 kN, H = 3m, A = 7500 mm2 H
yang sama EA. 2P
Gaya F pada setiap batang :
dan E = 200 GPa ?
P H
F
2 cos
Panjang masing - masing batang : d
L1 H / cos
2.5. Batang konis yang dengan diameter
d pada bagian atasnya dan panjang L
Energi regangan :
seperti pada gambar. Turunkan
F 2 L1 P2H rumus regangan energi U dari
U ( 2)
2 EA 4 EA cos 3 batang tersebut ! (Diketahui: berat
Kerja karena beban P jenis = dan modulus elastisitas
L
P b material E).
W
2
Dari U W , maka defleksi B
PH
b
dwk 2 EA cos 3 27 dwk 28
bb'
pada batang prismatik
ab
Jika bb ' rd f dan ab dx
f
rd
dx
df
Jika q
dx
f
rd rq
dx
f
Torsi murni q
L
f
rq r
L
dwk 29 dwk 30
dwk 5
MKM
Hukum Hooke G Gr q T
Sudut puntir per unit panjang diperoleh dari momen torsi q
GI p
dimana G adalah modulus geser atau modulus gelincir dimana GIp adalah kekenyalan torsi
Tegangan dan regangan geser didalam silinder yang jaraknya dari TL
Sudut twist (puntir) total f
center (sumbu silinder): GI p
q Gq Tr
Tegangan geser maximum max
dA = luas permukaan silinder Ip
gaya geser = dA d
momen dari gaya ini terhadap sumbu silinder: dA = dA r
2 16 T
tegangan = Gq max
Momen torsi : Ip
d 4 d 3
32
T G q 2 dA G q 2 dA G q I P T
Tegangan geser yang berjarak dari sumbu silinder
Ip
Momen inersia polar I P dA 2
Lingkaran dengan radius r atau diameter d Silinder berlobang I p ( r24 r14 ) ( d 24 d 14 )
2 32
r 4
d 4
d 3t
IP Silinder dinding tipis t : I p 2 r 3t
dwk
2 32 31 dwk
4 32
n
Batang kerucut solid AB dengan
Ti Li
f
momen puntir T, dimana diameter
batang bervariasi secara merata
i 1 Gi I pi yaitu da = diameter A dan db =
diameter B. Tentukan rumus sudut
puntir f dari batang tersebut !
db d a
Diameter dx yang berjarak x dari ujung A: d x d a x
Tx dx L
df
GI px d x4 db da
4
db d a4
jika : dan momen inersia polar di A : I pa
da 32
TL
Jika : 1 f
TL 2 1 GI pa
f
GI pa 3 3 7 TL
Jika : 2 f
24 GI pa
dwk 6
MKM
Untuk poros BC, power yang ditransmisikan 20 kW; sehingga : Soal latihan :
P 20 kW
T 318 N.m
2 f 2 (10 Hz ) 3.2 Poros ABC digerakkan oleh motor di A sebesar 300
Tegangan geser dan sudut puntirnya adalah:
kW dengan kecepatan putar 3 Hz. Gear B dan C
menyerap daya 120 kW dan 180 kW. Panjang poros
16 T 16 (318 N.m )
bc 13 , 0 MPa masing-masing L1 = 1,5 m dan L2 = 0,9 m. Hitunglah
d 3 (50 mm ) 3
diameter poros d yang diperlukan jika tegangan geser
TL (318 N.m )(1 . 2 m )
f bc 0 . 0078 rad yang diijinkan 50 MPa, dan sudut puntir antara A dan
GI p (80 GPa )( / 32 )( 50 mm ) 4
C adalah 0,02 radial, dan G = 75 GPa.
Tegangan geser maksimum yang terjadi pada poros
AB adalah = 32,4 MPa, dan sudut puntir total adalah: f fab fbc 0,024 rad
dwk 39 dwk 40
Batang torsi statika tak tentu Karena sudut puntir diujung B pada To a Ta Tb
kondisi asalnya adalah nol, sehingga b b 0
persamaan fb = 0
GI pa GI pa GI pb
Dari persamaan ini Tb dapat ditentukan dan kemudian
dikombinasikan dengan persamaan (a) maka Ta dapat diperoleh.
aI pb bI pa
Tb To Ta To
aI bI aI bI
pb pa pb pa
Jika batang mempunyai penampang konstan Ipa = Ipb = I, maka:
Ta To b
Tb o Ta
L L
Tegangan geser maksimum masing-masing bagian batang diperoleh
Keseimbangan statik: Ta Tb To langsung dari rumus torsi, yaitu:
dwk 7
MKM
Energi regangan per unit volume 2 Dengan menggunakan rumus sudut puntir, yaitu mengeliminasi T,
u
2G
maka: TL GI pf 2
u = G f
2 G 2 GI p U
u Torsi non-uniform
2L
Energi regangan geser murni pada silinder 2 2
Tx dx
T 2 T 2 2 Energi regangan: dU
u 2GI px
Ip 2G 2GI p2
Energi regangan total pada
Energi regangan elemen tabung: batang: L T x2 dx
dU uLdA
T L dA 2 2
U 0 2 GI px
2 GI p2
Jika dU dibatasi = r1 dan = r2, maka energi regangan total: Sebagai alternatif GI px (df ) 2 GI px df 2
2 dU dx
T L r2 2dx 2 dx
U dU 2 dA
2GI p2 r
1 L GI px df 2
T 2L U dx
Sehingga energi regangan elastis U 0 2 dx
2GI p
dwk 45 dwk 46
dwk 8
MKM
dwk 49 dwk 50
T 2L Lm ds
Penampang tabung dinding tipis.
Substitusi aliran tegangan geser U
8GAm2 0 t
Momen gaya ini terhadap titik pusat O 4 A m2
adalah: Jika konstanta torsi: J
Lm ds
0 t
Lm
2
dT = r fds T f rds T L
0 Persamaan energi regangan menjadi: U
2GJ
Dari persamaan ini didapat: Jika t = konstan, maka konstanta torsi J dapat 4tAm2
J
T T disederhanakan Lm
f t
2 Am 2 tA m Untuk tabung penampang bulat L m 2 r A m r 2
Energi regangan
2
ds f ds t
2 2 2
Konstanta torsi J 2 r 3 t
dU t .ds .dx
dx dx
2G 2G t 2G t
dimana rapat energi regangan u = /2G, luas penampang t ds
2 Untuk tabung persegi Lm 2(b h) A m bh
dan panjang dx Lm ds h ds b ds h b
Energi regangan total:
t t
2
0 t
1
2
0 t
2
2
t1 t 2
2
f dx ds
Lm L f L 2
Lm ds 2b 2 h 2t1t 2
U dU
2G 0 0 t
U Konstanta torsi J
dwk
2G 0 t 51 dwk
bt1 ht2 52
T T
f
2 r 2 2 r 2 t
Tabung bulat
TL
J 2 r 3 t f Luas penampang median Am1 A m 1 r 2
2Gr 3 t
dimana momen inersia polar: Luas penampang tabung bulat A 1 2 rt ,
Konstanta torsi J 1 2r t 3
I p 2 r 3 t J
dwk 53 dwk 54
dwk 9
MKM
Soal latihan :
Tabung persegi
3.5. Tabung dinding tipis dengan
penampang persegi seperti pada
Luas penampang median Am2 A m 2 b 2 gambar. Hitung tegangan geser
maksimum max akibat torsi T =
Luas penampang tabung persegi A2 4 bt , 120 N.m !
Dengan penampang sama A1 = A2 b r / 2 . 3.6. Tabung dinding tipis dari baja tahan
karat (G = 80 GPa) mempunyai
penampang segitiga sama sisi
Konstanta torsi J 2 3 r 3t / 8
seperti pada gambar. Panjang sisi
median masing-masing b = 150 mm
Rasio tegangan geser tabung bulat dan persegi 1 / 2 dan tebal dinding t = 8 mm. Jika
1 Am 2 b 2 tegangan geser yang diijinkan
0,785 adalah 60 MPa, tentukan momen
2 Am1 r 2 4 torsi maksimum T pada tabung
tersebut ! Pada nilai torsi ini,
Rasio sudut puntir f1 J 2 2 tentukan sudut puntir per unit
0.617
f 2 J 1 16 panjang q !
dwk 55 dwk 56
b) Beam centilever ( q1 q 2 )b
Ra
2
q1b b q2b 2b
Ma a a
2 3 2 3
c) Beam menggantung
P2 (L a) M1 P2 a M1
Ra Rb
L L L L
dwk 57 dwk 58
dwk 10
MKM
Contoh soal 4.2: Hubungan beban, gaya geser dan momen tekuk
Sebuah beam menggantung ABC dengan beban merata dimana (a) gaya distribusi dengan intensitas q
intensitasnya q = 6 kN/m dan beban konsentrasi P = 28 kN (gambar a). Fy = 0 dV
Tentukan gaya geser V dan momen tekuk M pada penampang D yang V - (V - dV) –qdx = 0 q
M = 0 dx
terletak 5 m dari ujung sebelah kiri A !
MB = 0; MA = 0 dx
Dari rumus statika M qdx (V dV )dx M dM 0
Ra = 40 kN Rb = 48 kN. 2 dx
qdx 0 dM
2 V
DBB bagian kiri beam (gambar b)
dVdx 0
dx
diasumsikan resultan tegangan V dan M (b) beban terpusat P
positive Fy = 0 V1 = - P
Fy 0 dx
40 kN – 28 kN – (6 kN/m)(5 m) – V = 0
M = 0 M P (V V1)dx M M1 0
2
dx
M 0 V = -18 kN M1 P VdxV1dx
2
-(40 kN)(5 m) + (28 kN)(2 m) + (6k N/m)(5 m)(2,5 m) + M =0 (c) beban momen M0
M = 69 kN.m M Mo V dVdx M M1 0
Metode alternatif gambar c V – (6 kN/m)(5 m) + 48 kN = 0 bentuk differensial diabaikan karena terlalu kecil 0
dwk -M – (6 kN/m)(5 m)(2,5 m) + (48 kN)(3 m) = 0 61 dwk
M1 = -Mo 62
Soal latihan :
4.1. s/d 4.6. Tentukan diagram gaya geser dan momen tekuk dari beam
Tegangan Beam
Kelengkungan
berikut:
dwk 11
MKM
cos q 1 2 sin 2
q
q
1 2 1
q
2 2
normal maka
x
Jika tidak ada gaya resultan pada arah dA EydA 0
2
2 2 Karena kelengkungan dan modulus
L q 2 L2 elastisitas E = konstan, maka
ydA 0
q dan
2 2 8 Jika elemen gaya dari tegangan x adalah xdA,
dM o x ydA
maka momen pada elemen tersebut adalah:
q 0,0168
sehingga
0,605 in Momen seluruh penampang M o x ydA
Jika : M = M0 dan dengan
M x ydA E y 2 dA
substitusi x, maka
dwk 69 dwk 70
M EI
disederhanakan 1 M Jika c1 = c2 = c
EI Mc M
1 2
I S
dimana momen inersia I
y dA
2
I
x Ey S
disubstitusikan ke tegangan normal menjadi
c
My
x
I
Mc1 M Penampang persegi
1
I S1 bh 3 bh 2
Tegangan tarik dan tekan maksimum adalah
Mc2 M I S
2 12 6
I S2
I Penampang bulat
S1
dimana modulus bagian atau momen ketahanan
c1 d 4 d 3
I I S
S2 64 32
c2
dwk 71 dwk 72
dwk 12
MKM
Contoh soal 2 : qx 2
Beam ABC dengan beban distribusi sepanjang beam dengan intensitas
M x RA x
2
pembebanan q1 = 3,0 kN/m seperti pada gambar berikut. Tebal
penampang beam adalah 12 mm. Tentukan tegangan tarik dan
Untuk menentukan
kompresi maksimum di beam ?
lokasi dimana momen
maksimum, maka
dM x
0
dx
qx R A
R A 3,375
x 1,125 m
Solusi: q 3
MA = 0
-RB x 3 + 3 x 4,5 x 2,25 = 0 RB = 10,125 kN q
M max R A (1,125) (1,125) 2 1,898 kN.m
2
MB = 0 M B q.(1,5) 2 2 3,375 kN.m
RA x 3 - 3 x 4,5 x 0,75 = 0 RA = 3,375 kN
dwk 73 dwk 74
Dari gambar, didapat dimana Izc adalah momen inersia area A1 terhadap pusat sumbu
y1 = 6 mm masanya, sehingga; 1
I zc (276 mm )(12 mm ) 3 39.744 mm 4
A1 = (276 mm)(12 mm) 12
= 3312 mm2 Jarak d1 adalah jarak dari sumbu centroidal A1 terhadap sumbu z;
y2 = 40 mm d1 c2 6 mm 12,48 mm
A2 = (12mm) (80 mm) Momen inersia A1 terhadap sumbu z adalah
= 960 mm2
y3 = y2 Iz1 = 39.744 mm4 + (3.312 mm2) (12,48 mm)2 = 555.600 mm4
A3 = A2 Dengan menggunakan cara yang sama terhadap area A2 dan A3, maka
Iz2 = Iz3 = 956.600 mm4
yi Ai Momen inersia seluruh penampang adalah:
c2 18,48 mm
Ai
I = Iz1 + Iz2 + Iz3 = 2,469 x 106 mm4
dwk
c1 80 mm c2 61,52 mm 75 dwk 76
Modulus bagian dari beam bagian bawah dan atas adalah Soal latihan :
I I
S1 40,100 mm 3 dan S 2 133,600 mm 3 5.1. Tentukan tegangan tekuk maksimum max yang disebabkan oleh beban
c1 c2 konsentrasi P yang diberikan pada beam sederhana AB sesuai pada
Pada bagian beam yang terdapat momen tekuk positif maksimum, maka gambar, jika P = 5,4 kN dan dimensi penampang ditunjukkan pada
tegangan tarik terbesar pada bagian bawah beam (1)dan tegangan tekan gambar.
terbesar terjadi pada bagian atas (2), sehingga:
M 1,898 kN.m
t 1 47,3 MPa
S1 40.100 mm 3
M 1,898 kN.m
c 2 14, 2 MPa 5.2. Sebuah beam ABC yang menyangga beban konsentrasi P pada ujung
S2 133.600 mm 3
yang digantung (lihat gambar). Penampang beam berbentuk T dengan
Hal yang sama, tegangan terbesar pada momen negatif maksimum adalah: dimensi ditunjukkan pada gambar. Hitunglah beban P yang
M 3,375 kN.m diperbolehkan jika tegangan tarik materialnya 40 MPa dan tegangan
t 2 25,3 MPa tekan material yang diijinkan 70 MPa !
S2 133.600 mm 3
M 3,375 kN.m
c 1 84,2 MPa
S1 40.100 mm 3
Dengan membandingkan hasil-hasil diatas maka tegangan tarik
maksimum adalah 47,3 MPa dan tegangan tekan maksimum 84,2 MPa.
dwk 77 dwk 78
dwk 13
MKM
Tegangan geser pada beam persegi Gaya F1, F2 dan F3 harus dalam keseimbangan statik arah x :
( M dM ) y My dM 1
bdx dA
dx Ib
F3 F 2 F1 dA ydA
I I
V
Ib
Substitusi V = dM/dx ydA
VQ
Dengan mn momen pertama Q
Ib
Karena V, I dan B konstan, dan Q bervariasi sesuai yang diarsir
h h 2 y1 b h 2 2
Q b y1 y1 y1
2 2 2 4
Gaya normal sebelah kiri pn, Gaya horisontal F2 sebelah kanan p1n1 Momen pertama Q dapat juga diperoleh dari integrasi
( M dM ) y Q ydA
b/2 h/2 h/ 2
V h2
x dA
My
dA F2 dA
b / 2 y1
ydydz
y1
ybdy
2I
y12
I I h/2
4
My Gaya horisontal F3 pada permukaan pp1 y2 b h2 jika y1 = 0
F1 dA b y12
2
y1 2 4
I F3 bdx max
Vh 2 3V
dwk 79 dwk 8I 2A 80
Contoh soal 3 :
Momen pertama area yang diarsir terhadap sumbu z adalah:
Hitunglah tegangan normal dan geser pada
titik C dalam beam baja AB seperti pada Q = (1 in)(1 in)(1,5 in) = 1,5 in3
gambar. Panjang beam L = 3 ft dan
Tegangan geser pada titik C;
penampangnya persegi 1 in x 4 in.
Intensitas pembebanan q = 160 lb/in. VQ (1.600 lb)(1,5 in 3 )
Solusi: 450 psi
Dari keseimbangan statik, momen tekuk M
Ib (5,333 in 4 )(1 in)
dan gaya geser V pada titik C adalah:
M = 17.920 in.lb Untuk mengekspresikan tegangan pada titik C, dapat dilihat
komponen tegangan pada gambar:
V = -1.600 lb
Momen inersia penampang area:
bh 3 1
1 in4 in 5,333 in 4
3
I
12 12
Tegangan tekuk dititik C, dimana lokasinya y = -1 in,
adalah: My (17.920 in.lb )(1 in)
x 3.360 psi
dwk
I 5,333in 4 81 dwk 82
dwk 14
MKM
Tegangan geser pada beam profil dengan web dan flange Momen pertama penampang diarsir terhadap sumbu netral diperoleh
dengan mengalikan luas dengan jarak sumbu z terhadap pusat luas
ini, sehingga
h h h h / 2 h1 / 2 h1 h / 2 y1
Q b 1 1 t y1 y1 1
2 2 2 2 2 2
b
8
t
h 2 h12 ( h12 4 y12 )
8
Oleh karenanya, tegangan geser pada web beam adalah:
VQ V
It
8 It
b(h 2 h12 ) t (h12 4 y12
bh 3 (b t )h13 1
Momen inersia web I (bh 3 bh13 th13 )
12 12 12
h h
bagian flange : A f b 1
2 2 3V (bh 2 bh12 th12 4ty12 )
h1
Tegangan gesernya :
bagian web antara ef dan flange : Aw t y1 2t (bh 3 bh13 th13)
dwk
2 85 dwk 86
Tegangan geser maksimum terjadi pada sumbu netral (y1 = 0), dan Contoh soal 5 :
tegangan geser minimum terjadi pada sambungan dengan flange (y1 Tentukan tegangan geser maksimum
= h1/2), sehingga: pada web dari beam yang
V 2 2
3V (bh bh1 th12 )
max (bh 2 bh12 th12 ) penampangnya berbentuk T seperti pada
8 It 2t (bh3 bh13 th13 ) gambar, jika b = 4 in, t = 1 in, h = 8 in, h1
Vb 2 3V (h 2 h12 ) = 7 in dan V = 10.000 lb.
min (h h12 )
8 It 2t (bh3 bh13 th13 )
Solusi:
Luas area diagram tegangan terbagi 2 bagian, yaitu luas area persegi Jarak c ke pusat penampang ditentukan
h1min dan luas area parabola 2 dengan perhitungan berikut:
( h1 )( max min )
3 (3 in.)(1 in.)(0,5 in.) (8 in)(1 in)( 4 in)
Gaya geser pada web: c
(3 in.)(1 in) (8 in.)(1 in.)
2 th
V web h1 min t (h1 )( max min )t 1 (2 max min ) 33,5 in.3
3 3 3,045 in
Tegangan geser pada web besarnya 90 % hingga 98 % dari total 11,0 in2
tegangan geser, sedangkan sisanya pada flange. Momen inersia terhadap sumbu nn
V 1 1
Tegangan geser rata-rata pada web aver I ( 4 in.)(1 in) 3 (1 in.)(7 in) 3 (11 in 2 )(2,045 in.) 2 69,66 in 4
th1 3 3
dwk 87 dwk 88
Tegangan geser maksimum terjadi pada sumbu netral; momen pertama Beam dengan beban axial
dari area dibawah sumbu netral adalah:
1
Q = (1 in.) ( 4 ,955 in) 2 = 12,28 in3
2
dwk 15
MKM
dwk 93 dwk 94
dwk 95
dwk 16