i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa, karena dengan berkat dan rahmat-Nya lah Perancangan Mesin I
tentang perancangan ulang sistem kopling pada kendaraan jenis minibus ini dapat
diselesaikan dengan baik,lancar dan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua dan saudara dari penulis yang telah memberikan dukungan
baik berupa moral maupun spiritual sehingga tugas Perancangan Mesin I ini
bisa diselesaikan dengan baik dan lancar.
2. Bapak Ir. Soeharsono, Msc., sebagai dosen pembimbing penulis yang telah
meluangkan waktu nya untuk memberikan bimbingan, kritik, dan saran yang
sangat membantu penulis dalam menyusun tugas ini.
3. Bapak Ir. Tono Sukarnoto, MT. , sebagai Ketua Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti.
5. Dan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang
telah memberikan bantuan kepada penulis sehingga penulis bisa
menyelesaikan tugas ini.
ii
Dalam penulisan Perancangan Mesin I ini , penulis menyadari masih banyak
terdapat kekurangan serta kesalahan-kesalahan yang tentu saja tidak disengaja.
Oleh karena itu kritik, saran, koreksi, serta tanggapan sangat diharapkan demi
kesempurnaan dalam penulisan di masa mendatang.
Penulis
Arthur Gerald
iii
Daftar Isi
ABSTRAK................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
iv
4.2.2 Perhitungan Diameter Poros............................................................24
v
5.6 Dimensi Bantalan Karet Baut..................................................................36
BAB VI KESIMPULAN.......................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................38
LAMPIRAN...........................................................................................................38
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR NOTASI RANCANGAN
Perhitungan Poros
Diameter poros mm
Safety factor -
Perhitungan Pasak
Diameter poros mm
b Lebar pasak mm
h Tinggi pasak mm
viii
P Gaya tangensial yang bekerja pada poros N
L Panjang pasak mm
Safety factor -
Perhitungan Naaf
dn Diameter naaf mm
dp Diameter poros mm
Safety factor -
Perhitungan Flens
dn Diameter naaf mm
Safety factor -
Perhitungan Baut
ix
P Gaya yang bekerja pada baut N
Wp Tahanan mm3
df Diameter flens mm
x
Mp Momen puntir yang dialami karet Nmm
Wp Tahanan mm3
xi
BAB I
Pendahuluan
- Kopling tetap.
- Kopling tidak tetap.
Penggunaan kopling pada zaman sekarang adalah suatu hal yang sangat
lumrah dan banyak di butuhkan pada berbagai bidang mekanikal. Fungsi
kopling itu sendiri yang berguna untuk menyalurkan daya dari sebuah
sumber daya ke suatu bidang lainnya menjadi hal yang sangat penting.
Ada atau tidaknya kopling dapat berimbas pada tingkat kerusakan dan
keausan benda mekanik akan tinggi atau bahkan system tidak akan bisa
berjalan.
1
1.3 Batasan Masalah
Agar penulisan perancangan ini mudah dipahami dan sesuai dengan tujuan
pembahasan maka diperlukan beberapa batasan. Perancangan dibatasi
hanya perihal yang menyangkut masalah kopling flens. Yaitu mengenai :
1. Perhitungan Poros
2. Perhitungan Pasak
3. Perhitungan Flens Dan Naaf
4. Perhitungan Baut
5. Spesifikasi Mur Dan Ring
6. Perhitungan Karet
7. Gambar Rancangan Kopling
BAB I
Pada bab ini akan diuraikan tentang latar belakang, pokok, tujuan, dan
batasan dari perancangan, konstribusi perancangan serta sistematika
penulisan.
BAB II
BAB III
2
BAB IV
BAB V
Bagian ini berisi tentang data hasil rancangan yang didapat dari
perhitungan yang di lakukan.
BAB VI
Bagian ini berisi tentang kesimpulan serta saran dari perancang, apakah
kopling yang telah dirancang layak atau tidak, kalau tidak bagaimana
selanjutnya beserta alasan-alasannya dan lain-lain.
3
BAB II
Jadi kopling untuk jenis ini cocok untuk jenis rangkaian mekanik yang
membutuhkan motor yang terus bekerja, dan juga sinkron dengan putaran
pada motor. Contohnya adalah kopling flens yang akan dibahas pada buku
ini. Contoh kopling pada gambar 1.
4
Jenis-jenis kopling tetap lainnya:
1. Kopling Kaku
dipergunakan bila kedua poros harus dihubungkan sumbu segaris, dan
dipakai pada poros mesin dan transmisi umum di pabrik-pabrik, kopling ini
terdiri atas :
a. Kopling Bus
Kopling ini menggunakan bus (selongsongan) dan baut-baut dibenamkan
pada ujung poros sebagai alat pengaman dan mempermudah pemindahan
putaran. Kopling ini kontruksinya sangat sederhana, murah serta dapat
dipergunakan untuk mentransmisikan daya-daya yang kecil. Contoh
kopling pada gambar 2.
5
c. Kopling Flens Tempa
Kopling flens tempa ini masing-masing ujung poros terdapat flens yang
terbuat dari besi tempa dan kedua flens diikat dengan baut-baut.Contoh
kopling pada gambar 4.
6
b. Kopling Karet Ban
Kopling karet ban terbuat dari sebuah ban yang sangat elastis yang terdiri
dari karet dengan lapisan dalamnya yang ditempa dan ditekan oleh dua
cincin penekan flens. Kopling ini masih dapat meneruskan daya dengan
halus meskipun terdapat sedikit ketidaklurusan antara kedua poros selama
masih dalam batas-batas tertentu. Disamping itu pemasangan dan
pelepasan juga dapat dilakukaan dengan mudah serta variasi beban dapat
pula diserap oleh ban karet. Kopling ini biasanya dipergunakan pada motor
bakar dan dihubungkan pada generator atau pompa. Contoh kopling pada
gambar 6.
7
d. Kopling Gigi
Kopling gigi ini kedua porosnya dilengkapi dengan naf bergigi. Sisi gigi
dan puncak gigi kurang lebih berbentuk bulat, gigi ini menangkap didalam
sistim gigi dan sebuah selongsongan yang cocok menyambung kedua naf.
Kopling ini memperbolehkan kefleksibelan sedikit dalam arah aksial dan
arah radial, sehingga mampu memindahkan momen yang sangat besar.
Contoh kopling pada gambar 8.
3. Kopling Universal
Kopling universal digunakan bila kedua poros akan membentuk sudut yang
cukup besar, terdiri dari:
a. Kopling universal hook
b. Kopling universal kecepatan tetap
Contoh kopling pada gambar 9.
4. Kopling Fluida
8
Penerusan daya dilakukan oleh fluida sehingga tidak ada hubungan antara
kedua poros. Kopling Fluida sangat cocok untuk mentransmisikan putaran
tinggi dan daya yang besar. Keuntungannya adalah getaran dari sisi
penggerak dan tumbukan dari sisi beban tidak saling diteruskan. Demikian
pula pada waktu terjadi pembebanan lebih , penggerak mula tidak akan
terkena momen yang akan melebihi batas kemampuan.
Jadi sudah jelas bahwa kopling sangat dibutuhkan karena dari struktur
mekaniknya yang lebih merata akan mempermudah perhitungan dalam analisis,
dan juga bisa disambung dan dilepas apabila terjadi suatu kerusakan pada motor
yang diharuskan untuk diganti dibanding menyambungkan poros dengan dilas
1. Kopling Cakar
Kopling ini meneruskan momen dengan kontak positif (tidak dengan
perantaraan gesekan) hingga tidak dapat selip. Ada bentuk kopling cakar,
yaitu kopling cakar persegi dan kopling cakar spiral. Kopling cakar
persegi dapat meneruskan momen dalam dua arah putaran, tetapi tidak
9
dapat dihubungkan dalam keadaan berputar, dengan demikian tidak dapat
sepenuhnya berfungsi sebagai kopling tidak tetap sebenarnya. Sebaliknya,
kopling cakar spiral dapat dihubungkan dalam keadaan berputar, tetapi
hanya baik untuk satu arah putaran tertentu saja. Namun demikian, karena
tumbukan yang besar jika dihubungkan dalam keadaan berputar, cara ini
hanya boleh dilakukan untuk putaran poros penggerak kurang dari 50 rpm.
Contoh kopling pada gambar 11.
2. Kopling Kerucut
Kopling ini meneruskan momen dengan perantara gesekan dengan
menggunakan bidang gesek yang berbentuk bidang kerucut.
Keuntungannya konstruksi sederhana dan gaya aksial yang kecil dapat
ditransmisikan dengan momen yang besar. Pada masa sekarang ini sudah
jarang dipakai, karena daya yang diteruskan tidak seragam, tetapi dalam
keadaan dimana bentuk plat tidak dikehendaki dan adanya kemungkinan
terkena minyak, kopling kerucut lebih sering menguntungkan. Contoh
kopling pada gambar 12.
10
Gambar 12. Kopling Kerucut
3. Kopling Friwil
Dalam permesinan sering kali diperlukan kopling yang dapat lepas dengan
sendirinya bila poros penggerak mulai berputar lebih lambat atau dalam
arah berlawanan dari poros yang digerakkan (driven shaft). Kopling friwil
adalah kopling yang dikembangkan untuk maksud tersebut.
Kopling ini sangat banyak gunanya dalam otomatisasi mekanis. Suatu
bentuk lain dari kopling semacam ini, menggunakan bentuk kam (nok)
sebagai pengganti bola atau rol dan disebut kopling kam. Contoh kopling
pada gambar 13.
4. Kopling Plat
Kopling plat adalah suatu kopling yang menggunakan suatu plat atau lebih
yang dipasang diantara kedua poros serta membuat kontak dengan poros
tersebut sehingga terjadi penerusan daya melalui gesekan antar sesamanya.
Konstruksi kopling ini cukup sederhana dan dapat dihubungkan dan
dilepaskan dalam keadaan berputar. Karena itu kopling ini sangat banyak
dipakai.
Menurut banyaknya plat gesek yang digunakan, kopling plat dapat dibagi
atas kopling plat tunggal dan kopling plat majemuk. Juga dibagi atas
kopling basah dan kopling kering. Serta menurut cara pengerjaannya
terdiri dari manual, hidrolik dan elektromagnetis. Contoh kopling pada
gambar 14.
11
Pada buku ini, penjelasan akan memfokuskan diri pada kopling tetap, yaitu
kopling flens.
Kopling flens merupakan suatu kopling tetap, yaitu kopling yang tidak
bisa memutuskan daya ketika mesin masih berjalan. Kopling jenis ini
salah satunya yang biasanya digunakan adalah untuk motor penggerak
pompa. Contoh cara kerja kopling flens pada gambar 15.
Dilihat dari gambar diatas, kopling flens sendiri terbagi menjadi 7 komponen.
Komponen yang tersusun yaitu:
1. Poros
2. Flens
3. Mur
4. Ring
5. Baut
6. Pasak
Berdasarkan arah transmisi gaya diatas, Kopling flens menggunakan baut sebagai
alat untuk mengikatkan 2 buah flen yang terhubung masing-masing antara poros
12
input dari motor dan poros output menuju rangkaian mekanik. Gaya yang terjadi
pada kopling ini yaitu:
1. Daya dari motor akan diteruskan ke kopling melalui poros. Dari sini
putaran dan daya pada motor akan ditransfer ke poros. Dan hasilnya
akan terbentuk momen punter yang terjadi pada poros.
2. Lalu gaya pada poros akan diteruskan menuju pasak yang terhubung
dengan flen. Gaya Puntir pada poros akan dibagi dengan radius dari
poros untuk mendapatkan nilai gaya maksimal yang nantinya akan
diteruskan kepasak. Tegangan yang terjadi pada tahap ini yaitu
tegangan geser pada pasak.
3. Setelah itu gaya pada pasak akan diteruskan ke flens dengan nilai gaya
maksimum yang sama dengan yang diterima pasak terhadap poros.
Nilainya sama karena diameter pada motor sama dengan diameter
lubang dalam flen tempat untuk memasukkan poros kedalam flens.
4. Selanjutnya dari flens, gaya akan diteruskan ke baut yang kemudia
akan di transfer lagi ke flen pasangannya. Nilai gaya yang diterima
oleh baut yaitu nilai momen punter yang dibagi dengan radius tempat
baut terpasang. Lalu nilai maksimum tersebut dibagi dengan jumlah
baut yang terpasang pada kopling tersebut. Jadi nilai gaya maksimum
baut tersebut harus kurang dari gaya pada pasak, karena semakin besar
jarak radius terhadap titik pusatnya, semakin kecil pula gaya yang
diperlukan untuk memutar suatu objek dititik pusat. Tegangan yang
terjadi pada baut disini adalah tegangan geser.
5. Gaya yang sudah diteruskan ke flen pasangannya akan sama dengan
langkah diatas sampai poros tersebut meneruskan gaya nya ke
rangkaian mekanik (output).
BAB III
METODOLOGI PERANCANGAN
13
Tata cara perhitungan dijelaskan dalam bentuk diagram alir (flow chart),
sehingga diperoleh gambaran menyeluruh tentang langkah-langkah yang perlu
dilakukan. Diagram alir digambarkan dengan menggunakan lambang-lambang
seperti di bawah ini. Lambang-lambang tersebut dibuat agak berbeda dengan yang
biasa dipergunakan dalam program umum komputer untuk memudahkan
pengertian tata cara perencanaan. Jumlah lambang yang digunakan diusahakan
sesedikit mungkin, dapat dilihat pada Tabel 3.1. :
14
Untuk menyatakan pengeluaran dari tempat keputusan ke
tempat sebelumnya atau berikutnya, atau suatu pemasukan
Penghubung ke dalam aliran yang berlanjut
Mulai
Tegangan tarik,
Tegangan geser,
Pemilihan safety
faktor
Perhitungan diameter poros, dp
σ < σbol
τ < τbol
Dimensi poros
Bahan poros
15
selesai
Tidak
Ya
16
Tidak Ya
3.2. Diagram Alir Perhitungan Pasak
Mulai
Diameter poros, dp
Pemilihan bahan pasak
Penentuan standardisasi
17
A
Tegangan tarik,
Tegangan geser,
Tidak
σ < σbol
τ < τbol
Ya
Dimensi pasak
Lebar Baji (b) [mm]
Tinggi Baji (h) [mm]
Panjang Baji (l) [mm]
selesai
18
3.3. Diagram Alir Perhitungan Baut
Mulai
Tegangan tarik,
Tegangan geser,
Factor Keamanan, SF
Tidak
σ < σbol
τ < τbol
Ya
Dimensi baut
Bahan baut
selesai
19
3.4. Diagram Alir Perhitungan Bantalan Karet
Mulai
Tidak
τ < τbol
Ya
Dimensi karet
selesai
20
BAB IV
Dalam merancang poros akan dipilih baja batang yang ditarik dingin dan
difinish. Baja jenis ini merupakan baja karbon konstruksi mesin yang dioksidasi
dengan ferro-silikon, dan dicor dengan kadar karbon terjamin. Untuk itu dipilih
bahan poros JIS G 5501 S 45 C dengan alasan:
Mp = 955500
Indra Tedjakumala,Elemen
Mesin II , Universitas Trisakti,
= 955500 Jakarta, 2015, hlm. 253
= 988,4 Ncm
= 9884 Nmm
21
(Dinamis I ; Golongan III) (Lampiran 4)
SF diambil = 4,0
= 137,5 MPa
Tegangan Geser yang dibolehkan ( )
=
= 79,39 MPa
D1 (dp ) =
22
4.2.3 Perhitungan Tegangan Poros
Indra Tedjakumala, Elemen
Mesin II , Universitas Trisakti,
Jakarta, 2015, hlm. 255
D1 (dp ) =
(dp)3 =
Syarat :
23
4.3.2 Perhitungan Panjang Pasak
SF diambil = 4,0
=
= 130 MPa
Tegangan Geser yang dibolehkan ( )
Indra Tedjakumala, Elemen
Mesin I , Universitas Trisakti,
Jakarta, 2015, hlm. 46
=
= 75 MPa
Panjang Pasak (L) berdasarkan P :
P = =
Indra Tedjakumala, Elemen Mesin
II , Universitas Trisakti, Jakarta,
= 1.482,6 N
2015, hlm. 283
24
L =
25
4.3.3 Pemeriksaan terhadap Tegangan Geser Pasak
Syarat :
=
Indra Tedjakumala, Elemen
= Mesin I , Universitas Trisakti,
Jakarta, 2015, hlm. 21
= 120 MPa
Tegangan Geser Baut yang dibolehkan ( )
26
= = 69,3 MPa
Ptotal =
Ptotal = = 395,36 N
P = = = 98,94 N
27
=
=
Indra Tedjakumala, Elemen
Mesin I , Universitas Trisakti,
Jakarta, 2015, hlm. 127
=
= 10,45 MPa
10,45 < 120 MPa (sesuai)
= (0,45 x dm + 0,8 x h)
Ulir Baut
Ulir Baut dipakai M6
Jika ulir pada Baut M6, berdasarkan tabel (Lampiran 7), Maka
didapat :
Diameter Luar (db) : 6 mm
Diameter Efektif (dm) : 5,350 mm
Diameter Inti (di) : 4,917 mm
28
Gambar 4.3 Baut
Spesifikasi Baut :
Diameter dalam : 4,91 mm
Diameter efektif : 5,35 mm
Diameter luar : 6,00 mm
29
Spesifikasi Karet :
Diameter dalam (d2) : 4,91 mm ( disamakan dengan diameter
dalam baut )
Diameter luar (d1) : ditentukan 7 mm untuk alasan
keamanan
Panjang karet : ditentukan 18 mm sesuai dengan
panjang diameter pada baut M6 untuk alasan keamanan.
Gambar 4.4 Bantalan Karet Baut
Mp = x Wp =
Mp (baut) = F x L = Q x db
Wp = )= )= 3.114,632 mm3
Indra Tedjakumala, Elemen Mesin
I , Universitas Trisakti, Jakarta,
2015, hlm. 33
= = = 0,38 MPa
30
= ( 0,2 – 0,4 ) MPa
Spesifikasi Flens :
Diameter flens : 112 mm
Tebal Flens : 40 mm
Spesifikasi Karet :
Diameter dalam (d2) : 112 mm ( disamakan dengan diameter
flens )
Diameter luar (d1) : ditentukan 117 mm untuk alasan
keamanan
Tebal karet : ditentukan 3 mm.
31
4.6.4 Perhitungan Karet untuk Flens
Mp = x Wp =
= = = 0,289 MPa
32
Menurut tabel standarisasi N20 (Lampiran 1), didapatkan
diameter lingkar jarak baut : 75 mm
= 350 MPa
33
=
=
= 87,5 MPa
Tegangan Geser yang dibolehkan ( )
Indra Tedjakumala, Elemen
Mesin I , Universitas Trisakti,
= Jakarta, 2015, hlm. 46
=
= 51 Mpa
Mp = 0,2 x )
= 0,2 x )
Syarat :
34
BAB V
Data spesifikasi :
Daya maksimum, = 1,5 KW
Putaran, n = 1450 rpm
Momen puntir = 9884 Nmm
Lebar baji, = 10 mm
Tinggi baji, h = 8 mm
Panjang baji, L = 30 mm
35
5.4 Dimensi Flens
Bahan flens = FC35
Diameter luar flens = 112 mm
Diameter dalam flens = 104 mm
Tebal flens = 40 mm
Jarak baut pada flens = 75 mm
36
BAB VI
KESIMPULAN
Kopling flens adalah salah satu kopling yang banyak digunakan di dunia
industri, kopling ini dipakai di dunia industri karena kemampuannya
mengantarkan daya yang baik.
Hasil perhitungan di atas bila ditinjau dan sudut teoritis saja cukup memenuhi
syarat hal ini dikarenakan adanya pengambilan faktor keamanan (Safety
Factor) yang cukup besar sesuai dengan pembebanan mesin yang dinamis,
sehingga kopling ini aman untuk dipakai di konsumen.
Berdasarkan hasil perhitungan dari perancangan kopling flens dengan ini
didapatkan data sebagai berikut :
Diameter kopling flens = 112 mm
Diameter poros = 20 mm
Baut yang digunakan = M6
Dengan demikian konsep dasar perancangan akan dapat lebih dipahami dan
dapat dijadikan acuan untuk perancangan komponen-komponen mesin yang
lainnya sampai ketugas akhir.
37
DAFTAR PUSTAKA
Khurmi, R.S., J.K. Gupta, ‘A Text Book of Machine Design’, Eurasia Publishing
House [Pvt] Ltd, New Delhi, 1982
38
LAMPIRAN
39
(‘Dasar Perancangan Elemen Mesin’ oleh Ir. Indra Tedjakumala)
40
Lampiran 3 : Tabel Daftar Material Poros , Baut , dan Mur
41
Lampiran 4 : Tabel Faktor Pengaman Berdasarkan Golongan
(‘Dasar Perancangan Elemen Mesin’ oleh Ir. Indra Tedjakumala)
42
Lampiran 6 : Tabel Standarisasi N162
43
Lampiran 7 : Tabel Dimensi Ulir Metris
(‘Dasar Perancangan Elemen Mesin’ oleh Ir. Indra Tedjakumala)
44
Lampiran 8 : Tabel Dimensi Baut Ulir Metris
45
Lampiran 9 : Tabel Dimensi Mur
46
Lampiran 10 : Tabel Dimensi Ring
47
LAMPIRAN 11 : Baja karbon untuk konstruksi mesin menurut JIS
(Sumber : Tedjakumala, Indra, Ir., Dasar Perencanaan elemen mesin, hal 48)
Standart dan Macam Lambang Kekuatan Tarik Kekuatan Tarik (Mpa)
2
(Kg/mm )
S30C 48 480
S35C 52 520
Baja karbon konstruksi mesin (JIS S40C 55 550
G4501) S45C 58 580
S50C 61 620
S55C 66 660
S35C-D 53 530
Batang baja yang difinish dingin S45C-D 60 600
S55C-D 72 720
48