Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 2

METROLOGI INDUSTRI DAN KONTROL KUALITAS

Oleh:
Afwan Heru Cahya
061001500557

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknik Industri
Universitas Trisakti
Oktober 2015

1. Sensitivity ( Kepekaan )
Kepekaan menyatakan kemampuan alat ukur untuk merasakan suatu perbedaan yang
relatif kecil dari harga yang diukur. Kepekaan dapat diartikan juga sebagai ukuran perubahan
yang dihasilkan oleh alat ukur untuk suatu perubahan peubah yang dikukur.
Misalnya dua alat ukur yang sejenis A dan B digunakan untuk memeriksa perbedaan panjang
yang relatif kecil, apabila alat ukur A lebih jelas menunjukkan perbedaan tersebut pada
skalanya dari pada alat ukur B, maka dikatakan alat ukur A lebih peka (sensitif) dari pada alat
ukur B. Kepekaan suatu alat ukur ditentukan oleh mekanisme pengubahnya dan harga
kepekaan dapat diketahui dengan cara membuat grafik antara harga yang diukur dengan
pembacaan skala.
Contoh :

(Sumber : http://uk.rs-online.com/web/p/chart-recorders/1579838)

Perbandingan antara gerakan linier jarum penunjuk pada instrumen dengan perubahan
variable yang di ukur yang menyebabkan gerakan jarum itu
Suatu recorder 1 mV mempunyai skala yang panjangnya 25 cm maka kepekaannya
adalah 25 cm / mV.

Kepekaan alat ukur dapat digambarkan sebagai berikut :

Perbedaan kepekaan alat ukur A dan B

Penunjukkan Skala

Objek Ukur X
Pembacaan skala YA au. A
YA

Pembacaan skala YB au. B


Sehingga :
-

kepekaan au. A =

Y A
X

kepekaan au. B =

Y B
X

YB

X
X1

Area yang diukur

(Sumber :http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/31329172/PENGUKURAN_TEKNIK_I_-_IV.doc)

2. Hysteresis ( Histerisis )
Histerisis adalah penyimpangan yang timbul saat dilakukan pengukuran secara
kontinyu dari dua arah yang berlawanan, yaitu mulai dari skala nol hingga skala
maksimum kemudian diulangi dari skala maksimum sampai skala nol.
Histerisis disebabkan pada umumnya oleh adanya deformasi elastis atau efek termal pada
komponen mekanisme alat ukur
Misalnya suatu jam ukur digunakan untuk mengukur ketinggian secara kontinyu
bertambah dan pembacaan diulangi pada arah yang berlawanan (kontinyu menurun),

Supaya histerisis tidak terjadi, gesekan pada poros dengan bantalannya harus
diperkecil, sehingga pengaruhnya dapat diabaikan. Pengaruh histerisis dapat diperkecil
bila pengukuran dilakukan sedemikian rupa sehingga hanya sebagian kecil dari skala alat
ukur yang digunakan. Hal ini yang menjadi alasan mengapa sewaktu melakukan
pengukuran dengan cara tak langsung tinggi dari alat ukur standard (susunan blok ukur)
kurang lebih harus dibuat sama dengan tinggi dari obyek ukur, sehingga selisih
ketinggian yang ditunjukkan oleh komparator sedikit (dalam beberapa mikron).

Contoh :
Penggunaan jam ukur

(Sumber : http://faishal-mukhlish.blogspot.co.id/2014/06/alat-ukur-kebulatan.html)

= Histerisis
Kurva Pembacaan dari 0 - 7 ( naik )
(Sumber :http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/31329172/PENGUKURAN_TEKNIK_I_-_IV.doc)

Keterangan :
X = Harga sebenarnya ( mm )
Y = Kesalahan ( m )

Kesalahan pada pada pembacaan naik dan pembacaan turun akan menghasilkan selisih ().
Pada pengukuran ini terjadi histerisis yang disebabkan karena sewaktu bergerak ke atas,
poros akan melawan gaya gesekan serta gaya pegas (dari jam ukur), sedang sewaktu bergerak
turun poros menerima gaya pegas dan melawan gesekan.

3. Shifting/Drift ( Pergeseran )
Pergeseran adalah kondisi di mana terjadi perubahan harga yang ditunjukkan
jarum penunjuk, tetapi sesungguhnya sensor tidak mengisyaratkan suatu perubahan.
Contoh :
Keadaan ini sering dialami oleh alat ukur dengan pengubah elektrik, dimana suatu
perubahan temperatur (di dalam alat ukur tersebut) dapat mempengaruhi sifat-sifat dari
komponen elektroniknya yang sudah tua. Sering terjadi pada Alat Ukur pengubah elektrik
digital dimana perubahan kecil pada temperatur dapat mempengaruhi sifat sifat
komponen elektroniknya, seperti alat ukur yang menggunakan relay, switch dan thrystor.

(Sumber : https://flowchainsensei.wordpress.com/2012/05/20/shifting-and-drifting-some-measures/)

4. Floating ( Pengambangan )
Pengambangan terjadi apabila jarum penunjuk suatu alat ukur selalu berubah
posisinya (bergetar) atau angka terakhir/paling kanan dari penunjuk digital berubah-ubah.
Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan kecil yang dirasakan sensor
yang kemudian diperbesar oleh bagian pengubah alat ukur. Semakin peka alat ukur,
maka kemungkinan terjadinya pengambangan saat proses pengukuran berlangsung
semakin besar. Dengan demikian alat ukur yang peka harus digunakan dengan cara yang
cermat serta hati-hati, getaran pada alat ukur dan benda ukur tidak boleh terjadi.

Contoh :

(Sumber: http://www.hccc.org.uk/usbtmc.html)

Pengukuran yang dilakukan menggunakan alat ukur Oscilloscope mengalami floating


(gelombang kuning) dibandingkan dengan gelombang referensi (gelombang biru). Hal ini
dapat terjadi karena beberapa sebab, seperti kabel yang tidak terpasang dengan baik ataupun
ada getaran yang menyebabkan perubahan nilai pada alat ukur.

Anda mungkin juga menyukai