Oleh:
NIM.1406100
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Mengetahui,
Ketua Departemen Pendidikan Teknik Mesin
FPTK UPI
ii
PERNYATAAN KEASLIAN ANALISIS DAN DESAIN
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan Analisis dan Desain yang
saya susun dengan judul “Aktualisasi Sistem Pelempar Bola pada Robot
ISOLA_229”, sebagai persyaratan menempuh ujian seminar Analisis dan Desain,
Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan, Universitas Pendidikan Indonesia, sejauh yang penulis ketahui bukan
merupakan tiruan atau duplikasi dari Analisis dan Desain yang sudah
dipublikasikan dan atau pernah untuk mendapatkan gelar Sarjana di lingkungan
Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Indonesia,
maupun perguruan tinggi lainnya, kecuali bagian sumber informasinya yang telah
dicantumkan sebagaimana mestinya.
Dibuat di : Bandung
Tanggal : Nopember 2018
Penulis
iii
KATA PENGANTAR
Penulis
iv
ABSTRAK
v
ABSTRACT
vi
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN ANALISIS DAN DESAIN ................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
ABSTRACT ........................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
DAFTAR NOTASI ................................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
E. Metode Analisis........................................................................................... 3
1. Pengertian Robot................................................................................... 6
4. Aktuator ................................................................................................ 8
vii
D. Tinjauan Sistem Pelempar bola, Komponen, Teori dan Parameter
Perhitungan ....................................................................................................... 12
3. Lengan pelempar................................................................................. 18
2. Lengan pelempar................................................................................. 27
B. Saran .......................................................................................................... 39
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR NOTASI
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Robot sudah mulai digemari oleh hampir seluruh masyarakat tidak hanya
sebagai kebutuhan namun sudah masuk keranah seni dan budaya. Berbagai
lembaga dan perusahaan saling mendukung dalam pengembangan teknologi
robotika di dunia untuk menunjang dan melestarikan seni dan budaya. Salah
satunya kegiatan Kontes Robot Indonesia (KRI) yang diadakan rutin setiap
tahun oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) Departemen
Pendidikan Nasional. Tema KRI tahun 2018 adalah “Lempar Bola Berkah”
yang diadopsi dari permainan tradisional Vietnam yang pada tahun 2018 ini
menjadi tuan rumah kontes ABU Robocon se - Asia Pasifik.
1
2
melemah dan bola tidak mencapai target pada lemparan berikutnya. Tim
ISOLA_229 menerangkan bahwa konsumsi udara pada lemparan cukup besar
berdasarkan ukuran silinder pneumatik yang digunakan sehingga perlu
dihitung kapasitas yang harus disediakan agar robot mampu melempar stabil
pada saat pertandingan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraiakan di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan dalam penulisan ini yaitu “Bagaimana aktualisasi
sistem pelempar bola pada robot ISOLA_229?”
C. Tujuan Analisis
Tujuan dari analisis yang diharapkan penulis, adalah untuk mengetahui
aktualisasi sistem pelempar bola pada robot ISOLA_229.
D. Manfaat Analisis
Hasil dari analisis ini dapat memiliki manfaat, antara lain sebagai berikut:
1. Bagi mahasiswa yang akan mengikuti kontes robot berikutnya, hasil
analisis ini dapat dipakai sebagai acuan atau referensi dalam perancangan
robot yang lebih baik.
2. Bagi penulis, analisis ini diijadikan sarana untuk melatih diri dalam
mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknilogi dari ilmu yang telah
penulis peroleh selama perkuliahan di DPTM FPTK UPI ke dalam dunia
nyata.
3. Bagi pihak kampus, hasil analisis ini dapat digunakan sebagai salah satu
contoh sumber belajar mengenai mata kuliah teknik mesin.
3
E. Metode Analisis
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
deskriptif. Arikunto (2010:3) metode deskriptif adalah “penelitian yang
dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang
sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian”.
Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad (2006:140), yaitu:
1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masalah
sekarang dan masalah aktual.
2. Data yang dikumpulkan mula – mula disusun, dijelaskan kemudian
dianalisis.
F. Struktur Organisasi
Adapun sistematikan penulisan yang digunakan dalam penyusunan
laporan Analisis dan Desain ini, adalah sebagai berikut
BAB I Pendahuluan. Pada bab ini akan dijelasakan tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, metode, serta sistematika
penulisan laporan Analisis dan Desain.
BAB II Tinjauan Pustaka. Pada bab ini akan dijelasakan tentang beberapa
teori yang akan mendukung dalam analisis sistem penggerak dan sistem
pelempar bola pada robot ISOLA_229.
6
7
3. Sistem Kontrol
Sistem Kontrol merupakan suatu sistem elektronik yang berfungsi sebagai
pengendali sistem mekanik. Suatu sistem kontrol dapat bekerja secara
otomatis ataupun secara manual. Sebuah sistem kontrol otomatis mampu
mengendalikan sistem mekanik tanpa diawasi dan diberikan input masukan
data yang berulang-ulang ,karena di dalamnya diberikan suatu rangkaian
processor untuk memberikan perintah kendali secara otomatis.
Sistem kendali otomatis setidak-tidaknya terdiri dari rangkaian processor
yang didalamnya terdapat memori pengingat data, signal conditioning untuk
sensor, dan driver untuk actuator. Bila diperlukan bias dilengkapi dengan
sistem monitor seperti seven segment , LCD (Liquid Crystal Display) ataupun
CRT (Cathode ray Tube). Sistem robot yang digunakan otomasi berbasis
processor dapat digambarkan sebagai berikut:
8
B. Robot Pelempar
Robot merupakan alat untuk membantu kehidupan manusia. Aplikasi pada
kehidupan sehari-hari sudah sangat banyak, termasuk robot pelempar. Robot
pelempar mayoritas dibuat atas dasar kebutuhan latihan olahraga seperti robot
pelempar bola tenis, pelempar bola pingpong, shuttlecock, cakram, bola sepak,
dan lainnya. Gerakan lemparan bervariasi tergantung kebutuhan cabang
olahraga seperti pada bola sepak, lemparan robot dapat diatur seperti umpan
lambung, shooting, ataupun passing.
melemparkan bola pada throwing area. Bola yang dilempar harus masuk
kedalam lingkaran sasaran yang memiliki ketinggian tertentu.
Panjang 97 cm
Lebar 97 cm
Tinggi 85 cm
Berat 17,4 kg
Rangka badan Bahan : Profil Alumunium Alloy 1”x 0,5”
Bahan : Profil Stainless steel 0,5”x 0,5”
Lengan pelempar Jumlah : 1
Penggerak : pneumatik
Bahan : Profil Alumunium Alloy 1”x 0,5”
Wheel Base Ukuran : 97cm x 97cm
Penggerak roda : motor DC PG45
Bola yang mampu dibawa 1 buah bola
12
Sesuai dengan strategi yang diterapkan oleh Tim Robot ISOLA_229, Robot
yang dibangun harus dapat membawa 1 buah bola dengan berat masing-masing
90 gr. Sistem kendali robot dibuat agar robot dapat bergerak secara otomatis.
Sistem penggerak roda menggunakan motor dengan gearbox yang
ditransmisikan ke roda omniwheel dengan perpanjangan poros. Sistem pelempar
digerakkan oleh pneumatik yang disambungkan dengan lengan pelempar.
Terdapat 4 selenoid valve untuk mengatur kekuatan lemparan di ketiga zona
tembak.
Dimana:
F : Gaya piston (N)
D : diameter piston (m)
d : diameter batang piston (m)
A : luas penampang yang dipakai (m2)
P : tekanan kerja (Pa)
kerusakan atau kebocoran piston adalah karena tidak adanya pelumas di dalam
piston sehingga dinding piston terdapat goresan atau aus. Gaya pada piston
dipengaruhi oleh gaya gesek yang arahnya berlawanan. Agar piston dapat
bergerak F dorong atau F tarik harus lebih besar dari Fg.
Dari perhitungan gaya gesek ini kita dapat merencanakan diameter piston
yang sesuai dengan kebutuhan melalui rumus:
D2 =( F+Fg) / (p x 0,785 )
Dimana:
D : diameter piston (mm)
F : beban (N)
Fg : gaya gesek (N)
p : tekanan kerja rata-rata (Pa)
𝛑𝟐 𝐄𝐈𝐱
𝑷𝒄𝒓 = ( Jurnal perangkat nuklir, vol.10, nomor 02 )
𝑳𝟐 𝑺
Dimana:
Pcr : Gaya bengkok (N)
E : Modulus elastisitas (N/m2)
Ix : Inersia (m4)
L : Panjang langkah efektif = 2x panjang langkah (m)
S : faktor keamanan (diambil 5)
e. Pemakaian udara
Pemakaian udara perlu dihitung untuk menentukan banyaknya udara pada
saat mesin dioperasikan. Kebutuhan udara ini juga berpengaruh pada kapasitas
penyimpanan udara. Jika kapasitas penyimpanan udara terlalu kecil maka
16
pengoperasian mesin tidak akan maksimal. Hal ini juga dapat menentukan
besarnya tangki penyimapanan yang harus disiapkan jika mesin tersebut
digunakan secara mobile (tidak terpasang dengan kompressor).
Perhitungan kapasitas penyimpanan udara tersebut didasarkan pada
kebutuhan setiap kali silinder pneumatik melakukan siklus. Pada silinder kerja
ganda, untuk menghitung banyaknya pemakaian udara pada silinder adalah
sebagai berikut :
Untuk konsumsi langkah maju:
V1 = pk (π /4) D2 h
Dimana :
V1 : volume udara setiap panjang langkah maju (m3)
D : diameter silinder (m)
h : panjang langkah (m)
pk : perbandingan kompresi
𝟏𝟎𝟏, 𝟑 + 𝒕𝒆𝒌𝒂𝒏𝒂𝒏
𝒑𝒌 =
𝟏𝟎𝟏, 𝟑
b. Saluran pneumatik
Pneumatik merupakan sistem kerja yang menggunakan fuida atau udara
yang dikompresi sebagai sumber energinya. Udara tersebut biasanya
dikompresikan dengan alat bernama kompresor. Udara yang sudah
terkompresi akan disimpan di tabung kompresor. Agar pneumatik dapat
bekerja maka udara terkompresi tersebut harus dapat sampai ke piston.
Dibutuhkan saluran pneumatik yang mampu mengalirkan udara terkompresi
dan mampu menjaga tekanan udara tersebut dari kebocoran.
3. Lengan pelempar
Lengan pelempar menganut sistem yang menyerupai sistem trebuchet.
Trebuchet adalah suatu senjata zaman dulu yang digunakan untuk perang
jarak jauh. Trebuchet, saat ditemukan dan digunakan di Tiongkok selama abad
ke-5 hingga ke-3 SM, mencapai ketenaran sebagai senjata pengepungan
pilihan selama abad pertengahan (1200-1500 AD) di Eropa (Hennessey &
Johnson, 2001:28).
Senjata paling kuat di Abad Pertengahan adalah ketapel, yang terbaru dan
teknis tipe yang paling maju yaitu trebuchet yang dioperasikan dengan
penyeimbang. Fakta bahwa mesin seperti itu digunakan berulang kali pada
awal abad ke-13, selama penaklukan Jerman-Denmark (Saimre,2006:62).
19
(v)
α
Lengan pelempar
Silinder pneumatik
85 cm
25 cm
45 cm
Jika kekuatan bahan lengan pelempar adalah σbatang dan gaya yang
diberikan silinder adalah F, maka gaya perlu ditinjau dari sumbu x dan y.
21
Dimana
σ𝑎 : tegangan aksial (N/mm2)
σ𝑎 : tegangan aksial izin (N/mm2)
Fy : gaya pada sumbu y (N)
A : luas penampang batang (mm2)
Dimana
σ𝑏 : tegangan lentur (N/mm2)
σ𝑏 : tegangan lentur izin (N/mm2)
Fx : gaya pada sumbu x (N)
Z : modulus bagian (mm2)
Dimana:
Ekr : Energi kinetik rotasi (Nm) atau (Joule)
I : Momen inersia (kg.m2)
𝜔 : kecepatan sudut (rad/s)
Besarnya nilai energi kinetik pada lengan pelempar didapat dari gerakan
silinder, maka perlu dihitung energi kinetik silinder yang akan diteruskan ke
lengan pelempar. Besarnya energi kinetik silinder adalah :
22
Ek = ½ m v2
Dimana :
Ek : Energi kinetik (N.m) atau (Joule)
m : massa (kg )
v : kecepatan (m/detik)
d. Gerak Parabola
Gerak parabola terjadi jika suatu objek ditembakkan di medan gravitasi
bumi dengan kecepatan tertentu dan membentuk sudut αα terhadap arah
horisontal (sudut elevasi) dimana α ≠ 90∘. Objek mendapat percepatan searah
dengan medan gravitasi bumi yaitu ke arah pusat massa bumi. Akibatnya
pada arah vertikal objek mengalami GLBB diperlambat/dipercepat.
D = √0,000036 = 0,0036 m
24
25
𝐹 = 482 𝑁
Gaya yang dihasilkan piston untuk langkah mundur
(𝑫𝟐 − 𝒅𝟐 ) 𝛑 𝐏
𝑭= 𝟒
(0,0322 − 0,0122 )x 3,14 x 6 x 105
𝐹= 4
𝐹 = 415 𝑁
Berdasarkan perhitungan diatas, langkah piston yang digunakan pada saat
pelemparan bola adalah langkah maju. Karena langkah maju memiliki gaya
yang lebih besar dibanding langkah mundur. Maka Fpiston efektif adalah:
Fpiston = 482 – 6,09 = 475,91 N
𝑃𝑐𝑟 = 1043 N
Dari perhitungan diatas, gaya bengkok yang dizinkan (Pcr) adalah 1043
N atau setara 104,3 kg, sedangkan besar dari gaya yang digunakan adalah
6,09 N atau setara 0,609 kg. Maka berdasarkan gaya bengkoknya, silinder
pneumatik yang digunakan sudah aman.
𝑝𝑘 = 6,82
Robot Isola_229 harus melempar 3 buah bola pada 3 posisi yang berbeda
untuk menyelesaikan misi dalam waktu 3 menit. Maka dalam satu kali
pertandingan minimal robot harus melempar sebanyak 3 kali. Volume yang
digunakan untuk satu siklus adalah:
V1 = pk (π /4) D2 h
V1 = 6,82 (0,785) (0,032)2 0,3
V1 = 0,00165 m3 = 1,65 liter
2. Lengan pelempar
a. Kekuatan bahan lengan pelempar
Bahan lengan pelempar adalah propil stainless steel dengan kekuatan
tarik bahan σt=520 N/mm2. Mendapat gaya dorong dari piston sebesar Fpiston
= 475,91 N. Jika diuraikan pada sumbu x dan y dengan orientasi sumbu x
adalah batang lengan pelempar pada posisi awal.
Diketahui gaya piston 475,91 N membentuk sudut α = 36o. Maka
diuraikan terhadap sumbu x dan y menjadi:
Fx = 279,73 N Fy = 385,02 N
28
F
x
F
piston
x
F
y
36o
2 mm
12,7 mm
Gambar 3.3. Penampang batang pelempar
A= A1 – A2
A= (12,7 x 12,7) – (10,7 x 10,7)
A = (161,29) – (114,49)
A = 46,8 mm2
29
Fx
15cm
41959,5
σ𝑏 = = 305,78 N/mm2
137,22
41959,5
σ𝑏 = = 122,9 N/mm2
341,4
30
Jika batang adalah pejal, nilai tegangan lentur yang terjadi akan lebih
kecil dari tegangan lentur izin (σ𝑏 < σ𝑏 ) dan aman digunakan sebagai bahan
untuk lengan pelempar.
r
v0 = 𝜔. 𝑟
80cm v0 = 𝜔. 𝑟
𝑠𝑖𝑛𝛼 = 0,706
𝛼 = 44𝑜 9′
Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa sudut elevasi yang terbentuk
adalah 𝛼 = 44𝑜 9′ dan dibulatkan oleh penulis menjadi 45o atas dasar
toleransi kepresisian pada saat melakukan kalibrasi dari segi waktu lemparan.
1. Zona lempar 1
Diketehui v0 = 15,52 m/s dan g = 9,8 m/s2 , x1 = 4m , y = (3 – 4) meter.
Sudut v0 diasumsikan 45o berdasarkan teori tentang trebuchet yang
dikemukakan (Saimre,2006:68) bahwa, untuk rentang terbesar dalam keadaan
normal, sudut ini kira-kira 45 ° ke cakrawala, juga berdasarkan hasil kalibrasi
lemparan yang dilakukan oleh penulis.
33
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, pada jarak 4 meter dari robot, bola
terlempar setinggi 3,39 meter dari ketinggian awal. Maka total ketinggian
dihitung dari tanah yang dicapai pada jarak x1 = 4meter adalah yx1= 3,39 +
1,5 = 4,89 meter. Sedangkan ketinggian yang masuk kategori pada jarak x1 =
4 meter adalah antara (3 – 4) meter. Maka penulis mencoba
mengurangi/mereduksi kecepatan awal piston menggunakan komponen
pneumatik trhottle valve atau katup pengatur laju udara. Dengan katup ini
aliran udara yang mengalir ke piston dapat di atur. Pada kaus ini penulis
menurunkan kecepatan laju udara menjadi 60% dari kecepatan normal.
v01 = (15,52) x 60%
v01 = 9,31 m/s
Dimasukan kembali ke rumus x dan y:
𝑥1 = 𝑣01 𝑡𝑥1 . 𝑐𝑜𝑠𝛼
𝑥
𝑡𝑥1 = 𝑣 .cos1(45)
01
4
𝑡𝑥1 = (9,31)x (0,707)
𝑡𝑥1 = 0,61 detik
Maka:
1
𝑦𝑥1 = 𝑣01 𝑡𝑥1 . 𝑠𝑖𝑛𝛼 − 𝑔𝑡𝑥1 2
2
1
𝑦𝑥1 = (9,31) x (0,61). sin(45) − (9,8)x (0,61)2
2
Dengan begitu yx1 = 2,20 + 1,5 = 3,7 meter. Ketinggian yx1 masuk
kategori ketinggian bola di zona lempar 1, yakni antara 3 – 4 meter. Maka
untuk pelemparan di zona lempar 1 dengan penurunan kecepatan piston
sampai dengan 60% dapat dikatakan baik.
2. Zona lempar 2
Pada zona lempar 2, jarak x2= 7 meter dan ketinggian yx2 yang masuk
katergorei adalah 3 – 4 meter. Kecepatan pada zona ini direduksi menjadi
65% dari kecepatan normal piston.
v02 = (15,52) x 65%
v02 = 10,1 m/s
Maka pada jarak x2 = 7 meter, ketinggian yx2 adalah:
𝑥2 = 𝑣02 𝑡𝑥2 . 𝑐𝑜𝑠𝛼
𝑥2
𝑡𝑥2 = 𝑣01 .cos(45)
7
𝑡𝑥2 = (10,1)x (0,707)
Dengan begitu yx2 = 2,30 + 1,5 = 3,8 meter. Ketinggian yx1 masuk
kategori ketinggian bola di zona lempar 2, yakni antara 3 – 4 meter. Maka
untuk pelemparan di zona lempar 2 dengan penurunan kecepatan piston
sampai dengan 65% dapat dikatakan baik.
3. Zona lempar 3
Pada zona lempar 3, jarak x3= 7 meter dan ketinggian yx3 yang masuk
katergorei adalah 4 – 5 meter. Pada zona 3, terdapat xmax yang harus dicapai
bola yaitu 10,2 – 11,2 meter. Bola harus mendarat di area lingkaran
berdiameter 1m. Ketinggian area mendarat bola adalah 50cm dari tanah. Data
tentang perhitungan ditampilkan pada tabel berikut ini:
Tabel 3.3. Perhitungan lemparan di zona 3 kecepatan 100 – 10%, α = 45o.
Kecepatan Ketinggian yx3
Kecepatan yx3 xmax
setelah direduksi dari tanah
% (m) (m)
(m/s) (m)
100 15,52 5,01 6,51 24,58
90 13,97 4,54 6,04 19,91
80 12,42 3,88 5,38 15,73
70 10,86 2,93 4,43 12,04
60 9,31 1,46 2,96 8,85
50 7,76 -0,97 0,53 6,14
40 6,21 -5,46 -3,96 3,93
30 4,66 -15,15 -13,65 2,21
20 3,10 -42,84 -41,34 0,98
10 1,55 -192,36 -190,86 0,25
36
Pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada angka xmax yang
memenuhi kriteria x = 10,2 – 11,2 meter. Maka dibuat tabel untuk angka yang
mendekati, yakni pada reduksi kecepatan antara 60 – 70 %.
Dilihat dari ketinggian yx3 pada tabel diatas, didapat angka yang masuk
kategori lemparan di zona lempar 3, yakni pada reduksi kecepatan 67 – 70 %.
Namun dilihat dari posisi akhir atau jarak bola mendarat pada y = -1 meter,
tidak ada angka x yang memenuhi kriteria. Angka yang paling mendekati
adalah data pada kecepatan 67% seperti dijelaskan pada gambar dibawah ini.
Gambar 3.8. Gerak parabola pada zona lempar 3, kecepatan 67%, α = 45o
perhitungan pada tabel 3.5. disimpulkan bahwa robot ISOLA_229 yang telah
dibuat tidak mampu melemparkan bola agar mendarat tepat pada area sasaran.
Penulis menyarankan agar menambah sistem baru untuk mengatasi
permasalahan tersebut, yakni berupa sistem yang mampu menambah sudut
lemparan α menjadi lebih dari 45o. Pada kasus ini penulis mencoba
menghitung lemparan di zona lempar 3 dengan sudut lempar 50o.
Gambar 3.9. Gerak parabola pada zona lempar 3. Kecepatan 65%. α = 50o
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan serta analisis sistem pelempar bola robot
ISOLA_229 dapat disimpulkan:
38
39
B. Saran
Penulis menyarankan perbaikan pada robot ISOLA_229 antara lain:
1. Kapasitas penyimpanan udara pada robot ISOLA_229 harus
dimaksimalkan serta saluran udara perlu diantisipasi dari kebocoran agar
penurunan tekanan udara dapat dihitung dengan akurat untuk
memaksimalkan pertandingan.
2. Batang pelempar yang digunakan robot ISOLA_229 perlu diganti
dengan yang lebih besar atau dengan batang yang pejal, dimisalkan
dengan batang stainless steel pejal berukuran ½” x ½” maka tegangan
lentur yang terjadi σ𝑏 =122,9 N/mm2 kurang dari tegangan lentur yang
diizinkan σ𝑏 = 130 N/mm2 .
3. Pada zona lempar 2 dan 3, diperlukan komponen pneumatik throttle
valve untuk mereduksi kecepatan silinder sebesar 65% dari kecepatan
normalnya. Khusus untuk zona lempar 3 diperlukan suatu sistem
tambahan untuk merubah sudut elevasi lemparan dari semula α=45o
menjadi α=50o, dapat menggunakan sistem naik turun menggunakan
pneumatik sebagai kaki yang dipasang dibagian depan di sisi kiri dan
kanan untuk mencapai sudut α=50o seperti gambar dibawah ini.
pneumatik
5o
F
Gambar 4.1. Desain sistem kaki perubah sudut elevasi
40
DAFTAR PUSTAKA
Sularso, dan Suga, Kiyokatsu. (1978). Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen
Mesin. Jakarta: PT. Pradnya paramita.
LAMPIRAN